Anda di halaman 1dari 16

RESUME PERPINDAHAN KALOR

URAIAN MEKANISME PERPINDAHAN PANAS

DOSEN PENGAMPU :
Ir.Caecilia Pujiastuti,MT

KELOMPOK 7 PARALEL D
DISUSUN OLEH :

1. Aryuda Bagus Aryanto (19031010138)


2. Fiqi Putra A (19031010171)
3. Dimas Alfa Alif Dewandana (19031010172)
4. Mochamad Fadilah R (19031010177)
5. Mochamad Dhani Dharmawan (19031010178)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR
2021
Nama : Mochamad Dhani Dharmawan
NPM : 19031010178
Paralel :D
TTD :
Perpindahan panas

Gambar 1. Perpindahan panas


Perpindahan yaitu sebuah perubahan kedudukan suatu benda setelah
bergerak selama selang waktu tertentu. Perpindahan dapat dikatakan besaran vektor
sehingga selain memiliki besar juga memiliki arah. Perpindahan panas (heat
transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor atau panas (heat) karena adanya
perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan berpindah dari temperatur media
yang lebih tinggi ke temperatur media yang lebih rendah. Proses perpindahan panas
akan terus berlangsung sampai ada kesetimbangan temperatur yang terjadi pada
kedua media tersebut.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran panas
bersifat seuniversal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak
sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas tidak di kendalikan oleh sebuah
hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak
saling bergantungan. Mekanisme perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga
cara perpindahan panas yaitu, konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah
hantaran), konveksi (convection, juga dikenal dengan istilah aliran), radiasi
(radiartion).
A. Konduksi

Gambar 1. perpindahan panas secara konduksi


Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada
suatu media padat, atau pada media fluida yang diam. Konduksi terjadi akibat
adanya perbedaan temperatur antara permukaan yang satu dengan permukaan yang
lain pada media tersebut.
Konsep yang ada pada konduksi merupakan suatu aktivitas atomik dan
molekuler. Sehingga peristiwa yang terjadi pada konduksi adalah perpindahan
energi dari partikel yang lebih energetik (molekul yang lebih berenergi atau
bertemperatur tinggi) menuju partikel yang kurang energetik (molekul yang kurang
berenergi atau bertemperatur lebih rendah), akibat adanya interaksi antara partikel-
partikel tersebut.Proses perpindahan panas secara konduksi pada steady state
melalui dinding datar suatu dimensi sebagai berikut.

Gambar 2. perpindahan panas konduksi pada bidang datar


Persamaan laju konduksi dikenal dengan Hukum Fourier (Fourier Law of Heat
Conduction) tentang konduksi, yang persamaan matematikanya dituliskan sebagai
berikut.
𝑑𝑇
qkond = -k.A.𝑑𝑥
Keterangan:
qkond = laju perpindahan panas konduksi (W)
k = konduktivitas termal bahan (W/m.K)
A = luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m)
𝑑𝑇
= gradien temperatur pada penampang tersebut (K/m)
𝑑𝑥

Tanda (-) diselipkan agar memenuhi hukum Thermodinamika II, yang


menyebutkan bahwa, panas dari media bertemperatur lebih tinggi akan bergerak
menuju media yang bertemperatur lebih rendah (Supu, 2016).

B. Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah proses transport energi dengan kerja
gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur.
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan mencampur
berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan
gradien temperatur, maka dikatakan sebagai konveksi bebas/alamiah (natural),
sedangkan bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat tertentu dari luar
dikatakan sebagai konveksi paksa. Fenomena perpindahan panas konveksi terdiri
dari dua mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan
molekuler acak (difusi) dan energi yang dipindahkan secara makroskopis dari
fluida. Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataannya sering dijumpai, karena
dapat meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida dengan
fluida yang lain. Mekanisme perpindahan panas di atas pelat datar merupakan
contoh dari sekian banyak bentuk penampang yang sering dijumpai dan sangat luas
aplikasinya, misalnya pada setrika listrik, procesor dan head mesin (Luhulima,
2010).
Gambar 3. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah peristiwa perpindahan kalor yang disertai dengan
perpindahan partikel-partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi
pada zat cair dan zat gas. Perpindahan kalor terjadi karena terdapat perbedaan massa
jenis zat. Air merupakan konduktor yang buruk, namun ketika air bagian bawah
dipanaskan ternyata air bagian atas juga ikut terasa panas. Saat air bagian bawah
mendapatkan kalor dari pemanas, partikel air memuai sehingga menjadi lebih
ringan dan bergerak naik dan digantikan dengan partikel air dingin dari bagian atas.
Dengan hal ini, panas air dari bagian bawah berpindah bersama aliran air menuju
bagian atas. Proses ini yang kemudian disebut dengan perpindahan kalor secara
konveksi (Anonim, 2020).
Konveksi adalah model transfer energi antara permukaan benda solid
dengan gas atau liquid yang berdekatan di dalam pergerakan, dan ini melibatkan
kombinasi efek konduksi dan gerakan fluida. Perpindahan panas konveksi
diformulasikan sebagai berikut :
q = h.A.(Tsurface – Tfluid bulk)
Keterangan:
q = laju perpindahan panas. W
h = koefisien perpindahan panas, W/m2oC
A = Luas perpindahan panas, m2
Tsurface = temperature dinding, oC
Tfluid bulk = temeratur sekeliling, oC
Koefisien perpindahan panas bukan merupakan property dari udara, akan
tetapi merupakan parameter eksperimen dimana nilainya tergantung semua variabel
yang mempengaruhi konveksi dan geometri permukaan objek. Nilai koefisien
perpindahan panas dapat ditentukan dengan beberapa analisa dimensional.
ℎ = 𝑞/𝐴.∆𝑇
Koefisien perpindahan panas pada sebuah dinding mewakili kemampuan
penyerapan atau pelepasan energi thermal pada permukaan fluida/solid (Heru,
2017).

