DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan
panas di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu
perpindahan panas tidak akan terjadi pada sistem yang memiliki temperatur
yang sama sehingga perbedaan temperatur menjadi penggerak terjadinya
perpindahan panas atau kalor. yang sama dengan sebagai gerakan
Perpindahan energi listrik yang intinya adalah berpindah dan bergerak akibat
perbedaan temperature.
Penelitian mengenai fenomena perpindahan panas konveksi paksa telah
banyak dilakukan baik secara eksperimental maupun secara numerik.
Penelitian secara eksperimen lab untuk mengetahui fenomena yang terjadi
pada proses perpindahan panas konveksi paksa membutuhkan biaya yang
cukup mahal dan proses yang cukup rumit. Oleh karena itu, dikembangkan
penelitian secara simulasi numerik yang membutuhkan biaya yang jauh lebih
murah. Berbagai metode pendekatan numerik untuk mengetahui fenomena
perpindahan panas konveksi paksa telah dilakukan, dengan menggunakan
model matematika dari persamaan Navier Stokes yang meliputi persamaan
kontinuitas, momentum dan energi. Ramaswamy (1993) meneliti aliran
kental tak mampat dengan menggunakan metode elemen hingga (finite-
element). Lemos (1993) menggunakan pendekatan beda hingga (finite
different) pada staggered grid untuk meneliti aliran fluida tak mampat. A.N.
Pavlov, S.S. Sazhin, R.P. Fedorenko, M.R. Heikal (1998) meneliti tentang
aliran transien di sekitar kotak prisma dengan menggunakan metode beda
hingga pada staggered grid. Sutrisno (2001) menggunakan pendekatan beda
hingga (finite different) pada staggered grid untuk meneliti perpindahan
panas pada aliran di sekitar silinder. Penelitian ini mengacu pada penelitian
yang dilakukan Sutrisno dengan perbedaan bentuk geometri dimana
lingkaran digantikan dengan kotak 2D, sehingga dapat diketahui fenomena
yang terjadi pada aliran di sekitar kotak 2D dengan berbagai variasi bilangan
Reynolds yang mengacu pada viskositas kinematik fluida dan variasi
bilangan Peclet yang mengacu pada difusifitas termal.
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan
panas di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu
perpindahan panas tidak akan terjadi pada sistem yang memiliki temperatur
yang sama sehingga perbedaan temperatur menjadi penggerak terjadinya
perpindahan panas atau kalor. yang sama dengan sebagai gerakan
Perpindahan energi listrik yang intinya adalah berpindah dan bergerak akibat
perbedaan temperature.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut
1. Dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan free and force
convection.
2. Mengenal dan memahami komponen-komponen peralatan free and
force convection beserta fungsinya.
3. Dapat memahami fenomena fisik perpindahan panas konveksi paksa.
4. Untuk mengetahui karakteristik sesungguhnya proses perpindahan
panas konveksi paksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konveksi pada dasarnya hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir,
maka bentuk pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas.
Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena massa yang akan dipanaskan
tidak sekaligus di bawake suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang
paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh massa jenis yang
lebih kecil daripada bagian massa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya
terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat. Konveksi
adalah proses perpindahan kalor dari satu bagianfluida ke bagian lain fluida
oleh pergerakan fluida itu sendiri. Konveksi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa (forced convection). (Giles, 1993)
Setiap bagian fluida yang menerima kalor atau dipanasi memuai dan
massa jenisnya menjadi lebih kecil, sehingga fluida akan bergerak ke atas.
