Anda di halaman 1dari 53

Modul Mata Kuliah

MESIN KONVERSI ENERGI 1

Kode: MS- 01022

Tri Widagdo

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016
BAB 1
PRINSIP KONVERSI ENERGI

Energi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk membuat perubahan secara fisik. Ilmu
pendukung untuk mata kuliah ini adalah Termodinamika dan Mekanika Fluida serta Prinsip-
prinsip Perpindahan panas.

2.1 Sifat-sifat Energi


Energi bersifat kekal (lestari), artinya tidak dapat diciptakan serta tidak dapat
dimusnahkan. Energi berasal dari alam dan akan kembali ke alam. Energi dapat berubah bentuk
dengan nilai yang konstan. Di dalam perubahanya, energi akan cenderung membentuk
beberapa energi lain. Hukum Termodinamika II menyatakan bahwa setiap proses
termodinamika akan memproduksi Entropi (ketidak pastian) . Proses ini termasuk di dalamnya
adalah Konversi (perubahan) energy adalah. Satuan Energi untuk SI (mengacu pada system
MKSN) adalah Watt sedangkan untuk BS digunakan Hp, BTU/hr, PS, PK dll.

Energi A = Energi B + Energi C + Energi D

Energi B

Energi A
MKE
Energi C

Enegi D

Gambar 1.1 Mekanisme perubahan energi

3.1 Efisiensi (Rendemen)


Secara umum istilah Efisiensi didefinisikan sebagai hasil bagi antara hasil dan
modal dikalikan dengan 100% yang dinotasikan dengan huruf

= %

Rumus tersebut berlaku untuk efisiensi perubahan energy


Pada setiap konversi energi akan selalu terbentuk energi terdesipasi (energy yang tidak bisa
dimanfaatkan). Sehinga hasil akan selalu lebih kecil dari modal
3.2 Jenis-Jenis Energi
- Energi Mekanik (energi gerak), Em = T.
Dimana, T: momen torsi pada poros. N-m
: kecepatan putaran poros, rad/sec
- Energi Potensial Fluida cair, Ep = g H
Dimana, : laju alir massa fluida, kg/sec
g: Percepatan gravitasi, m2/sec
H: Head (tekanan), m
- Energi Potensial Fluida gas, Ep = h
Dimana, : laju alir massa fluida, kg/sec
h: perbedaan entalpi jenis fluida, J/kg
1
- Energi Kinetik, = 2 2

Dimana, : laju aliran massa fluida, kg/sec


V: kecepersi eatan aliran fluida, m/sec
- Energi Kalor (Panas), Q
- Konduksi, Qk= - k A T/L
Dimana, k: Koduktivitas termal bahan, Watt/m.0C
A: Luas penampang hantaran, m2
T: beda suhu kedua ujung hantaran, 0C
L: panjang hantaran, m
- Konveksi, Qc = h A (Tw - T)
Dimana, h: Koefisien perpindahan panas konveksi fluida, W/m2. 0C
A: luas penampang perpindahan panas, m2
Tw : suhu dinding, 0C
T: suhu fluida bebas, 0C
- Radiasi, QR = A (T14 T24)
Dimana, : Konstanta Steffan-Boltzmann = 5,7 x 10-8 Watt/m2.K4
A: luas penampang, m2
T1: temperature benda suhu tinggi, 0K
T2: temperature benda suhu rendah, 0K
- Energi Listrik, EL = V.I, Watt\
Dimana, V: beda tegangan, Volt
I: Arus listrik, Ampere
3.3 Efisiensi Keseluruhan (Overall Eficiency), o
Dalam sustu mesin konvergi adakalanya terjadi beberapa perubahan energy yang secara
berurutan. Masing- masing perubahan energy akan menghasilkan efisienasi yang berbeda-beda.
Sebagai contoh pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

1 2 3
EP Ek Em EL
Air terjun Pengarah Generator
Runner
aliran air mm

Efisiensi keseluruhan, o = 1 x 2 x 3

Gambar 1.2 Perubahan energy pada PLTA


BAB 2
TEKNIK PEMBAKARAN

1.1 Beberapa Konsep dan Istilah Kimia


Proses pembakaran adalah reaksi kimia Eksotermik, yaitu reaksi kimia yang
menghasilkan panas (kalor). Reaksi tersebut dimulai dengan sekelompok unsur kimia tertentu
yang disebut Reaktan dan reaksi kimia, menyebabkan penyusunan kembali atom atom dan
electron untuk membentuk unsur-unsur pokok yang berlainan, yang dinamkan Produk. Untuk
mesin-mesin Kalor, produk pembakaran dalam bentuk gas. Reaksi kimia dengan reaktan
melekul Hidrogen dan Oksigen dengan produk air adalah
2 H2 + O2 2 H2O
Dalam proses pembakaran., reaktan terdiri dari unsur-unsur bahan bakar yang bereaksi dengan
molekul oksigen. Oksigen (O2) umumnya diambil dari udara. Dimana udara memiliki komposisi
mol 21% Oksigen dan 79% Nitrogen. Agar proses pembakaran dapat berlangsung, maka harus
ada sumber api(dapat berasal dari luar maupum dari dalam). Sehingga proses pembakaran harus
ada:
1. Unsur bahan bakar
2. Oksigen
3. Sumber api.
Jenis-jenis Pembakaran:
1. Pembakaran Sempurna, adalah pembakaran yang menghasilkan produk pembakaran gas-
gas sempurna, misalnya CO2, H2O, SO2 dan lain-lain.
Pembakaran sempurna terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pembakaran Stoikiometrik, dimana jumlah melekul oksigen yang diberikan oleh
udara sama persis dengan jumlah melekul oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
bakar.
b. Pembakaran Non Stoikiometrik, dimana jumlah melekul oksigen yang diberikan oleh
udara lebih banyak dibandingkan dengan jumlah melekul oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan bakar. Dari sini timbul istilah Udara lebih(excess air)
2. Pembakaran Tak Sempurna, adalah proses pembakaran yang menghasilkan produk
berupa gas-gas yang tidak stabil, contoh: CO, SO dan NOx. Pembakaran ini dapat terjadi
dengan penyebab antara lain:
- Kekurangan Oksigen
- Pembakaran yang berlangsung dalam waktu yang sangat cepat
- Pembakaran yang terjadi pada suhu yang sangat tinggi
Dampak negatip dari pembakaran tak sempurn adalah penurunan energi kalor (panas)
yang dihasilkan, selain itu gas-gas tak stabil yang dihasilkan dapat merusak
lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Contoh 1: Pembakaran Stoikiometrik gas metana


