Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA PLAT

OLEH:

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD HAFIZH ZAHRI

KELAS : PTO –A

MATAKULIAH : PINDAH PANAS

DOSEN PENGAMPU : Janter P Simanjuntak, ST.MT.P.Hd.

Eswanto ST.M.eng.IPP

PRORAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Selesainya makalah
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Pindah Panas yang telah memberikan
tugas makalah ini kepada penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini, sebagai
masukan yang berharga, tentunya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyusun
makalah di masa yang akan datang.

Demikianlah makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, bagi pembaca umumnya, dalam memberikan informasi tentang
Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat dalam mata kuliah Pindah Panas.

MEDAN, 28 Oktober 2022

MUHAMMAD HAFIZH ZAHRI


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

2.1 Materi Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat........................................................2

2.2 Gambar Gambar dari Contoh Perpindahan Panas Pada Konveksi Plat....................6

2.3 Contoh Soal Perpindahan Panas Pada Konveksi Plat...............................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9

3.2 Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan panas adalah salah satu faktor yang sangat menentukan operasional
suatu pabrik kimia. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur
antara 2 bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang
lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Pada peristiwa konduksi, panas akan berpindah tanpa diikuti aliran medium
perpindahan panas. Panas akan berpindah secara estafet dari satu partikel ke partikel
yang lainnya dalam medium tersebut. Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas
terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai
aliran entalpi, bukan aliran panas. Pada peristiwa radiasi, energi berpindah melalui
gelombang elektromagnetik.
Perpindahan panas konveksi adalah salah satu jenis perpindahan panas yang
terjadi pada permukaan suatu benda yang terkonduksi dengan panas, kemudian terkena
pengaruh fluida yang bergerak. Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan ke dalam
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perpindahan panas dapat terjadi dari suatu suhu tinggi ke suhu
rendah?
2. Bagaimanakah karakteristik dari Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat?
3. Bagaimanakah pemanfaatan dari Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat?
4. Apasajakah kelebihan dan kekurangan dari Perpindahan Panas Konveksi Pada
Plat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk dapat mengetahui tentang alur Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana keterkaitannya perpindahan panas dalam
kehidupan sehari hari.

1
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah yang membahas tentang Perpindahan Panas
Konveksi pada Plat ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami isi
materi terkait. Selain menambah ilmu pengetahuan, makalah ini juga dapat memberikan
manfaat kepada pembaca agar dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat di kehidupan
sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Materi Perpindahan Panas Konveksi Pada Plat


Perpindahan panas antara suatu permukaan padat dan suatu fluida berlangsung secara
konveksi. Konveksi panas dapat dihitung dengan persamaan pendinginan Newton :
q = - h.A.∆ T
dimana :
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpinahan panas
T = Tempratur
Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hokum II Termodinamika, sedangkan
panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+). Persamaan diatas
mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi.koefisien pindah panas permukaan h,
bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju pindah panas di daerah
dekat pada permukaan itu.
Fluks Kalor :
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas (q/A). Fluks kalor boleh
didasarkan luas permukaan luar atau dalam pipa.
Suhu arus rata-rata :

2
Adalah suhu yang dicapai apabila keseluruhan fluida yang mengalir melalui
penampang itu dikeluarkan lalu dicampur secara adiabatic.

Koefisien perpindahan kalor menyeluruh :


Jika terjadi konduksi dan konveksi secara berturutan, maka berbagai tahanan
panas yang tersangkut dapat dijumlahkan untuk memproleh koefisien pindah panas
keseluruhan U. Persamaan perpindahan panas menjadi
Th = suhu fluida panas
Tc = suhu fluida dingin
Th-Tc = gaya dorong atau beda suhu local menyeluruh
A = luas permukaan dalam/luar pipa
U = koefisien pindah panas keseluruhan berdasarkan A
A = factor proporsionalitas antara q/A dan T
Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung,maka U = Uo, koefisien yang didasarkan atas
luas permukaan luar.

Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industry kimia merupakan cara
pengangkutan kallor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat
terjadi melalui zat yang mengalir, maka betuk pengangkutan kalor ini hanya terdapat
pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan
dipanaskan tidak sekaligus dibawa kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian
yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memproleh masa jenis yang lebih
kecil dari pada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi,
sehingga kalor akhirnya tersebar pada seluruh zat.
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari suatu bagian fluida kebagian
lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. Konveksi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah merupakan pergerakan

3
fluida yang terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida yang menerima
kalor/dipanasi memuaai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil, sehingga bergerak ke
atas. Kemudian tempatnya akan digantikan oleh fluida dingin yang jatuh ke bawah
karena massajenisnya lebih besar. Sedangkan pada konveksi paksa, fluida yang telah
dipanasi akan langsung diarahkan tujuannya oleh sebuah blower atau pompa.
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energy kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaran aliran fluida. Oleh karena itu pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan massa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan
permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan
kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energy terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga
tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah, tapi
masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energy kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik keatas.
Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang
bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan
yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat
asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini
akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, factor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor.
Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama terletak
pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini
tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada
nilai h. Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg
fluida bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan
medandipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi

4
yang akan terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang
membedakan kedua proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
Besarnya konveksi dipengaruhi oleh :
1. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
2. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida ((T).
3. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
a. viscositas fluida
b. kecepatan fluida
c. perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
d. kapasitas panas fluida
e. rapat massa fluida
f. bentuk permukaan kontak
Berdasarkan gaya penyebab terjadinya arus aliran fluida, konveksi dapat
diklasifikasikan menjadi konveksi bebas/alamiah dan konveksi paksa.
Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan
gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari
luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas Pada
perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu cukup tinggi untuk
menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan terhadap fluida, maka
sekitar permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah. Perbedaan temperatur antara
bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan karena itu timbul gerakan
dan aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar perpindahan panas yang
semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan panas semacam ini
disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas. Besarnya koefisien perpindahan panas
harus didapat dari hasil percobaan.

