Teknik Kimia
9.1 Pendahuluan
Proses-proses penyulingan menggunakan pelarut merupakan pengolahan
fisik saja, baik untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang ada
maupun yang tidak diinginkan berada dalam minyak yang akan dipulihkan
(recovery). Umpan yang mempunyai titik didih tinggi untuk proses ini terdiri dari
minyak dan gas-oil atau minyak-minyak rengkahan katalis. Secara umum dasar
proses yang dipakai sekarang untuk umpan minyak berat dan distilat menengah
diklasifikasikan sebagai :
1. Pengolahan (treating) atau deasphalting, dipakai pada minyak seperti gas-oil,
dimana pemotongan minyak pelumas dilakukan. Pelarut adalah pengendap
yang membagi umpan minyak menjadi konstituen-konstituen berdasarkan
ukuran molekul.
2. Operasi dewaxing, dipakai pada komponen minyak-minyak pelumas, lalu diolah
dengan lempung (clay). Operasi dewaxing sering berkombinasi dengan
pembuatan lilin.
3. Pengolahan (treating) atau penyulingan (refining), dipakai pada minyak-minyak
dengan jarak didih yang sesuai dengan minyak pelumas sebagai umpan untuk
memisahkan aromatik, naftenik dan material lain dengan ekstraksi selektif
yang berpengaruh terbalik terhadap indeks viskositas.
Dasar-dasar proses ekstraksi menggunakan pelarut dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Proses penarikan aspal (deasphalting & treating).
2. Proses penarikan lilin (dewaxing).
3. Proses penyulingan minyak pelumas (lube refining) dan ekstraksi aromatik.
91
9. 2 Proses Penarikan Aspal
Minyak-minyak pelumas, gas-oil atau distilat menengah yang direduksi
melalui proses ekstraksi ataupun pengendapan pelarut dalam aspal dan material
resin yang terdapat baik dalan larutan maupun dalam bentuk koloid cenderung
dapat membentuk residu karbon dan kokas. Pada proses tersebut dapat
dipisahkan sulfur dan logam berat dan juga terjadi perbaikan warna minyak.
Pelarut yang dipakai untuk proses penarikan aspal dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu :
1. Hidrokarbon-hidrokarbon yang mempunyai berat molekul rendah, terutama
propan.
2. Senyawa-senyawa yang dapat dioksidasi seperti alkohol dan ester.
Banyak proses-proses yang mampu memisahkan aspal dari hidrokarbon
telah dilakukan dalam industri minyak dan gas bumi, sebelum metoda
penggunaan pelarut dikembangkan. Distilasi, penyulingan dengan tanah liat
ataupun asam sulfat dan pengolahan dengan logam khlorida merupakan contoh
proses yang telah dikenal. Penyulingan dengan pelarut, jika dilakukan untuk
pengolahan pendahuluan umpan perengkahan katalis dapat dipertimbangkan
pemakaiannya berkompetisi dengan distilasi hampa, proses cooking dan
visbreaking.
Macam-macam proses penarikan aspal dan lube treating dengan pelarut :
1. Ekstraksi furfural ( pengolahan gas-oil dan lube oil)
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
9.2.1 Ekstraksi Furfural (pengolahan gas-oil dan lube-oil)
Ekstraksi dengan furfural merupakan proses kontinyu untuk memisahkan
aromatik, nitrogen, sulfur, dan logam-logam organik, senyawa-senyawa bersifat
asam dan tidak stabil dari dalam minyak yang akan berpengaruh terhadap kualitas
pembakaran, kebersihan mesin, dan bilangan setana. Umpan yang diolah terdiri
dari minyak diesel, gas-oil rengkahan katalis, dan minyak bakar.
92
Suhu ekstraksi dan rasio pelarut biasanya rendah untuk pengolahan gas-
oil bila dibandingkan dengan pengolahan minyak pelumas ( lube-oil).
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.1.
Umpan Solven
steam solven
Yield dari produk rafinat tergantung pada tipe dan karakteristik minyak yang diolah
dan kualitas yang diingini perbaikannya. Misalnya yield 82 % diperoleh dari suatu
gas-oil yang sulfurnya turun dari 1,12 % menjadi 0,49 % dan bilangan setana
diperbaiki dari 53,2 menjadi 62,9. Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp
dimana unit komersil pertama yang dibangun pada tahun 1964.
9.2.2 Propane Deasphalting
93
Proses ini adalah suatu proses ekstraksi dimana minyak yang diinginkan
dilarutkan dalam pelarut propan dan material yang mengandung aspal dapat
dipisahkan.
Umumnya yang dipakai sebagai umpan adalah minyak mentah yang telah
direduksi dari distilasi hampa ( Vacuum Reduced Crude) dengan berbagai jarak didih
untuk di-finishing menjadi aspal dan minyak-minyak pelumas. Kelarutan minyak
dalam propan menurun dengan naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada jarak didih umpan
dan sifat-sifat produk yang diingini. Suhu puncak menara biasanya 130 - 180 oF dan
tekanan 400 - 550 psig. Rasio propan-umpan minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1.
Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg Co. Unit komersil pertama dibangun pada
tahun 1934.
Umpan
Oil stripper
Tanki propan
Minyak
Evaporator
Kontaktor
Asphalt stripper
Dapur
94
umpan yang berasal dari topped crude atau vacuum reduced crude. Aliran proses
dan peralatan yang penting sama dengan pengolahan aspal dari minyak pelumas.
Suhu ekstraksi biasanya 150 – 250 oF dengan tekanan 400 - 600 psi. Yield minyak
yang didekarbonasi mencapai 40 – 75 % berasal dari umpan reduced crude. Umpan
yang mengandung karbon (conradson) 12 – 22 % berat diubah menjadi 2 - 5,5 %
berat. Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellog.
9.2.4 Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk pemisahan residu hasil
dari distilasi hampa menjadi 2 macam atau lebih minyak pelumas. Proses ini
menggunakan propan sebagai pelarut dan merupakan pengembangan dari proses
propane deasphalting. Produk dari proses ini adalah minyak-minyak yang
bersesuaian dengan distilat netral yang berat, dan pelumas jernih (bright stock)
yang mempunyai warna lebih baik, residu karbon dan indeks viskositas lebih baik
dari fraksi-fraksi distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal. Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.3.
Umpan
Gambar 9.3 Diagram Alir Proses Fraksionasi Propan untuk Lube Oil
9.2.5 Ekstraksi HF
95
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk memisahkan sulfur dan
kokas yang terbentuk dari nafta rengkahan, nafta murni ( virgin naphtha), distilat
menengah, dan gas oil seperti terlihat pada Gambar 9.4.
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan tekanan. Biasanya suhu
yang dipakai adalah 100 – 125 oF dan tekanan di bawah 100 psi. Nisbah pelarut
terhadap minyak adalah rendah berkisar antara 0,15 - 0,3 berbanding 1.
Pengolahan kerosin, gas-oil dan recycle-oil dengan HF akan menghasilkan produk
rafinat dengan yield 85 – 95 % pada pengambilan sulfur 60 – 90 %.
Vent
HF ke
Recovery
Umpan
Absorber Ekstraktor
raffinate Ekstrak
HF dari Stripper Stripper
Recovery
HF ke recovery
Rafinat Ekstrak
HF Recovery &
HF segar
Evaporator HF
Tangki HF
96
Pelarut untuk proses dewaxing haruslah :
● mempunyai aksi pelarutan sempurna yang kokoh terhadap ikatan hubungan
lilin-minyak antara suhu 100 oF dan suhu pendinginan minimum (chilling)
daripada campuran minyak-pelarut
● mempunyai aksi pelarutan sempurna terhadap komponen cairan normal yang
ada pada minyak yang mengandung lilin, tetapi tidak mempunyai daya
pelarutan yang kuat untuk pengendapan lilin pada suhu pendinginan minimum
● kemudahan memperolehnya dengan harga yang murah
● mempunyai ikatan kimia yang stabil, tidak korosif dan tidak beracun
● mempunyai titik didih yang memenuhi kriteria pemulihannya dari minyak dan
lilin secara distilasi
● tidak dipengaruhi dan mudah dipisahkan dari air
● mempunyai panas laten dan panas jenis karakteristik yang menyebabkan
refrigerasi secara ekonomis
Semua proses dewaxing mempunyai langkah-langkah umum sebagai berikut :
1. Umpan dikontakkan dengan pelarut
2. Campuran umpan-pelarut didinginkan dan endapan lilin dipisahkan
3. Pelarut dipulihkan dari lilin dan minyak yang sudah ditarik lilinnya, dapat
dipakai kembali
4. Menggunakan refrigerasi dari luar atau dari dalam tergantung pada tipe proses.
5. Pemisahan lilin dilakukan secara filtrasi atau sentrifugasi.
Proses penarikan lilin (dewaxing) dengan pelarut sering dilakukan
bersama dengan proses penarikan minyak dari dalam lilin (deoiling). Proses pelarut
modern telah menggantikan metoda lama yang dimulai dengan pengolahan secara
komersil pada pertengahan tahun 1930. Proses ini meliputi pengendapan (settling)
dalam suasana dingin, saringan tekan (filter press) dan pemusingan (sentrifugasi)
menggunakan nafta.
Macam-macam proses penarikan lilin (dewaxing) adalah :
1. Solvent Dewaxing.
2. Propane Dewaxing.
3. Liquid SO2-Benzene Dewaxing.
4. Separator- Nobel Dewaxing
5. Proses Bari-Sol.
97
6. Urea Dewaxing.
7. Benzene-Acetone Dewaxing
98
didinginkan (chilling) menjadi 5 – 20 o
F di bawah titik tuang produk yang
diinginkan. Kecepatan pendinginan bervariasi 8 - 15 oF/jam. Pelarut tri khloro etilen
dipisahkan dari minyak dan lilin dengan distilasi pada suhu 230 oF lalu diikuti
dengan steam stripping.
Solven ke recycle
Solven ke
Solven ke recycle
pemurnian
Flash
Flash Stripper Stripper
Solven
&
Dewaxed oil
wax
wax
wax
P-6
Solven & Wax
Umpan
Heater Cooler Chiller
Wax oil
Tanki solven
99
diambil lilin dipisahkan dari pelarut dengan penguapan. Urea dan lilin didekomposisi
dalam sistem urea recovery.
100
peristiwa fisik alamiah, yang sama dengan yang dipakai pada minyak-minyak yang
diambil lilinnya dan sering diubah hanya pada pemilihan kondisi pengolahannya.
Minyak yang dikenal sebagai lilin yang mempunyai titik leleh rendah dipisahkan
dari umpan yang mengandung lilin pekat untuk mendapatkan produk dengan
spesifikasi yang diinginkan. Operasi penarikan minyak dari dalam lilin kadang-
kadang digabungkan dengan operasi penarikan lilin dari dalam minyak. Slack wax
dapat mengandung minyak sekitar 10 – 50 % yang akan dipisahkan dengan
sweating atau penyulingan dengan pelarut.
Penarikan lilin dari umpan residu menghasilkan konsentrat lilin yang
mengandung lilin dengan kristal halus (petrolatum). Penarikan minyaknya
disempurnakan hanya dengan proses yang menggunakan pelarut, akan
menghasilkan produk dengan titik leleh 140 – 200 oF. Pelarut yang digunakan pada
pengkristalan dan produksi lilin sama dengan proses oil dewaxing, yaitu nafta,
benzena-aseton, metil butil keton, SO 2 cair dan kerosin, propana cair, heksana dan
butil asetat. Nafta biasanya tidak digunakan pada penarikan minyak dari lilin yang
mempunyai kristal halus.
Prosedur produksi lilin dan penarikan minyak dari dalam lilin, terdiri dari :
1. Wax Fractionation.
2. Wax Manufacturing.
3. Continuous Wax Moulding.
9.4.1 Wax Fractionation
Proses ini adalah proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin
dengan kandungan minyak rendah. Produk lilin dapat dikristalkan dengan berbagai
titik leleh, tergantung pada umpan yang diolah. Lilin kristal dapat diproduksi
dengan kandungan minyak kurang dari 0,5 %. Proses ini sering digabung dengan
oil dewaxing dengan dosis pelarut keseluruhan bervariasi 3,5 – 9,0 berbanding 1.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 9.6. Proses ini dilisensi oleh Texaco
Development Corp.
9.4.2 Wax Manufacturing
Proses tipe fisik ini memakai umpan yang mengandung lilin dengan kadar
minyak tinggi untuk memproduksi lilin tanpa minyak. Tergantung pada keadaan
umpan konsentrat, maka produk-produk kristal dengan berbagai titik leleh dapat
101
mempunyai kandungan minyak di bawah 0,1 – 0,3 %. Pelarut yang dipakai adalah
MEK-Benzol dengan nisbah pelarut-minyak 2,5 – 7,5 berbanding 1.
Pada mulanya proses ini dikembangkan oleh Texaco Development Corp.
dan Union Oil Co, dan dilisensi oleh Texaco. Aliran proses hampir sama dengan
diagram alir pada Gambar 9.6. Pada tahun 1954, Union Oil Co. mulai
mengoperasikan fasilitas wax manufacturing pada kilang Oleun menggunakan air
dan MIBK jenuh (metil iso butil keton) sebagai pelarut deoiling. Pelarut dipakai
dalam kondisi jenuh dengan air dan ditambahkan ke dalam peleleh slack wax yang
diinginkan sebagai umpan yang diperlukan pada pengkristalan yang optimum.
Cooler
produk
lilin
Filter Filter
Filtrat solven
Filtrat
Chiller Chiller
lilin lunak
umpan solven
Tanki
konsentrat lilin
Solven
102
Pengolahan dengan pelarut adalah metoda yang banyak dipakai untuk
distilasi minyak-minyak pelumas. Proses-proses ini menghasilkan produk yang
diperlukan pada pelumasan modern dengan cara pemisahan komponen-komponen
yang tidak diinginkan ada dalam material umpan seperti senyawa-senyawa
aromatik, naftena dan senyawa-senyawa tak jenuh. Minyak-minyak pelumas yang
diolah dengan pelarut mempunyai indeks viskositas tinggi, Ketahanan yang tinggi
terhadap pembentuk getah minyak (gum) dan lumpur (sludge) karena oksidasi
dan menaikkan kerentanan terhadap perbaikan lanjutan karena penambahan aditif
yang selektif. Kebanyakan proses-proses komersil dari operasi penarikan minyak
pelumas ini adalah proses yang menggunakan pelarut tunggal, seperti terlihat
pada Gambar 9.7. Beberapa proses campuran atau pelarut ganda dapat juga
dipakai.
Langkah-langkah umum pada proses ekstraksi menggunakan pelarut :
1. Pengeringan ataupun deaerasi umpan.
Air menghalangi aksi penyerapan oleh fenol dan udara menyebabkan kesulitan
menggunakan pelarut gas, seperti SO2.
2. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Metoda kontak berlawanan arah dipakai secara umum kecuali untuk kasus
khusus, digunakan kontak tunggal.
3. Pemisahan pelarut dari minyak.
Proses ini disempurnakan dengan panas dan fraksionasi atau penguapan.
Proses ini adalah operasi sederhana karena minyak dan pelarut mempunyai
titik didih yang jauh berbeda, kecuali pemisahan gasolin dengan SO 2. Untuk
pelarut dengan titik didih tinggi digunakan tekanan hampa.
4. Pemurnian minyak.
Minyak dibebaskan dari pelarut dengan steam stripping atau jika ada air yang
menyebabkan kesulitan, maka pemisahan dilakukan dengan vacuum flashing.
5. Pemurnian pelarut.
Proses ini meliputi pemisahan air seperti dijumpai dalam pelarut furfural,
ataupun pemisahan ter (blankin) dan sebagainya dalam proses Duo-Sol.
Macam-macam proses distilasi minyak pelumas adalah :
1. Distilasi Furfural.
2. Ekstraksi Fenol.
103
3. Proses SO2 Edeleanu.
4. Ekstraksi Chlorex.
5. Ekstraksi Nitrobenzena.
6. Ekstraksi Duo-Sol.
7. Proses SO2 Cair-Benzena.
Distillation
Rafinat
Ekstrak
Distillation
104
yang normal, kelarutan lilin dalam propan cukup tinggi sehingga memungkinkan
ekstraksi menggunakan pelarut terhadap minyak–minyak dapat dilakukan tanpa
menarik lilin. Unit komersil proses ini menggunakan 7 – 9 buah kontraktor yang
berlawanan arah seperti terlihat pada Gambar 9.8.
Ekstrak
Rafinat Solven basah
air Distilasi
Propan
Ekastrak
kering Distilasi
Rafinat
Mixer
Umpan
Selecto kering
105
Proses ini menggunakan pelarut campuran untuk mengolah minyak-minyak
pelumas yang akan diperbaiki indek viskositasnya. Pelarut SO 2 cair sangat selektif
terhadap senyawa-senyawa hidrokarbon aromatik dan non-parafinik lainnya, tetapi
mempunyai kapasitas pelarut yang rendah. Campuran SO 2 cair dan benzena akan
menaikkan kapasitas pelarutan dengan tetap memelihara selektivitas. Variasi persen
benzena didalam campuran pelarut dimungkinkan untuk memilih kondisi operasi
yang menguntungkan bagi suatu umpan supaya spesifikasi produk yang diingini
dapat diperoleh.
Pada suatu suhu ekstrasi tertentu, kenaikan dalam persen benzena akan
menaikkan daya pelarutan solven (pelarut) dalam campurannya. Perancangan
pabrik sama dengan proses menggunakan pelarut tunggal, tetapi sistem recovery
pelarut lebih rumit untuk pemisahan pelarut yang diambil kembali. Suhu ekstrasi
sekitar 25 oF, nisbah campuran pelarut-minyak adalah 2 : 1. Produk akhir minyak
pelumas mempunyai indeks viskositas 90 - 100, dengan perbaikan karbon residu
dan stabilitas oksidasi. Pengolahan minyak-minyak pelumas dari pantai teluk
(20o API ; viskositas 66 SSU pada 210 oF ; indeks viskositas 23 ; 0,24 % berat
karbon residu) dengan pelarut 25 % vol bexena dan 75 % vol SO 2 menghasilkan
produk rafinat 74 % (25,3 oAPI ; viskositas 60,5 SSU pada 210 oC ; indeks viskositas
63 ; dan 0,66 % berat karbon residu).
106
memisahkan aromatik, maka distilasi azeotrop kadang-kadang digunakan secara
komersil dalam pemulihan pelarut dari proses-proses tersebut.
Macam-macam proses ekstraksi aromatik adalah :
1) Distilasi Ekstraktif, 2) Ekstraksi Udex, 3) Ekstraksi Modifikasi SO2
4) Proses Arosorb, 5) Adsorpsi Siklik, 6) Ekstraksi Sulfolan.
107
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
108
109