CH4 + 2(O2 + 3,76 N2) CO2 + 2 H2O + 7,52 N2
Reactan Product

Contoh 2: Pembakaran gas metana dengan 25% excess air


CH4 + 1,25 x 2(O2 + 3,76 N2) CO2 + 2 H2O + 0,5 O2 + 9,4 N2
Reactan Product
Untuk pembakaran sempurna, gas nitrogen tidak memberikan kontribusi apapun alias
numpang lewat.
Secara umum, pembakaran bahan bakar Hidrokarbon (CnHm) adalah

+ ( + ) (2 + 3,762 ) 2 + 2 + ( + ) 3,762
4 2 4
Parameter penting dalam pembakaran adalah perbandingan udara terhadap bahan bakar
yang disebut AFR (Air - Fuel Ratio). Dengan N jumlah molekul dan M massa, maka

= dan


= (2-1)

untuk pembakaran Stoikiometrik metana (contoh 1)


2 + 7,52
= = = 9,52
1 4
Untuk Mudara = 28,97 kg/kg.mol dan Mbahan bakar = 16 kg/kg.mol, maka
28,87
= = 9,52 = 17, 2
16 4

1.2 Nilai Kalor Bahan bakar


Saat ini, peralatan yang diperlukan untuk menganalisis reaksi kimia pembakaran sudah
banyak tersedia di laboratorium. Perbadaan angka yang dihasilkan dari perhitungan teroritik
dengan hasil eksperimen semata-mata karena banyak hal yang diabaikan ketika melakukan
perhitungan teoritik.
Perhatikan bahwa dalam bentuk ini koefisien-koefisien stoikiometrik memberikan jumlah jenis
di dalam hasil-hasil dan reaktan setiap molekul bahan bakar. Basis analisis dihitung pada kondisi
standar (tekanan 1 atm dan suhu 250C).

Kesetimbangan energy kalor (entalpi) didasarkan pada tiap mol bahan bakar adalah :

= (2-2)

Bahan bakar
Gas hasil pembakaran
Ruang pembakaran
Udara

HR Q HP

Gambar 2-1. Kesetimbangan entalpi pembakaran

Dimana, HR : entalpi total reaktan


=
HP : entalpi total produk
=
Q : energy kalor (panas) yang dihasilkan
N: koefisien reaksi
i dan j : Indeks untuk komponen reaktan dan produk
h: entalpi jenis

Sebagai contoh akan dihitung panas yang dihasilkan dari pembakaran pembakaran C2H6.
Persamaan reaksi pembakarannya adalah

C2H6 + 3,5 (O2+3,76 N2) 2CO2 + 3 H2O + 13,16 N2

Data entalpi jenis berbagai unsur diperoleh dari table berikut ini
Tabel 2.1. Entakpi jenis beberapa unsur pada kondisi standar

HR = 1 x (-36,401) + 3,5 x 0 + 3,5 x 3,76 x 0 = -36,401 Btu/lbmol bahan bakar

Hp = 2 (-169,183) + 3(-122,976) + 13,16 x 0 = -707,294 Btu/lbmol bahan bakar

Panas yang dihasilkan adalah:

Q = (-36,401)-(-707,294) = 670,983 Btu/lb mol bahan bakar


Harga tersebut disebut juga sebagai HHV (High Heating Value) atas dasar jumlah molekul
bahan bakar. Ini disebabkan bahwa kondisi air yang dihasilkan dalam keadaan cair jenuh. Pada
kenyataannya air yang dihasilkan dari proses pembakaran adalah uap jenuh, sehingga nilai
tersebut dikoreksi dengan melibatkan penguapan H2O yang nilainya sekitar hg = -104,059
Btu/lbmol, sehingga

Hp = 2 (-169,183) + 3(-104,059) + 13,16 x 0 = -650,543 Btu/lbmol bahan bakar

Panas yang dihasilkan adalah

Q = (-36,401) - (-650,543) = 614,142 Btu/lb mol bahan bakar


Harga tersebut disebut sebagai LHV (Lower Heating Value) yang dipakai sebagai dasar
perhitungan untuk mesin konversi energi.
Dengan mengubah lbmol menjadi lbm selanjutnya diubah menjadi kg. Btu diubah menjadi kJ,
maka dalam sistem SI maka nilai kalor bahan bakar jenis C2H6 adalah
LHV = 47.474 kJ/kg
Tabel 2.2 Nilai kalor Atas berbagai bahan bakar Hidrokarbon pada kondisi standar

1.3 Temperatur Pembakaran


Temperatur hasil pembakaran secara teoritik maupun eksperimen perlu diketahui. Hal ini
penting untuk memprediksi ketahanan material yang akan dilalalui oleh gas hasil pembakaran,
sehingga dampak keruskan akibat over heated dapat dihindarkan.
Masih dengan mengagap bahwa reaktan memasuki ruang bakar dalam kondisi standar (p
= 1atm, t = 770F) serta beberapa idealisasi:
- Proses pembakaran Stoikiometerik
- Aliran kontinyu
- Proses adiabatic (sistem terisolasi)
- Energi kinetic dan energi potensial diabaikan
Konservasi energ pada control volume adalah:

HR = HP (2-3)
Dimana,
HR:: Entalpi total Reaktan pada suhu stndar
=( )(77 )
HP : Entalpi total produk pembakaran pada temperatut t
= ( )()
X: fraksi mol komponen terhadap jumlah mol product
h: entalpi jenis komponen pembakaran
Gambar berikut menampilkan sitem pembakaran isobar pada p = 1 atm
Bahan bakar Produk
Ruang
pembakaran
pembakaran
Udara

Q=0

Gambar 2- 2. Konservasi energi pada pembakaran adiabatik

Sebagai contoh akan dihitung temperatur pembakaran gas Metana, dengan reaksi pembakaran
Stoikiometrik:

CH4 + 2(O2 + 3,76 N2) CO2 + 2 H2O + 7,52 N2

1 mol bahan bakar menghasilkan 10,52 mol produk, maka fraksi mol komponen reaktan
terhadap produk adalah

4 1
4 = = = 0,095
10,52

2 2
2 = = = 0,19
10,52

2 7,52
2 = = = 0,715
10,52

Kesetimbangan energi dapat ditulis

= 0,095 4 + 0,192 + 0,7152

Dengan bantuan table 2-1 diperoleh


( ) = 0,095 (32,179) + 0 + 0 = 3.057
(=77 ) .

Selanjutnya kita menghitung komposisi entalpi total product


2 7,52
2 = = 10,52 = 0,715

2 1
2 = = = 0,095
10,52

2 2
2 = = = 0,19
10,52

Maka

( )() = 0,7152 () + 0,0952 () + 0,192 ()

Dengan bantuan table 2.3 sebuah pemecahan coba-coba (trial and error) akan memberikan
temperatur yang menghasilkan entalpi total produk sebesar -3.057 Btu/lbmol CH4 . Dengan
mengambil harga 40000R dan 4200 0R serta dengan interpolasi diperoleh temperature 4.1870R
ini adalah temperatur pembakaran adiabatic untuk pembakaran stoikiometerik gas metana.

Tabel 2.3. Berbagai entalpi standar (h,Btu/lbmol) beberapa gas tekanan rendah

s
Tabel 2.3 lanjutan

1.4 Eksperimen menghitung Nilai Kalor Bahan Bakar


Nilai kalor bahan bakar yang sebenarnya dihitung melalaui ekesperimen menggunakan
perlatan yang disebut Kalorimeter. Peralatan ini dikelilingi oleh air serta dilapisi isolator untuk
menghambat laju pembuangan panas ke lingkungan. Ada dua jenis Kalorimeter yang umum
dipakai yaitu Kalorimeter tipe bom dan Kalorimeter Boys.
a. Kalorimeter tipe bom

Pengoperasian Kalorimeter ini adalah:

- Timbang massa bahan bakar sebelum dibakar lalu masukkan kedalam ruang
pembakaran
- Tutup rapat ruang bakar agar tidak terjadi kebocoran
- Masukkan gas Oksigen sesuai dengan takaran untuk mendapatkan proses
pembakaran stoikiometrik
- Hidupkan sumber api dan dipastikan proses pembakaran terjadi
- Lihat respon temperatur air, serta catat temperature maksimum air yang terjadi

Gambar 2.3. Bomb Calorimeter

Nilai Kalor Bawah, LHV dihitung menggunakan rumus

( . + )(2 1 )
= (2-4)

Dimana, mw : massa air


Cw :Panas jenis air
ma : massa peralatan
Ca :Panas jenis peratan
mf : massa bahan bakar
t1: temperatur awal air
t2 : temperatur akhir air

b. Kalorimeter Boys
Kalorimeter ini dipakai untuk menghitung nilai Kalor Bahan bakar secara kontnyu
Gambar 2.4 Boys Calorimeter

Kalorimeter jenis ini dipakai untuk menghitung nilai alor bahan bakar gas dan cair.
Komponennya meliputi pembakar bahan bakar, B, dimana bahan bakar dengan tekanan dan
volume tertentu dibakar. Gas panas hasil pembakaran dialirkan melalui cerobong tembaga. Di
luar tembaga dialirkan air dengan jumlah tertentu. Dari bagian atas ruang bakar, gas dibelokan
ke bawah melalui permukaan luar pipa dimana di dalam pipa mengalir air dingin M. Selanjutnya
gas dibelokan keatas melalui rangkaian pipa luar N. Selanjutnya gas meninggalkan ruang bakar
menuju udra atmosfir pada suhu tertentu. Suhu air sirkulasi diukur pada sis masuk ( t1) dan sisi
keluar( t2)
Nilai kalor atas,

(2 1 )
= , kcal/m3 (2-5)

Dimana, W: massa air pendingin, kg/sec

v; volume mahan bakar pada kondisi standar, m3/sec

t1: temperature awal air pendingin, 0C

t2 : temperature akhir air pendingin, 0C

Nilai kalor bawah

LHV = HHV 586 m, kcal/m3 (2-6)

Dimana, m: massa kondensat yang dihasilkan


BAB 3
MOTOR BAKAR TORAK

Motor Bakar Torak disebut juga sebagai mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion
Engines) dimana proses pembakaran terjadi di dalam silinder. Ada 3 jenis motor bakar torak,
yaitu: Motor Bensin, Motor Diesel dan Motor Gas.