5
Banyak penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu.
Jika
berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan
empiris dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan
Grashof, yang dibuat untuk menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas.

2.2 Gambar Gambar dari Contoh Perpindahan Panas Pada Konveksi Plat

6
2.3 Contoh Soal Perpindahan Panas Pada Konveksi Plat
A. Batang besi panjangnya 2 meter dengan luas penampang 5 cm2 memiliki perbedaan
suhu diantara kedua ujungnya 100 K. Jika konduktivitas termal besi 4,8 J/s.m.K, laju
hantaran kalornya adalah…

A. 1,2 x 10-5 J/s

B. 1,2 x 10-3 J/s

C. 4,8 x 10-5 J/s

D. 4,8 x 10-3 J/s

E. 5,0 x 10-4 J/s

Pembahasan / penyelesaian soal

Pada soal ini diketahui:

L=2m

A = 5 cm2 = 5 x 10-4 m2

ΔT = 100 K

k = 4,8 J/s.m.K

Laju hantaran kalor dihitung dengan rumus dibawah ini:

→H=

k . A . ΔT

→ H = 4,8 J/s.m.K . 5 x 10-4 . 100 K2 m= 1,2 x 10-3 J/s

Jawabannya B.

B. Batang besi homogen salah satu ujungnya dipanasi. Besi itu memiliki luas
penampang 17 cm2 dan konduksivitas termal 4 x 105 J/s.m.°C, panjang batang 1 m dan

7
perbedaan suhu kedua ujungnya 30 °C. Kalor yang merambat dalam batang besi selama
2 sekon adalah…

A. 2,81 x 103 J

B. 4,08 x 104 J

C. 4,08 x 105 J

D. 6,00 x 105 J

E. 7,10 x 106 J

Pembahasan / penyelesaian soal

Pada soal ini diketahui:

A = 17 cm2 = 17 x 10-4 m2

k = 4 x 105 J/s.m.°C

L=1m

ΔT = 30 °C

t=2s

Kalor yang merambat pada batang besi dihitung dengan rumus dibawah ini:

→ Q,t = k . A . ΔT,.L

→ Q = k . A . ΔT . t,.L

→Q=

4 x 105 J/s.m.°C . 17 x 10-4 m2 . 30 °C . 2 s

1m

→ Q = 4,08 x 104 J

Soal ini jawabannya B

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian unjuk kerja heat exchanger dengan variasi
bukaan valve dan suhu panas yang masuk, dapat ditarik kesimpulan:
1. Proses perpindahan panas yang terjadi pada heat exchanger meliputi:
 Konveksi pada sisi shell
 Konduksi dari dinding luar ke dinding dalam tube
 Konveksi pada sisi tube
2. Dari perhitungan laju perpindahan panas dapat dilihat bahwa dengan laju alir
yang berbeda maka akan berpengaruh pada laju perpindahan panas yang
didapat. Dari praktikum didapat laju alir secara berurut 99,2 lt/mnt, 69,4 lt/mnt,
41,85 lt/mnt, 16,45 lt/mnt. Sedangkan laju perpindahan panas yang didapat
dari perhitungan secara berurut 146338,3724 Btu/jam, 134800,8976 Btu/jam,
123240,7754 Btu/jam, 101137,4897 Btu/jam. Dari tabel perhitungan didapat
bahwa semakin besar laju alir fluida maka semakin besar pula laju
perpindahan panas yang terjadi.
3. Faktor yang mempengaruhi kinerja heat exchanger shell and tube meliputi:
• Desain heat exchanger.
• Laju alir massa fluida.
• Nilai Konduktifitas bahan heat exchanger.
• Kerapatan isolasi dan seal.
• Suhu lingkungan sekitar.
.

9
3.2 Saran
Berdasarkan performa heat exchanger, ada beberapa saran yang dapat diberikan
untuk meningkatkan kinerja heat exchanger tersebut.
1. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa dari heat exchanger
yaitu dengan penggantian bahan. Bahan shell dapat diganti dengan stainless steel
yang dilapisi isolator sedangkan bahan tube diganti dengan tembaga. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan nilai koefisien perpindahan kalor.
2. Untuk seal pemisah antara sisi masuk tube dan sisi keluar shell dibuat lebih
rapat, serta diganti dengan bahan yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi.
3. Penggantian sensor suhu yang ada dengansensor suhu yang memiliki ketilitian
tinggi.
4. Untuk menjaga kestabilan kinerja heat exchanger, fluida didalam shell dan tube
dikeluarkan setelah heat exchanger selesai digunakan. Dan juga pembersihan
heat exchanger secara rutin harus dilakukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Panas.2008.https://www.academia.edu/10202009/1_07_penukar_panas?auto=d
ownload
Septiani, Mimin.Heat
Exchanger.2012.http://mhimns.blogspot.co.id/2012/11/heatexchanger.html
Sriwulandari.Alat Penukar Kalor Heat Exchanger.
2015.http://sriwulandaritermodinamika.blogspot.co.id/2015/03/alat-penukar-kalorheat-
exchanger.html

11

Anda mungkin juga menyukai