Kemudian tempatnya akan digantikan oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke
bawah karena massanya jenisnya lebih besar. Sedangkan pada konveksi
paksa, fluida yang telah dipanasi akan langsung diarahkan tujuannya oleh
sebuah blower atau pompa. Konveksi digunakan untuk menunjukkan proses
pada perpindahan panas yang akan terjadi antara permukaan dan fluida yang
bergerak ketika mereka berada pada nilai perbedaan temperatur. Perpindahan
panas konveksi terdiri dari dua mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai
akibat dari pergerakan molekular acak dan ada juga energi yang dipindahkan
oleh pergerakan secara mikroskopis darifluida. Perpindahan panas konveksi
yang terjadi antara fluida yang bergerak dan batas permukaan, ketika
keduanya berada pada nilai temperatur yang berbeda. Dengan rumus yang
dimiliki sebagai berikut:
2. Natural Convection
Konveksi alami (free convection) terjadi karena fluida mengalami
proses pemanasan, berubah densitasnya dan bergerak naik. Gerakan
fluida dalam konveksi alami, baik fluida itu gas maupun zat cair terjadi
karena gaya apung (bouyancy force) yang dialami apabila densitas
fluida di dekat permukaan perpindahan kalor berkurang sebagai akibat
proses pemanasan. Secara sederhana konveksi alami dapat diartikan
sebagai perpindahan kalor yang terjadi secara alami atau pergerakan
fluida yang terjadi akibat perbedaan massa jenis, misalnya pemanasan
air. Bagian fluida yang dipanasi memuai dan massa jenisnya menjadi
lebih kecil,sehingga bergerak ke atas. Kemudian tempatnya akan
digantikan oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke arah bawah karena
massanya jenisnya bernilai lebih besar
Gambar 3. Natural Convection
D. Konveksi Paksa
Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi karena disengaja.
Perpindahan panas yang mana dialirannya tersebut berasal dari luar, seperti
dari blower atau krandan pompa. Konveksi paksa dalam pipa merupakan
persoalan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan
internal flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang
dibatasi oleh suatu permukaan. Sehingga lapisan batas tidak dapat
berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran luar.
𝑞⁄
𝑡 = ℎ. 𝐴(∆𝑇)……………………………….(2)
Dengan keterangan:
q = Kalor jenis (J/s)
h = Koefisien konveksi (W/m2.C)
A= Luas permukaan (m2)
t = Waktu terjadi aliran kalor (s)
∆T = Perbedaan temperature (°C)
q = h . A ( Ts - T∞)……………………….….(3)
dimana q,fluks panas konveksi (Ꞷ/m2 ) adalah berbanding lurus dengan
perbedaan temperature antara permukaan dan fluida untuk masing-masing Ts
dan T∞ (temperatur). Sedangkan h adalah koefisien konveksi local atau
koefisien perpindahan panas.
G. Suhu
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda
atau system suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki
bersama antara dau benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan
termal. Jika panas dialirkan pada suatu benda maka suhu benda pertama yang
mengaliri panas akan terasa dingin atau dengan kata lain kehilangan panas.
Akan tetapi hubungan antara satuan panas dengan satuan suhu tidak
merupakan suatu konstanta,karena besarnya peningkatan suhu akibat
penerimaan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tamping
panas (heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerima tersebut. Suatu
benda yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu benda yang
tinggi,dan sebaliknya suaatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan
memiliki suhu rendah. Perubahan suhu benda baik menjadi panas atau dingin
yang biasanya diikuti dengan perubahan bentuk bendanya atau wujudnya.
Misalnya perubahan wujud cair menjadi padat karena air mengalami proses
kehilangan kalor (panas). Sedangkan perubahan wujud padat menjadi cair
karena menerima panas dari luar (lingkungan). Dan perubahan wujud benda
cair menjadi gas karena benda menerima panas dari lingkungan. (Idawati
Supu, 2016).
𝜌𝑉𝑥 𝑉𝑥
𝑅𝑒𝑥 = = ………………………………(4)
𝜇 𝑣
Keterangan:
V = kecepatan aliran bebas
x = jarak dari tepi depan
υ = μ/ρ = viskositas kinematic
Dimana L adalah Panjang permukaan udara bergerak ( untuk plat datar hanya
panjang plat). Pada percobaan forced convection ini, daya listrik yang masuk
dinyatakan dengan persamaan:
W = 𝑉 × 𝐼 (Watt)............................................. (6)
Laju perpindahan panas terhadap waktu didefinisikan sebagai :
𝑄̇ = 𝑄 𝑡 (Watt) .............................................. (7)
Keterangan:
1. Fan merupakan bagian alat yang digunakan untuk menggerakkan fluida
untuk forced convection.
