Anda di halaman 1dari 20

Hubungan kemitraan stakeholders

Oleh:
1.Muhammad hafizh zahri_5211122001
2.ardiansyah putra_5211122002

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahanNya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Profesi Pendidikan
ini dengan lancar dan tepat waktu. Adapun tugas makalah ini berisikan tentang hasil diskusi
kami mengenai “HUBUNGAN KEMITRAAN DENGAN STAKEHOLDER PENDIDIKAN
”.

Kami menyadari sepenuhnya akan kemampuan yang masih terbatas, sehingga masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan hasilnya belum dapat dikatakan sempurna.
Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami nantikan dalam
rangka kesempurnaan makalah ini. Dan dengan ini kami berharap makalah ini dapat
memberikan dampak baik bagi para pembaca semua.

MEDAN, APRIL 2013


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………….....2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
……….…3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..
……………………..…4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian
Stakeholder……………………………………………………………………………….…..5

2. Macam – macam
Stakeholder………………………………………………………………………………......6

3. Komponen Stakeholder
Pendidikan……………………………………………………………………….................7

4. Bentuk Kemitraan dengan Komite Sekolah,

Dunia Usaha, dan Dunia Industri (DUPI) dan Industri Lainnya..........................................9

5. Manfaat hubungan sekolah dengan


masyarakat…………………………………………………...............................................10

6. Jurusan TATANIAGA setelah Lulus akan kemana ????..........................................15

7. Guru SMK
Pemasaran…………………………………………………………………………….…....17

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...


…….18

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………….…..19
BAB I

PENDAHULUAN

Stakeholder Pendidikan

Stakeholder berasal dari dua kata stake dan holder. Stake berarti to give support to
sedangkan holder berarti pemegang. Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai
orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu berupa sekolah maka stakeholderya adalah :
Birokrasi pendidikan (dinas pendidikan ), pengawas, kepala sekolah, guru-guru, orang tua,
komite sekolah, dewan sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia dunia indsri. Dengan kata
lain stakeholder adalah orang-orang adalah orang-orang, atau badan yang berkepentingan
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah

Prinsip Manajement Mutu Terpadu

1.Bahwa sekolah pada dasarnya adalah suatu industry, yaitu industri jasa. Industry jasa
seperti pengangkutan bus pengangkutan siswa/siswi

2.Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang dapat dirinci atas
a. Jasa kurikuler, meliputi kurikulum, silabus umum, rancangan bahan pembelajaran, evauasi
dll.

b.Jasa penelitian, berupa berbagai kegiatan penelitian dan hasilnya

c. Jasa ekstra kurikuler

d. Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat

e. Jasa administrasi/ketatausahaan

f. Jasa layanan khusus

3.Mutu pendidikan adalah kesesuaian paduan sifat-sifat produk dengan kebutuhan para
pelanggan
4.Pelanggan pendidikan adalah pihak yang dipengarhi oleh produk pendidikan dan proses
pendidikan yang terjadi dalam produk dan penyajian produk itu. Pelanggan pendidikan dapat
dibagi sbb :Berdasarkan langsung atau tidaknya pengaruh dan atau kepentingan pada produk
pendidikan.

a. Pelanggan primer ialah pihak yang langsung membutuhkan dan dipengaruhi oleh serta
langsung berkepentingan pada produk pendidikan.

b.Pelanggan sekunder, terdiri atas pengelolah pendidikan (kepala sekolah, guru, pegawai
tatausaha dll)

c. Pelanggan tertier, adala dunia usaha/dunia indusri, lembaga studi lanjutan.

Berdasarkan posisi terhadap lembaga pendidikan :

a. Pelanggan internal, pengelola pendidikan (pimpinan, guru, pegawai tatausaha, dan tenaga
penunjang).

b.Pelanggan eksternal, yaitu para peserta didik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

5.Pendidikan sebagai jasa pada dasarnya adalah proses-proses yang bersifat sirkuler.
BAB II

PEMBAHASAN

HUBUNGAN KEMITRAAN DENGAN STAKEHOLDER PENDIDIKAN

1. Pengertian Stakeholder
Pengertian stakeholder dalam konteks ini adalah tokoh – tokoh masyarakat baik
formal maupun informal, seperti pimpinan pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat,
pimpinan organisasi social dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui
dalam pranata social budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat tradisional
maupun modern

Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak
dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu
komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga
publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan
sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu
rencana.Stakeholder dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau “key person” dan merupakan
orang yang menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, seperti : Kepala Desa/Lurah, Ketua
RT, Ketua Adat, Ustadz/Kyai.Kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan
peranserta masyarakat dalam memajukan pendidikan, menurut UU No 20 Tahun 2003, pasal
56 adalah berupa Dewan Pendidikan, dan komite sekolah. Ketua dan anggota kedua lembaga
tersebut dapat digolongkan sebagai Stakeholder.

Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat


mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti :

1. Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.

2. Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu
kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan
suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan
kepentingan relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi
penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.

3. Stakeholder adalah kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran


serta masyarakat dalam memajukan pendidikan, dan komite sekolah.
Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak
sekedar menjawab pertanyaan siapa stakeholder suatu issu tapi juga sifat hubungan
stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini
sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.

2. Macam – macam Stakeholder.

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu,
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu stakeholder primer,
sekunder dan stakeholder kunci.

1) Stakeholder Utama (Primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara


langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai
penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.

Contohnya :

Masyarakat dan tokoh masyarakat, masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni
masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak
(kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini.
Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di
wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat. Di sisi lain, stakeholders
utama adalah juga pihak manajer Publik yakni lembaga/badan publik yang bertanggung
jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

2). Stakeholder Pendukung (Sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan


kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki
kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh
terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

Yang termasuk dalam stakeholders pendukung (sekunder) :

1. Lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung

jawab langsung.

2. Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan

secara langsung dalam pengambilan keputusan.

3. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang

bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki concern (termasuk
organisasi massa yang terkait).
4. Perguruan Tinggi yakni kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting

dalam pengambilan keputusan pemerintah serta Pengusaha (Badan usaha) yang terkait
sehingga mereka juga masuk dalam kelompok stakeholder pendukung.

5. Pengusaha (Badan usaha) yang terkait

3) Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal


dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif
sesuai levelnya, legislatif dan instansi. Stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu
proyek level daerah kabupaten.

Yang termasuk dalam stakeholder kunci yaitu :

1. Pemerintah Kabupaten

2. DPR Kabupaten

3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.

3. Komponen Stakeholder Pendidikan

o Masyarakat lokal (ada anggapan pendidikan hanya tanggungjawab pemerintah, sehingga


desentralisasi pendidikan belum dimaknai oleh masyarakat sebagai pengembangan kemajuan
pendidikan). UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah mengilhami otonomi
pendidikan di daerah. Namun dalam tahun 2006 muncul apa yang kita kenal Ujian Nasional,
padahal konsep tersebut cenderung konsep penyeragaman budaya yang berbeda. Bukankah
pendidikan yang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kebebasan bagi daerah
untuk menyesuaikan dengan perkembangan daerahnya serta apakah pengelolaan sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang di daerah dapat disamaratakan kualitasnya. Fungsi
pendidikan kekinian adalah transisi iptek dan masyarakat masa depan yang menghargai
kebhinekaan dan keragaman pendapat.

o Orang tua (selalu beranggapan sekolah saja tempat pendidikan, sehingga kurang serius
memperhatikan kemajuan anak baik secara behavior maupun psikologis). Peserta didik lebih
cenderung terbentuk dari karakter proses kehidupan dalam keluarga, sekolah lebih cenderung
memberikan pengetahuan saja. Namun sangat disayangkan bahwa kondisi orangtua dalam
masyarakat Indonesia masih hidup terbelakang baik secara ekonomi maupun kesehatan
(kurang gizi), serta kerja yang serabutan, sehingga dapat kita bayangkan bagaimana generasi
yang dihasilkannya dalam rangka peningkatan pendidikan non-formal anak disamping
pendidikan di sekolah.

o Peserta didik (belum sepenuhnya peserta didik dari berbagai tingkatan yang tertampung,
sehingga berdampak pada jumlah anak putus sekolah karena biaya tinggi dan juga kurang
didukung oleh faktor pendekatan pisik (gizi) dan pendekatan psikis.
o Negara (dari segi material bahwa negara belum menempatkan pos khusus untuk
pendidikan, dan kesannya dana pendidikan disediakan secara tambal sulam, jelas kita akan
mengetahui apa hasil pendidikan dengan dana terbatas. Siap atau tidak siap, pendidikan di
daerah memerlukan perhatian serius terutama dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pemanfaatan sumberdaya manusia di daerah. Selanjutnya dana pendidikan 20% yang
dianggarkan dalam APBN/APBD masih sebatas wacana, kalaupun ada biaya murah atau
gratis biaya pendidikan di daerah-daerah tertentu, kesannya dipaksakan untuk populis saja
bahkan untuk menarik simpati partai politik pendukung saja bukan sebagai bentuk
perencanaan pendidikan yang matang.

