Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOENERGI

PRAKTIKUM BIOPELET BIJI KAPUK

NAMA : CRISNA NAINGGOLAN

NIM : 061740411495

KELAS : 6 EGA

KELOMPOK : 1 (SATU)

DOSEN PENGAMPUH : ZUROHAINA, S.T.,M.T.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPA TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020
PRAKTIKUM BIOPELET BIJI KAPUK

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan proses Pembuatan Biopelet dari Biji Kapuk
2. Mengetahui proses Pembuatan Biopelet dari bahan Biji kapuk
3. Dapat Menganalisa hasil Pembuatan Biopelet Biji Kapuk

II. Alat dan Bahan :


 Alat

No. Alat Jumlah


1. AlatPengepresBiji-Bijian 1 Unit
2. Erlenmeyer 4 Buah
3. Pipet Ukur 3 Buah
4. Bola Karet 3 Buah
5. Pipet Teter 1 Buah
6. Beaker Gelas 2 Buah
7. Termometer 2 Buah
8. Kaca Arloji 1 Buah
9. Mistar 1 Buah
10. Bomb Calorimeter 1 Unit
11. Oven 1 Unit
12. Neraca Analitik 1 Buah
13. Furnace 1 Buah

 Bahan
1. Biji Kapuk
2. Aquades

III. Dasar Teori

A. Biopelet

Biopellet merupakan salah satu bentuk energi Biomassa. Biopelet memiliki


kadar air rendah ( 10% )sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembakaran.
Biopelet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan lebih besar
dibandingkan briket( 60 kg/m3 , kadar abu 1 % dan kadar air kurang dari 10 %) (El
Bassam dan Maegaard 2004). Bahan bakar Biopelet memiliki diameter antara 3 –12
mm dan panjang bervariasi antara 6 –25 mm. Biopelet memiliki konsistensi dan
efisiensi bakar yang dapat menghasilkan emisi lebih rendah dari briket. Proses yang
digunakan adalah pengempaan dengan suhu dan tekanan tinggi, sehingga
membentuk produk yang seragam dengan kapasitas produksi yang tinggi. Sistem
pemanasan dengan pelet menghasilkan emisi C02 yang rendah karena jumlah C02
yang dikeluarkan selama pembakaran setara dengan C02 yang diserap tanaman
ketika tumbuh, sehingga tidak membahayakan lingkungan. Di beberapa negara maju
seperti Jerman, Canada, dan Austria, biopelet dikembangkan sebagai bahan bakar
alternatif yang berasal dari kepingan kayu. Selain itu ukuran dan keseragaman
biopelet juga dapat memudahkan proses pemindahan (transportasi) dari satu
tempat ketempatlainnya (Battacharya, 1998).

Menurut Ramsay ( 1982 ), proses pembuatan pelet menghasilkan panas akibat


gesekan alat yang memudahkan proses pengikatan bahan dan penurunan kadar air,
bahan hingga mencapai 5 –10 % panas juga menyebabkan suhu pelet ketika keluar
mencapai 60 –65 C sehingga dibutuhkan pendinginan.

B. Kualitas Biopelet
Kualitas biopelet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen pakan
maupun peternak. Kualitas pelet ditentukan dengan durabilitas, kekerasan

(hardness ) dan ukuran. Kualitas pelet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi
produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi danmodal
yangdibutuhkan. Menurut Behnke (1994), faktor –faktor yang mempengaruhi
kualitas pelet adalah formulasi (pengaruhnya sebesar 40%), conditioning(20%),
ukuran partikel (20%), spesifikasi die (cetakan) dari mesin pelet (15%), dan
pendinginan (5%). Bahan tambahan perekat tapioka dan sagu merupakan bahan
yang sering digunakan dalam pembuatan biopelet karena mudah didapat, harganya
pun relatif murah dan dapat menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi.
Penggunaan perekat tidak melebihi 5% karena semakin besar penambahan perekat,
maka akan mengakibatkan bertambahnya kadar air pada biopellet. Hal ini akan
mengurangi nilai pembakaran biopelet (Zamirza, 2009).

BIJI KAPUK
Meningkatnya permintaan energi disertai dengan semakin terbatasnya sumber
energi fosil serta masalah lingkungan telah membawa perhatian pada pencarian dan
pengembangan sumber energi alternatif terbarukan salah satunya biomassa.
Keuntungan biomassa sebagai sumber energi antara lain terbarukan, rendah emisi
karbon dan sulfur. Potensi sumber energi biomassa antara lain berasal dari limbah
kehutanan, limbah pertanian, limbah industri dan rumah tangga, dan tanaman untuk
tujuan penggunaan energi (Basu 2010, McKendry 2002). Salah satu limbah
pertanian di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber energi biomassa adalah kulit
buah kapuk randu yang merupakan limbah pengolahan serat kapuk.
Kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan tanaman tropis dan banyak
dijumpai di Indonesia terutama di daerah Jawa (Ningrum dan Kusuma 2013). Areal
tanaman kapuk di Indonesia mencapai 250500 ha, dengan sentra pengembangan
terutama di Jawa Tengah (95107 ha) dan Jawa Timur (77449 ha) (Badan Pusat
Statistika 2012). Satu pohon kapuk menghasilkan 4000-5000 buah dan
menghasilkan sekitar 15-20 kg serat kapuk bersih dan 24-32 kg kulit buah kapuk
(Barani 2006).
Selama ini buah kapuk randu yang telah dimanfaatkan secara intensif adalah
seratnya, terutama untuk pengisi kasur, bantal, dan isolator suara. Selain itu,
beberapa penelitian berupaya untuk meningkatkan kegunaan kulit buah randu,
antara lain sebagai sumber mineral untuk pembuatan sabun (Ningrum dan Kusuma
2013) atau sebagai sumber serat selulosa (Astika 2010; Handayani et al. 2012).
Sementara itu, pemanfaatan kulit buah kapuk sebagai bahan energi biomassa belum
berkembang, hanya terbatas sebagai pengganti kayu bakar. Untuk pengembangan
kulit buah kapuk sebagai sumber energi baru terbarukan diperlukan penelitian
karakteristiknya sebagai dasar pemanfaatan yang lebih baik, seperti untuk bahan
pembuatan pellet kayu, pirolisis, dan gasifikasi.

IV. Prosedur Kerja

Perlakuan dan Rancangan Percobaan


Variabel yang ditetapkan pada penelitian ini adalah Temperatur pengepresan dan
Kecepatan putaran screw, Perbandingan mol minyak dan methanol serta konsentrasi
blending biodiesel dan solar, sebagai batasan masalah dalam penelitian ini. Hasil
Biodiesel di analisa densitas, viskositas, nilai asam, titik nyala sesuai dengan SNI
7182:2015. Biopelet dilakukan analisa kadar air, nilai kalor, dan volatile matter, ash
content dan fix carbon sesuai dengan SNI 8021:2014.

A. Prosedur Persiapan Sampel


1. Menyiapkan biji Kapuk sebanyak sebanyak 8 kg.
2. Membersihkan biji Kapuk dari seratnya.
3. Melakukan seleksi biji Kapuk yang masih dalam kondisi baik.

B. Persiapan Pengepresan Biji Kapuk


1. Memasang Heater Residence dengan menggunakan 4 key switch.
2. Memutar sakelar main switch pada panel control.
3. Mengatur thrmostat pada 400oC, biarkan lubang pada baris pertama dan kedua
mulai memanas.
4. Setelah temperatur mulai naik, set temperatur pada kondisi operasi yang diinginkan
(Heater tidak boleh terlalu dingin).
5. Memasukkan bahan baku biji kapuk yang telah di preparasi ke dalam corong.
6. Menenkan tombol Start pada ABB Driver.
7. Mengatur jumlah putaran Shaft dengan memutar tombol berwarna putih pada ABB
Driver.
8. Peralatan mulai beroperasi, biji yang telah mengalami pengepresan akan keluar
dibagian ujung mesin.
9. Setelah ampas biji Kapuk keluar, minyak yang diekstraksi akan mengalir melalui
lubang pengeluaran.
10. Menampung minyak keluar hasil pengepresan
11. Mematikan mesin dan melepaskan pad, kemudian memasang nozzle dengan ukuran
yang diinginkan agar ampas biji kapuk tercetak menjadi biopelet.
12. Menghidupkan kembali mesin.
13. Menampung biopelet yang keluar dari nozzle.
14. Mengeringkan biopelet yang terbentuk untuk menghilangkan uap panas biopelet
pada saat keluar mesin.
15. Mengulangi percobaan tersebut sesuai dengan variasi yang ingin dilakukan.

V. Analisa

Biopelet
Untuk pengamatan hasil karakterisasi biopelet yang dihasilkan maka dianalisa tes
pembakaran dan kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, nilai kalor, kerapatan, dan kuat
tekan berdasarkan SNI 8021:2014.

a. Pengukuran Kadar Air


Pengukuran kadar air merupakan analisis banyaknya air yang terkandung dalam
biopelet. Penetapan kadar air ini dilakukan dengan 2 gram sampel diletakkan pada
cawan porselin yang bobotnya sudah diketahui. Kemudian dimasukkan kedalam oven
dengan temperatur 101-105oC selama 3 jam sampai kadar air konstan. Kemudian
didinginkan dalam desikator sampai kondisi stabil dan ditimbang. Kadar air dapat
dihitung dengan persamaan:
BB-BKT
KA = x 100%
BKT
Keterangan:
KA = Kadar air (%)
BB = Berat sampel sebelum dikeringkan (gr)
BKT = Berat setelah dikeringkan (gr)

b. Analisis Nilai Kalor (ASTM D 5865-11a) Tipe Adiabatic Bomb Calorimeter


Adapun untuk analisa nilai kalor, menggunakan alat bomb calorimeter dengan
prosedur percobaan antara lain:
 Penentuan Panas Pembakaran Asam Benzoate
1. Menimbang 0.8 – 1.2 gr asam benzoate dengan ketelitian 0.0001 gr.
2. Menyiapkan bomb yang telah dicuci bersih, menambahkan 1 ml air kedalam bomb.
3. Memasang benang pembakaran pada bagian ignition.
4. Memasang bomb, dan mengalirkan oksigen kedalam bomb dengan tekanan antara 20
– 30 atm.
5. Memilih menu STANDRADIZATION untuk kalibrasipada OPERATION MODE,
kemudian menekan tombol start.
6. Memasukkan sampel ID number dan bomd ID number, memasukkan berat
tertimbang menekan tombol ENTER.
 Penentuan Nilai Kalor
1. Menimbang 0.8 – 1.2 sampel, dengan ketelitian 0.0001 gr.
2. Menyiapkan bomb yang telah dicuci bersih dan dikeringkan.
3. Memasukkan sample holder yang telah berisi sampel tertimbang kedalam bomb.
Memasang benang pembakaran pada bagian ignition.
4. Menutup cover dan memastikan cover terkunci.
5. Memasukkan bomb kedalam vessel, memutar kekanan dan mengunci.
6. Memilih menu DETERMINATION untuk menentukan nilai kalor sampel pada
DETERMINATION MODE, kemudian menekan tombol START.
7. Memasukkan ID Number dan HEAD ID number, memasukkan berat tertimbang
menekan ENTER.
8. Selesai menganalisa sampel, calorimeter akan menyimpan hasil analisa.
9. Mencetak data hasil analisa.
Catatan :
Nilai koreksi asam ditentukan dengan titrasi sedangkan nilai koreksi sulfur
didapatkan dari penentuan sulfur dengan alat S144 – DR.

c. Analisis Proksimat dengan Metode Termogravimetrik (ASTM D7582 – 10)


Adapun analisis untuk parameter Fix Carbon, Volatile Meter, Inherent Moisture,
Ash Content dilakukan dengan menggunakan alat TGA 701 dengan prosedur percobaan
antara lain:
 Menyalakan Instrumen :
1. Memastikan gas (Oksigen, Nitrogen, dan Udara Tekan) sudah terpasang dengan
benar ke instrument. Setting pada regulator tabung gas : Oksigen 35 Psi (2.4 Bar)
Nitrogen = 35 psi (2.4 bar)
Udara tekan = 45 psi (3.1 bar)
a. Menyalakan Analyzer (switch power terletak di panel bagian kanan Analyzer)
b. Menyalakan computer dan printer
c. Icon TGA-701 pada layar desktop computer di klik ganda untuk mengaktifkan
software
 Analisis Sampel :
1. Pada menu utama di klik F5 Analyze pada toolbar, jika (sebelumnya data sampel
belum dimasukkan, maka akan ditampilkan menu Sample Login. Dari sini bisa
dimasukkan data sampel seperti pada prosedur.
2. Furnace segera terbuka dan sejumlah cawan kosong yang akan digunakan untuk
analisis ditempatkan pada lubang carousel, ditambah satu cawan kosong (sebagai
referensi) pada posisi home yang bertanda lubang kecil. Tombol Actuator (pada
bagian depan Analyzer) ditekan, furnace akan menutup dan system akan
menginisialisasi dan menimbang semua cawan.
3. Setelah selesai, furnace akan membuka kembali dan Carousel akan menuju keposisi
cawan yang pertama, system siap untuk menimbang sampel.
4. Sampel sebanyak 1 skop dimasukkan kedalam cawan pertama, tepat di depan
instrument (1 Skop ~ 1 gr).
5. Tombol Actuator ditekan, Carousel akan berputar dan berhenti pada posisi cawan
berikutnya.
6. Langkah 4-5 diulangi sampai semua cawan terisi sampel.
7. Setelah pengisian cawan yang terakhir, penekanan tombol Actuator akan memulai
analisis secara otomatis.
8. Dilakukan prosedur diata suntuk sampel selanjutnya.
Catatan :
Untuk langkah analisis zat terbang diperlukan tutup cawan, jika sampai pada
langkah ini, maka furnace akan membuka dan mepersilahkan operator memasang
tutup cawan. Memasang cawan atau tutupnya selalu menggunakan crucible tong.
Begitu pula apabila langkah ini selesai maka harus mengambil tutup cawan.
Menggunakan sarung tangan yang disertakan untuk menghindari panas atau kontak
dengan furnace.
 Memasukkan Data Sampel :
1. Mengklik login dari menu sampel.
2. Mengetik nama sampel atau pilih melalui menu drop-down.
3. Menuliskan nomor sampel pada atribut location, jika dikosongkan maka software
akan menentukan diri secara otomatis.
4. Menuliskan jumlah sampel yang akan di analisis pada atributcount.
5. Mengklik Ok.
6. Untuk mengakhiri proses ini klik cancel.
 Mematikan Instrument:
Setelah proses analisis selesai, Furnace akan membuka, karena temperature
masih panas, maka biarkan system menurunkan temperature hingga mencapai
temperature kamar.
1. Mengklik F7 Cover untuk menutup Furnace.
2. Mematikan Analyzer, computer serta printer.
3. Menutup semua tabung gas.
Diagram alir pembuatan Biopelet

Biji Kapuk

Preparasi Sampel

Pengepresan

Minyak Nabati Bungkil

Degumming
Pencetakan

Esterifikasi
Biopelet

Transesterifikasi

Analisis Produk
Biodiesel

Analisis Produk

Pengujian Sifat Analisis Proksimat:


a. Kandungan nilai FFA Fisik dan Kimia a. Kadar Air
b. Densitas a. Kerapatan b. Kadar Abu
c. Viskositas b. Nilai Kalor c. Fixed Carbon
d. Bilangan Asam d. Volatile Matter
e. Titik Nyala
f. Cetane Number
VI. Data Pengamatan

 Hasil Pengepresan Biopelet dari Biji Kapuk

Massa Bungkil Putaran Temperatur Massa


BijiKapuk(gr) Motor Pemanasan(oC) Biopelet(gr)
100 403.24
5 150 386.52
200 397.08
Trigliserida dan FAME 100 405.60
500 10 150 393.56
200 396.20
100 407.80
15 150 398.36
200 403.12
Total   3188.36

 Analisis Biopelet Biji Kapuk

Kadar Air Biopelet Biji Kapuk

Berat Sampel
Temperatur Berat Berat Sampel + Kadar
Rpm Cawan
Pemanasan Cawan Sebelum Setelah Air
Dikeringkan Dikeringkan
(oC) (Hz) (gr) (gr) (gr) (%)
5 27,96 2,03 29,83 8,56
100 10 23,93 2,30 26,05 8,49
15 21,03 2,28 23,14 8,05
5 20,74 2,02 22,66 5,20
150 10 19,95 2,15 22,00 4,87
15 20,94 2,12 22,97 4,43
5 20,39 2,04 22,33 5,15
200
10 20,86 2,07 22,83 5,07
15 27,07 2,16 29,13 4,85

Temperatu
Putaran
r Kadar
Pemanasan Motor Air
(oC) (Hz) (%)
5
100 10
15
5
150 10
15
5
200 10
15

Nilai Kalor Biopelet Biji Kapuk

Temperatu Putaran
Sampe r Motor NilaiKalor
l o
( C) (Hz) (Cal/gr)
1 5 4458.5250
2 150 10 4463.0822
3 15 4524.9154

Analisis Proksimat Biopelet Biji Kapuk

No. Parameter Satuan HasilUji


1. Kadar Air % (ar)
2. Fix Carbon % (adb) 17.5983
3. Abu % (adb) 4.6117
4. Volatile Matter % (adb) 71.41

VII. Perhitungan Kadar Air Biopelet Biji Kapuk

BB−BKT
Kadar Air = × 100
BKT
Pada Temperatur 100°C
- Kecepatan 5 rpm
2,03−1,87
Kadar air = × 100%
1,87
= 8,56%
- Kecepatan 10 rpm
2,30−2,12
Kadar air = × 100%
2,12
= 8,49%
- Kecepatan 15 rpm
2,28−2,11
Kadar air = × 100%
2,11
= 8,05%

Pada Temperatur 150°C


- Kecepatan 5 rpm
2,02−1,92
- Kadar air = × 100%
1,92
= 5,20%
- Kecepatan 10 rpm
2,15−2,05
- Kadar air = × 100%%
2,05
= 4,87%
- Kecepatan 15 rpm
2,12−2,03
- Kadar air = × 100%
2,03
= 4,43%

Pada temperature 200℃


- Kecepatan 5 rpm
2,04−1.94
- Kadar air = × 100%
1,94
= 5,15%
- Kecepatan 10 rpm
2,07−1.97
- Kadar air = × 100%
1.97
= 5,07%
- Kecepatan 10 rpm
2,16−2,06
- Kadar air = × 100%
2,06
= 4,85%

VIII. Analisi percobaan


Pada percobaan kali ini mengenai pembuatan biopelet dari limbah biji
kapuk. Biopelet sendiri merupakan bahan bakar yang potensial dan dapat
diandalkan untuk menyuplai energy dalam jangka panjang sebagai bahan
bakar yang berwujud pada yang berasal dari sisa-sisa bahan organic dan
memiliki dimensi lebih kecil dibandingkan biobriket namun memiliki kualitas
yang lebih baik.
Proses pembuatan biopelet dari biji kapuk dilakukan dengan
menggunakan alat khusus pengepresan dan pencetak biopelet. Sebelum ke
tahap proses, biji kapuk di preparasi untuk menghilangkan kapuk yang masih
tertinggal dan memiliah biji kapuk yang masih layak untuk dimanfaatkan.
Proses pembuatan biopelet ini dilakukan sebanyak 3kali penggulangan
dengan perbedaan putaran motor dan temperature pemanas. Hasil proses
pengepresan tidak hanya biopelet yang didapat, namun juga minyak biji
kapuk yang nantinya akan diesterifikasikan menjadi biodiesel.
Dari analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil dari
pengepresan biopelet dengan temperature pemanasan 150℃ dan pada kondisi
putaran motor 15 rpm memiliki jumlah kadar air yang paling sedikit yaitu
4,43%. Setelah itu dilakukan analisa proksimat pada biopelet biji kapuk
didapat parameter Fix Carbon 17,5983%, Abu 4,6117% dan Volatile Matter
71,41%. Nilai yang didapatkan ini menunjukkan bahwa niji kapuk memang
berpotensi menjadi bahan baku biopelet karena biopelet yang dihasilkannya
sesuai dengan standar SNI 8021-2014 untuk biopelet namun biopelet biji
kapuk menghasilkan kadar abu yang lebih tinggi dari standar seharusmya.
Nilai kalor biopelet biji kapuk yang didapatkan sesuai dengan standar SNI
yaitu sebesar 4524.9154 kkal.

IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Kadar air
Temperature 100°C dan kecepatan 5 rpm adalah 8,56%
Temperature 100°C dan kecepatan 10 rpm adalah 8,49%
Temperature 100°C dan kecepatan 15 rpm adalah 8,05%
Temperature 150°C dan kecepatan 5 rpm adalah 5,20%
Temperature 150°C dan kecepatan 10 rpm adalah 4,87%
Temperature 150°C dan kecepatan 15 rpm adalah 4,43%
Temperature 200°C dan kecepatan 5 rpm adalah 5,15%
Temperature 200°C dan kecepatan 10 rpm adalah 5,07%
Temperature 200°C dan kecepatan 15 rpm adalah 4,87%
2. Biopelet adalah salah satu bahan bakar terbarukan yang berasal dari
biomassa.
3. Biopelet adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
menyuplai energy dalam jangka panjang sebagai bahan bakar yang
berwujud pada yang berasal dari sisa-sisa bahan organic dan memiliki
dimensi lebih kecil dibandingkan biobriket namun memiliki kualitas
yang lebih baik.

X. Lampiran

Proses Pembuatan Biopelet dari Biji Kapuk

Preparasi Biji Kapuk Pengepresan MInyak dan Biopelet

Anda mungkin juga menyukai