3.1 Komponen utama dan istilah penting Motor Bakar Torak

Silinder Batang hubung

TDC BDC
Poros engkol
Ruang Torak
pembakaran

VC VL

VS

Gambar 3.1 Konstruksi dasar Motor bakar torak

Ada empat komponen utama


- Poros engkol(Crank shaft), bekerja secara rotasi, berfungsi untuk menghasilkan energy
mekanik dalam bentuk putaran dan momen punter
- Batang hubung (Connecting rod), berfungsi untuk mengubah gerakan bolak balik dari
torak menjadi gerak rotasi poros engkol
- Torak, bergerak secara bolak-balik (resciprocating), berfungsi untuk membentuk ruang
kompresi dan ekspansi
- Silinder, tidak bergerak, berfungsi(bekerja sama dengan torak ) untuk membentuk ruang
kompresi dan ekspansi

Istilah penting motor bakar torak yaitu:


- TDC(Top Dead Centre) disebut juga sebagai TMA (Titik Mati Atas) adalah posisi
puncak dari torak yang menghasilkan volume ruang pembakaran terkecil
- BDC(Bottom Dead Centre) disebut juga sebagai TMB (Titik Mati Bawah) adalah posisi
terbawah dari torak yang menghasilkan volume ruang pembakaran terbesar
- Ruang bakar adalah ruangan yang dibentuk oleh silinder dan torak
- Vs : Volume silinder
- VL : Volume langkah
- Vc (Clearance Volume) atau volume sisa
Hubungan antara ketiga volume adalah
Vs = Vl + Vc (3-1)
- Gerakan torak kekiri adalah proses kompresi (pengecilan volume ruang bakar)
- Gerakan torak kekanan adalah Ekspansi (pembesaran volume ruang bakar)
- Kapasitas mesin ditunjukkan oleh volume langkah (VL)
- Perbandingan Kompresi (rp) didefinisikan sebagai hasil bagi antara volume silinder
denga volume sisa
+
= = (3-2)

3.2 Siklus Motor Bakar Torak


Menunjukan perubahan sifat gas (udara, dan produk pembakaran) selama proses terjadi
di dalam ruang bakar. Digambarkan dalam diagram dua dimensi P dan V. Gas yang ada pada
ruang pembakaran dianggap memiliki k yang sama, sehingga siklus MBT disebut juga sebagai
Air Standard Cycle.
a. Siklus Otto
Siklus ini dipakai pada motor bakar torak berbahan bakar premium dan gas. Memiliki
kekhasan pada proses pembakaran, yang terjadi volume konstan. Analisis termodinamika
mengacu pada Kendali massa. Tahapan-tahapan proses untuk satu satuan massa udara.

Gambar 3.2 Siklus Otto


Proses 12 Kompresi isentropik udara dalam ruang bakar, Kerja spesifik yang
dibutuhkan
w = u2-u1
Proses 23 Pembakaran isovolumik. Panas yang diterima udara
q = u3-u2
Proses 34 Ekspansi isentropik. Kerja yang dihasilkan
w = u3-u4
Proses 41 Pembuangan panas isobar.
q = u4-u1
Dengan korelasi gas ideal untuk proses isentropik dan isovolumik u= Cv T serta
persamaan umum gas, efisiensi termal siklus Otto adalah
= 1 (1) (3-3)
Perbandingan kompresi untuk siklus Otto berkisar antara 8 s/d 12
-
b. Siklusl Diesel

Siklus ini dipakai pada motor bakar torak berbahan bakar solar. Memiliki kekhasan pada
proses pembakaran, yaitu pada tekanan konstan. Analisis termodinamika mengacu pada
Kendali massa. Tahapan-tahapan proses untuk satu satuan massa udara.

Gambar 3,3 Siklus Diesel

Proses 12 Kompresi isentropik udara dalam ruang bakar, Kerja spesifik yang dibutuhkan
w =(t2-t1)
Proses 23 Ekspansi 1: Pembakaran bahan bakar isobar. Panas yang diterima udara
q = u3-u2
Proses 34 Ekspansi2: Isentropik. Kerja yang dihasilkan
w = u3-u4
Proses 41 Pembuangan panas isobar.
q = u4-u1
Dengan korelasi gas ideal untuk proses isentropik dan isovolumik u= Cv T , proses
isobar h= Cp T serta persamaan umum gas, efisiensi termal siklus Diesel adalah
1
= 1 (1) ((

).. (3-4)
1

Dimana, rp : perbandingan kompresi


= V1 /V2\
rc = cut-off ratio
= V3/V2

Perbandingan Kompresi motor diesel berkisar antara 25 s/d 40

c. Siklus Pembakaran Ganda (Dual Combustion Engines)

Siklus ini dipakai pada motor bakar torak dimana proses pembakaran terjadi dua kali,
yakni pada volume konstan dilanjutkan dengan tekanan konstan.

Gambar 3.4 Siklus Pembakaran ganda

Menggunakan prosedur perhitungan seperti pada siklus Otto dan siklus Diesel, efisiensi
siklus pembakaran ganda adalah

1
= 1 (1) (( ) (3-5)
1)+ ( 1
3.3 Mekanisme Motor Bakar 4 langkah dan 2 langkah
Motor bakar 4 langkah biasa dijumpai pada Motor Bensin, motor Diesel dan Motor gas.
Motor bakar 2 langkah biasa dijumpai pada motor bensin. 1 Langkah diartikan sebagai
perubahan posisi torak dari BDC ke TDC atau sebaliknya. Sehingga untuk MBT 4 langkah
diperlukan 2 kali putaran poros engkol untuk satu siklus lengkap dan untuk MBT 2 langkah
diperlukan 1 kali putaran poros engkol untuk menghasilkan satu siklus lengkap.
Gambar 3.5 Meknisme MBT 4 langkah bensin

Gambar 3.6 Meknisme MBT 4 langkah diesel


Gambar 3.7 Meknisme MBT 2 langkah

3.4 Perhitungan Daya dan Efisiensi Motor Bakar


Perhitungan dimulai dengan menghitung tekanan efekktif rata-rata (Pm) dari diagram P-V
MBT. Nilai dari tekanan efektif rata-rata dimaksudkan sebagai takanan yang seragam di dalam
silinder dari TDC ke BDC. Secara grafis, tekanan ini dapat dibuat di kertas kerja, dengan
prosedur sebagai berikut.
- Buat diagram P V MBT yang akan dihitung
- Hitung luas penampang diagram dengan cara membuat elemen luas sebanyak mungkin
- Buat empat persegi panjang yang dibatasi oleh TDC dan BDC
- Samakan ukuran luas empat persegi panjang dengan luas diagram P-V yang dibuat
- Ukur tinggi empat persegi panjang, harga inilah yang dimaksud dengan tekanan efektif
rata-rata
Gambar 3.8 Tekanan efektif rata-rata