o Pengelola profesi pendidikan (cenderung menyelenggarakan pendidikan bukan motiv


mencerdaskan tetapi profit oriented atau bisnis sehingga pendidikan terkesan mahal,
sementara pendidikan formal yang disediakan negara sangat terbatas menampung peserta
didik). Dikawatirkan oleh Neils Postman seorang pemikir pendidikan dunia, akan terjadi apa
yang dinamakan teacher as as subversive activity. Untuk itu sekolah harus bisa menjadi alat
kontrol cita-cita kemajuan bangsa sesuai filsafat pendidikan dan arah kebijakan pembangunan
nasional yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 45.

Dari kelima stakeholder pendidikan di atas, setidaknya tatakelola pendidikan benar-benar


dapat terintegrasi dalam pembangunan nasional, yang akuntabilitasnya bukan saja
tanggungjawab pemerintah melainkan sudah menjadi tanggungjawab semua lapisan
masyarakat. Dengan demikian pada masa mendatang pembangunan pendidikan diharapkan
dapat memberikan pencitraan publik atau performans pendidikan nasional yang berkualitas
dan menghasilkan peserta didik yang mampu menghadapi pasar kerja (link and match) serta
siap dengan persaingan gobal

4. Bentuk Kemitraan dengan Komite Sekolah, Dunia Usaha, dan Dunia Industri (DUPI) dan
Industri Lainnya

Bentuk kemitraan yang dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan dengan stakeholder antara
lain berupa :

1. Kerjasama dalam penggalangan dana pendidikan baik untuk kepentingan proses


pembelajaran, pengadaan bahan bacaan (buku), perbaikan mebeuler sekolah, alat administrasi
sekolah, rehabilitasi bengunan sekolah maupun peningkatan kualitas guru itu sendiri.

2. Kerjasama penyelenggaraan kegiatan pada momen hari – hari besar nasional dan
keagamaan.
1. stakholer pendidikan

Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha. Terdiri atas dua
kata yaitu stake dan holder. Stake berarti to give support to (memberikan dukungan) ; Holder
berarti pemegang. Jadi Stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi
pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan.
Kalau lembaga pendidikan itu berupa sekolah, maka stakeholdernya adalah birokrasi
pendidikan (dinas pendidikan), pengawas, kepala sekolah, guru-guru, orangtua, komite
sekolah, dewan sekolah, masyarakat. Dengan kata lain, stakeholder adalah orang-orang atau
badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan
disekolah.

Dalam konteks penyelenggaraan sekolah bermutu sebagai penerapan total quality


management = managemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan sebagaimana
dikembangkan oleh Rinehart maupun Cornesky oleh Tampubolon(2000) dirumuskan ada
beberapa prinsip yang diperkenalkan antara lain :

1. Bahwa sekolah pada dasarnya adalah suatu industri , yaitu industri jasa seperti rumah sakit,
hotel atau biro perjalanan, berusaha menghasilkan produk berupa jasa-jasa yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Bila pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diterima,
maka jumlah pelanggan akan bertambah dan keuntungan akan meningkat

2. Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan, yang terinci atas (a) jasa kurikuler, meliputi
kurikulum,silabus umum, rpp, evaluasi,dll. (b) jasa penelitian berupa berbagai kegiatan
penelitian. (c) jasa ekstrakurikuler meliputi berbagai kegiatan pelayanan diluar jasa kurikuler,
seperti kegiatan kesenian, olahraga,dll. (d) jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat,
seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha, perusahaan industri, mengunjungi
rumah sakit,dll. (e) jasa administrasi /ketatausahaan berupa layanan berbagai surat
keterangan, surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar dan sebagainya. (f) jasa
layanan khusus berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan layanan
UKS, dll.

