Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan

Teknik Kimia

Lembar Informasi IX : Proses-Proses Menggunakan Pelarut

9.1 Pendahuluan
Proses-proses penyulingan menggunakan pelarut merupakan pengolahan
fisik saja, baik untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang ada
maupun yang tidak diinginkan berada dalam minyak yang akan dipulihkan
(recovery). Umpan yang mempunyai titik didih tinggi untuk proses ini terdiri dari
minyak dan gas-oil atau minyak-minyak rengkahan katalis. Secara umum dasar
proses yang dipakai sekarang untuk umpan minyak berat dan distilat menengah
diklasifikasikan sebagai :
1. Pengolahan (treating) atau deasphalting, dipakai pada minyak seperti gas-oil,
dimana pemotongan minyak pelumas dilakukan. Pelarut adalah pengendap
yang membagi umpan minyak menjadi konstituen-konstituen berdasarkan
ukuran molekul.
2. Operasi dewaxing, dipakai pada komponen minyak-minyak pelumas, lalu diolah
dengan lempung (clay). Operasi dewaxing sering berkombinasi dengan
pembuatan lilin.
3. Pengolahan (treating) atau penyulingan (refining), dipakai pada minyak-minyak
dengan jarak didih yang sesuai dengan minyak pelumas sebagai umpan untuk
memisahkan aromatik, naftenik dan material lain dengan ekstraksi selektif
yang berpengaruh terbalik terhadap indeks viskositas.
Dasar-dasar proses ekstraksi menggunakan pelarut dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Proses penarikan aspal (deasphalting & treating).
2. Proses penarikan lilin (dewaxing).
3. Proses penyulingan minyak pelumas (lube refining) dan ekstraksi aromatik.

91
9. 2 Proses Penarikan Aspal
Minyak-minyak pelumas, gas-oil atau distilat menengah yang direduksi
melalui proses ekstraksi ataupun pengendapan pelarut dalam aspal dan material
resin yang terdapat baik dalan larutan maupun dalam bentuk koloid cenderung
dapat membentuk residu karbon dan kokas. Pada proses tersebut dapat
dipisahkan sulfur dan logam berat dan juga terjadi perbaikan warna minyak.
Pelarut yang dipakai untuk proses penarikan aspal dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu :
1. Hidrokarbon-hidrokarbon yang mempunyai berat molekul rendah, terutama
propan.
2. Senyawa-senyawa yang dapat dioksidasi seperti alkohol dan ester.
Banyak proses-proses yang mampu memisahkan aspal dari hidrokarbon
telah dilakukan dalam industri minyak dan gas bumi, sebelum metoda
penggunaan pelarut dikembangkan. Distilasi, penyulingan dengan tanah liat
ataupun asam sulfat dan pengolahan dengan logam khlorida merupakan contoh
proses yang telah dikenal. Penyulingan dengan pelarut, jika dilakukan untuk
pengolahan pendahuluan umpan perengkahan katalis dapat dipertimbangkan
pemakaiannya berkompetisi dengan distilasi hampa, proses cooking dan
visbreaking.
Macam-macam proses penarikan aspal dan lube treating dengan pelarut :
1. Ekstraksi furfural ( pengolahan gas-oil dan lube oil)
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
9.2.1 Ekstraksi Furfural (pengolahan gas-oil dan lube-oil)
Ekstraksi dengan furfural merupakan proses kontinyu untuk memisahkan
aromatik, nitrogen, sulfur, dan logam-logam organik, senyawa-senyawa bersifat
asam dan tidak stabil dari dalam minyak yang akan berpengaruh terhadap kualitas
pembakaran, kebersihan mesin, dan bilangan setana. Umpan yang diolah terdiri
dari minyak diesel, gas-oil rengkahan katalis, dan minyak bakar.

92
Suhu ekstraksi dan rasio pelarut biasanya rendah untuk pengolahan gas-
oil bila dibandingkan dengan pengolahan minyak pelumas ( lube-oil).
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.1.