Daya indicator (IHP) adalah daya yang dihasilkan oleh gerakan torak, yang dapat dihitung
dengan rumus :
Untuk MBT 2 langkah

= , watt (3-6)
60
Untuk MBT 4 langkah

= , Watt (3-7)
2 60
Dimana,N: jumlah silinder
Pm : tekanan rata-rata indicator, N/m2
L: panjang langkah torak, m
A: luas penampang torak, m2
n: putaran porors engkol, rpm
Daya poros BHP (Brake Horse Power) dari MBT adalah daya yang keluar dari poros engkol,
diukur menggunakan Dinamometer

= = 30 , Watt (3-8)

Dimana, T: Momen punter poros engkol, N-m


: kecepatan sudut, rad/sec
n:putaran mesin, rpm
Alat yang dipakai untuk mengukur daya mesin disebut Dinamometer
Efisiensi mekanik timbul karena adanya rugi-rugi daya akibat gesekan, dirumuskan


= 100% (3-9)

Efisiensi keseluruhan, (Overall Efficiency) dimaksudkan sebagai perbandingan antara
energi mekanik dengan energy kalor, dirumuskan sebagai

= 100% (3-10)
.

Dimana, : laju alir massa bahan bakar, kg/sec

LHV: Nilai kalor bahan bakar, J/kg


BAB 4

SISTEM ENERGI UAP

4.1 Pendahuluan
Penggunaan uap air (H2O) sebagai fluida kerja sudah sejak lama dipakai manusia,
Mesin uap adalah mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya
menjadi energi mekanik. Mesin uap digunakan dalam pompa, lokomotif dan kapal laut, dan
sangat penting dalam Revolusi Industri.
Mesin uap merupakan mesin pembakaran luar (external Combustion Engines), dengan
fluida kerja yang terpisah dari hasil pembakaran. Sumber panas yang dapat digunakan yaitu
bahan bakar yang tidak biasa dipakai oleh mesin penghasil daya yang lain. Jebis bahan bakar
yang dipakai antara lain batu bara, minyak berat serta biomassa. Proses pembakarn dilakukan di
dalam dapur, selanjutnya panas yang yang dihasilkan dipakai untuk mengubah fasa air dari cair
menjadi uap didalam ketel uap (boiler). Tekanan air dihasilkan oleh pompa dengan tenaga yang
diambil dari engine. Uap bertekanan, selanjutnya dipakai untuk mendorong torak secara bolak
balik (double acting). Gerakan torak dihubungkan dengan mekanime poros engkol untuk
selanjutnya menghasilkan daya dalam bentuk putaran poros.
Jenis ketel uap yang dipakai adalah jenis pipa api (Fire tube boiler). Uap air yang sudah
dipakai untuk menggerakkan mesin, selanjutnya dibuang keluar. Penggunaaan mesin uap,torak
dahulu sangat luas, seperti pada kapal laut, kereta api, mesin- mesin pertanian serta mesin
perang pada perang dunia I. Sejalan dengan perkembangan teknologi, penggunaan mesin uap
torak sudah ditinggalkan, terutama untuk penggerak kendaraan.

Gambar 4-1 Mekanisme mesin uap torak


Gambar 4.2 Mesin uap untuk penggerak Lokomotip

4.1 Siklus Rankine

Pemakaian system energy uap saat ini terbatas pada industry, bersifat diam (Stationary).
Luaran energy dalam bentuk listrik. Siklus daya pada system energy uap disebut juga sebagai
Siklus Rankine. Dikembangkan pertama kali pada tahun 1927 oleh William John Macquorn
Rankine, seorang ilmuwan Scotlanddia di Glasgow University. Siklus daya yang konsepnya
adalah Kendali Volume, tujuannya mengubah energi kalor (panas) menjadi energi mekanik
(daya). Pemakaianya pada Pembangki Listrik Tenaga Uap (PLTU). Fluida kerja yang
dipergunakan adalah H2O dengan laju aliran massa () yang konstan. Siklus Rankine adalah
mesin pembakaran luar (External Combustion Engines) dimana panas hasil pembakaran
dipindahkan ke fluida kerja.

Proses 12. Pompa, berfungsi untuk menaikkan tekanan dan mengalirkan H2O pada fasa cair.
Dengan mengabaikan energi potensial dan energi kinetik serta prosesnya
adiabatik, maka daya ideal yang diperlukan pompa adalah

= (2 1 )

Proses 23. Boiler, berfungsi untuk memanaskan H2O. fasa fuida berubah dari cair ke uap
panas lanjut (superheat steam), terjadi secara isobar. Energi kalor yang diterima
H2O adalah

= (3 2 )
Proses 34. Turbin Uap, berfungsi untuk mengubah energi kalor dari uap menjadi energy
mekanik dengan cara Ekspansi uap H2O, terjadi secara isentropik. Energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin uap adalah

= (3 4 )

Proses 41. Konensor, berfungsi untuk mengembunkan uap H2O yang keluar dari turbin uap.
Prosenya terjadi secara isobar. Energi kalor yang dikeluarkan adalah

= (4 1 )

a.Instalsi

b.Diagram T s c. Diagram h - s

Gambar 4.3. Siklus Rankine


Efisiensi termal siklus Rankine adalah

( 1 ) ( )
= = 1 (4 =1 ......(4 - 1)
3 2 ) ( )

Contoh:

Siklus Rankine bekerja antara tekanan 6 MPa dan 0,3 MPa, menggunakan fluida kerja air (H2O)
dengan laju aliran massa = 25 kg/sec. Uap masuk turbin pada suhu 4000C.