3. Mutu Pendidikan adalah kesesuaian paduan sifat-sifat produk dengan kebutuhan para
pelanggan.

4. Pelanggan Pendidikan adalah pihak yang dipengaruhi oleh produk pendidikan dan proses
pendidikan yang terjadi dalam produk dan penyajian produk itu.
Pelanggan pendidikan dapat dibagi:

a. Pelanggan primer : pihak yang langsung membutuhkan dan dipengaruhi oleh serta
langsung berkepentingan pada produk pendidikan , dalam arti proses pelayanan (jasa
kependidikan )

b. Pelanggan sekunder : terdiri atas pengelola pendidikan (kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha, tenaga penunjang pendidikan), orangtua siswa, masyarakat, pemerintah, organisasi
sponsor/ penyelenggara dan lingkungan. Inilah yang disebut stakeholder.

c. Pelanggan tertier : adalah dunia usaha / dunia industri, lembaga study lanjutan, inilah
pihak-pihak yang langsung membutuhkan dan berkepentingan pada produk pendidikan.

Berdasarkan posisi terhadap lembaga pendidikan :

a. Pelanggan internal , pengelola pendidikan ( pimpinan, guru, pegawai tata usaha dan tenaga
penunjang), merekalah yang langsung melayani.

b. Pelanggan eksternal yaitu peserta didik, orangtua,masyarakat, pemerintah, organisasi


sponsor/ penyelenggara dunia usaha / dunia industri, lembaga study lanjutan dan lingkungan.

5. Manfaat hubungan sekolah dengan masyarakat

Manfaat hubungan sekolah dengan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut:

1.Bagi masyarakat

a.Tahu hal-hal persekolahan dan inovasi-inovasinya

b. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah diwujudkan.

c.Menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan.

d.Melakukan tekanan/tuntutan terhadap sekolah.


2. Bagi sekolah

a. Memperbesar dorongan, mawas diri.

b. Memudahkan memperbaiki pendidikan.

c. Memperbesar usaha meningkatkan profesi staf.

d. Konsep masyarakat tentang guru menjadi benar.

e. Mendapatkan koreksi dari kelompok penuntut.

f. Mendapat dukungan moral dari masyarakat.

g. Memudahkan meminta bantuan dan material dari masyarakat.

h. Memudahkan pemakaian media pendidikan di masyarakat.

i. Memudahkan pemanfaatan narasumber.

Peranan Pihak-pihak yang Terkait Hubungan antara Sekolah dan Masyarakat

Dalam kaitannya dengan hubungan sekolah dan masyarakat, ada beberapa pihak yang turut
andil dalam pembentukan hubungan sekolah dan masyarakat, pihak-pihak tersebut antara
lain:

1. Orang tua

Peranan orang tua dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, antara lain:

a. Mendukung pelaksanaan belajar mengajar di sekolah.

b. Berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan kegiatan sekolah di berbagai komunitas.

c. Bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang dimiliki.

d. Menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan kegiatan di sekolah kepada


masyarakat secara luas.

e. Bekerjasama dengan anggota komite sekolah atau atau pihak lain dalam pengadaan sumber
belajar.

f. Aktif bekerja sama dengan guru dalam proses pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan
khusus.

g. Aktif dalam memberikan ide/gagasan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.


2.guru

Peranan guru dalam hubungan antara sekolah dengan masyarakat, antara lain:

a. Berkomunikasi secara berkala dengan keluarga, yaitu: orang tua atau wali tentang
kemajuan anak mereka dalam belajar dan berprestasi.

b. Bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak bersekolah, mengajak
dan memasukkannya ke sekolah.

c. Menjelaskan manfaat dan tujuan sekolah kepada orang tua peserta didik.

d. Mempersiapkan anak agar berani berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari
kurikulum, seperti mengujungi museum, memperingati hari-haribesar keagamaan dan
Nasional.

e. Mengajak orang tua dan anggota masyarakat terlibat di kelas.

3. Komite sekolah

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara


Pendidikan (BP3). Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikandi luar sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan


pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas


penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan


(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).
Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan Komite
Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:

a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di


sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.

b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha pemantapan sekolah
dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan
pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan
dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi
seni dan budaya.

c. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.

d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra


maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah,
guru, siswa, dan karyawan.

e.Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Sekolah (RAPBS).

g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu (Depdiknas,


2001:17).

4. Kepala sekolah

Peranan kepala sekolah dalam hubungan sekolah dengan masyarakat anatara lain:

a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua siswa.

b. Memelihara hubungan baik dengan BP3.

c. Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga lain, baik


pemerintah maupun swasta.

d. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermacam-macam


media komunikasi.
e. Mencari dukungan dari masyarakat. Dukungan yang diperlukan meliputi :

1) Personil, seperti : tenaga ahli, konsultan, guru, orang tua, pengawas dan sebagainya.