Raffinate Stripper Extract Stripper

Umpan Solven

Refined oil Finish extract


Ekstraktor minyak
Solven encer
recovery
Decanter air

steam solven

Gambar 9.1 Diagram Alir Proses Ekstraksi Furfural

Yield dari produk rafinat tergantung pada tipe dan karakteristik minyak yang diolah
dan kualitas yang diingini perbaikannya. Misalnya yield 82 % diperoleh dari suatu
gas-oil yang sulfurnya turun dari 1,12 % menjadi 0,49 % dan bilangan setana
diperbaiki dari 53,2 menjadi 62,9. Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp
dimana unit komersil pertama yang dibangun pada tahun 1964.
9.2.2 Propane Deasphalting

93
Proses ini adalah suatu proses ekstraksi dimana minyak yang diinginkan
dilarutkan dalam pelarut propan dan material yang mengandung aspal dapat
dipisahkan.
Umumnya yang dipakai sebagai umpan adalah minyak mentah yang telah
direduksi dari distilasi hampa ( Vacuum Reduced Crude) dengan berbagai jarak didih
untuk di-finishing menjadi aspal dan minyak-minyak pelumas. Kelarutan minyak
dalam propan menurun dengan naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada jarak didih umpan
dan sifat-sifat produk yang diingini. Suhu puncak menara biasanya 130 - 180 oF dan
tekanan 400 - 550 psig. Rasio propan-umpan minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1.
Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg Co. Unit komersil pertama dibangun pada
tahun 1934.

Umpan
Oil stripper

Tanki propan

Minyak
Evaporator
Kontaktor

Asphalt stripper

Dapur

Flash drum Aspal

Gambar 9.2 Diagram Alir Proses Propane Deasphalting

9.2.3 Propane Decarbonizing


Proses ini adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut yang bertujuan
untuk memulihkan kembali umpan perengkahan katalis dari residu berat. Sejak
butan secara sendiri-sendiri atau bersama dengan propan dapat digunakan sebagai
pelarut, maka proses ini sering dirujuk sebagai proses dekarbonisasi pelarut. Minyak
yang telah mengalami proses dekarbonisasi dan demetalisasi dapat di- recovery dari

94
umpan yang berasal dari topped crude atau vacuum reduced crude. Aliran proses
dan peralatan yang penting sama dengan pengolahan aspal dari minyak pelumas.
Suhu ekstraksi biasanya 150 – 250 oF dengan tekanan 400 - 600 psi. Yield minyak
yang didekarbonasi mencapai 40 – 75 % berasal dari umpan reduced crude. Umpan
yang mengandung karbon (conradson) 12 – 22 % berat diubah menjadi 2 - 5,5 %
berat. Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellog.
9.2.4 Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk pemisahan residu hasil
dari distilasi hampa menjadi 2 macam atau lebih minyak pelumas. Proses ini
menggunakan propan sebagai pelarut dan merupakan pengembangan dari proses
propane deasphalting. Produk dari proses ini adalah minyak-minyak yang
bersesuaian dengan distilat netral yang berat, dan pelumas jernih (bright stock)
yang mempunyai warna lebih baik, residu karbon dan indeks viskositas lebih baik
dari fraksi-fraksi distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal. Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.3.

Fraksionator Evaporator Propan

Umpan

Aspal Lube Low


Dapur Oil Vis Oil

Tanki Propan Flash Drum Oil Stripper

Gambar 9.3 Diagram Alir Proses Fraksionasi Propan untuk Lube Oil

9.2.5 Ekstraksi HF

95
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk memisahkan sulfur dan
kokas yang terbentuk dari nafta rengkahan, nafta murni ( virgin naphtha), distilat
menengah, dan gas oil seperti terlihat pada Gambar 9.4.
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan tekanan. Biasanya suhu
yang dipakai adalah 100 – 125 oF dan tekanan di bawah 100 psi. Nisbah pelarut
terhadap minyak adalah rendah berkisar antara 0,15 - 0,3 berbanding 1.
Pengolahan kerosin, gas-oil dan recycle-oil dengan HF akan menghasilkan produk
rafinat dengan yield 85 – 95 % pada pengambilan sulfur 60 – 90 %.