Ditanyakan:

a. Gambarkan proses pada diagram h s


b. Hitung energi mekanik pompa
c. Hitung energi kalor boiler
d. Hitung energi mekanik turbin
e. Hitung energi kalor yang dikeluarkan oleh kondensor
f. Hitung efisiensi termal siklus
g. Itung daya netto

Jawab.

a. Lihat gambar
h t3
3
h3

Gas
t1 = t2 CP g (panas lanjut)
6 MPa
a
ha
h4
h2 2 4
f Cair-gas
cair
0,3 MPa
h1
1

s2 = s1 s4 = s 3 Sg s
b. Kondisi air masuk pompa adalah cair jenuh. Dari tabel jenuh (B.1b) pada P= 0,3 MPa
diperoleh data t1 = 133,50C , s1 = 1,6722 kJ/kg 0C dan h1 = hf(p= 0,3 MPa) = 561,5 kJ/kg
dan hg= 2725,3 kJ/kg . Untuk menghitung h2 diperlukan bantuan data ha .Pada tekanan 6
MPa diperoleh data ta = 275,60C dan, ha =hf (p=6 MPa)=1213,3kJ/kg . Proses kenaikan
tekanan air pada pompa adalah isentropic-isothermal, sehingga t1 = t2. Entalpi jenis air
keluar pompa dihitung menggunakan rumus h2= ha Cp( ta t2). Dengan mengambil suhu
rata-rata antara t2 dan ta dan bantuan table C.3 diperoleh harga Cp= 4,505 kJ/kg, sehinga
h2 =1213,3 4,505 (275,6 133,5)= 573,3 kJ/kg . Energi mekanik pompa, Wp =(h2
h1) = 25 kg/sec (573,3 561,5) kJ/kg = 295 kW
c. Pada Tekanan 6 MPa dan suhu 4000C dari tabel panas lanjut (table B.2) diperoleh h3 =
3177,2 kJ/kg . Energi kalor boiler Qb = (h3 h2) = 25 kg/sec (3177,2 573,3) kJ/kg =
115.097,5 kW
d. Proses ekspansi uap pada turbin adalah isentropik sehingga s3 = s4. Dari table B.2
diperoleh entropi jenis uap masuk turbin, s3 = 6,5415 kJ/kg 0C. Dari table B.1b diperoleh
sg(p=0,3 MPa) = 6,9927 kJ/kg 0C. . Dari kedua angka tersebut membuktikan bahwa uap
keluar turbin adalah uap basah karena s4 sg (p = 0,3 MPa). Dari rumus s4 = s1 + x4 (sg s1),
diperoleh fraksi uap keluar turbin x4 = 0,91, Harga ini masih pada batas toleransi karena
x4 85 %. Eentalpi jenis uap keluar turbin, h4 = h1+ x4(hg(p=0,3 MPa) h1)= 2320,6 kJ/kg.
Energi mekanik turbin WT = (h3 h4)= 25 kg/sec ( 3177,2 2320,6 ) = 21415 kW
e. Energi kalor yang dikeluarkan kondensor , Qkond =(h4 h1) = 25 (2320,6-561,5)=
43977,5 kW
( ) 43977,5
f. Efisiensi temal siklus Rankine = 1 ( )
=1 115079,5=0,618 = 61,8%
g. Daya netto = Daya turbin daya pompa
= 21415 kW- 295 kW= 21120 kW = 21,12 MW

Gambar 4.4 Diagram alir pembengkit uap modern


4.2 Turbin uap

Turbin uap adalah bagian dari sistem energi uap yang bekerja untuk menghasilkan energi
mekanik. Berdasarkan arah aliran uap, turbin yang umum dipakai adalah jenis aksial (aliran uap
sejajar dengan poros). Ide awal dari turbin uap diperkenalkan oleh tentara Alexandria pada
sekitar abad 4 masehi. Bekerja berdasarkan prinsip reaksi, memanfaatkan pembuangan uap dari
dua nozel yang saling berseberangan.

Gambar 4.5 Heros Engines

Gambar 4.6 Turbin Impukse dan turbin reaksi


Gambar 4.7 Konstruksi turbin uap industri

4.2.1 Prinsip turbin Impulse


Nozel adalah pengecilan luas penampang aliran fluida (dalam hal ini uap), berfungsi
untuk mengekapansikan uap. Hasil dari ekspansi adalah penurunan tekanan uap dan kenaikan
kecepatan uap. Seacara termodinamika proses idealnya terjadi secara isentropik.

V2
V1

Gambar 4.8 Nozel

Kecepatan ideal uap keluar nozel dihitung berdasarkan perubahan entalpi jenis uap
sebelum dan setelah melalui nozel. Dengan menganggap kecepatan uap masuk nozel, V1 = 0,
dengan bantuan persamaan Energi diperoleh:
2 = 2(1 2 ) , m/sec (4-2)
Energi Kinetik uap
1
= 2 22 , Watt (4-3)

Dengan persamaan Kontinyuitas, laju alir massa uap keluar nozel dihitung dengan persamaan:
= . . 2 , m/sec (4-4)
Dimana Cv : koefisien kecepatan
h1 : entalpi jenis uap masuk nozel, J/kg
h2 : entalpi jenis uap keluar nozel, J/kg
A: luas penampang nozel, m2
: massa jenis uap, kg/m3
Dari hukum Newton II
F = m.a atau
F = m. V/t
Untuk fluida yang mengalir dengan laju alir massa, = / dan kecepatan,V, memiliki
Momentum M = V, maka:
= (2 1 ) (4-5)
Dimana
F : gaya impulse, N
(2 1 ): perubahan momentum, N
Perhatikan uap yang mengalir dari nozel dengan kecepatan (Vs) yang menerpa plat datar