2) Dana yang diperlukan untuk mendukung tersedianya fasilitas, perlengkapan dan bahan-
bahan pengajaran yang lain.

3) Dukungan berupa informasi, lembaga dan sikap politis.

f. Memanfaatkan sumber-sumber daya yang diperoleh secara tepat, sehingga mampu


meningkatkan proses mengajar dan belajar.

Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Banyak orang mengartikan hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat itu dalam pengertian
yang sempit. Mereka berpendapat bahwa hubungan kerjasama itu hanyalah dalam hal
mendidik anak belaka. Padahal, hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat itu
mengandung arti yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang. Sudah barang tentu bidang-
bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat
pada umumnya.

Penulis berpendapat bahwa hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat itu dapat
digolongkan menjdi tiga jenis hubungan, yaitu:

1. Hubungan edukatif

Hubungan edukatif adalah hubungan kerjasama dalam hal mendidik anak/murid, antara guru
di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak
terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dpat mengakibatkan keraguan
pendirian dan sikap pada diri anak. Antara sekolah yang diwakili oleh guru dan orang tua
tidak saling berbeda atau berselisih paham, baik tentang norma-norma etika maupun norma-
norma sosial yang hendak ditanamkan kepada anak didik mereka.

2. Hubungan cultural

Hubungan kultural adalah kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan
adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu
berada. Kita mengetahui bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat
dijadikan barometer bagi murid-muridnya. Kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian,
adat istiadat dari masyarakat. Bahkan yang lebih diharapkan adalah hendaknya sekolah itu
dapat merupakan titik pusat dan sumber tempat terpencarnya norma-norma kehidupan (norma
agama, etika, sosial, estetika, dan sebagainya) yang baik bagi kemajuan masyarakat yang
selalu berubah dan berkembang maju. Jadi, bukanlah sebaliknya sekolah hanya
mengintroduksikan apa yang hidup dan berkembang di masyarakat.
3. Hubungan institusional

Hubungan institusional yaitu hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga


atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerjasama
antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan
penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan peternakan, dengan perusahaan-perusahaan
negara atau swasta yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada
umumnya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup
sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan, status
sosial, dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama itu.
Dengan adanya hubungan ini sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga lain,
baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengadaan dan pengembangan materi kurikulum maupun bantuan yang berupa fasilitas serta
alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran program sekolah.

6. Jurusan TATANIAGA setelah Lulus akan kemana ????

Peluang Kerja Jurusan Tata Niaga

Tujuan Program Keahlian Tata Niaga secara umum mengacu pada isi Undang Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan
penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Secara khusus tujuan Program Keahlian Tata Niaga adalah membekali peserta didik dengan
keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten :

1. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis


dengan relasi dengan memperhatikan norma dan lingkungan masyarakat.

2. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi untuk melaksanakan


tugas secara efektif dan efisien.

3. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan,


mengorganisasi, dan mengevaluasi tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

4. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam melakukan transaksi Tata Niaga dan
menemukan peluang baru dari pelanggan.

5. Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi sehingga diperoleh manfaat


masing-masing pihak.

6. Membekali peserta diklat dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
kompeten :
1. Memahami prinsip-prinsip bisnis

2. Menata produk

3. Melaksanakan negosiasi

4. Melaksanakan konfirmasi keputusan pelanggan

5. Melaksanakan proses administrasi transaksi

6. Melakukan penyerahan/pengiriman produk

7. Melaksanakan penagihan pembayaran

8. Mengoperasikan peralatan transaksi di lokasi penjualan

9. Menemukan peluang baru dari pelanggan

10. Melaksanakan pelayanan prima(Service excellent)

11. Membuka usaha eceran/retail (Expansion store opening)

12. Melakukan pemasaran barang dan jasa

7. Mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam
lingkup keahlian Bisnis dan Manajemen, khususnya Penjualan.

8. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri
pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkup keahlian Bisnis dan Manajemen,
khususnya Penjualan.