C. Radiasi

Gambar 4. perpindahan panas secara radiasi


Perpindahan panas radiasi dapat dikatakan sebagai proses perpindahan
panas dari satu media ke media lain akibat perbedaan temperatur tanpa memerlukan
media perantara. Peristiwa radiasi akan lebih efektif terjadi pada ruang hampa,
berbeda dari perpindahan panas konduksi dan konveksi yang mengharuskan adanya
media perpindahan panas.
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalordalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Radiasi mendeskripsikan setiap proses di manaenergi
bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.
Radiasi termal adalah proses dimana permukaan benda memancarkan energi panas
dalam bentukgelombang elektromagnetik. Radiasi infra merah dari radiator rumah
tangga biasa atau pemanas listrik adalah contoh radiasi termal, seperti panasdan
cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah bola lampu pijar bercahaya. Radiasi termal
dihasilkan ketika panas dari pergerakan partikel bermuatan dalam atom diubah
menjadi radiasi elektromagnetik. Gelombang frekuensi yang dipancarkan dari
radiasi termaladalah distribusi probabilitas tergantung hanya pada suhu, dan untuk
benda hitam asli yang diberikan oleh hukum radiasi Planck. Hukum Wien
memberikan frekuensi paling mungkin dari radiasi yang dipancarkan, dan hukum
Stefan-Boltzmann memberikan intensitas panas. Perpindahan kalor dengan cara
radiasi sedikit berbeda dibandingkan dengan perpindahan kalor secara konduksi
dan perpindahan kalor secara konveksi. Perpindahan kalor dengan cara
konduksidan konveksi terjadi ketika benda-benda yang memiliki perbedaan suhu
saling bersentuhan. Sebaliknya, perpindahan kalor secara radiasi bisa terjadi tanpa
adanya sentuhan.
a. Mekanisme fisis
Radiasi termal merambat dengan kecepatan cahaya 3x1010 cm/s. Kecepatan
ini sama dengan hasil perkalian panjang gelombang dengan frekuensi radiasi :
c=λv
Dimana :
c = kecepatan cahaya
λ = panjang gelombang
v = frekuensi
Perambatan radiasi termal berlangsung dalam bentuk kuantum-kuantum yang
diskrit atau farik (discrete), setiap kuantum mengandung energy sebesar :
E=hv
Dimana: h ialah konstanta Planck yang nilainya h = 6,625 x 10-34 Js
Gambaran fisis yang amat kasar tentang perambatan radiasi diperoleh
dengan menganggap setiap kuantum sebagai suatu partikel yang mempunyai
energy, massa, dan momentum, seperti halnya molekul gas. Jadi radiasi dapat
digambarkan sebagai gas foton yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain.
Energi total Radiasi yang dipancarkan dapat dihitung dengan hukum Stefan-
Boltzmann :
Eb = σ T4
Dalam analisis termodinamika, densitas energy dihubungkan dengan radiasi
energy dari permukaan per satuan waktu per satuan luas. Jadi permukaan bagian
dalam yang dipanaskan dari suatu ruang tertutup menghasilkan densitas-energi
radiasi-termal tertentu dalam ruang itu. Hukum Stefan-Boltzmann menjelaskan
tentang radiasi benda hitam. Disebut radiasi benda hitam karena bahan yang
mematuhi hukum ini tampaknya hitam di mata, benda itu tampak hitam karena tidak
memantulkan sesuatu radiasi. Jadi benda hitam ialah juga benda yang menyerap
seluruh radiasi yang menyimpannya. Eb disebut daya emisi benda hitam (Candra,
2015).
Contoh Dalam Dunia Industri
Aplikasi konduksi pada industri
Dalam dunia industri terdapat sebuah alat yang bernama evaporator.
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menguapkan sebagian air
sehingga menjadi larutan jenuh. Cara kerja evaporator adalah zat yang ingin
dinaikkan konsentrasinya masuk melalui feed dan masuk ke dalam pipa yang
dipanasi dengan steam sehingga suhunya naik sehingga sebagian liquid (zat yang
ingin dikurangi konsentrasinya) menguap. Peristiwa konduksinya adalah terjadi
perpindahan panas dari steam ke dinding pipa sehingga mengakibatkan naiknya
temperatur zat yang ingin dipekatkan dan zat yang ingin dikurangi konsentrasinya
dapat menguap melalui tabung vapour (Rokhimi, 2015).

