PENDAHULUAN
1
kemungkinan untuk meingkatkan proses termal dan membantu dalam skema
rasional sistem termal.
Banyak peneliti telah mempelajari pembangkit listrik tenaga uap dari
sudut pandang energi dan eksergi (Regulagadda dkk). Dalam analisis
termodinamika pada generator boiler-sitrun subkritis pada pembangkit listrik
tenaga batubara mengunakan formulasi energi dan eksergi pada sistem. Mereka
menunjukkan bahwa boiler dan turbin memiliki kerugian eksergi tertinggi di
pembangkit listrik. Aljundi mempelajari analisis energi dan eksergi Pembangkit
Listrik Al-Hussein di Yordania. Mereka mengamati bahwa kehilangan energi
terutama terjadi di kondensor (66%), dan mereka menemukan kehancuran total
eksergi tertinggi dalam sistem boiler (77%). Mereka memperkenalkan boiler
sebagai sumber utama irreversibilities di pembangkit listrik.
Tujuan dari penelitian yang mereka lakukan adalah untuk menganalisis
energi dan eksergi dari pembangkit listrik tenaga uap yang terletak di dekat
Teheran di Iran. Hubungan energi dan eksergi dikembangkan untuk setiap
komponen tanaman. Kehilangan energi dan penghancuran eksergi setiap
komponen sistem dihitung. Efek dari berbagai suhu referensi pada analisis eksergi
setiap komponen telah dipertimbangkan. Selain itu, efek dari berbagai parameter
operasi seperti beban bagian ketel, tekanan kondensor, temperatur outlet boiler
dan tekanan pada efisiensi dan daya keluaran telah diteliti.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengeteahui pengertian eksergi
1.3.2 Mengetahui manfaat analisis pada eksergi
1.3.3 Mengetahui hubungan eksergi dengan dead state
1.3.4 Mengetahui perhitungan eksergi dan efesiensi pada PLTU
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Nilai eksergi tidak bisa bernilai negatif. Karena jika sistem berada pada
keadaan lain selain keadaan mati, sistem akan dapat mengubah kondisi
secara spontan menuju ke keadaan mati. Kecenderungan ini terjadi jika
keadaan mati tercapai dan tidak diperlukan kerja untuk melakukan
perubahan spontan. Oleh karena itu, setiap perubahan keadaan sistem ke
keadaan mati dapat dicapai dengan sedikitnya zero work, dan dengan
demikian kerja maksimal (eksergi) tidak dapat bernilai negatif.
3. Eksergi tidak dapat dikekalkan tetapi dihancurkan oleh irreversibilitas.
Sebuah batas adalah jika seluruh eksergi dimusnahkan, seperti yang akan
terjadi jika sistem yang diizinkan untuk mengalami perubahan spontan ke
keadaan mati dengan tidak ada kemampuan untuk memperoleh kerja.
Potensi untuk mengembangkan kerja yang ada awalnya akan benar-benar
terbuang dalam proses spontan tersebut.
4. Eksergi dilihat sebagai kerja teoritis maksimum yang diperoleh dari suatu
sistem kombinasi ditambah lingkungan sebagai suatu sistem yang bergerak
dari keadaan menuju ke keadaan mati (kesetimbangan). Atau, eksergi
dapat dianggap sebagai kerja teoritis minimum yang diperlukan untuk
membawa sistem dari keadaan mati (kesetimbangan) menuju ke keadaan
lain.
4
1961, dan Baehr tahun 1962, dan sejak itu exergy mulai dikenalkan sebagai work
capacity atau available work (Basri, 2011).
Metode analisis eksergi (analisis kemanfaatan) sangat tepat digunakan
untuk mendorong tercapainya penggunaan sumber daya energi dengan lebih
efektif, karena eksergi memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab, dan
besar sebenarnya dari kerugian dan pemborosan suatu sistem termal. Dengan
demikian eksergi dapat digunakan dalam sistem baru yang lebih efeisien dan
dapat meningkatkan efisiensi dari sistem yang sudah ada.
Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa selain memiliki
kuantitas, energi juga memiliki kualitas, dan suatu proses yang riil akan
berlangsung pada arah kualitas energi yang semakin menurun. Jadi walaupun
tidak ada kuantitas energi yang hilang, kualitas energi selalu berkurang selama
proses. Besaran dari kualitas energi ini disebut eksergi.
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung eksergi adalah
Eksergi Spesifik
Ψ = [(ℎ − ℎ0 ) − 𝑇0 (𝑠 − 𝑠0 )]
Eksergi
𝑋 = ṁ .𝑎
𝑋 = ṁ((ℎ − ℎ0 ) − 𝑇0 (𝑠 − 𝑠0 )
Eksergi Loss
𝑒𝑘𝑠𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑒𝑘𝑠𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑛 − 𝑒𝑘𝑠𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡
Efesiensi
𝑒𝑘𝑠𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡
𝑒𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝑒𝑘𝑠𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑛
Dimana,
Ψ = eksergi spesifik (kj/kg)
x = eksergi (MW)
ṁ = laju alir massa (ton/h)
h = entalpi (kj/kg)
T = temperatur (˚F)
s = entropi (kj/kg.k)
5
2.4 Hubungan Eksergi dan Dead State
Dead state atau keadaan mati tercapai ketika terdapat dua buah system
yang telah mencapai keadaan setimbang antara keduanya. Pada keadaan mati,
masing-masing system dan lingkungan memiliki energy, tetapi nilai exerginya
adalah nol, karena tidak adanya kemungkinan terjadi perubahan spontan di dalam
system atau dalam lingkungan, juga tidak timbul interaksi antara keduanya.
Hukum eksergi untuk proses steady state sistem terbuka adalah sebagai
berikut :
𝑇
∑ ṁ𝑖 𝑒𝑖 + ∑ (1 − ) 𝑄 = ∑ ṁ𝑜 𝑒𝑜 + Ẇ + İ
𝑇𝑘 𝑘
𝑖 𝑘 𝑜
di mana ṁi dan ṁo adalah laju aliran keluar dan aliran masuk masing-
masing sistem. Selain itu, ẇ adalah kerja dan ireversibilitas sistem pada masing-
masing. Dalam persamaan di atas, e adalah eksergi spesifik, yang didefinisikan
sebagai berikut:
𝑒 = 𝑒𝑝ℎ + 𝑒𝑐ℎ
di mana eph dan ech adalah eksergi spesifik fisik dan eksergi kimia,
masing-masing. Eksergi spesifik fisik didefinisikan sebagai berikut:
𝑒𝑝ℎ = [(ℎ − ℎ0 ) − 𝑇0 (𝑠 − 𝑠0 )]
di mana h, s dan T adalah entalpi, entropi dan suhu absolut, yang mengacu
pada kondisi dead state. Campuran eksergi kimia didefinisikan sebagai berikut:
1 𝑛
𝑐ℎ𝑖
𝑒𝑚𝑖𝑥 𝑐ℎ = [ ∑ 𝑥𝑖 𝑒 + 𝑅𝑇𝑜 ∑ 𝑥𝑖 𝑛𝑥𝑖 + 𝐺 𝐸 ]
𝑖=1𝑛 𝑖=1
GE adalah Gibbs energi yang dapat diabaikan pada campuran gas tekanan
rendah. Persamaan di atas tidak dapat digunakan untuk menghitung eksergi bahan
bakar. Eksergi spesifik bahan bakar didefinisikan untuk menghitung eksergi kimia
dari bahan bakar yaitu sebagai berikut:
𝑒𝑓𝑢𝑒𝑙 = 𝛾𝑓 × 𝐿𝐻𝑉
di mana ɣf = 1.06 adalah faktor eksergi berdasarkan nilai kalor yang lebih
rendah. Selanjutnya, tingkat total pengeluaran bahan bakar dihitung sebagai
berikut:
Ė𝑓𝑢𝑒𝑙 = ṁ𝑓𝑢𝑒𝑙 × 𝑒𝑓𝑢𝑒𝑙
6
Hukum ke 2 efesiensi didefinisikan sebagai berikut:
𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑤𝑜𝑟𝑘
𝜂11
𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑏𝑙𝑒 𝑤𝑜𝑟𝑘
Hubungan eksergy loss dan efesiensi untuk setiap komponen siklus telah
diformulasikan dan tercantum dalam tabel 3.
7
Gambar 1. Skema diagram PLTU
8
Pada skema diagram PLTU tersebut terlihat bahwa air dialirkan kedalam
boiler, air tersebut akan dipanaskan hingga menghasilkan superheated steam.
Superheated steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan high pressure
turbine (HPT). Steam keluaran dari HPT mengalami penurunan temperatur dan
tekanan sehingga steam diumpan kembali masuk ke dalam boiler, yang nantinya
akan digunakan untuk memutar initial pressure turbin (IPT).
Sebagian steam yang keluar dari IPT diumpan ke low pressure turbine
(LPT) dan sebagian lagi dialirkan ke deaerator dan high pressure heater (HPH).
Kondisi steam setelah memutar LPT mengalami penurunan temperatur dan
tekanan sehingga steam tersebut dialirkan ke Low Pressure Heater (LPH) dan
kondensor yang kemudian kondensat dialirkan ke gland steam condensor (GSC)
bersamaan dengan masuknya air injeksi yang berfungsi sebagai penyokong air
tambahan. Air yang keluar dari GSC dipanaskan di LPH bersamaan dengan steam
yang keluar dari LPT, yang nantinya steam yang telah dipanaskan di LPH
diumpan balik ke kondensor sebagai siklus berulang dan ke deaerator. Di
deaerator, steam yang masuk dihilangkan kandungan oksigen dan gas-gas terlarut
lainnya untuk dipanaskan kembali di dalam HPH yang nantinya akan digunakan
sebagai penyuplai panas pada boiler.
Ė𝑖 − Ė0
𝜂𝐼𝐼,𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 =
Ė𝑓𝑢𝑒𝑙
Turbin −𝐸. 𝐿 + ṁ𝑖𝑛 ℎ𝑖𝑛 = ∑ ṁ𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑢𝑡 + Ẇ 𝑇
İ𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 = Ė𝑡 − Ė0 − Ẇ𝑒
9
İ𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛
𝜂𝐼𝐼𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 = 1 −
Ė𝑖 − Ė0
Pompa −Ẇ𝑝 = 𝑚𝑖𝑛 (ℎ𝑜𝑢𝑡 − ℎ𝑖𝑛 ) − 𝐸. 𝐿
İ𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = Ė𝑡 − Ė0 + Ẇ𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
İ𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
𝜂𝐼𝐼𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 1 −
Ė𝑖
İℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 = Ė𝑖 − Ė0
İℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟
𝜂𝐼𝐼,ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟 = 1 −
Ė𝑖
İ𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟 = ∑ Ė − ∑ Ė
𝑖,𝑐 𝑜,𝑐
İ𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟
𝜂𝐼𝐼𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟 = 1 −
∑𝑖𝑛,𝑐𝑜𝑛𝑑 Ė
Tabel 3. Neraca Energy pada Komponen Power Plant dan Rasio Persentase
Energy yang Masuk
Komponen Heat Loss (MW) Persen Rasio
Boiler 119.851 16.69
Turbine 4.393 0.610
Kondenser 354.759 49.41
Piping 1.542 0.214
Net Power 232.580 32.39
Heaters and Pump 4.933 0.686
Total 718.05 100
10
Tabel 4. Analisis Exergy pada Power Plant (TO= 298.15 K, PO= 101.3 kPa)
Point T (K) P (Mpa) h (kj/kg) s (kj/kgK) ṁ (t/h) e (kj/kg) Ė (MW)
1 811,15 14 3427,094 6,524 772,097 1486,435 318,797
1a 811,15 14 3427,094 6,524 772,097 1486,435 318,797
2a 622,25 3,73 3099,07 6,623 772,097 1128,894 242,115
2 622,25 3,73 3099,07 6,623 62,838 1128,894 19,704
3 622,25 3,73 3099,07 6,623 709,259 1128,894 222,41
4 811,15 3,43 3536,942 7,276 709,259 1372,074 270,321
5 707,35 1,73 3327,082 7,308 42,862 1152,673 13,723
6 591,45 0,731 3097,383 7,334 42,524 915,073 10,809
7 482,35 3,54 894,67 2,414 62,838 179,317 3,129
8 446,45 1,64 733,0368 2,091 105,7 114,076 3,349
9 437,75 0,709 695,516 1,988 773,888 107,205 23,045
10 440,85 15,1 717,213 2,001 773,888 124,966 26,863
11 476,75 15,066 874,113 2,343 773,888 180,018 38,698
12 516,25 14,98 1053,699 2,705 773,888 251,674 54,102
13 603,65 0,731 3122,92 7,387 623,873 924,957 160,293
14 483,25 0,274 2885,705 7,399 21,412 684,164 4,069
15 422,95 0,146 2772,37 7,431 24,486 561,288 3,817
16 362,57 0,06307 2659,98 7,527 22,058 420,276 2,575
17 332,85 0,01967 2506,369 7,606 555,921 243,111 37,541
18 384,45 0,26 466,898 1,432 21,412 44,418 0,2641
19 361,36 0,139 369,467 1,171 45,898 24,5958 0,3135
20 339,96 0,05992 279,632 0,915 67,956 11,0962 0,2094
21 340,783 0,05992 283,0749 0,925 69,729 11,5486 0,2236
22 332,98 0,0496 250,403 0,828 625,66 7,7675 1,3499
23 333,2 1,338 252,403 0,83 625,66 9,1414 1,5887
24 334,5 1,336 257,839 0,847 625,66 9,74737 1,694
25 355,76 1,177 346,761 1,105 625,66 21,687 3,769
26 378,85 1,034 443,8 1 625,66 39,8057 6,918
27 398,45 0,9199 526,737 1,583 625,66 59,2367 10,295
28 366,83 0,0803 415,037 1,296 1,773 33,1058 0,0163
A 673,95 0,0803 3008,661 5,955 1,773 1237,4101 0,6094
AA 295,15 1,364 93,496 0,324 30505 1,3666 11,5803
BB 305,15 1,364 135,25 0,463 30505 1,5287 12,9536
11
Tabel 5. Pemusnahan Exergy dan Effisiensi Exergy pada Power Plant (To =
298.15 K, PO = 101.3 kPa)
Komponen Exergy Destruction Exergy Percent Effisiensi
(MW) Destruction (%)
Boiler 358,981 84,3853 46,6
HP Turbin 8,107 1,9057 89,42
IP Turbin 6,336 1,4895 92,58
LP Turbin 8,611 2,0242 92,33
Kondenser 35,042 8,2373 21,19
Kondensat Pump 0,112 0,0264 62,17
BFP 0,397 0,0934 88,25
HPH 1 1,171 0,2752 97,99
HPH 2 1,669 0,3925 96,18
Deaerator 1,407 0,3308 94,24
LPH 1 0,428 0,1006 96,1
LPH 2 0,619 0,1455 92,11
LPH 3 0,604 0,1420 86,81
GSC 1,917 0,0045 12,76
Power Cycle 433,009 100 34,7
Tabel 6. Analisis Exergy pada Power Plant (TO= 298.15 K, PO= 101.3 kPa)
12
17 332,85 0,01967 2506,369 7,606 555,921 243,20078 37,55567245
18 384,45 0,26 466,898 1,432 21,412 44,50788 0,26472298
19 361,36 0,139 369,467 1,171 45,898 24,89403 0,317385052
20 339,96 0,05992 279,632 0,915 67,956 11,38543 0,214918967
21 340,783 0,05992 283,0749 0,925 69,729 11,84683 0,229463225
22 332,98 0,0496 250,403 0,828 625,66 8,09548 1,406949449
23 333,2 1,338 252,403 0,83 625,66 9,49918 1,650904711
24 334,5 1,336 257,839 0,847 625,66 9,86663 1,714765479
25 355,76 1,177 346,761 1,105 625,66 21,86593 3,800177157
26 378,85 1,034 443,8 1 625,66 39,89518 6,933560644
27 398,45 0,9199 526,737 1,583 625,66 59,32623 10,31056918
28 366,83 0,0803 415,037 1,296 1,773 33,19528 0,016348675
A 673,95 0,0803 3008,661 5,955 1,773 1237,73843 0,609586177
AA 295,15 1,364 93,496 0,324 30505 1,45608 12,33825567
BB 305,15 1,364 135,25 0,463 30505 1,76723 14,97481976
13
2.7.1 Perhitungan Eksergy
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 772,097 | | |3600 𝑠| × 1486,52408 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 318816,8841 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 318,8168841 𝑀𝑊
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 772,097 | | |3600 𝑠| × 1486,52408 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 318816,8841 𝑠 |𝑘𝑗 | |103 𝑘𝑊|
⁄𝑠
= 318,8168841 𝑀𝑊
Ė= ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 772,097 | | |3600 𝑠| × 1128,98323 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
14
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 242134,6014 |𝑘𝑗 | | |
𝑠 ⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 242,1346014 𝑀𝑊
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 62,838 | | |3600 𝑠| × 1128,98323 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
Ė = 19706,40228 | 𝑘𝑗 | | |
𝑠 ⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 19,70640228 𝑀𝑊
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 709,259 | | |3600 𝑠| × 1128,98323 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 222428,1991 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 222,4281991 𝑀𝑊
15
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 709,259 | | |3600 𝑠| × 1372,16328 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 270338,6544 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 270,3386544 𝑀𝑊
= 13,72491817 𝑀𝑊
16
= 3,133112804 𝑀𝑊
17
𝑘𝑗 𝑘𝑗
e = (769,193) ⁄𝑘𝑔 − (589,08477) ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑗
e = 180,10823 ⁄𝑘𝑔
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 773,888 | | |3600 𝑠| × 180,100823 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 38717,66608 | 𝑘𝑗 | | |
𝑠 ⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 38,71766608 𝑀𝑊
18
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 21,412 | | |3600 𝑠| × 684,25383 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 4069,789724 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 4,069789724𝑀𝑊
19
18. e = (ℎ − ℎ𝑜) − 𝑇𝑜(𝑆 − 𝑆𝑜)
𝑘𝑗 𝑘𝑗
e = (466,898 − 104,92) ⁄𝑘𝑔 − 298,15 𝐾(1,432 − 0,3672) ⁄𝑘𝑔𝐾
𝑘𝑗 𝑘𝑗
e = (361,978) ⁄𝑘𝑔 − (317,47012) ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑗
e = 44,50788 ⁄𝑘𝑔
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 21,412 ℎ | 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| × 44,50788 ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 264,7229796 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 0,26472299796 𝑀𝑊
20
𝑘𝑗
e = 11,84683 ⁄𝑘𝑔
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 69,729 | | |3600 𝑠| × 11.84683 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 229,4632247 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 0,2294632247 𝑀𝑊
= 1,406949449 𝑀𝑊
21
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 1714,765479 |𝑘𝑗 | | |
𝑠 ⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 1,714765479 𝑀𝑊
= 3,800177157 𝑀𝑊
= 10,31056918 𝑀𝑊
22
e = (415,037 − 104,92) 𝑘𝑗⁄𝑘𝑔 − 298,15 𝐾(1,296 − 0,3672) 𝑘𝑗⁄𝑘𝑔𝐾
𝑘𝑗 𝑘𝑗
e = (310,117) ⁄𝑘𝑔 − (276,92172) ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑗
e = 33,19528 ⁄𝑘𝑔
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
Ė = 1,773 ℎ | 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| × 33,19528 ⁄𝑘𝑔
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
Ė = 16,3486754 |𝑘𝑗 | | |
𝑠 ⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 0,0163486754 MW
= 0,6095861768 𝑀𝑊
= 12,33825567 𝑀𝑊
23
Ė=ṁ ×𝑎
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
= 30505 | | |3600 𝑠| × 1,76723 ⁄𝑘𝑔
ℎ 1 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 14974,81976 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 14,97481976 𝑀𝑊
24
LP Turbin 160,3087823 48,01944204 8,611 92,33141812
Kondenser 52,75995544 13,74520512 39,01475032 26,05234406
Kondensat Pump 1,406949449 1,650904711 0,112 68,53537173
BFP 23,07787328 26,9088446 0,397 90,6101539
HPH 1 58,42406836 57,2545251 1,169543264 97,99818243
HPH 2 43,76687558 42,0697017 1,697173873 96,12224119
Deaerator 24,47446859 23,07787328 1,396595306 94,29366443
LPH 1 11,00335037 10,57529216 0,428058205 96,10974666
LPH 2 7,88320637 7,250945697 0,632260674 91,97965087
LPH 3 4,607824161 4,015096124 0,592728038 87,13648748
GSC 2,260490888 1,731114155 1,917 15,19541129
Power Cycle 54,12141229 318,8168841 433,009 36,72100315
Perhitungan :
Boiler
Dik :
İboiler = 358,981 MW
Ėin (3, 12) = 276,5496114 MW
Ėout (1, 4) = 589,1555385 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡 −𝐸𝑖𝑛
ɳ =
Ė𝑓𝑢𝑒𝑙
312,6059271 𝑀𝑊
= × 100%
671,5869271 𝑀𝑊
= 46,54735143 %
HP Turbine
Dik :
İturbin = 8,107 MW
Ėin (1a) = 318,8168841 MW
Ėout (2a) = 242,1346014 MW
𝐼
ɳ =( 1 − Ė 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
−Ė
) × 100%
𝑖𝑛 𝑜𝑢𝑡
8,107 𝑀𝑊
= 1 − (318,8168841−242,1346014)𝑀𝑊 × 100%
25
8,107 𝑀𝑊
= 1 − (76,6822827)𝑀𝑊 × 100%
= 89,4278%
IP Turbine
Dik :
İIP turbin = 6,336 MW
Ėin (4) = 270,3386544 MW
Ėout (5, 6, 13) = 184,8455643 MW
𝐼
ɳ = ( 1 − Ė 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
−Ė
) × 100%
𝑖𝑛 𝑜𝑢𝑡
6,336 𝑀𝑊
= 1 − (270,3386544−184,8455643)𝑀𝑊 × 100%
6,336 𝑀𝑊
= 1 − (85,49309014)𝑀𝑊 × 100%
= 92,58%
LP Turbine
Dik :
İLP turbin = 8,611 MW
Ėin (13) = 160,3087823 MW
Ėout (14, 15, 16, 17) = 4,01944204MW
𝐼
ɳ = ( 1 − Ė 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
−Ė
) × 100%
𝑖𝑛 𝑜𝑢𝑡
8,611 𝑀𝑊
= 1 − (160,3087823−48,01944204)𝑀𝑊 × 100%
8,611 𝑀𝑊
= 1 − (112,2893403)𝑀𝑊 × 100%
= 92,33141812 %
Condenser
Dik :
İcondenser = 39,01475032 MW
Ėin (17, 21, BB) = 52,75995544 MW
Ėout (22, AA) = 13,74520512 MW
𝐼𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
ɳ =(1− Ė𝑖𝑛
) × 100%
39,01475032 𝑀𝑊
= 1 − (52,755995544)𝑀𝑊 × 100%
26
= 26,05234406 %
Condensate Pump
Dik :
İcp = 0,112 MW
Ėin (22) = 1,406949449 MW
Ėout (23) = 1,650904711 MW
𝐼𝑝𝑢𝑚𝑝
ɳ = ( 1 − 𝑊𝑝 ) × 100%
0,112 𝑀𝑊
= 1 − (0,355955262)𝑀𝑊 × 100%
= 68,53537173 %
BFP
Dik :
İBFP = 0,397 MW
Ėin (9) = 23,07787328 MW
Ėout (10) = 26,9088446 MW
𝐼
ɳ = ( 1 − 𝑊𝐵𝐹𝑃 ) × 100%
𝐵𝐹𝑃
0,397 𝑀𝑊
= 1 − (4,22797132)𝑀𝑊 × 100%
= 90,6101539 %
HPH 1
Dik :
Ėin (2, 11) = 57,25452509 MW
Ėout (7, 12) = 58,42406846 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ = (58,42406836 − 57,25452509) MW
İ = 1,169543266 MW
𝐸
ɳ = ( 𝐸𝑜𝑢𝑡 ) ×100%
𝑖𝑛
27
57,25452509
ɳ = (58,42406836) ×100%
ɳ = 97,99818242 %
HPH 2
Dik :
Ėin (5, 7, 10) = 43,76687557 MW
Ėout (8, 11) = 42,0697017 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ =(43,76687557 − 42,0697017) MW
İ =1,69717387 MW
𝐸𝑜𝑢𝑡
ɳ =( ) ×100%
𝐸
42,0697017
ɳ = (43,76687557) ×100%
ɳ = 96,12224119 %
Deaerator
Dik :
Ėin (6, 8, 27) = 24,47446859 MW
Ėout (9) = 23,07787238 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ =(24,47446859 − 23,07787238) MW
İ =1,39659621 MW
𝐸
ɳ =( 𝐸𝑜𝑢𝑡 ) ×100%
𝑖𝑛
23,07787328
ɳ =(24,47446859) ×100%
ɳ =94,29366443 %
LPH 1
Dik :
Ėin (14, 26) = 11,00335037 MW
Ėout (18, 27) = 10,57529216 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ =(11,00335037 − 10,57529216) MW
İ =0,42805821 MW
𝐸
ɳ =( 𝐸𝑜𝑢𝑡 ) ×100%
𝑖𝑛
28
10,57529216
ɳ =(11,00335037) ×100%
ɳ =96,10974663 %
LPH 2
Dik :
Ėin (15, 18, 25) = 7,882866287 MW
Ėout (19, 26) = 7,250945697 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ = (7,882866287 − 7,250945697) MW
İ = 0,63192059 MW
𝐸
ɳ =( 𝐸𝑜𝑢𝑡 ) ×100%
𝑖𝑛
7,250945697
ɳ =(7,882866287) ×100%
ɳ = 91,98361907 %
LPH 3
Dik :
Ėin (16, 19, 24) = 4,607824162 MW
Ėout (20, 25) = 4,015096124 MW
İ = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡
İ = (4,607824162 − 4,015096124) MW
İ = 0,592728038 MW
𝐸
ɳ = ( 𝐸𝑜𝑢𝑡 ) ×100%
𝑖𝑛
4,015096124
ɳ = (4,607824162) ×100%
ɳ = 87,13648749 %
GSC
Dik :
Ėin (A, 23) = 2,260490888 MW
Ėout (24, 28) = 1,731114154 MW
𝐼𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
ɳ =(1− Ė𝑖𝑛
) × 100%
1,917
= 1 − (2,260490888)𝑀𝑊 × 100%
= 15,1954129 %
Power Cycle
29
𝑤
ɳ = 𝐸 𝑛𝑒𝑡 X 100%
𝑓𝑢𝑒𝑙
(𝑊𝐻𝑃𝑇 + 𝑊𝐼𝑃𝑇 + 𝑊𝐿𝑃𝑇 )− 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
= 𝐸𝑓𝑢𝑒𝑙
𝑊𝑡𝑝 = 𝑤𝑐𝑝 + 𝑤𝐵𝐹𝑃
𝑊𝑝 = 𝑤𝑐𝑝 + 𝑤𝐵𝐹𝑃
= 5,011768871 MW
𝑊𝐼𝑃𝑇 = ṁ4 ℎ4 − (ṁ5 ℎ5 + ṁ6 ℎ6 + ṁ3 ℎ3 )
𝑘𝑗 𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ
= ( 709,259 𝑡𝑜𝑛
ℎ
|
1000 𝑘𝑔
1 𝑡𝑜𝑛
||
1ℎ
3600 𝑠
| × 3536,942 ⁄𝑘𝑔) − (42,862
ℎ
| 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| ×
𝑘𝑗 𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
3327,082 ⁄𝑘𝑔) + ( 42,524 ℎ | 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| × 3097,383 ⁄𝑘𝑔) +
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 79439,99257 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 79,43999257 𝑀𝑊
𝑊𝐿𝑃𝑇 = ṁ13 ℎ13 − (ṁ14 ℎ14 + ṁ15 ℎ15 + ṁ16 ℎ16 + ṁ17 ℎ17 )
30
𝑘𝑗 𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ
= ( 623,873 𝑡𝑜𝑛
ℎ
|
1000 𝑘𝑔
1 𝑡𝑜𝑛
||
1ℎ
3600 𝑠
| × 3122,92 ⁄𝑘𝑔) − (21,412
ℎ
| 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| ×
𝑘𝑗 𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗
2885,705 ⁄𝑘𝑔) + ( 24,486 ℎ | 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| × 2772,37 ⁄𝑘𝑔) +
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝑗 𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔 1ℎ
(22,058 ℎ
|
1 𝑡𝑜𝑛
||
3600 𝑠
| × 2659,98 ⁄𝑘𝑔) + (555,921 ℎ | 1 𝑡𝑜𝑛 | |3600 𝑠| ×
𝑘𝑗
2506,369 ⁄𝑘𝑔)
𝑘𝑗 𝑘𝑤 1 𝑀𝑊
= 101833,4701 | || |
𝑠 𝑘𝑗⁄𝑠 103 𝑘𝑊
= 101,8334701 𝑀𝑊
𝑤
ɳ = 𝐸 𝑛𝑒𝑡 X 100%
𝑓𝑢𝑒𝑙
(𝑊𝐻𝑃𝑇 + 𝑊𝐼𝑃𝑇 + 𝑊𝐿𝑃𝑇 )− 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
= 𝐸𝑓𝑢𝑒𝑙
(70,35176284 + 79,43999257 +101,8334701)𝑀𝑊− 5,011768871 MW
= 𝑋100 %
671,5869271 MW
= 36,72100315 MW
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai Analisis Exergi dan Energi Pendinginan
Uap pada Power Plant dengan Sistem Pemanasan Ulang Tunggal, maka dapat
diambil kesimpulan :
1. Eksergi adalah energi yang dapat dimanfaatkan (available energy) atau
ukuran kertersediaan energi untuk melakukan kerja.
2. Metode analisis eksergi bermanfaat untuk mendorong tercapainya
penggunaan sumber daya energi dengan lebih efektif, karena eksergi
31
memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab, dan besar sebenarnya
dari kerugian dan pemborosan suatu sistem termal.
3. Hubungan antara eksergi dan dead state adalah pada keadaan mati,
masing-masing sistem dan lingkungan memiliki energi, tetapi nilai
ekserginya adalah nol, karena tidak adanya kemungkinan terjadi
perubahan spontan di dalam system atau dalam lingkungan, juga tidak
timbul interaksi antara keduanya.
4. Cara menghitung eksergi dan efesiensi yaitu dengan cara menghitung
eksergi setiap aliran dan mengetahui eksergi yang masuk dan keluar pada
setiap alat.
3.2 Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Jisaja, Ahmad. 2014. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dapat diakses di:
http://www.sekedarposting.com/2014/01/pembangkit-listrik-tenaga-uap-
pltu.html. Diunduh pada 29 September 2018.
32
Marques, Joao G. O., Antonella L. Costa, dkk. 2017. Energy and Exergy Analysis
of Angra 2 Nuclear Power Plant. Universidade Federal de Minas Gerais,
Departamento de Engenharia Nuclear, Brasil.
33