9. Menjadi warga negara yang produktif, adaptif, selektif dan kreatif.

Jabatan dan Lingkup Pekerjaan :

Ruang lingkup bidang pekerjaan yang dapat diisi oleh tamatan Program Keahlian Penjualan
antara lain mencakup :

a. Ritel, Toko, Supermarket, Dealer

1. Pramuniaga (Tenaga Penjual).

2. Tenaga Pemasaran.

3. Tenaga Pembelian.

4. Pengelola gudang.

5. Kasir.

6. Tenaga administrasi penjualan dan pembelian.

7. Perantara dagang.
b. Pabrikasi ; pergudangan, keuangan, distribusi barang

c. Koperasi; manager koperasi, pemasaran, pembukuan

d. Asuransi; staf, debt colector, pencari nasabah

e. Lain-lain

Kompetensi Tamatan :

1. Kemampuan Umum: Tamatan Program Studi Manajemen Bisnis dapat menampilkan diri
sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2. Kemampuan Produktif: Kompetensi Produktif yang dimiliki tamatan program keahlian


Tata Niaga adalah seperti tercantum pada Profil Kompetensi Tamatan Pemasaran.

7. Guru SMK Pemasaran

Ilmu yang dipelajari pada jurusan Tata Niaga atau yang lebih di kenal dengan sebutan
Pemasaran (marketing) atau penjualan melatih para siswa-siswi agar lebih terampil dalam
melakukan proses transaksi jual beli atau ber tata niaga. Bagi para pengajar tentunya harus
lebih mempersiapkan diri lagi untuk menjadikan anak didiknya lebih berkompeten di bidang
studi pemasaran dan penjualan. Dan sudah tentu, bagi guru yang akan mengajar memiliki
rencana pengajaran yang matang agar dapat mencapai target yang telah ditentukan. Mata
Pelajaran Produktif SMK untuk jurusan Tata Niaga atau pemasaran ini biasanya tersajikan
mulai dari Kelas X,XI,XII. Karena dalam proses pembelajaran di SMK sudah menerapkan
pembelajaran produktif selama tiga tahun.

BAB III
PENUTUP

Pada akhirnya, sekolah sebagai ujung tombak pendidikan. Walaupun bukan satu-
satunya pilihan, sekolah formal masih memegang peranan penting sampai saat ini. Masih
banyak yang percaya bahwa sekolah merupakan satu-satunya jawaban yang benar dalam
menyelesaikan seluruh urusan pendidikan. Namun setelah sekian lama, urusan pendidikan
malah semakin rumit. Sekolah-sekolah belum betul-betul mampu mentransformasi sumber
daya manusia kita menjadi aset unggul yang bernilai tambah. Malah semakin banyak tenaga
terdidik yang menganggur. Tidak terjadi link and match antara keluaran sekolah dengan
kebutuhan dunia kerja. Apakah artinya? Artinya sistem pendidikan di sekolah belum mampu
menyerap kearifan lokal, keunggulan daerah, dan dinamika masyarakat sekitarnya. Tidak
terjadi praksis antara satuan pendidikan dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah cenderung
arogan dengan teori-teori ilmiahnya. Mereka menjadi steril dan meremehkan proses aksi
refleksi dengan para stakeholdernya.

Diperlukan sebuah sistem yang membuat sekolah mampu menyerap aspirasi


stakeholdernya. Dunia usaha dan industri di daerah tidak perlu merekrut tenaga kerja dari luar
daerah, jika dunia pendidikan kita mempunyai daya tarik bagi mereka. Penentuan jurusan di
sebuah sekolah seharusnya menggunakan studi kelayakan yang terukur, sehingga pemetaan
kebutuhan tenaga kerja dapat dijawab oleh penyiapan sekolah-sekolah yang sesuai dengan
kebutuhan tersebut. Tokoh-tokoh di sekolah seperti kepala sekolah dan guru perlu
mendapatkan penyegaran mengenai revitalisasi fungsi pendidikan dalam dunia nyata kita
sehari-hari. Demikian pula perguruan tinggi kita. Kampus tidak harus menjadi menara
gading. Kebutuhan daerah terhadap lulusan perguruan tinggi semakin besar seiring semakin
kompleksnya permasalahan di era otonomi ini. Perspektif komprehensif, visioner dan
strategis yang dimiliki para sarjana secara pasti sudah menjadi kebutuhan daerah untuk
mengelola aset-asetnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wau, Yasaratodo. 2013. Profesi Kependidikan. Medan: UNIMED.

http://wacanasainsdilibel.blogspot.com/2012/12/stakeholder-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai