Distilasi ASTM dilaksanakan dalam suatu labu Engler. Pada distilasi ini, tidak
dipergunakan struktur tray maupun packing serta refluks yang ada merupakan
efek kehilangan panas (heat loss) pada struktur leher labu engler. Metode distilasi
ini paling banyak digunakan karena biayanya murah, lebih sederhana,
membutuhkan jumlah sample yang sedikit, serta waktu pengujian yang lebih
singkat dibandingkan distilasi TBP (kurang lebih 1/10 kali waktu pengujian TBP).
Distilasi ASTM dilakukan guna mengetahui kualitas produk (product quality
control). Beberapa metode distilasi ASTM adalah sebagai berikut.
1. ASTM method D86
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji motor gasoline, aviation
gasoline, aviation turbine, naphta, kerosine, diesel, distillate fuel oil dan produkproduk yang serupa. Pengujiannya dilakukan pada tekanan atmosferis. Digunakan
termometer yang dipaparkan langsung dalam labu engler dan hasil pembacaannya
tidak ada koreksi stem.
2. ASTM method D216
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji natural gasoline. Dilakukan
pada tekanan atmosferis.
3. ASTM method D1160
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji produk migas fraksi berat yang
dapat diuapkan secara parsial maupun keseluruhan pada suhu maksimal 750 F
pada tekanan absolut hingga 1 mmHg dan dikondensasikan menjadi fase liquid
pada tekanan pengujian. Tekanan operasi pengujian berkisar antara 1-760 mmHg
absolut. Temperatur diukur dengan perangkat thermocouple.
4. ASTM method D2887
Metode ini merupakan metode simulasi distilasi yang dilakukan dengan gas
chromatography (GC). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana
yang dapat melakukan analisis cut point dan boiling range fraksi hidrokarbon
dengan ketelitian tinggi.
Distilasi TBP dilakukan dalam sebuah kolom distilasi dengan 15 - 100 plates
(trays) teoritis dengan reflux ratio yang tinggi (5 : 1 atau lebih). Tingkat fraksinasi
yang tinggi pada pengujian ini memberikan distribusi komponen campuran yang
akurat. Kekurangan distilasi TBP adalah tidak adanya standadisasi alat dan
prosedur pengujian. Meskipun demikian, variasi antara laboratorium pengujian
yang ada hanya sedikit karena pemisahan komponen campuran dapat tercapai
dengan baik dengan pengujian yang dilakukan. Distilasi TBP ini dilakukan untuk
mengetahui % volume produk yang diperoleh dari cutting kurva berdasarkan cut
point produk yang dihaapkan.
Distilasi EFV sangat identik dengan distilasi pada unit distilasi yang sebenarnya.
Oleh karenanya hasil pengujian distilasi EFV ini dijadikan dasar penentuan
kondisi operasi. Pada pengujian distilasi EFV ini, terjadi kesetimbangan vaporliquid. Namun demikian, proses pengujian yang menargetkan terjadinya
kesetimbangan vapor-liquid tersebut memakan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan metode pengujian yang lainnya. Metode ini juga bersesuaian
dengan perhitungan secara flash (flash calculation method). Distilasi EFV ini
berfungsi untuk menentukan kondisi operasi unit distilasi.
Data hasil pengujian distilasi terdiri atas temperatur dan persen recovery. Dari
data tersebut dapat dibuat kurva distilasi yang mana kurva tersebutlah yang
digunakan dalam perancangan dan penentuan kondisi operasi proses distilasi.
Kurva distilasi terbentuk oleh kombinasi data persen volume terekoveri yang ada
di absis grafik, dan temperatur pada ordinat grafik.
Kandungan Panas
1. Panas Laten
Panas jenis minyak/produknya didefinisikan sebagai jumlah
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 derajat dari sejumlah
berat minyak/produknya. Berat jenis minyak atau fraksi merupakan
fungsi yang berbanding lurus dengan suhu, dan juga tergantung pada
berat jenis (specific gravity). Untuk uap minyak yang mempunyai
tekanan 0 1 atm maka panas jenisnya dapat diperoleh dari Grafik 51 dan 5-2 Nelson atau Maxwell halaman 88 91, sebagai fungsi dari
o
volume rata-rata
(VABP =
F.
diperoleh
Section
Maxwell
halaman
114
127
berdasarkan entalpi sama dengan nol dengan MnABP 200 o F - 800 oF.
Total panas pada tekanan atmosfir dapat dihitung dengan
menentukan panas yang dibutuhkan untuk pemanasan 1 lb minyak
cair sampai mencapai titik didih atmosfirnya, penguapan cairan pada
titik didih tersebut, dan pemanasan uap sampai suhu tertinggi
terakhir menggunakan panas jenis uap, tetapi cara ini tidak dapat
digunakan untuk tekanan hampa atau kelewat tinggi (super atm).
fisik
minyak
mentah
maupun
produknya
rata-rata
Sifat-Sifat Fisik
volume
2
3
Titik didih
(WABP)
rata-rata
berat
rata-rata
molal
Titik didih
(MABP)
Grafik Distilasi
TBP
Minyak
mentah
tv =
ASTM
tv =
Fraksifraksi
tv =
t0 4t50 t100
6
tv =
S=
t70 t10 o
, F /%
70 10
Hubungan antara titik didih rata-rata molal (MABP) dan titik didih ratarata volumetric (VABP) terhadap sifat- sifat fisik lain seperti
API
: 12,6 - 13,2
: 12,3 - 12,8
: 11,6 - 12,1
: 11,0 - 11,7
: 9,8 - 11,0
2. Fraksi-Fraksi
a. Gasolin rengkahan
: 11,5 11,8
b. Umpan perengkahan
: 10,5 11,5
c. Stock recycle
: 10,0 11,0
d. Residu rengkahan
: 9,8 11,0
2. Tekanan Uap
Tekanan uap atau kecenderungan cairan untuk menguap
diikuti oleh prosesproses kondensasi, penguapan fraksionasi, dan
lain-lain diperlukan untuk menghitung koreksi titik didih pada suatu
tekanan yang berubah ke tekanan yang lain. Tekanan uap campuran
merupakan tekanan terendah yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya penguapan pada suatu suhu tertentu.
Secara kualitatif pada tekanan yang rendah maka tekanan uap
merupakan petunjuk untuk menentukan kesetimbangan antara uap
dan cairannya. Hubungan tekanan uap dan suhu penguapan senyawa
hidrokarbon dapat dilihat pada Grafik 5-25 s/d 5-27 Nelson, atau pada
Maxwell halaman 27 - 44 untuk mengubah grafik distilasi pada
tekanan rendah menjadi tekanan basis 1 atm.
Apabila jarak antara tekanan uap sangat besar maka
diperlukan
koreksi
terhadap
titik
didih
minyak
berdasarkan
tidak
dapat
mengembun
walaupun
tekanannya
diperbesar. Titik ini disebut dengan Titik Kritis, dimana suhu dan
tekanan pada titik itu disebut suhu dan tekanan kritis.
Tidak ada
perubahan volume yang terjadi jika suatu cairan diuapkan pada titik
kritisnya, dan tidak ada panas yang diperlukan untuk menguapkan
cairan tersebut.
Hubungan titik kritis dengan sifat-sifat fisik minyak dapat
dilihat pada Grafik 5-9 s/d 5-12 Nelson. Dalam kasus kurangnya
informasi terhadap sifat-sifat campuran minyak maka diperlukan titik
kritis pseudo yang didefinisikan sebagai titik kritis rata-rata molekuler,
yang digunakan untuk menghitung suhu dan tekanan reduksi dalam
campuran tersebut.
Suhu reduksi
Tekanan reduksi
: Tr = T/Tc
: Pc = P/Pc
mengetahui penyimpangan terhadap hukum-hukum gas ideal. Sifatsifat kritis ini dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat lainnya
seperti terlihat pada Tabel 6.3.
BM Minyak
Grafik
Maxwell
Absis
Grafik
Parameter
True, Tc
Pseudo,
Tc
> 100
6-72
WABP
Gravity
< 100
6-71
WABP
Gravity
> 100
6-72
MABP
Gravity
< 100
6-70
MABP
Gravity
6-71
BM
> 100
6-73
MnABP
Kurva
dasar
semua
6-69
< 80
Pseudo,
Pc
Gravity
-
True, Tc
Pendekatan terhadap tekanan kritis nyata (TCP = True Critikal
Presure) merupakan ukuran yang baik terhadap dapat tidaknya suatu
menara distilasi melakukan fungsinya. Apabila kondisi dasar (bagian
bawah) suatu menara distilasi berada pada titik kritisnya, maka tidak
akan diperoleh fraksi-fraksi minyak yang dapat ditarik dari menara
distilasi tersebut.
Kondisi bawah menara distilasi harus ditahan sekurangkurangnya 50 oF di bawah titik kritisnya dan entalpi dalam reboiler
harus lebih besar dari 60 Btu/Lb. Data titik didih dapat dicari dengan
menggunakan Section 2 Maxwell halaman 14 - 15. Untuk campuran
hidrokarbon ringan yang diketahui komposisinya maka titik didih ratarata dihitung secara aritmatik dari tabel sifat-sifat fisik, yaitu melalui
Section 1 Maxwell halaman 2 - 5.