Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS

SECARA KONVEKSI

Disusun oleh :
Nama : Tomi Buli
Fakultas : Teknik Mesin
Kelas : A2
NPM : 167022738726

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS


INDUSTRI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Perpindahan Panas Secara
Konveksi”. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah perpindahan
panas dan massa.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun masih
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
makalah di masa datang.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk makalah ini.

Balikpapan,01 januari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk
pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu
dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi
kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat
pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan
ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada
pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan
dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam
menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas
tertentu dalam waktu yang ditentukan. Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam
cabang-cabang keteknikan lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal
memerlukan asumsi (pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan
gejala fisik secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan
yang dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa pengira-iraan (approximation).
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam
ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan
mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam
jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi
kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu
perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari perpindahan panas secara konveksi ?
2. Bagaimana proses perpindahan panas secara konveksi ?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perpindahan panas secara konveksi.
2. Untuk mengetahui proses perpindahan panas secara konveksi.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Perpindahan Panas


Perpindahan panas antara suatu permukaan padat dan suatu fluida berlangsung
secara konveksi. Konveksi panas dapat dihitung dengan persamaan pendinginan
Newton:

dimana :
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T= Temperatur

Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika, sedangkan


panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+). Persamaan diatas
mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien pindah panas permukaan h,
bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju pindah panas di daerah
dekat pada permukaan itu.

Fluks Kalor:
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas (q/A). Fluks kalor boleh didasarkan
atas luas permukaan luar atau dalam pipa.

Suhu arus rata-rata:


Adalah suhu yang dicapai apabila keseluruhan fluida yang mengalir melalui
penampang itu dikeluarkan lalu dicampur secara adiabatic

Koefisien perpindahan kalor menyeluruh:


Jika terjadi konduksi dan konveksi secara berturutan, maka berbagai tahanan panas
yang tersangkut dapat dijumlahkan untuk memperoleh koefisien pindah panas
keseluruhan U. Persamaan perpindahan panas menjadi
Th = suhu fluida panas
Tc =suhu fluida dingin
Th – Tc = gaya dorong atau beda suhu lokal menyeluruh
A = luas permukaan dalam/luar pipa
U = koefisien pindah panas keseluruhan berdasarkan A
A = faktor proporsionalitas antara q/A dan T
Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung, maka U = Uo, koefisien yang didasarkan
atas luas permukaan luar

II.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat
terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat
pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan
dipanaskan tidak sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian
yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih
kecil daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi,
sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat.
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain
fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. Konveksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah merupakan pergerakan fluida
yang terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida yang menerima kalor/dipanasi
memuai dan massa jenisnya menjadi lebihkecil, sehingga bergerak ke atas. Kemudian
tempatnya akan digantikan oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke bawah
karenamassanya jenisnya lebih besar. Sedangkan pada konveksi paksa, fluida yang telah
dipanasi akan langsung diarahkan tujuannya oleh sebuah blower atau pompa.

Gambar 1.3. Perpindahan panas konveksi. (a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c) pendidihan, (d) kondensasi

Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan
permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan
kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga
tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.
Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke
atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida
yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan
yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat
asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini
akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor.
Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama
terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini
tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai
h. Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida
bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan
dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan
terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua
proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.

Besarnya konveksi dipengaruhi oleh :


1. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
2. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida ((T).
3. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
a. viscositas fluida
b. kecepatan fluida
c. perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
d. kapasitas panas fluida
e. rapat massa fluida
f. bentuk permukaan kontak
Berdasarkan gaya penyebab terjadinya arus aliran fluida, konveksi dapat
diklasifikasikan menjadi konveksi bebas/alamiah dan konveksi paksa.
Gambar 2.4 Ilustrasi aliran fiuda pada konveksi alamiah dan paksa

Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi
gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada
fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas
[McCabe,1993]. Pada perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu
cukup tinggi untuk menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan
terhadap fluida, maka sekitar permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah.
Perbedaan temperatur antara bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan
karena itu timbul gerakan dan aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar
perpindahan panas yang semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan
panas semacam ini disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil percobaan.
Banyak penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu. Jika
berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan
empiris dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan
Grashof, yang dibuat untuk menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas .
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai nomogram (alignment chart)
atau grafik.
Persamaan empiris dan nomogram itu dapat dipakai guna memperkirakan
koefisien perpindahan panas untuk konveksi bebas. Karena terdapat berbagai persamaan
dan nomogram, maka haruslah dicari yang keadaan sistemnya sama dengan sistem yang
sedang ditinjau.

II.3 Aliran Viskositas


Gaya – gaya viskos biasanya diterangkan dengan tegangan geer (shear stress)
antara lapisan – lapisan fluida. Jika tegangan ini dianggap berbanding dengan gradient
kecepatan (velocity gradient) normal, maka kita dapatkan persamaan dasar untuk
viskositas,

Pada permulaan, pembentukan lapisan batas itu laminar, tetapi pada suatu jarak
kritis ditepi depan, bergantung dari medan aliran dan sifat – sifat fluida, gangguan –
gangguan kecil pada aliran itu membesar dan mulailah terjadi proses transisi hingga
aliran menjadi turbulen. Dengan aliran turbulen dapat digambarkan sebagai kecocokan
rambang dimana gumpalan fluida bergerak ke sana ke mari disegala arah. Transisi dari
aliran laminar menjadi turbulen terjadi apabila

Dimana :
= kecepatan aliran bebas
X = jarak dari tepi depan
V = = viskositas kinematik
Pengelompokkan khas diatas disebut angka Reynolds dan angka ini tak
berdimensi apabila untuk semua sifat – sifat diatas digunakan perangkat satuan yang
konsisten;

Angka Reynolds digunakan sebagai criteria untuk menunjukkan apakah aliran


dalam tabung atau pipa itu laminar atau turbulen. Untuk

Aliran itu biasa turbulen. Pada daerah transisi terdapat suatu jangkau angka
Reynolds, yang bergantung dari kekasaran pia dan kehalusan aliran. Jangkau transis
yang biasa digunakan ialah

Walaupun dalam kondisi yang dikendalikan ketat dalam laboratorium aliran


laminar masih bias didapatkan pada angka Reynolds 25.000.
Hubungan kontinuitas untuk aliran satu – dimensi dalam tabung ialah
Dimana :
m = laju aliran massa
= kecepatan rata – rata
A = luas penampang

II.4 Lapisan Batas Laminar pada Plat Rata


Kita terapkan hokum kedua Newton tentang gerak,

Dimana ΣFx = tambahan fluks momentum pada arah x


Fluks momentum pada arah x ialah hasil perkalian aliran massa melalui satu sis
tertentu dari volume kendali dan komponen x kecepatan pada titik itu.
Massa yang masuk dari muka kiri unsure itu persatuan waktu ialah

Jika kita andaikan satu satuan kedalaman pada arah z. jadi momentum, masuk
pada muka kiri per satuan waktu ialah

Dan momentum yang keluar dari muka kanan ialah

Aliran massa yang masuk dari muka adalah

Aliran massa keluar darim muka atas ialah

Neraca massa pada unsure itu memberikan

Atau

Persamaan diatas ialah persamaan kontiunuitas, untuk lapisan batas.


Momentum pada arah x yang masuk melalui muka bawah adalah
Ρvu dx
Dan momentum pada arah x yang keluar dari muka atas ialah

Bagi kita hanya momentum pada arah x yang penting, karena gaya yang menjadi
perhatian kiata dalah analisa ini adalah gaya pada arah x. gaya ini adalah gaya – gaya
yang disebabkan oleh geser viskos dan gaya tekanan pada unsure. Gaya tekanan pada
muka kiri adalah ρ dy, dan pada muka kanan adalah , sehingga
gaya tekanan netto pada arah gerakan adalah

Gaya geser viskos pada muka bawah adalah

Dan gaya geser pada muka atas

Gaya geser viskos netto pada arah gerakan ialah jumlah kedua gaya di atas:

Gaya geser-viskos neto = µ

Dengan menyamakan jumlah gaya geser-viskos dan gaya tekanan dengan


perpindahan momentum pada arah x, kita dapatkan
2
µ =ρ dy – ρu2dy +

disederhanakan, dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan mengabaikan


diffrensial orde kedua, kita dapat

Persamaan diatas ialah persamaan momentum untuk lapisan batas laminar


dengan sifat – sifat tetap. Persamaan ini dapat diselsaikan secara eksak untuk berbagai
kondisi batas, dan para pembaca.
Penyelesaian eksak persamaan laju lapisan batas menghasilkan

II.5 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering


Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau
penguapan kadar air oleh udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
sekeliling dan bahan yang dikeringkan. Penguapan ini terjadi karena kandungan air
diudara mempunyai kelembapan yang cukup rendah.
Pada saat proses pengeringan, akan berlangsung beberapa proses yaitu:
1. Proses perpindahan massa, proses perpindahan massa uap air atau
pengalihan kelembapan dari permukaan bahan kesekeliling udara.
2. Proses perpindahan panas, akibat penambahan (perpindahan) energi panas
terjadilah proses penguapan air dari dalam bahan ke permukaan bahan atau
proses perubahan fasa cair menjadi fasa uap.
Kedua proses tersebut diatas dilakukan dengan cara menurunkan Kelembapan
relatif udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan sehingga tekanan uap
air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara sekeliling bahan yang di
keringkan.perbedaan tekanan ini meneyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan
keudara luar. Untuk meningkatkan perbedaantekanan udara antara permukaan bahan
dengan udara sekelilingnya dapat dilakukan dengan memanaskan udara yang
dihembuskan ke bahan. Makin panas udara yang dihembuskan mengelilingi
bahan, maka banyak pula uap air yang dapat di ttarik oleh udara panas pengering.
Energi panas yang berasal dari hasil pembakaran menyebabkan naiknya
temperature ruang pembakaran. Karena adanya perbedaan temperatur antara ruang
pembakaran dengan lemari pengering, maka terjadi perpindahan panas konveksi
alamiah didalam alat pengering. Udara panas didalam lemari pengeriingg mempunyai
densitas yang lebih kecil dari udara panas diruang pembakaran sehingga terjadi aliran
udara.
Cara perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau
aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui
apakah aliran fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari
garis aliran (streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing- masing
partikel fluida mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida
tersebut tetap pada urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan
dari gerakan laminar, gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag
dan tidak teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap
perpindahan panas konveksi.
Bila suatu fluida mengalir secrara laminar sepanjang suatu permukaan yang
mempunyai suhu berbeda dengan suhu fluida, maka perpindahan panas terjadi dengan
konduksi molekulardalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan
permukaan. Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu
oleh banyak sekali pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida
melintasi garis aliran. Partikel-partikel iniberperan sebagai pembawa energy dan
memindahkan energi dengan cara bercampur dengan partikel fluida tersebut.
Karena itu, kenaikan laju pencampuran (atau turbulensi) akan juga menaikkan laju
perpindahan panas dengan cara konveksi
Untuk menganalisa distribusi temperatur dan laju perpindahan panas pada
peralatan pngeringan, diperlukan neraca energi disamping analisis dinamika fluida dan
analisi lapisan batas yang terjadi. Setelah kiat melakukan neraca energi terhadap sistem
aliran itu, dan kita tentukan pengaruh aliran itu tehadap beda temperatur dalam fluida
maka distribusi temperature dan laju perpindahan panas dari permukaan yang
dipanaskan ke fluida yang ada diatasnya dapat diketahui.
Keseimbangan energi panas dapat dilihat dalam rumusan berikut:
Qudout = mudCpdT = Qin = mairLHair
Perpindahan panas konveksi dinyatakan dalam bentuk:
Qkonveksi = hc.A.Dt
Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru yang
sangat penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu angka
Grashof Gr yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam sistem
konveksi paksa, didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya
viskositas di dalam sistem aliran konveksi alami.

Grƒ =
Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T
Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi
dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:

m
ƒ= = C (GrƒPrƒ)

dimana subscrip f menunjukkan bahwa semua sifat-sifat fisik harus di evaluasi


pada suhu film,

Tƒ =

Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka
Rayleigh:
Ra = Gr . Pr

II.6 Konveksi Bebas dan Aliran Fluida Pada Plat Miring


Orientasi kemiringan pelat apakh permukaannya menghadap atas atau ke
bawah merupakan salah satu factor yang mempengaruhi bilangan nusselt.Untuk
membuat perbedaan ini Fuji dan Imura memberikan tanda sudut seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
1. Sudut adalah negatif jika permukaan panas menghadap ke atas.
2. Sudut adalah positif jika permukaan panas menghadap ke bawah.

Menurut Fuji dan Imura untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap
5 11
ke bawah pada jangkauan + < 80 °C ;10 < Gr.Pr < 10 bentuk korelasinya adalah
:
1/4
Nu=0.56 (GrL.Pr cos)
Gambar 2.1 Konsep Positif dan Negative pada Plat Miring

Untuk plat dengan kemiringan kecil (88° < < 90°) dan permukaan panas
menghadap ke bawah maka persamaannya :
1/5
Nu=0,58 (GrL.Pr)
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas dalam
11 ° °
jangkauan GrL.Pr <10 ;GrL > Grc ; dan -15 < < -75
bentuk korelasinya adalah
1/3 1/3 1/4
Nu=0.145 [(GrL.Pr) -(Grc.Pr) ]+0,56 (Grc.Pr cos )
Untuk plat miring ,panas (atau dingin ) relative terhadap temperatur fluida, plat
sejajar dengan vector gravitasi,dan gaya apung yang terjadi menyebabkan garakan
fluida ke atas atau ke bawah. Bagaimanapun, jika platnya membentuk sudut terhadap
gravitasi,gaya apung mempunyai komponen normal terhadap permukaan plat.
Dengan adanya pengurangan gaya apung yang paralel terhadap plat,dan juga
terjadi penurunan kecepatan fluida sepanjang plat,dan bisa diperkirakan bahwa juga
terjadi penurunan pada perpindahan panas konveksi. Tetapi penurunan itu terjadi
apakah perpindahan panasnya berasal dari atas ataau bawah permukaan dari plat.

II.7 Konveksi Bebas dan Aliran Fluida Pada Plat Vertikal


Ketika suatu plat rata vertical dipanaskan maka akan akan terbentuklah suatu
lapisan batas konveksi bebas, Profil kecepatan pada lapisan batas ini tidak seperti profil
kecepatan pada lapisan batas konveksi paksa .Pada gambar 2.2 dapat dilihat profil
kecepatan pada lapisan batas ini,dimana pada dinding ,kecepataan adalah nol,karena
terdapat kondisi tanpa gelincir (no-slip); kecepatan itu bertambah terus sampaai
mencapai nilai maksimum ,dan kemudian menurun lagi hingga nol pada tepi lapisan
batas.Perkembangan awal lapisan batas adalah laminar,tetapi suatu jarak tertentu dari
tepi depan ,bergantung pada sifat-sifat fluida dan beda suhu antara dinding dan
lingkungan,terbentuklah pusaran-pusaran ke lapisan batas turbulen pun mulailah
terjadi.Selanjutnya,pada jarak lebih jauh pada plat itu lapisan batas menjadi turbulen
sepenuhnya.
Mc.Adams mengkorelasikan nilai Nusselt rata-rata dengan bentuk :
n
= =C(GrL.Pr)
Konstanta C ditentukan pada tabel 2.1 Sifat-sifat fisik Dievaluasi pada suhu film
Tƒ.Untuk perkalian antara bilangan Grashof dengan bilangan Prandtl disebut dengan
bilangan Rayleigh (Ra) yaitu :

RaL = GrL.Pr =

Anda mungkin juga menyukai