SECARA KONVEKSI
Disusun oleh :
Nama : Tomi Buli
Fakultas : Teknik Mesin
Kelas : A2
NPM : 167022738726
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Perpindahan Panas Secara
Konveksi”. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah perpindahan
panas dan massa.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun masih
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
makalah di masa datang.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perpindahan panas secara konveksi.
2. Untuk mengetahui proses perpindahan panas secara konveksi.
BAB II
PEMBAHASAN
dimana :
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T= Temperatur
Fluks Kalor:
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas (q/A). Fluks kalor boleh didasarkan
atas luas permukaan luar atau dalam pipa.
Gambar 1.3. Perpindahan panas konveksi. (a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c) pendidihan, (d) kondensasi
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan
permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan
kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga
tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.
Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke
atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida
yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan
yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat
asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini
akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor.
Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama
terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini
tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai
h. Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida
bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan
dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan
terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua
proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi
gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada
fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas
[McCabe,1993]. Pada perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu
cukup tinggi untuk menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan
terhadap fluida, maka sekitar permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah.
Perbedaan temperatur antara bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan
karena itu timbul gerakan dan aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar
perpindahan panas yang semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan
panas semacam ini disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil percobaan.
Banyak penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu. Jika
berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan
empiris dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan
Grashof, yang dibuat untuk menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas .
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai nomogram (alignment chart)
atau grafik.
Persamaan empiris dan nomogram itu dapat dipakai guna memperkirakan
koefisien perpindahan panas untuk konveksi bebas. Karena terdapat berbagai persamaan
dan nomogram, maka haruslah dicari yang keadaan sistemnya sama dengan sistem yang
sedang ditinjau.
Pada permulaan, pembentukan lapisan batas itu laminar, tetapi pada suatu jarak
kritis ditepi depan, bergantung dari medan aliran dan sifat – sifat fluida, gangguan –
gangguan kecil pada aliran itu membesar dan mulailah terjadi proses transisi hingga
aliran menjadi turbulen. Dengan aliran turbulen dapat digambarkan sebagai kecocokan
rambang dimana gumpalan fluida bergerak ke sana ke mari disegala arah. Transisi dari
aliran laminar menjadi turbulen terjadi apabila
Dimana :
= kecepatan aliran bebas
X = jarak dari tepi depan
V = = viskositas kinematik
Pengelompokkan khas diatas disebut angka Reynolds dan angka ini tak
berdimensi apabila untuk semua sifat – sifat diatas digunakan perangkat satuan yang
konsisten;
Aliran itu biasa turbulen. Pada daerah transisi terdapat suatu jangkau angka
Reynolds, yang bergantung dari kekasaran pia dan kehalusan aliran. Jangkau transis
yang biasa digunakan ialah
Jika kita andaikan satu satuan kedalaman pada arah z. jadi momentum, masuk
pada muka kiri per satuan waktu ialah
Atau
Bagi kita hanya momentum pada arah x yang penting, karena gaya yang menjadi
perhatian kiata dalah analisa ini adalah gaya pada arah x. gaya ini adalah gaya – gaya
yang disebabkan oleh geser viskos dan gaya tekanan pada unsure. Gaya tekanan pada
muka kiri adalah ρ dy, dan pada muka kanan adalah , sehingga
gaya tekanan netto pada arah gerakan adalah
Gaya geser viskos netto pada arah gerakan ialah jumlah kedua gaya di atas:
Grƒ =
Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T
Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi
dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:
m
ƒ= = C (GrƒPrƒ)
Tƒ =
Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka
Rayleigh:
Ra = Gr . Pr
Menurut Fuji dan Imura untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap
5 11
ke bawah pada jangkauan + < 80 °C ;10 < Gr.Pr < 10 bentuk korelasinya adalah
:
1/4
Nu=0.56 (GrL.Pr cos)
Gambar 2.1 Konsep Positif dan Negative pada Plat Miring
Untuk plat dengan kemiringan kecil (88° < < 90°) dan permukaan panas
menghadap ke bawah maka persamaannya :
1/5
Nu=0,58 (GrL.Pr)
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas dalam
11 ° °
jangkauan GrL.Pr <10 ;GrL > Grc ; dan -15 < < -75
bentuk korelasinya adalah
1/3 1/3 1/4
Nu=0.145 [(GrL.Pr) -(Grc.Pr) ]+0,56 (Grc.Pr cos )
Untuk plat miring ,panas (atau dingin ) relative terhadap temperatur fluida, plat
sejajar dengan vector gravitasi,dan gaya apung yang terjadi menyebabkan garakan
fluida ke atas atau ke bawah. Bagaimanapun, jika platnya membentuk sudut terhadap
gravitasi,gaya apung mempunyai komponen normal terhadap permukaan plat.
Dengan adanya pengurangan gaya apung yang paralel terhadap plat,dan juga
terjadi penurunan kecepatan fluida sepanjang plat,dan bisa diperkirakan bahwa juga
terjadi penurunan pada perpindahan panas konveksi. Tetapi penurunan itu terjadi
apakah perpindahan panasnya berasal dari atas ataau bawah permukaan dari plat.
RaL = GrL.Pr =