2. T1 merupakan sensor temperatur berupa thermocouple yang digunakan
untuk mengukur suhu fluida yang masuk (inflow).
3. T2 merupakan sensor temperatur berupa thermocouple yang digunakan
untuk mengukur suhu permukaan heater.
4. T3 merupakan sensor temperatur berupa thermocouple yang digunakan
untuk mengukur suhu udara keluar (outflow).
5. Flowrate sensor merupakan alat yang digunakan untuk membaca laju
alir fluida yang melewati pipa.
6. Heater merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan fluida
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Flat Plate
4. Finned Surface
Gambar 5. Stopwatch
6. Anemometer
Gambar 6. Anemometer
7. Fan
Gambar 7. Fan
B. Prosedur Percobaan
1. Menyalakan perangkat computer (PC).
2. Menjalankan software VDAS (mengklik dua kali pada icon VDAS).
3. Memasang permukaan perpindahan panas yang telah di tentukan
(Finned, Pinned dan Flat Plate).
4. Menghidupkan mesin dengan menekan tombol power mesin yang
terletak di belakang mesin.
5. Menghidupkan power heater menekan tombol power mesin yang
terletak di depan mesin.
6. Menjalankan program VDAS mengklik “start”.
7. Mengatur power heater hingga mencapai 15 Watt (yang telah di
tentukan).
8. Menunggu hingga pembacaan temperature stabil (15 menit).
9. Menghidupkan fan dengan cara memutar fan searah jarum jam sebesar
2 m.s-1 (yang telah di tentukan).
10. Mencatat perubahan temperature dengan interval 30 sekon selama 480
s dengan cara mengklik “record data”.
11. Mematikan fan dengan cara putar fan berlawanan arah jarum jam
hingga pembacaan flow rate 0.
12. Mengulangi percobaan 7-11 dengan mengganti permukaan kerja
perpindahan panas (Finned, Pinned dan Flat Plate) dan variasi Power
Heater.
13. Bila telah selesai, mengatue power heater hingga nol kemudian
mematikan power heater, mematikan power mesin dan PC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Perhitungan
a) Surface Finned 1,5 m/s.
Perhitungan Selisih 𝑇1 − 𝑇2
1) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 54,3 °𝐶 = 25,7 °𝐶
2) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 53,3 °𝐶 = 24,7 °𝐶
3) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 52,5°𝐶 = 23,9 °𝐶
4) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 51,1 °𝐶 = 23,1 °𝐶
5) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 51,1 °𝐶 = 22,5 °𝐶
6) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 50,4 °𝐶 = 22,5 °𝐶
7) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 50 °𝐶 = 21,3 °𝐶
8) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 49,6 °𝐶 = 20,9°𝐶
9) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 49,3 °𝐶 = 20,6 °𝐶
10) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 48,7 °𝐶 = 20 °𝐶
11) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 48,4 °𝐶 = 19,7 °𝐶
12) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 48,1 °𝐶 = 19,4 °𝐶
13) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 48 °𝐶 = 19,4 °𝐶
14) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,6 °𝐶 − 47,7 °𝐶 = 19,1 °𝐶
15) 𝑇1 − 𝑇2 = 28,7 °𝐶 − 47,1 °𝐶 = 18,4 °𝐶
Perhitungan nilai 𝑇𝑚𝑐
𝑇3 −𝑇1 35,1 °𝐶−28,6 °𝐶
1) 𝑇𝑚𝑐 = 𝑇 −𝑇 = 28,7 °𝐶 = 51,3 °𝐶
log( 2 1 ) log( )
𝑇2 −𝑇3 54,3 °𝐶−35,1 °𝐶
𝑇3 −𝑇1 33 °𝐶−29,1 °𝐶
11) 𝑇𝑚𝑐 = 𝑇 −𝑇 = 43,6 °𝐶 = 40,0 °𝐶
log(𝑇2 −𝑇1 ) log(72,7 °𝐶−33,0 °𝐶)
2 3
𝑇3 −𝑇1 33 °𝐶−29,1 °𝐶
12) 𝑇𝑚𝑐 = 𝑇 −𝑇 = 44,5 °𝐶 = 39,8 °𝐶
log(𝑇2 −𝑇1 ) log( )
2 3 73,6 °𝐶−33,0 °𝐶
Perhitungan nilai ℎ𝑐
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
1) ℎ𝑐 = = = 33,4
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×53,5 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
2) ℎ𝑐 = = = 30,1
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×59,3 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
3) ℎ𝑐 = = = 27,4
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×65,1 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
4) ℎ𝑐 = = = 25,3
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×70,5 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
5) ℎ𝑐 = = = 23,8
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×75,0 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
6) ℎ𝑐 = = = 22,5
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×79,30 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
7) ℎ𝑐 = = = 21,5
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×83,20 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
8) ℎ𝑐 = = = 20,6
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×86,90 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
9) ℎ𝑐 = = = 19,9
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×89,70 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
10) ℎ𝑐 = = = 19,3
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×92,70 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
11) ℎ𝑐 = = = 18,6
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×95,80 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
12) ℎ𝑐 = = = 18,2
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×97,90 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
13) ℎ𝑐 = = = 17,8
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×100,3 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
14) ℎ𝑐 = = = 17,5
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×102,3 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
15) ℎ𝑐 = = = 17,1
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,092 𝑚2 ×104,6 𝑚2 𝐾
𝑇3 −𝑇1 33 °𝐶−29,1 °𝐶
11) 𝑇𝑚𝑐 = 𝑇 −𝑇 = 43,6 °𝐶 = 49,6 °𝐶
log(𝑇2 −𝑇1 ) log(72,7 °𝐶−33,0 °𝐶)
2 3
𝑇3 −𝑇1 33 °𝐶−29,1 °𝐶
12) 𝑇𝑚𝑐 = 𝑇 −𝑇 = 44,5 °𝐶 = 48,3 °𝐶
log(𝑇2 −𝑇1 ) log(73,6 °𝐶−33,0 °𝐶)
2 3
Perhitungan nilai ℎ𝑐
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
1) ℎ𝑐 = = = 8,6
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×53,5 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
2) ℎ𝑐 = = = 8,7
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027𝑚2 ×65,1 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
3) ℎ𝑐 = = = 8,8
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×70,5 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
4) ℎ𝑐 = = = 8,9
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×75,0 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
5) ℎ𝑐 = = = 9,1
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×79,30 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
6) ℎ𝑐 = = = 9,7
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×83,20 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
7) ℎ𝑐 = = = 10,0
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×86,90 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
8) ℎ𝑐 = = = 10,3
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×89,70 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
9) ℎ𝑐 = = = 10,6
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×92,70 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
10) ℎ𝑐 = = = 10,9
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×95,80 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
11) ℎ𝑐 = = = 11,2
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×97,90 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
12) ℎ𝑐 = = = 11,5
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×100,3 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
13) ℎ𝑐 = = = 11,9
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×102,3 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
14) ℎ𝑐 = = = 11,4
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×104,6 𝑚2 𝐾
𝑄 20 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑊
15) ℎ𝑐 = = = 11,6
𝐴𝑠 ×𝑇𝑚𝑐 0,027 𝑚2 ×104,6 𝑚2 𝐾
B. Pembahasan
Konveksi adalah perpindahan panas yang disertai dengan pergerakan
partikel. Konveksi terjadi karena adanya cairan, udara atau air, melewati atau
bersentuhan dengan permukaan benda padat. Menurut aliran fluidanya,
konveksi terdiri dari dua jenis, yaitu konveksi paksa dan konveksi alami.
Namun pada praktikum kali ini kita akan mengalami konveksi paksa dimana
fluida mengalir bukan karena perbedaan densitas tetapi dengan bantuan alat
seperti kipas angin. Setelah melakukan serangkaian percobaan dan
perhitungan, diperoleh grafik hubungan antar parameter sebagai berikut.