Vent
HF ke
Recovery
Umpan

Absorber Ekstraktor
raffinate Ekstrak
HF dari Stripper Stripper
Recovery

HF ke recovery

Rafinat Ekstrak

HF Recovery &
HF segar
Evaporator HF

Tangki HF

Gambar 9.4 Diagram Alir Proses Ekstrasi HF

9.3 Proses Penarikan Lilin


Proses penarikan lilin dirancang untuk memisahkan lilin dari minyak-
minyak pelumas agar supaya produk memperlihatkan karakteristik fluiditas yang
baik pada suhu rendah (titik tuang rendah). Mekanisme penarikan lilin oleh pelarut
dapat dilakukan, baik pada pemisahan lilin sebagai padatan yang mengkristal dari
larutan minyak pada suhu rendah maupun pada pemisahan lilin sebagai cairan
yang diekstraksi pada suhu di atas titik leleh lilin melalui pemilihan pelarut yang
istimewa. Metoda yang terakhir tidak dapat berkembang pada unit komersil.
Metoda yang pertama merupakan basis yang sangat penting dari semua proses
penarikan lilin yang ada secara komersil.

96
Pelarut untuk proses dewaxing haruslah :
● mempunyai aksi pelarutan sempurna yang kokoh terhadap ikatan hubungan
lilin-minyak antara suhu 100 oF dan suhu pendinginan minimum (chilling)
daripada campuran minyak-pelarut
● mempunyai aksi pelarutan sempurna terhadap komponen cairan normal yang
ada pada minyak yang mengandung lilin, tetapi tidak mempunyai daya
pelarutan yang kuat untuk pengendapan lilin pada suhu pendinginan minimum
● kemudahan memperolehnya dengan harga yang murah
● mempunyai ikatan kimia yang stabil, tidak korosif dan tidak beracun
● mempunyai titik didih yang memenuhi kriteria pemulihannya dari minyak dan
lilin secara distilasi
● tidak dipengaruhi dan mudah dipisahkan dari air
● mempunyai panas laten dan panas jenis karakteristik yang menyebabkan
refrigerasi secara ekonomis
Semua proses dewaxing mempunyai langkah-langkah umum sebagai berikut :
1. Umpan dikontakkan dengan pelarut
2. Campuran umpan-pelarut didinginkan dan endapan lilin dipisahkan
3. Pelarut dipulihkan dari lilin dan minyak yang sudah ditarik lilinnya, dapat
dipakai kembali
4. Menggunakan refrigerasi dari luar atau dari dalam tergantung pada tipe proses.
5. Pemisahan lilin dilakukan secara filtrasi atau sentrifugasi.
Proses penarikan lilin (dewaxing) dengan pelarut sering dilakukan
bersama dengan proses penarikan minyak dari dalam lilin (deoiling). Proses pelarut
modern telah menggantikan metoda lama yang dimulai dengan pengolahan secara
komersil pada pertengahan tahun 1930. Proses ini meliputi pengendapan (settling)
dalam suasana dingin, saringan tekan (filter press) dan pemusingan (sentrifugasi)
menggunakan nafta.
Macam-macam proses penarikan lilin (dewaxing) adalah :
1. Solvent Dewaxing.
2. Propane Dewaxing.
3. Liquid SO2-Benzene Dewaxing.
4. Separator- Nobel Dewaxing
5. Proses Bari-Sol.

97
6. Urea Dewaxing.
7. Benzene-Acetone Dewaxing

9.3.1 Solvent Dewaxing


Proses ini sering keliru dengan proses benzol-aseton, yang menggunakan
pelarut tunggal atau campuran kecuali pelarut hidrokarbon yang mempunyai atom
karbon kurang dari 5, yang paling dipakai sekarang adalah campuran MEK (metil
etil keton) dan toluol. Senyawa-senyawa keton yang lain yang juga dapat dipakai
baik secara sendirian maupun bercampur dengan pelarut aromatik. Contoh pelarut
tunggal yang banyak digunakan adalah metal isobutil keton dan metil butil normal
keton. Komposisi campuran pelarut tergantung pada tipe umpan yang akan ditarik
lilinnya.
Untuk umpan yang lebuh banyak mengandung parafin dapat ditarik lilinnya
dengan pelarut yang mengandung sedikit keton yang biasanya dipakai untuk
penarikan lilin dari umpan yang berasal dari minyak dasar naftenik dan aspaltik.
Penggunaan campuran pelarut ini adalah suatu contoh dari dua teori yang
berlawanan pada solven dewaxing baik minyak maupun lilin relatif tidak larut dalam
satu pelarut (MEK), sementara itu baik minyak maupun lilin dapat larut dalam
semua perbandingan pelarut lain (benzol dan toluol). Jadi dengan perbandingan
yang tepat dari dua pelarut yang mempunyai aksi berlawanan dapat memberi
kemungkinan pengaturan terhadap kelarutan lilin. Diagram alir proses ini dapat
dapat dilihat pada Gambar 9.5.
Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp. Unit pertama telah dibangun
pada tahun 1927.
9.3.2 Separator-Nobel Dewaxing
Proses ini dirujuk sebagai proses S-N dewaxing atau proses trikhloroetilen.
Pelarut yang digunakan adalah tri khloro etilen merupakan hidrokarbon yang
dikhlorinasi dimana aliran proses sama dengan diagram alir pada Gambar 9.5.
kebanyakan pelarut tersebut mempunyai berat jenis yang tinggi (>1), sehingga
untuk pemisahan lilin dilakukan dengan sentrifugal (tidak dengan filtrasi). Pada
prakteknya nisbah pelarut-minyak bervariasi 0,67 - 1,5 berbanding 1. Umpan
minyak dan pelarut dikontakkan pada suhu 110 – 120 oF, kemudian campuran ini

98
didinginkan (chilling) menjadi 5 – 20 o
F di bawah titik tuang produk yang
diinginkan. Kecepatan pendinginan bervariasi 8 - 15 oF/jam. Pelarut tri khloro etilen
dipisahkan dari minyak dan lilin dengan distilasi pada suhu 230 oF lalu diikuti
dengan steam stripping.

Solven ke recycle
Solven ke
Solven ke recycle
pemurnian

Flash
Flash Stripper Stripper

Solven
&
Dewaxed oil
wax
wax
wax

P-6
Solven & Wax

Umpan
Heater Cooler Chiller
Wax oil

Tanki solven

Gambar 9.5 Diagram Alir Proses Solvent Dewaxing.

9.3.3 Urea Dewaxing


Proses ini adalah proses yang sangat selektif, dan berbeda dengan proses-
proses yang lain, yaitu tanpa menggunakan refrigerasi (chiller). Aliran proses sama
seperi diagram alir pada Gambar 9.5. Umpan dan pelarut urea bercampur secara
kontinyu di dalam tangki berpengaduk. Pada proses ini digunakan aktivator pelarut
yang dapat berupa cair, ester, keton, atau alkohol seperti metanol. Urea dan
aktivator dalam waktu yang singkat akan membentuk suatu gumpalan dengan lilin
parafin dari umpan minyak. Eflfuent dari kontraktor disaring, minyak yang sudah

99
diambil lilin dipisahkan dari pelarut dengan penguapan. Urea dan lilin didekomposisi
dalam sistem urea recovery.

9.3.4 Benzene-Acetone Dewaxing


Proses ini adalah salah satu pelopor dari proses-proses tipe benzol-keton
seperti MEK-benzol, MEK-toluol yang banyak dipakai dalam industri pengilangan
minyak. Aliran proses umumnya sama dengan diagram alir pada Gambar 9.5.
Uraian proses sama dengan proses solven dewaxing menggunakan MEK. Proses ini
biasanya menggunakan campuran pelarut aseton dan MEK yang mudah diganti-
ganti jika digunakan dengan benzen. Jumlah aseton yang dibutuhkan untuk
menekan kelarutan lilin di dalam campuran pelarut pada proses dewaxing dan
untuk mendapatkan kecepatan penyaringan yang memuaskan adalah lebih kecil
dibandingkan dengan kebutuhan MEK, tetapi MEK kurang mampu memisahkan
minyak dibandingkan aseton. Demikian juga titik didih MEK lebih tinggi dari aseton
yang cenderung bertambah besar, sehingga penguapan akan menyebabkan
kehilangan pelarut aseton.
Lingkungan yang mendukung penggunaan benzen-asetat sebagai proses
komersial pada penarikan lilin dari minyak pelumas (lube dewaxing) adalah :
1. Langkanya kebutuhan untuk minyak pelumas dengan titik tuang yang rendah.
Konsekuensinya iklim sedang tidak memerlukan titik tuang pelumas lebih
rendah dari 0 oF.
2. Pengolahan yang ekonomis pada operasi pengilangan di daerah iklim sedang.
Unit pabrik seperti itu dapat merecover dalam jumlah besar.
3. Persediaan dan tersedianya benzen dan aseton.
Proses ini telah beroperasi secara komersial pada kilang Elbyn di Moshaton Yunani
pada tahun 1950.

9.4 Produksi Lilin


Proses-proses yang dilakukan untuk memproduksi lilin ditujukan pada
penarikan minyak dari petroleum wax yang pekat (slack wax) yang merupakan
suatu produk dari proses dewaxing. Operasi penarikan minyak dari lilin ini adalah

100
peristiwa fisik alamiah, yang sama dengan yang dipakai pada minyak-minyak yang
diambil lilinnya dan sering diubah hanya pada pemilihan kondisi pengolahannya.
Minyak yang dikenal sebagai lilin yang mempunyai titik leleh rendah dipisahkan
dari umpan yang mengandung lilin pekat untuk mendapatkan produk dengan
spesifikasi yang diinginkan. Operasi penarikan minyak dari dalam lilin kadang-
kadang digabungkan dengan operasi penarikan lilin dari dalam minyak. Slack wax
dapat mengandung minyak sekitar 10 – 50 % yang akan dipisahkan dengan
sweating atau penyulingan dengan pelarut.
Penarikan lilin dari umpan residu menghasilkan konsentrat lilin yang
mengandung lilin dengan kristal halus (petrolatum). Penarikan minyaknya
disempurnakan hanya dengan proses yang menggunakan pelarut, akan
menghasilkan produk dengan titik leleh 140 – 200 oF. Pelarut yang digunakan pada
pengkristalan dan produksi lilin sama dengan proses oil dewaxing, yaitu nafta,
benzena-aseton, metil butil keton, SO 2 cair dan kerosin, propana cair, heksana dan
butil asetat. Nafta biasanya tidak digunakan pada penarikan minyak dari lilin yang
mempunyai kristal halus.
Prosedur produksi lilin dan penarikan minyak dari dalam lilin, terdiri dari :
1. Wax Fractionation.
2. Wax Manufacturing.
3. Continuous Wax Moulding.
9.4.1 Wax Fractionation
Proses ini adalah proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin
dengan kandungan minyak rendah. Produk lilin dapat dikristalkan dengan berbagai
titik leleh, tergantung pada umpan yang diolah. Lilin kristal dapat diproduksi
dengan kandungan minyak kurang dari 0,5 %. Proses ini sering digabung dengan
oil dewaxing dengan dosis pelarut keseluruhan bervariasi 3,5 – 9,0 berbanding 1.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 9.6. Proses ini dilisensi oleh Texaco
Development Corp.
9.4.2 Wax Manufacturing
Proses tipe fisik ini memakai umpan yang mengandung lilin dengan kadar
minyak tinggi untuk memproduksi lilin tanpa minyak. Tergantung pada keadaan
umpan konsentrat, maka produk-produk kristal dengan berbagai titik leleh dapat

101
mempunyai kandungan minyak di bawah 0,1 – 0,3 %. Pelarut yang dipakai adalah
MEK-Benzol dengan nisbah pelarut-minyak 2,5 – 7,5 berbanding 1.
Pada mulanya proses ini dikembangkan oleh Texaco Development Corp.
dan Union Oil Co, dan dilisensi oleh Texaco. Aliran proses hampir sama dengan
diagram alir pada Gambar 9.6. Pada tahun 1954, Union Oil Co. mulai
mengoperasikan fasilitas wax manufacturing pada kilang Oleun menggunakan air
dan MIBK jenuh (metil iso butil keton) sebagai pelarut deoiling. Pelarut dipakai
dalam kondisi jenuh dengan air dan ditambahkan ke dalam peleleh slack wax yang
diinginkan sebagai umpan yang diperlukan pada pengkristalan yang optimum.

Cooler
produk
lilin
Filter Filter

Filtrat solven

Filtrat
Chiller Chiller
lilin lunak

umpan solven
Tanki
konsentrat lilin
Solven

Gambar 9.6 Diagram Alir Proses Wax Fractionation & Manufacturing

9.4.3 Continuous Wax Moulding


Unit ini adalah suatu operasi otomatis yang sinambung untuk memproses
lilin cair menjadi padat berbentuk slab. Kristal halus atau lilin parafin dalam bentuk
cair didinginkan atau dipanaskan pada suhu pencetakan yang telah disiapkan
terlebih dahulu, lalu dialirkan ke dalam hopper dan selanjutnya dikirimkan ke
cetakan.
Unit pertama telah dipasang pada tahun 1950 di kilang Magnolia
Petroleum (sekarang Mobil Oil Co) di Beaumont, Texas.

9.5 Proses Ekstraksi Minyak Pelumas

102
Pengolahan dengan pelarut adalah metoda yang banyak dipakai untuk
distilasi minyak-minyak pelumas. Proses-proses ini menghasilkan produk yang
diperlukan pada pelumasan modern dengan cara pemisahan komponen-komponen
yang tidak diinginkan ada dalam material umpan seperti senyawa-senyawa
aromatik, naftena dan senyawa-senyawa tak jenuh. Minyak-minyak pelumas yang
diolah dengan pelarut mempunyai indeks viskositas tinggi, Ketahanan yang tinggi
terhadap pembentuk getah minyak (gum) dan lumpur (sludge) karena oksidasi
dan menaikkan kerentanan terhadap perbaikan lanjutan karena penambahan aditif
yang selektif. Kebanyakan proses-proses komersil dari operasi penarikan minyak
pelumas ini adalah proses yang menggunakan pelarut tunggal, seperti terlihat
pada Gambar 9.7. Beberapa proses campuran atau pelarut ganda dapat juga
dipakai.
Langkah-langkah umum pada proses ekstraksi menggunakan pelarut :
1. Pengeringan ataupun deaerasi umpan.
Air menghalangi aksi penyerapan oleh fenol dan udara menyebabkan kesulitan
menggunakan pelarut gas, seperti SO2.
2. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Metoda kontak berlawanan arah dipakai secara umum kecuali untuk kasus
khusus, digunakan kontak tunggal.
3. Pemisahan pelarut dari minyak.
Proses ini disempurnakan dengan panas dan fraksionasi atau penguapan.
Proses ini adalah operasi sederhana karena minyak dan pelarut mempunyai
titik didih yang jauh berbeda, kecuali pemisahan gasolin dengan SO 2. Untuk
pelarut dengan titik didih tinggi digunakan tekanan hampa.
4. Pemurnian minyak.
Minyak dibebaskan dari pelarut dengan steam stripping atau jika ada air yang
menyebabkan kesulitan, maka pemisahan dilakukan dengan vacuum flashing.
5. Pemurnian pelarut.
Proses ini meliputi pemisahan air seperti dijumpai dalam pelarut furfural,
ataupun pemisahan ter (blankin) dan sebagainya dalam proses Duo-Sol.
Macam-macam proses distilasi minyak pelumas adalah :
1. Distilasi Furfural.
2. Ekstraksi Fenol.

103
3. Proses SO2 Edeleanu.
4. Ekstraksi Chlorex.
5. Ekstraksi Nitrobenzena.
6. Ekstraksi Duo-Sol.
7. Proses SO2 Cair-Benzena.

Distillation
Rafinat

Pelarut Kering Pelarut Basah


Feed
Preparation
Umpan Air
Extractor
Pelarut Basah

Ekstrak
Distillation

Daur Ulang Ekstrak

Gambar 9.7 Diagram Alir Proses Ekstraksi Pelarut Tunggal

9.5.1 Ekstraksi Duo-Sol


Proses ini adalah proses pengolahan menggunakan pelarut ganda untuk
menarik aspal secara simultan dari minyak-minyak pelumas atau suatu residu atau
minyak–minyak distilat. Propana digunakan sebagai pelarut parafinik untuk operasi
penarikan aspal (yaitu melarutkan minyak sebagai rafinat dan mengendapkan
aspal).
Asam kresilat (biasanya mengandung 20 – 40 % fenol) adalah pelarut
naftenik, melarutkan endapan aspal dan senyawa–senyawa yang tidak diinginkan
seperti aromatik, naftena, pembentuk warna dan senyawa yang indeks
viskositasnya rendah. Dapat juga dipakai fenol murni sebagai pelarut. Campuran
asam kresilat-fenol dirujuk sebagai pelarut terbaik disebut sebagai selecto, karena
pengenceran minyak oleh propan maka viskositas fasa rafinat menjadi rendah,
sehingga relatif lebih mudah dipisahkan dari fasa ekstrak. Pada suhu pengolahan

104
yang normal, kelarutan lilin dalam propan cukup tinggi sehingga memungkinkan
ekstraksi menggunakan pelarut terhadap minyak–minyak dapat dilakukan tanpa
menarik lilin. Unit komersil proses ini menggunakan 7 – 9 buah kontraktor yang
berlawanan arah seperti terlihat pada Gambar 9.8.

Ekstrak
Rafinat Solven basah

air Distilasi
Propan
Ekastrak
kering Distilasi
Rafinat

Mixer

Umpan
Selecto kering

Gambar 9.8 Diagram Alir Proses Ekstraksi Duo-Sol

Umpan minyak segar dimasukkan ke dalam sistem ekstraksi pada


ekstraktor kedua atau ketiga dari ujung pengeluaran ekstrak. Pelarut propana dan
selecto dimasukkan masing-masing ke dalam outlet rafinat dan outlet ekstrak.
Kondisi operasi pada suhu ekstrasi 120 – 150 oF meskipun ada beberapa
umpan yang dapat diolah pada suhu 90 oF. Nisbah pelarut-minyak adalah 4 : 1 atau
lebih besar (% berat untuk propana dan % vol untuk selecto). Kandungan fenol
dalam selecto adalah 35 – 40 % vol atau lebih besar. Kandungan air dalam selecto
dijaga lebih kecil dari 0,15 %. Variabel-variabel di dalam ekstraksi Duo-Sol yang
umum dipakai adalah sebagai berikut : a) pada nisbah propana-selecto yang
konstan, kenaikan rasio total solven-minyak akan memperbaiki indeks viskositas
dan karbon residu rafinat, b) pada nisbah selecto-minyak yang konstan, kenaikan
propana akan menurunkan indeks viskositas dan juga dapat menurunkan atau
menaikkan karbon residu, c) pada nisbah propana-minyak yang konstan, kenaikan
selecto akan memperbaiki indeks viskositas dan karbon residu.
9.5.2 Proses SO2 Cair-Benzena

105
Proses ini menggunakan pelarut campuran untuk mengolah minyak-minyak
pelumas yang akan diperbaiki indek viskositasnya. Pelarut SO 2 cair sangat selektif
terhadap senyawa-senyawa hidrokarbon aromatik dan non-parafinik lainnya, tetapi
mempunyai kapasitas pelarut yang rendah. Campuran SO 2 cair dan benzena akan
menaikkan kapasitas pelarutan dengan tetap memelihara selektivitas. Variasi persen
benzena didalam campuran pelarut dimungkinkan untuk memilih kondisi operasi
yang menguntungkan bagi suatu umpan supaya spesifikasi produk yang diingini
dapat diperoleh.
Pada suatu suhu ekstrasi tertentu, kenaikan dalam persen benzena akan
menaikkan daya pelarutan solven (pelarut) dalam campurannya. Perancangan
pabrik sama dengan proses menggunakan pelarut tunggal, tetapi sistem recovery
pelarut lebih rumit untuk pemisahan pelarut yang diambil kembali. Suhu ekstrasi
sekitar 25 oF, nisbah campuran pelarut-minyak adalah 2 : 1. Produk akhir minyak
pelumas mempunyai indeks viskositas 90 - 100, dengan perbaikan karbon residu
dan stabilitas oksidasi. Pengolahan minyak-minyak pelumas dari pantai teluk
(20o API ; viskositas 66 SSU pada 210 oF ; indeks viskositas 23 ; 0,24 % berat
karbon residu) dengan pelarut 25 % vol bexena dan 75 % vol SO 2 menghasilkan
produk rafinat 74 % (25,3 oAPI ; viskositas 60,5 SSU pada 210 oC ; indeks viskositas
63 ; dan 0,66 % berat karbon residu).

9.6 Proses Ekstraksi Aromatik


Proses ekstraksi aromatik adalah proses sinambung yang menggunakan
satuan-satuan operasi, yaitu distilasi, ekstraksi dan absorpsi, masing-masing
ataupun secara bersama untuk memisahkan aromatik dari campuran hidrokarbon.
Produk yang diinginkan dari semua proses tersebut secara normal adalah
aromatik, untuk penggunaan petrokimia atau komponen blending yang
mempunyai angka oktan tinggi, akan tetapi produk utama dari rafinat yang telah
ditarik aromatiknya ini adalah kerosin atau parafin ringan tak berbau yang
digunakan untuk minyak bakar jet (avtur) atau pelarut khusus non-aromatik .
Umpan yang diolah dapat berupa hampir semua hasil-hasil kilang seperti
naphta straight-run, naphta cracking dan, naphta reforming yang mempunyai jarak
didih antara 150 – 700 oF. Selama dilakukan mekanisme proses-proses ekstraksi
cair-cair, adsorpsi selektif dan distilasi ekstraktif yang sederhana untuk

106
memisahkan aromatik, maka distilasi azeotrop kadang-kadang digunakan secara
komersil dalam pemulihan pelarut dari proses-proses tersebut.
Macam-macam proses ekstraksi aromatik adalah :
1) Distilasi Ekstraktif, 2) Ekstraksi Udex, 3) Ekstraksi Modifikasi SO2
4) Proses Arosorb, 5) Adsorpsi Siklik, 6) Ekstraksi Sulfolan.

LEMBAR EVALUASI Jurusan


PRE-TEST Teknik Kimia

Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !


1. Uraikan hal-hal apa saja yang dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi
umur katalis asam sulfat !
2. Jelaskan dan uraikan mekanisme pemilihan pelarut untuk ekstraksi !
3. Sebutkan macam-macam proses penarikan minyak dari dalam lilin !
4. Apakah yang dimaksud dengan proses dewaxing, deoiling pada pengolahan
lilin!
5. Jelaskan mekanisme pembentukan kristal lilin sehingga dapat dipisahkan dari
dalam minyak dengan urea sebagai pelarut ?

107
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sebutkan macam-macam cara penarikan aspal dengan menggunakan pelarut !


2. Apakah perbedaan proses penarikan aspal dengan menggunaan metoda
Ekstraksi Furfural dan proses deasphalting ?
3. Pada penarikan aspal dengan solven propan, jelaskan kriteria jenis umpan
yang dapat diolah sehingga diperoleh yield yang tinggi !
4. Jelaskan kerugian memakai solven MEK (metil etil keton) pada pembuatan lilin
apabila proses deoiling tidak diikuti dengan proses dewaxing !

108
109

Anda mungkin juga menyukai