Vs Vb = 0 Vs Vb

a. Plat datar diam b. Plat datar begerak

Gambar 4.7 Gaya impulse pada plat datar


Untuk plat diam, gaya impulse:
= ( ), N
Untuk plat bergerak, gaya impulse:
= ( ), (4-5)
Dimana,
Vs : kecepatan mutlak uap keluar nozel, m/sec
Vb : kecepatan gerakan sudu, m/sec
( ): Kecepatan relative antara uap dan sudu (blade)
Perhatikan Untuk profil sudu gerak setengah lingkaran. Pada sudu tersebut memungkinkan uap
keluar sudu masih memberikan kontribusi gaya impulse. Kecepatan relative uap masuk sudu,
Vr1 = (Vs Vb) yang nilainya sama dengan kecepatan relative uap meninggalkan sudu (V r2).
Kecepatan mutlak uap keluar sudu = Vb (Vs Vb) = (2 Vb Vs). Gaya impulse nilainya sama
dengan perubahan momentum,
= [ (2 )] = 2( ).
Vs

Vb

(2Vb Vs)

Gambar 4.8 Sudu impulse setengah lingkaran

Energi mekanik sudu,


= . = 2 ( ) (4-6)
2
Dapat dibuktikan bahwa kecepatan sudu optimum, Vb,0pt = Vs/2 sehingga Wmaks = 2

Efisiensi sudu didefinisikan sebagai perbandingan antara energy mekanik sudu dengan energy
kinetic uap keluar nozel,

2 ( ) 2
= = 4[ ( ) ] (4-7)
1/22

Pada profil sudu impulse tidak mungkin berbentuk setengah lingkaran, karena posisi
nozel dan sudu tetap harus dipertimbangkan. Celah natar dua sudu gerak tidak terjadi pengecilan
luas penampang aliran uap, sehingga tidak terjadi ekspansi. Sudu gerak turbin impulse hanya
membelokkan arah aliran uap. Perhitungan melibatkan operasi vector kecepatan.
=
+ atau
=

Vb

Vs1 Vr1

Vb

Vr2
Vs2
Vb

Gambar 4.8 Profil sudu dan Segitiga kecepatan pada turbin impulse
Vs1 : Kecepatan uap keluar nozel = Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak, m/sec
Vb : Kecepatan tangensial sudu, m/sec
Vr1 : Kecepatan relative uap terhadap sudu pada sisi masuk sudu, m/sec
Vr2 : Kecepatan relative uap terhadap sudu pada sisi keluar sudu, m/sec
Vs2 : Kecepatan mutlak uap meninggalkan sudu gerak, m/sec
: sudut nozel = sudut kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak
:sudut masuk sudu gerak= sudut kecepatan relative uap masuk sudu
: sudut keluar sudu gerak= sudut kecepatan relative uap keluar sudu
: sudut kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak
Untuk sudu impuls =
Dari prinsip momentum, gaya impulse pada sudu gerak sebagai besaran vector nilainya:
= (1 cos + 2 cos ) (4-8)
Energi mekanik yang dihasilkan sudu gerak turbin
= . = (1 cos + 2 cos ) (4-9)
Efisiensi sudu gerak

= (4-10)

Kecepatan sudu optimum dimaksudkan sebagai kecepatan sudu untuk menghasilkan daya dan
efisiensi maksimum,
1 cos
, = (4-11)
2

Energi mekanik maksimum yang dihasilkan sudu gerak terjadi pada Vb,opt
= 2,
2
= 2 (1 cos )2 (4-12)
Hubungan vector kecepatan
2
- Pada sisi masuk sudu gerak, 1 = 1 + 2 21 cos (4-13)
2
- Pada sisi keluar sudu gerak, 2 = 2 + 2 22 cos (4-14)
- Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap masuk sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw1 = Vs1 sin = Vr1 sin (4-15)
1
- Sudut masuk sudu gerak , = (4-16)
1

- Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap keluar sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw2 = Vs2 sin = Vr2 sin (4-17)
Gambar 4.9 Konstruksi turbin impuls 2 tingkat
Contoh.
Turbin Uap 1 tingkat berdiamater 1,5 m beroperasi pada, putaran 6000 rpm. Nozel
mengekspansikan uap dari tekanan 8 MPa suhu 6500C hingga tekanan 2 MPa pada laju aliran
massa 0,5 kg/sec. Sudut nozel 80 koefisien kecepatan uap keluar nozel Cv = 0,95
Ditanyakan:
a) Gambarkan profil sudu dan segitiga kecepatan
b) Hitung kecepatan uap keluar nozel
c) Hitung energy kinetic yang dihasilkan oleh nozel
d) Hitung kecepatan tangensial sudu gerak
e) Hitung besar sudut sudu gerak
f) Hitung gaya impulse pada sudu gerak
g) Hitung Energi mekanik yang dihasilkan sudu gerak turbin
h) Hitung efisiensi turbin

Jawab:
a) Lihat gambar
0
b) Dari table B-2, H2O panas lanjut didapatkan h1 = h((p= 8 MPa, t= 650 C) = 3762,3 kJ/kg,
entropi jenis uap keluar nozel, s1 = 7,1553 kJ/kg 0C. Dengan menganggap ekspansi uap
pada nozel adalah isentropic, maka s1 = s2. Pada tekanan 2MPa diperoleh
P, MPa t= 4000C t = t = 4500C
2 h (kJ/kg) 3247,6 ?. 3357,5
s (kJ/kg 0C 7,1279 7,1553 7,2851

Dengan metode interpolasi linier, entalpi uap keluar nozel h2 = h(p=2 MPa, s = 7,1553 kJ/kg 0C)=
3266,7 kJ/kg
Kecepatan uap keluar nozel (Vs) = kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak (Vs1)
=Cv 2(1 2 ) = 0,952(7362,3 3266,7)1000 / = 2.862 m/sec
20,52.862 2
Energi kinetic yang dihasilkan nozel, = 2 = = 2.047.761 Watt =
2