Aplikasi konveksi pada industri

Forced convection adalah mekanisme atau jenis perpindahan panas dimana


gerakan fluida yang dihasilkan oleh sumber eksternal (seperti pompa, kipas angin,
alat penghisap,, dll). Ini harus dipertimbangkan sebagai salah satu metode utama
perpindahan panas berguna sebagai sejumlah besar panas dapat diangkut sebagai
sangat efisien dan mekanisme ini ditemukan sangat umum dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk pemanas sentral AC, turbin uap dan mesin lainnya. Konveksi paksa
sering dihadapi oleh para insinyur merancang atau menganalisis penukar panas,
aliran pipa, dan aliran atas piring pada suhu yang berbeda dari aliran.berikut adalah
beberapa pengaplikasian konveksi paksa pada industri:

a) Sistem suplai air panas

Prinsip kerja : Air panas di dalam ketel naik ke bagian atas tangki penyimpan.
Air dingin di dalam tangkiutama kemudian turun menuju ke ketel untuk
dipanaskan.Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin oleh katup yang
dikendalikan oleh pelampung. Jikaketinggian air di dalam tangki utama berada di
bawah ketinggian minimum tertentu, maka pelampungakan membuka katup suplai
air. Pipa luapan berfungsi mengalirkan luapan air panas yang dihasilkan kedalam
tangki utama.Gambar konveksi air dalam suplai air panas
Gambar 1.2 sistem suplai air

b) Lemari es

Prinsip kerja : Udara dingin pada kompartemen pendingin bergerak ke bawah,


dan tempatnya digantikanoleh udara hangat yang naik dari bagian bawah dan
didinginkan oleh pipa-pipa pendingin. Pergerakanudara ini menghasilkan arus
konveksi alamiah udara. Arus konveksi udara ini akan mendinginkan
semuamakanan yang disimpan di dalam lemari es.Sistem konveksi udara pada
lemari es

Gambar 1.3 sistem lemari es


c) Mesin bubut

Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses pemesinan.


Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan pendingin dalam beberapa kasus,
mampu menurunkan gaya dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan.
Selain itu, cairan pendingin juga berfungsi sebagai pembersih/pembawa beram
(terutama dalam proses gerinda) dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin
perkakas serta melindungi benda kerja dan komponen mesin dari korosi

Gambar 1.4 mesin bubut

Dan masih banyak pengaplikasian lainnya pada industri seperti untuk heat
treatment, pengkondisian udara dan yang lain lain (Frank, 2002).

Aplikasi konveksi pada industri

a) Iradiasi Pada Bidang Pangan


Iradiasi adalah suatu teknik penggunaan energi radiasi untuk penyinaran
bahan secara sengaja dan terarah. Iradiasi bahan pangan merupakan salah satu
teknologi pengolahan pangan yang bertujuan untuk membunuh cemaran biologis
berupa bakteri patogen, virus, jamur, dan serangga yang dapat merusak bahan
pangan tersebut dan membahayakan konsumen dengan cara mengionisasi bahan
pangan tersebut dengan menggunakan sinar tertentu. Iradiasi juga dapat mencegah
penuaan bahan pangan yang disebabkan karena faktor internal pangan tersebut,
misalnya pertunasan, sehingga berfungsi sebagai pengawet, serta dapat membuat
bahan pangan tetap segar.
Iradiasi pangan menggunakan energi elektromagnetik tertentu, yaitu energi
dari radiasi pengion. Radiasi pengion adalah radiasi dengan energi yang mampu
membuat elektron suatu atom terpental dari tempatnya yang mengakibatkan atom
netral berubah menjadi ion positif, yaitu atom yang kehilangan elektronnya. Contoh
radiasi pengion ialah radiasi ultraviolet, radiasi alpha (α), sinar beta (β) dan sinar
gamma (γ). Radiasi gamma inilah yang digunakan untuk pengawetan bahan
pangan. Sinar gamma memiliki gelombang elegtromagnetik yang bergerak dengan
kecepatan tinggi, hampir menyamai kecepatan cahaya, arahnya tidak dipengaruhi
medan magnet, tidak memiliki muatan, jarak lintasan relatif panjang dan
mempunyai daya ionisasi kecil serta daya tembus yang tinggi.

b) Industri Radiografi
Bidang radiografi industri merupakan salah satu bidang yang banyak
memanfaatkan zat radioaktif dan sumber radiasi lainnya. Radiografi industri ialah
pemeriksaan strukur dan kualitas bahan dengan metode uji tak rusak yang
menggunakan radiasi. Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri merupakan
salah satu bentuk pemanfaatan radiasi yang ada pada zat radioaktif atau radioisotop.
Radioisotop dapat diperoleh dari reaktor nuklir yang khusus memproduksi
radioisotop ataupun reaktor riset. Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri
radiografi hampir mirip dengan pemakaian pesawat sinar-X pada bidang
kedokteran, yaitu untuk melihat keadaan dalam tubuh manusia dengan cara di foto
dengan sinar – X. Sedangkan dalam teknik radiografi industri yang di foto adalah
benda atau obyek yang akan dilihat keadaan bagian dalamnya.
Sumber radiasi dalam teknik radiografi pada umumnya adalah sumber
radiasi sinar-X, sumber radiasi sinar gamma, sumber radiasi neutron. Ketiga sumber
radiasi tersebut digunakan dalam teknik radiografi karena mempunyai daya tembus
yang sangat tinggi dan memiliki sifat-sifat khusus yang diperlukan dalam teknik
radiografi. Prinsip kerja teknik radiografi adalah sebagai berikut: radiasi yang
datang dari arah sumber radiasi diarahkan ke obyek yang akan diperiksa dan dibalik
obyek sudah diletakkan film yang akan merekam hasil pemotretan
radiografi. Setelah melalui proses pencucian film, keadaan dalam obyek tersebut
dapat dilihat (Putri, 2015).

Jenis-jenis Alat Penukar Kalor


Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali
jenis-jenis alat penukar kalor.Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman
maka alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya;
a) Chiller,alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai
pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan didalam
chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang
dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya
digunakan amoniak atau Freon.
b) Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan
panas atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap
yang mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c) Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d) Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e) Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang
sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan
sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (665 0F) sebagai media
penguap, minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.
f) Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:
1) Memanaskan fluida
2) Mendinginkan fluida yang panas
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, Pengertian dan Contoh Konduksi, Konveksi, Radiasi, diakses pada
16 Februari 2021 http://www.kitapunya.net/2015/07/pengertian-contoh-
konduksi-konveksiradiasi.html
Anonim 2020, Mekanisme Perpindahan Kalor, diakses pada 16 Februari 2021,
https://katapengetahuan.wordpress.com/2019/11/08/mekanisme-
perpindahan-kalor/
Candra, 2015, Perpindahan Panas Radiasi, diakses pada 16 Februari 2021,
https://www.academia.edu/38904008/Perpindahan_Panas_Radiasi
Frank P.Incropera, and David P. DeWitt, 2002, Fundamentals of Heat Transfer,
Fourth Edition, John Wiley and Sons Inc.

Halliday and Resnick. 1960. Fundamentals Of Physics. Amerika : Jhon While &
Sons Inc
Heru, A 2017, “Karakteristik Perpindahan Panas dan Evaluasi Kondisi Udara pada
Sebuah Ruangan Terhadap Efek Perubahan Setting Temperatur AC”,
Naskah Publikasi Teknik Mesin, Vol 1, No 1
Holman, J.P, 1997, Perpindahan Kalor Edisi keenam, Erlangga, Jakarta
McCabe, W, Smith, J.C , dan Harriot, P, 1993, Unit Operation of Chemical
Engineering, McGraw Hill Book Co, United States of Americ
Teknik Energi, Vol. 15, No. 2, Hal. 50-58
Putri F.N.A., 2015, ‘Aplikasi Teknologi Iridiasi Gamma Dan Penyimpanan Belu
Sebagai Upaya Penurunan Bakteri Patogen Padda Seafood: Kaajian
Pustaka’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 3, No. 2, Hal. 345-352

Rokhimi, I N & Pujayanto 2015, ‘Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor
Konduksi’, Jurnal Pendidikan Fisika, vol. 6, No. 1, hh. 270-271

Supu, I, dkk 2016, ‘Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material
Yang Berbeda’, Jurnal Dinamika, Vol 07, No 01

Anda mungkin juga menyukai