NIM : 061740411495
KELAS : 6 EGA
KELOMPOK : 1 (SATU)
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan proses Pembuatan Biopelet dari Biji Kapuk
2. Mengetahui proses Pembuatan Biopelet dari bahan Biji kapuk
3. Dapat Menganalisa hasil Pembuatan Biopelet Biji Kapuk
Bahan
1. Biji Kapuk
2. Aquades
A. Biopelet
B. Kualitas Biopelet
Kualitas biopelet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen pakan
maupun peternak. Kualitas pelet ditentukan dengan durabilitas, kekerasan
(hardness ) dan ukuran. Kualitas pelet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi
produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi danmodal
yangdibutuhkan. Menurut Behnke (1994), faktor –faktor yang mempengaruhi
kualitas pelet adalah formulasi (pengaruhnya sebesar 40%), conditioning(20%),
ukuran partikel (20%), spesifikasi die (cetakan) dari mesin pelet (15%), dan
pendinginan (5%). Bahan tambahan perekat tapioka dan sagu merupakan bahan
yang sering digunakan dalam pembuatan biopelet karena mudah didapat, harganya
pun relatif murah dan dapat menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi.
Penggunaan perekat tidak melebihi 5% karena semakin besar penambahan perekat,
maka akan mengakibatkan bertambahnya kadar air pada biopellet. Hal ini akan
mengurangi nilai pembakaran biopelet (Zamirza, 2009).
BIJI KAPUK
Meningkatnya permintaan energi disertai dengan semakin terbatasnya sumber
energi fosil serta masalah lingkungan telah membawa perhatian pada pencarian dan
pengembangan sumber energi alternatif terbarukan salah satunya biomassa.
Keuntungan biomassa sebagai sumber energi antara lain terbarukan, rendah emisi
karbon dan sulfur. Potensi sumber energi biomassa antara lain berasal dari limbah
kehutanan, limbah pertanian, limbah industri dan rumah tangga, dan tanaman untuk
tujuan penggunaan energi (Basu 2010, McKendry 2002). Salah satu limbah
pertanian di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber energi biomassa adalah kulit
buah kapuk randu yang merupakan limbah pengolahan serat kapuk.
Kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan tanaman tropis dan banyak
dijumpai di Indonesia terutama di daerah Jawa (Ningrum dan Kusuma 2013). Areal
tanaman kapuk di Indonesia mencapai 250500 ha, dengan sentra pengembangan
terutama di Jawa Tengah (95107 ha) dan Jawa Timur (77449 ha) (Badan Pusat
Statistika 2012). Satu pohon kapuk menghasilkan 4000-5000 buah dan
menghasilkan sekitar 15-20 kg serat kapuk bersih dan 24-32 kg kulit buah kapuk
(Barani 2006).
Selama ini buah kapuk randu yang telah dimanfaatkan secara intensif adalah
seratnya, terutama untuk pengisi kasur, bantal, dan isolator suara. Selain itu,
beberapa penelitian berupaya untuk meningkatkan kegunaan kulit buah randu,
antara lain sebagai sumber mineral untuk pembuatan sabun (Ningrum dan Kusuma
2013) atau sebagai sumber serat selulosa (Astika 2010; Handayani et al. 2012).
Sementara itu, pemanfaatan kulit buah kapuk sebagai bahan energi biomassa belum
berkembang, hanya terbatas sebagai pengganti kayu bakar. Untuk pengembangan
kulit buah kapuk sebagai sumber energi baru terbarukan diperlukan penelitian
karakteristiknya sebagai dasar pemanfaatan yang lebih baik, seperti untuk bahan
pembuatan pellet kayu, pirolisis, dan gasifikasi.
V. Analisa
Biopelet
Untuk pengamatan hasil karakterisasi biopelet yang dihasilkan maka dianalisa tes
pembakaran dan kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, nilai kalor, kerapatan, dan kuat
tekan berdasarkan SNI 8021:2014.
Biji Kapuk
Preparasi Sampel
Pengepresan
Degumming
Pencetakan
Esterifikasi
Biopelet
Transesterifikasi
Analisis Produk
Biodiesel
Analisis Produk
Berat Sampel
Temperatur Berat Berat Sampel + Kadar
Rpm Cawan
Pemanasan Cawan Sebelum Setelah Air
Dikeringkan Dikeringkan
(oC) (Hz) (gr) (gr) (gr) (%)
5 27,96 2,03 29,83 8,56
100 10 23,93 2,30 26,05 8,49
15 21,03 2,28 23,14 8,05
5 20,74 2,02 22,66 5,20
150 10 19,95 2,15 22,00 4,87
15 20,94 2,12 22,97 4,43
5 20,39 2,04 22,33 5,15
200
10 20,86 2,07 22,83 5,07
15 27,07 2,16 29,13 4,85
Temperatu
Putaran
r Kadar
Pemanasan Motor Air
(oC) (Hz) (%)
5
100 10
15
5
150 10
15
5
200 10
15
Temperatu Putaran
Sampe r Motor NilaiKalor
l o
( C) (Hz) (Cal/gr)
1 5 4458.5250
2 150 10 4463.0822
3 15 4524.9154
BB−BKT
Kadar Air = × 100
BKT
Pada Temperatur 100°C
- Kecepatan 5 rpm
2,03−1,87
Kadar air = × 100%
1,87
= 8,56%
- Kecepatan 10 rpm
2,30−2,12
Kadar air = × 100%
2,12
= 8,49%
- Kecepatan 15 rpm
2,28−2,11
Kadar air = × 100%
2,11
= 8,05%
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Kadar air
Temperature 100°C dan kecepatan 5 rpm adalah 8,56%
Temperature 100°C dan kecepatan 10 rpm adalah 8,49%
Temperature 100°C dan kecepatan 15 rpm adalah 8,05%
Temperature 150°C dan kecepatan 5 rpm adalah 5,20%
Temperature 150°C dan kecepatan 10 rpm adalah 4,87%
Temperature 150°C dan kecepatan 15 rpm adalah 4,43%
Temperature 200°C dan kecepatan 5 rpm adalah 5,15%
Temperature 200°C dan kecepatan 10 rpm adalah 5,07%
Temperature 200°C dan kecepatan 15 rpm adalah 4,87%
2. Biopelet adalah salah satu bahan bakar terbarukan yang berasal dari
biomassa.
3. Biopelet adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
menyuplai energy dalam jangka panjang sebagai bahan bakar yang
berwujud pada yang berasal dari sisa-sisa bahan organic dan memiliki
dimensi lebih kecil dibandingkan biobriket namun memiliki kualitas
yang lebih baik.
X. Lampiran