2.047,761 kW = 2,05 MW
c) Kecepatan tangensial sudu gerak dihitung dengan rumus, Vb= D n/60
= x 1,5 x 6000/60 = 471 m/sec
d) Sudu turbin impuls berbentuk simetri bilateral, artinya sudut masuk sudu gerak( ) sama
dengan sudut keluar sudu gerak()
Kecepatan relative uap masuk sudu gerak (Vr1) dihitung dengan rumus
2
1 = 1 + 2 21 cos = 2.8622 + 4712 2 2.862 471 cos 80
= 2.396 m/sec
Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap masuk sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw1 = Vs1 sin = 2682 sin 8 = 373 m/sec
Sudut masuk sudu gerak () dihitung dengan rumus
1 373
= = sin 2396 = sin 0,156 = 90
1

Dengan mengabaikan kerugian gesek pada sudu gerak, maka Vr2 = Vr1 = 2.396 m/sec
dan sudut keluar sudu gerak = 90
Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap keluar sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw2 = Vr2 sin = 2396 sin 9 = 375 m/sec
Kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak dihitung menggunakan rumus
2
2 = 2 + 2 22 cos = 23962 + 4712 22396471 cos 90
= 1.932 m/sec
Sudut kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak dihitung dengan rumus
375
= 2 = sin 1932 = 11,20
2

e) Gaya impulse pada sudu gerak


= (1 cos + 2 cos )= 0,5 (2862 cos 80 + 1932 cos 11,20) = 2.365 N
f) Energi mekanik yang dihasilkan sudu gerak turbin
= . = 2365 x 471 =162.664 Watt = 1.113.762 W
f) Efisiensi sudu gerak turbin
1.113.762
= = 2.047.761 = 0,544= 54,4%

Tugas: Lanjutkan perhitungan untuk tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 dan tingkat 4


Hentikan perhitungan jika Daya sudu gerak bernilai negatip
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Vs1 2.862 m/sec Vs1 1.932 m/sec Vs1 Vs1
80 11,20
Vb1 471 m/sec Vb2 471 m/sec Vb3 471 m/sec Vb4 471 m/sec
Vr1 2396 m/sec Vr1 Vr1 Vr1
90
Vr2 2396 m/sec Vr2 Vr2 Vr2
90
Vs2 1.932 m/sec Vs2 Vs2 Vs2
11,20
1 1.113.762 W 2 3 4

Daya Turbin, = 1 + 2 + 3 + 4

Efisiensi turbin, =

4.2.2 Prinsip Turbin Reaksi


Pada sudu gerak turbin rekasi terjadi pengecilan luas penampang antar sudu yang
berdampak pada ekspansi (penurunan tekanan uap) selanjutnya terjadi kenaikan kecepatan uap
keluar sudu gerak. Perhatikan ilustrasi berikut. Dua balon yang masing-masing diam dan
bergerak. Akibat pembuangan uap akan mengakibatkan gaya reaksi yang arahnya berlawan
dengan arah kecepatanb uap keluar

F , Vs F , Vs

Vb = 0 Vb

a. Diam b. Bergerak

Gambar 10. Mekanisme Gaya Reaksi


Untuk balon diam, gaya Reaksi:
= ( ), N
Untuk balon bergerak, gaya reaksi:
= ( ), (4-5)
Dimana,
Vs : kecepatan relatip uap keluar nozel, m/sec
Vb : kecepatan mutlak gerakan balon, m/sec
( ): Kecepatan mutlak uap keluar nozel, m/sec
Secara vector berlaku hubungan

( ) + =

Sudut masuk sudu gerak bervariasi antara 220 s/d 340 sedangkan sudut sudu gerak keluar
bervariasi antara 50s/d 80, ini berlaku untuk turbin rekasi multi stage. Pemilihan sudut sudu dan
jarak antar sudu gerak ditentukan berdasarkan penurunan tekanan uap yang direncanakan. Sudu
tetap dapat berbentuk sudu impuls atau sudu reaksi.

Vb
Vr1
Vs1

Vb


Vr2
Vs2
Vb

Gambar 4.11 Profil sudu dan Segitiga kecepatan pada turbin Reaksi
BAB 5

SISTEM TURBIN GAS

5.1 Siklus Brayton


Siklus ini memiliki kemiripan dengan siklus Rankine, hanya fluida kerjanya berupa
udara. Dengan mengabaikan penambahan massa bahan bakar, maka laju aliran massa udara ()
dianggap konstan. Membentuk siklus terbuka. Pemakaian siklus ini adalah pada Pembengkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG) serta mesin jet pada pesawat terbang.

b. Instalasi

b. Diagram P v. c. Diagram T- s

Gambar 5.1 Siklus Brayton


Proses 12: Kompresi isentropic udara pada kompresor (Pvk = C). Daya untuk menggerakkan
kompresor,

= (2 1 )

Proses 23. Pemanasan udara di ruang bakar (heater), terjadi secara isobar. Energi kalor yang
diterima udara adalah

= (3 2 )

Proses 34. Ekspansi gas hasil pembakaran pada turbin gas, terjadi secara isentropic. Energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin gas adalah

= (3 4 )

Proses 41. Pembuangan panas ke lingkungan, terjadi secara isobar. Panas yang dibuang
adalah

= (4 1 )

Efisiensi termal siklus Brayton

Dengan mensubstitusikan beberapa korelasi termodinamika sebelumnya diperoleh

1
= 1 ( )
. (5-1)

Dimana, rp : perbandingan kompresi

= P2 /P1

k : konstanta panas jenis udara

= 1,4
Gambar 5.2 Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG)

Gambar 5.3 Turboprop


Gambar 5.4 Turbojet

Gambar 5.4 Turbofan

5.2 Siklus kombinasi Brayton- Rankine


Siklus daya kombinasi dibentuk oleh dua sumber, yaitu turbin gas dan turbin uap. Ide
dasar dari siklus ini didasarkan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi siklus Brayton. Gas
suhu tinggi dan tekanan rendah yang dihasilkan oleh turbin gas dimanfaatkan oleh siklus
Rankine untuk menaikkan suhu air boiler .
Gambar 5.6 Siklus kombinasi Brayton-Rankine
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai