TELAH DIPREPARASI
I. RUANG LINGKUP
Standard ini meliputi cara mempersiapkan contoh sedemikian rupa sehingga contoh siap untuk
dianalisis. Dari preparasi contoh ini dapat dihitung kadar air sisa dan kadar air total pada
sampel yang digunakan.
III. PRINSIP
Kadar air total dapat dihitung dengan menjumlahkan kadar air bebas dan kadar air sisa pada
kondisi contoh sampel.
IV. TUJUAN
- Mengetahui kadar air total yang terkandung dalam batubara.
- Melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar.
Ada dua bentuk atau wujud moisture pada batubara yakni air di dalam batubara dalam
bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organic yang ada di dalam batubara karena adanya
oksidasi terhadap batubara tersebut. Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O
dibagi dalam 3 bentuk, yakni :
1. Inherent moisture, ialah yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler serta
pori-pori batubara yang relative kecil serta mempunyai tekanan uap yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan tekan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.
3. Air Kristal, ialah air yang vertical secara kimia pada mineral-mineral batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara
baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama proses
pemanasan. Moisture pada batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan
sampai pada suhu 105±110oC.
Berdasarkan pengertian diatas serta melihat kembali kepada bentuk-bentuk air yang
terdapat di dalam batubara, maka hanya dalam bentyj inherent dan bentuk adherent sajalah
yang dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya yaitu air
kristal mineral dan hasil penguraian zat organic karena oksidasi tidak sebagai batubara.
Inherent moisture adalah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga
kapiler dan pori batubara yang relati kecil. Adherent moisture adalah moisture yang dianggap
terdapat pada permukaan batubara dan pori batubara yang besar. Keadaan adherent pada
batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa situasi :
1) Bercampurnya air tanah dengan batubara waktu penambangan maupun kondisi asalnya di
dalam tanah
2) Taburkan air hujan pada tumpukan batubara
3) Sisa-sisa air yang tertinggal pada batubara setelah panas
4) Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.
R= [(W-H)/W] x 100
M= [R(100-ADL))/100]+ADL
Keterangan :
ADL : Kadar Air Bebas (%)
R : Kadar Air Sisa (%)
W : Berat sampel yang digunakan (gr)
H : Berat sampel setelah pemanasan (gr)
M : Kadar Air Total
Sample A
Berat yang hilang = crucible + tutup + batubara (sebelum pemanasan) – crucible + tutup +
batubara (pemanasan II)
= 28.8134 gr – 28.5968 gr
= 0.2166 gr
= 21.66 %
Sample B
Berat yang hilang = crucible + tutup + batubara (sebelum pemanasan) – crucible + tutup
+batubara (pemanasan II)
= 28.6995 gr – 28.4938 gr
= 0.2057 gr
1 𝑔𝑟−(1 𝑔𝑟−0.2057 𝑔𝑟)
%R = x 100 %
1 𝑔𝑟
1 𝑔𝑟−0.7943 𝑔𝑟
= x 100 %
1 𝑔𝑟
0.2057 𝑔𝑟
= x 100%
1 𝑔𝑟
= 20.57 %
𝑅1+𝑅2
% Rrata-rata =
2
21.66 %+ 20.57 %
=
2
= 21. 115 %
21.115 (100−5.5)
= + 5.5
100
21.115 (94.5)
= + 5.5
100
1995.37
= + 5.5
100
= 19.9537 + 5.5
M = 25. 4537 %
X. ANALISIS DATA
Praktikum kali ini yang berjudul ‘’Penentuan Kadar Air Total pada Contoh yang Telah
Dipreparasi’’ bertujuan untuk menghitung kadar air total (moisture) dari kadar air bebas
praktikum sebelumnya ditambah kadar air sisa yang telah diketahui (free moisture dan inherent
moisture). Alat yang digunakan tentunya oven, neraca analitik, desikator, cawan porselen,
sedangkan bahannya masih menggunakan ukuran -60+170 Mesh sebanyak 1 gram. Pemasan
dilakukan pada suhu 107±3oC untuk mengeluarkan keseluruhan air yang terkandung pada
sampel, dimana pemanasan seharusnya dilakukan sebanyak 7 kali namun praktium ini hanya
memanaskan sampel dua kali dengan selang waktu 1 jam per pemanasan. Cawan digunakan
karena tahan terhadap suhu tinggi (tahan hingga suhu 1000oC). Penggunaan desikator ditujukan
saat pendinginan suhu sampel dan porselen setelah dipanaskan.
Sampel disiapkan 1 gram untuk masing-masing cawan A dan B. Sebelumnya, porselen dan
tuutp dipanaskan terlebih dahulu untuk menguapkan zat-zat yang menempel di permukaannya,
kemudian ditimbang kosong. Lalu, porselen juga terisi sampel dipanaskan di oven pengering /
furnace pada suhu 107±3oC selama 1 jam. Setelah itu, dimasukan ke desikator selama 10 menit.
Terakhir, ditimbang massanya kembali, juga pemanasan, didinginkan, dan penimbangan
dilakukan dengan cara yang sama. Data yang didapatkan dimasukkan ke table data serta
perhitungan.
Kadar air sisa sampel A sebesar 21.66 % sedangkan sampel B sebesar 20.57 %. Sehingga,
kadar air sisa rata-ratanya adalah 21.115 %. Dari kadar air sisa rata-rata tersebut, maka kadar air
totalnya ialah 25.4537 %. Artinya, kadar moisture yang dikandung oleh sampel batubara yang
dipreparasi dapat diwakili yakni sebesar 25.4537 %. Besar kadar moisture ini akan digunakan
dalam analisis proksimat pada air dried basis (adb) untuk mencari karbon tertambat di batubara
(sampel). Yang dimana sebelumnya akan dilakukan praktikum kadar abu dan zat terbang /
volatile meter.
XI. KESIMPULAN
Dari data teori dan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar air total yang terkandung
pada batubara, dan melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar.
Kadar air sisa pada :
Sampel A (R1) : 21.66 %
Sampel B (R2) : 20.57 %
Rata-rata : 21.115 %
% moisture pada sampel yang digunakan adalah sebesar 25.4537 %
Penjepit Spatula