Tmc Vs Waktu
80.0
60.0
Tmc (C)
40.0 Surface Finned 1,5
m/s
20.0
Surface Pinned 1,5
0.0 m/s
0 200 400 600
Waktu (s)
hc Vs Tmc
15.0
10.0
Surface Finned 1,5
hc
m/s
5.0
Surface Pinned 1,5
0.0 m/s
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0
Tmc
10
Surface Finned
5
Surface Pinned
0
0 10 20 30 40
T2-T1 (C)
Dan terakhir, kita akan membahas hubungan antara nilai kecepatan dan
suhu yang lebih rendah. Pada praktikum ini nilai kecepatan yang digunakan
adalah 1,5 m/s untuk setiap permukaan benda uji. Berdasarkan grafik diatas
diketahui bahwa nilai kecepatan akan mempengaruhi suhu yang terbaca pada
mesin konveksi bebas dan paksa. Selanjutnya, kami juga mencatat bahwa
nilai T2T1 pada permukaan berlabuh lebih besar dari pada permukaan
berlabuh. Ini mungkin karena bentuk permukaan benda uji.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum perpindahan panas dan massa
tentang Force Convection adalah sebagai berikut :
1. Potongan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari pelat datar,
permukaan bersirip dan permukaan tesselated. Dari ketiga buah
tersebut ditempatkan secara bergantian pada tumpuan yang ada pada
alat konveksi bebas dan paksa dan potongan tersebut menerima arus
listrik yang akan diubah menjadi energi panas. Letak potongan berada
di bagian bawah kipas, fungsi kipas adalah untuk memaksa aliran udara
melewati potongan. Perubahan suhu dipengaruhi oleh perpindahan
panas, yang dipengaruhi oleh suhu permukaan (Ts), semakin besar
perbedaan suhu dari permukaan, semakin besar perpindahan panas.
2. Dalam hasil pengujian untuk mendapatkan nilai koefisien juga sama
dengan pengambilan hasil temperatur, dimana nilai koefisien juga
mengalami penurunan seiring berjalannya waktu. Namun hal tersebut
terjadi kembali pada hasil pengujian kali ini, data yang dihasilkan tidak
lah terpaut jauh dengan hasil sebelumnya, akan tetapi terjadinya
penurunan suhu yang sangat drastis dapat diindikasikan sebagai error
pada saat pengujian
3. Keceptan udara mempengaruhi penurunan suhu pada surface finned.
Sedangkan pada surface pinned karena terjadi kesalahan pada saat
pengujian yang menyebabkan nilai terendah memiliki nilai yang sangat
kecil sehingga kita tidak bisa menentukan kesimpulan dengan jelas
tentang pengaruh kecepatan udara terhadap temperatur.
B. Saran
Saran yang dapat dituliskan setelah melakukan praktikum Force
Convection ini adalah:
1. Praktikum dimulai tepat waktu agar tidak menganggu agenda yang
lainnya.
2. Meningkatkan kualitas perekaman audio serta video dengan mengganti
microfon dan juga menambah stabilizer pada kamera.
3. Pada akhir vidio praktikum, terdapat space waktu yang cukup panjang
dan seharusnya itu dapat dihilangkan.
4. Kamera dapat menggunakan stabilizer agar gambar yang dibuat tidak
golang dan hasilnya akan maksimal.
5. Memperhatikan video praktikum dengan seksama dalam proses
praktikum agar dapat memahami praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
Secara umum, ketika fluida mengalir di atas permukaan yang diam, mis. pelat
datar, dasar sungai, atau dinding pipa, fluida yang menyentuh permukaan
aliran disebut lapisan batas. Konsep lapisan batas sangat penting dalam semua
Termal boundary layer harus terbentuk jika suhu curah dan suhu permukaan
berbeda. Pertimbangkan aliran di atas pelat datar isotermal pada suhu konstan
Twall. Di ujung depan profil suhu seragam dengan Tbulk. Partikel fluida yang
permukaan pelat. Pada titik ini, aliran energi terjadi di permukaan murni
dengan konduksi.
2. S
3.