Anda di halaman 1dari 40

DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-1

PENGERINGAN:
KESETIMBANGAN MOISTURE
CONTENT DALAM BAHAN
DAN
LAJU PENGERINGAN
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-2

9.4 KESETIMBANGAN MOISTURE CONTENT DALAM


BAHAN PADAT

9.4a. Pengenalan

Sebagaimana dalam peristiwa perpindahan,


perpindahan massa juga, proses pengeringan harus
didekati melalui hubungan kesetimbangan dan laju
perpindahan.

Pada sebagian besar alat pengering, bahan


dikeringkan dengan mengontakkannya ke campuran
uap air-udara. Persamaan kesetimbangan diuraikan
berikut. Variabel penting terkait dengan pengeringan
adalah kelembaban udara yang kontak langsung
dengan moisture (air terkandung dalam bahan padat).
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-3

Misalkan padatan basah (mengandung uap air),


dikontakkan dengan udara mengalir (kelembaban H
dan T konstan). Sebagian besar exess air yang
terpakai sehingga kondisi kelembaban H dan T
menjadi konstan. Setelah padatan itu dilentangkan
dalam waktu yang cukup mencapai kesetimbangan,
dimana kadar air padatan final berjumlah pasti dan
tetap, yang dikenal sebagai kadar air yang setimbang
dengan udara (equilibrium moisture content) dengan
kelembaban H dan suhu T .

Moisture content biasanya dinyatakan atas dasar


basis kering (kg air per kg solid bebas air) atau (kg
H2O/100 kg padatan kering). Dalam satuan Inggris
yaitu lb H2O/100 lb padatan kering.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-4

Pada sebagian bahan padat, angka kesetimbangan


moisture content itu tergantung pada arah
kesetimbangan yang terjadi.

Moisture content biasanya dinyatakan atas dasar


basis kering misalnya kg air per kg solid bebas air
atau kg H2O/100 kg padatan kering. Dalam satuan
Inggris yaitu lb H2O/100 lb padatan kering. Untuk
berbagai bahan padat, angka kesetimbangan
kandungan moisture tergantung pada arah
kesetimbangan yang terjadi. Harga yang berbeda dari
angka kesetimbangan moisture content diperoleh
tergantung dengan apakah sampel basah dibiarkan
mengering dengan desorpsi atau apakah sampel
kering menyerap uap air dengan adsorpsi.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-5

Kaitan untuk perhitungan pengeringan, kesetimbangan


desorpsi yang memiliki harga yang lebih besar itu,
menarik/ diminati.

9.4b. Kesetimbangan moisture content bahan anorganik


dan biologi
1. Data khusus untuk macam-macam jenis bahan
Jika suatu bahan mengandung angka moisture >
dari angka kesetimbangannya, ketika berkontak dgn
udara pada H dan T tertentu, bahan akan mengering
sampai mencapai angka kesetimbangannya. Dan, jika
bahan mengandung moisture < dari angka
kesetimbangannya, ia akan menyerap air sampai
mencapai angka kesetimbangannya. Dalam udara yang
memiliki kelembaban 0%, angka kesetimbangan moisture
semua bahan adalah (=) nol.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-6

Gambar 9.4-1. Kesetimbangan moisture content-padatan pada suhu 298 K (25oC).


DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-7

Kandungan air kesetimbangan sangat bervariasi,


tergantung dengan jenis bahan pada tiap angka
persen kelembaban relatif tertentu, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 9.4-1 (beberapa bahan
tertentu pada suhu kamar).

Padatan tak-larut yang tak-berpori cenderung memiliki


kadar air kesetimbangan yang rendah, seperti yang
ditunjukkan oleh wol kaca dan kaolin. Bahan kenyal
(spongy) tertentu, bahan seluler asal organik dan
biologis, umumnya memiliki kadar air kesetimbangan
yang besar. Contohnya pada Gambar 9.4-1 adalah wol,
kulit, dan kayu.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-8

2. Bahan makanan jenis tertentu


Pada Gambar 9-4.2, kesetimbangan moisture
content beberapa bahan makanan tertentu diplot versus
persen kelembaban relatif. Bahan biologi ini juga
menampilkan harga kesetimbangan moisture content
yang besar. Data dalam gambar pada Gambar 9.4-1 untuk
bahan biologi nampak bahwa pada kelembaban relatif
tinggi sekitar 60 sampai 80%, kesetimbangan moisture
content meningkat sangat cepat dengan peningkatan
kelembaban relatif.
Secara umum, pada kelembaban yang relatif
rendah, kadar air setimbang paling tinggi (untuk bahan
makanan yang tinggi protein, pati, atau polimer dengan
BM tinggi lainnya) dan lebih rendah (untuk bahan
makanan yang tinggi padatan terlarut). Kristal garam,
gula, dan juga lemak umumnya menyerap sedikit air.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-9

3. Pengaruh suhu

Kadar moisture setimbang zat padat akan


menurun sedikit (dengan adanya kenaikan suhu).
Misalnya, untuk kapas mentah (kelembaban relatif
50%), nampak kadar moisture kesetimbangan turun
dari padatan kering 7,3 kgH2O/100 kg pada suhu 37,8oC
(311 K) menjadi sekitar 5,3 pada 93,3oC (366,5 K), turun
sekitar 25%. Seringkali untuk kisaran suhu yang
sedang, kadar moisture setimbang diasumsi konstan
kalau data eksperimen tidak tersedia pada suhu yang
berbeda-beda.
Saat ini, pemahaman teoritis tentang struktur
padatan dan fenomena permukaan tidak memberi
ruang bagi kemungkinan prediksi terhadap kadar
moisture setimbang berbagai bahan.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-10

Namun, dengan menggunakan model seperti yang


digunakan dalam isoterm adsorpsi multilayer molekul-
molekul dan molekul lainnya, telah nampak adanya upaya
yang mengkorelasikannya melalui data eksperimen.
Henderson, menyajikan hubungan empiris antara kadar
moisture kesetimbangan dan persen kelembaban relatif
beberapa bahan pertanian.

Secara umum, hubungan empirik dari sebagian besar


bahan memang tak tersedia, dan untuk mengetahui kadar
moisture kesetimbangan jelas harus ditentukan secara
eksperimental. Selain itu untuk diketahui bahwa
hubungan kadar moisture kesetimbangan seringkali
berbeda (berubah) dari sampel satu ke sampel lainnya
untuk satu jenis bahan yang sama.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-11

9.4c. Air terikat dan tak-terikat dalam bahan-bahan padat

Pada Gambar 9.4-1, jika kadar moisture kesetimbangan


dari bahan yang diberikan diteruskan hingga
berinterseksi dengan garis kelembaban 100%, moisture
itu disebut air terikat. Air dalam padatan ini memberikan
tekanan uap yang kurang (<) dari air bentuk cair pada
suhu yang sama. Jika bahan seperti itu mengandung lebih
banyak air daripada yang ditunjukkan oleh yang
berinterseksi dengan garis kelembaban 100%, tetap saja
ada tekanan uap setinggi air biasa pada suhu yang sama.
Kadar moisture berlebihan (exess) ini disebut air tak
terikat, dan ini terutama tertahan (held) dalam rongga
bahan padat. Zat yang mengandung air terikat sering
disebut sebagai bahan higroskopik.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-12

Gambar 9.4-2. Kadar moisture setimbang


dalam berbagai bahan makanan pada suhu 298 K (25oC):
(1) makaroni, (2) fluor, (3) roti, (4) kerupuk, (5) albumin telur.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-13

Sebagai contoh (perhatikan kurva 10 untuk kayu (wood)


pada Gambar 9.4-1).
Perpotongan kurva kelembaban 100% pada 30 kg H2O/100
kg padatan kering. Setiap sampel kayu yang mengandung
< dari 30 kg H2O/100 kg padatan kering hanya berisi air
terikat. Jika sampel kayu mengandung 34 kg H2O/100 kg
padatan kering, yang 4 kg H2O akan tak-terikat dan yang
30 kg H2O terikat per 100 kg padatan kering. Air-terikat
dalam bahan ada pada beberapa kondisi yang berbeda.
Moisture yang tertahan dalam sel atau serat (fiber walls)
mungkin memiliki padatan-terlarut di dalamnya/ memiliki
tekanan uap yang lebih rendah. Air dalam kapiler
berdiameter sangat kecil akan memberikan tekanan uap
yang lebih rendah karena cekungnya permukaan. Air
ketika dalam bahan-bahan organik alami karakteristiknya
dalam kombinasi sifat antara kimia-fisika dan kimia.
DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-14

Gambar 9.4-1. Kesetimbangan moisture content-padatan pada suhu 298 K (25oC).


DRYING_ Kesetimbangan moisture content dalam padatan hal-15

9.4d. Air (moisture) bebas dan air setimbang dalam


bahan
Kandungan moisture bebas dalam sampel adalah
moisture di atas kadar moisture setimbang. Moisture
bebas ini adalah moisture yang bisa disisihkan dengan
cara mengeringkan pada kondisi persen kelembaban
relatif yang diberikan. Misalnya, pada Gambar 9.4-1
sutera memiliki kadar moisture setimbang 8,5 kg
H2O/100 kg bahan kering yang kontak dengan udara
yang memiliki kelembaban relatif 50% dan suhu 25oC.
Jika sampel mengandung 10 kg H2O/100 kg bahan
kering, hanya 10,0-8,5 atau 1,5 kg H2O/100 kg bahan
kering yang dapat dilepas dengan pengeringan, dan ini
adalah moisture bebas dari sampel di bawah kondisi
pengeringan ini.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-16

Dalam banyak teks dan referensi, kadar moisture


diberikan sebagai persen moisture pada basis kering. Ini
sama persis dengan kg H2O/100 kg bahan kering dikalikan
dengan100.

9.5 KURVA LAJU PENGERINGAN


9.5a. Pengenalan dan metoda eksperimen
1. Pengenalan
Dalam kaitan dengan penentuan berbagai jenis
proses pengeringan bahan yang memiliki kandungan
moisture ke lainnya, umumnya didahului dengan
keharusan memperkirakan ukuran dryer yang sebaiknya
digunakan, kondisi-kondisi operasi kelembaban, dan suhu
udara yang akan dipakai, waktu yang diperlukan untuk
melakukan sejumlah pengeringan yang dibutuhkan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-16

Seperti dibahas pada bagian 9.4, kesetimbangan kadar


moisture berbagai jenis bahan tak dapat diprediksi
melainkan harus ditentukan secara eksperimen. Begitu
juga, perlu adanya pengetahuan yang berkaitan dengan
mekanisme dasar dari laju pengeringan, karena dalam
sebagian besar kasus harus diperolehi sejumlah
pengukuran laju pengeringan yang diambil secara
eksperimental.

2. Penentuan eksperimental laju pengeringan


Dalam penentuan laju pengeringan, umumnya
sampel ditempatkan pada sejumlah tray yang ada dalam
alat pengering itu. Jika bahan yang akan dikeringkan itu
berupa padatan, diletakkan ke tray dengan posisi yang
hanya permukaan atas padatan yang dilentang itu dapat
mudah dilewati oleh arus udara pengeringan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-18

Dengan cara menangguhkan dalam giliran peletakan tray


dari neraca kabinet atau penutupan saluran aliran udara,
kehilangan berat kelembaban yang menjadi sorotan
dalam pengukuran selama pengeringan, dapat
ditentukan pada interval yang berbeda-beda, tanpa
mengganggu operasi.
Dalam banyak eksperimen pengeringan secara
batch, tindakan penangguhan tertentu harus menjadi
perhatian untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan pada kondisi yang mirip dengan yang
digunakan dalam operasi skala besar. Berat sampel
sebaiknya tidak terlalu kecil dan diletakkan di atas tray
atau bingkai, yang serupa bentuk atau bahan dasarnya
dengan yang berskala besar. Rasio pengeringan
terhadap permukaan nondrying (permukaan yang
terisolasi) dan kedalaman unggun (bed) harus sama.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-19

Laju, kelembaban, suhu, dan arah udara juga harus sama


dan konstan untuk mensimulasikan proses pengeringan
agar tetap dalam kondisi pengeringan yang konstan.

9.5b. Kurva laju pengeringan pada periode laju konstan


1. Konversi data ke kurva laju pengeringan
Data eksperimen diperoleh dari pengeringan
secara batch, umumnya diperoleh sejumlah W yang
merupakan total berat padatan basah (padatan kering
dan moisture) pada waktu t jam selama periode
pengeringan. Data ini dapat dikonversikan menjadi data
laju pengeringan dengan cara berikut. Mula-mula, data
dihitung ulang (rekalkulasi). Jika W adalah berat padatan
basah dalam satuan kg total air plus udara kering dan WS
adalah berat padatan kering dalam satuan kg.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-20

... (9.5-1)

Gambar 9.5-1 Jenis kurva laju pengeringan pada kondisi pengeringan konstan:
a) Plot data bebas moisture versus waktu;
b) Plot laju pengeringan versus bebas kandungan moisture.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-21

Untuk kondisi-kondisi pengeringan konstan,


kesetimbangan kandungan moisture X* [kg
kesetimbangan moisture/ kg padatan kering] selalu
ditentukan. Kemudian, kandungan moisture bebas X
dalam [kg air bebas/ kg padatan kering] dihitung untuk
tiap harga Xt.
... (9.5-2)

Dengan menggunakan data yang dihitung dari persamaan


(9.5-2), diplot-kan kandungan bebas moisture X versus t
(waktu) dalam satuan jam, sehingga terlukis seperti
disajikan dalam Gambar 9.5-1a. Untuk memperoleh kurva
laju pengeringan dari plot ini, slope dari garis dalam
Gambar 9.5-1a diukur, yang memberikan nilai dX/dt pada
harga t yang diberikan. Laju R dihitung untuk tiap titik,
dengan persamaan:
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-22

... (9.5-3)

dimana:
R = laju pengeringan [kg H2O/ jam.m2];
LS = [kg padatan kering yang digunakan];
A = luas area pengeringan terbuka [m2].

Dalam satuan Inggeris,


R = [lbm H2O/ jam.ft2];
LS = [lbm padatan kering], dan
A = luas area pengeringan terbuka [ft2].

Untuk mendapatkan harga R dari Gambar 9.5-1a, harga


dari LS/A telah digunakan sebesar= 21,5 kg/m2. Kurva laju
pengeringan kemudian diperoleh dengan cara memplot R
versus kandungan moisture, sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 9.5-1b.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-23

Cara lain untuk memperoleh kurva laju pengeringan,


mula-mula dengan menghitung berat loss X pada waktu
t. Contoh, jika X1 = 0,350 pada waktu t1 = 1,68 jam dan X2
= 0,325 pada waktu t2 = 2,04 jam, X/t = (0,350-
0,325)/(2,04-1,68). Kemudian, menggunakan persamaan
(9.5-4) dan LS/A = 21,5.

Laju R adalah rata-rata periode 1,68 sampai 2,04 jam dan


harus diplot pada konsentrasi rata-rata X = (0,350 +
0,325)/2= 0.338.

2. Plot dari kurva laju pengeringan


Pada gambar 9.5-1b ditunjukkan bagaimana kurva
laju pengeringan pada kondisi pengeringan konstan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-24

Pada saat t = 0 dimana kandungan bebas moisture pada


mulanya ditunjukkan oleh titik A. Di awal-awal, padatan
umumnya pada suhu yang lebih dingin dari suhu
akhirnya, dan laju penguapan (evaporasi) selanjutnya
akan naik. Akhirnya, pada titik B suhu permukaan
merambat naik menuju angka kesetimbangannya.
Sebagai alternatif, ketika padatan sudah cukup panas
dalam memulai, laju pengeringan dimulai dari titik A'.
Periode penyesuaian dari keadaan awal yang unsteady-
state biasanya terjadi sangat sebentar dan seringkali
dapat diabaikan dalam rentang analisis waktu
pengeringan.
Dari titik B ke C pada Gambar 9.5-1a garis nampak
lurus, dan karenanya slope dan laju pengeringan adalah
konstan selama periode ini. Periode laju pengeringan
konstan ini ditunjukkan garis BC dalam Gambar 9.5-1b.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-25

Pada titik C pada kedua plot, laju pengeringan mulai


turun dalam periode laju falling sampai mencapai titik D.
Pada periode pengeringan laju falling pertama, laju-nya
yang ditunjukkan oleh garis CD dalam Gambar 9.5-1b ini
seringkali linear.
Pada titik D laju pengeringan menurun (fall) lebih
cepat lagi, hingga mencapai titik E, dimana
kesetimbangan kelembabannya adalah X* dan X= X*-X*
=0. Pada kebanyakan bahan yang dikeringkan, pada
daerah rentang CD kandungan air seluruhnya
menghilang, atau mungkin merupakan periode laju
pengeringan yang dikenal sebagai falling-rate periode.

9.5c. Periode pengeringan laju constant


Pengeringan terhadap padatan lain yang berbeda-beda
pada kondisi pengeringan konstan berbeda, seringkali
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-26

memberikan bentuk kurva yang berbeda pula terutama


pada periode laju falling, meskipun secara umum dua
bagian kurva utama dari laju pengeringan itu yaitu periode
laju konstan dan periode laju falling selalu ada pada kurva
tiap mana padatan.

Pada periode pengeringan laju konstan, permukaan


padatan pada awalnya sangat basah dan film air
senantiasa terus menerus ada di permukaan padatan. Air
ini merupakan air yang tidak terikat sama sekali dengan
bahan dan aksinya dibalik kurva seolah-olah mencirikan
tidak adanya padatan.

Laju penguapan pada kondisi udara yang diberikan tidak


bergantung dengan padatan yang ada dan pada dasarnya
sama dengan laju penguapan langsung dari permukaan
cairan yang bebas.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-27

Meningkatnya kekasaran permukaan suatu padatan,


bagaimanapun, akan menyebabkan laju pengeringan
yang lebih cepat dibandingkan dengan laju penguapan
dari permukaan padatan yang datar.

Jika padatan itu berpori, sebagian besar air yang


diuapkan dalam periode laju konstan dipasok dari bagian
internal padatan. Periode ini berlanjut hanya selama air
disuplai ke permukaan padatan dengan laju secepat
evaporasi.

Penguapan selama periode ini serupa dengan penentuan


suhu bola basah dan karena tidak adanya perpindahan
panas oleh radiasi atau konduksi, maka angka suhu
permukaan tidak jauh/ atau berada di sekitar angka suhu
bola basah.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-28

9.5d. Periode pengeringan laju falling

Titik C pada Gambar 9.5-1b pada kadar moisture


bebas kritis XC. Pada titik ini tidak cukup air di
permukaan untuk mempertahankan kontinyuitas film air.
Seluruh permukaan tidak lagi basah, dan daerah yang
basah terus berkurang dalam periode laju falling pertama
sampai permukaan benar-benar kering di titik D pada
Gambar 9.5-1b.

Periode laju falling kedua dimulai dari titik D saat


permukaan benar-benar kering. Bidang evaporasi
perlahan surut dari permukaan. Panas penguapan
ditransfer melalui padatan ke zona penguapan. Air yang
menguap bergerak melalui padatan menuju aliran udara.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-29

Dalam beberapa kasus tidak ada diskontinuitas tajam


yang terjadi pada titik D, dan perubahan dari kondisi
basah sebagian menjadi kondisi yang kering pada
permukaan adalah sangat bertahap sehingga tidak ada
perubahan tajam pula yang dapat dideteksi.

Jumlah moisture yang tersisih pada periode laju falling


mungkin relatif kecil namun waktu yang dibutuhkan
boleh jadi sangat panjang atau lama. Hal ini dapat dilihat
Gambar 9.5-1. Periode BC untuk pengeringan laju
konstan berlangsung sekitar 3 jam dan berkurang
sejumlah X dari 0,40 menjadi sekitar 0,19, terjadi
pengurangan sebesar 0,21 kg H2O/kg padatan kering.
Periode falling yakni periode CE berlangsung sekitar 9
jam dan berkurang sejumlah X dari 0,19 menuju 0.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-30

9.5e. Pergerakan moisture dalam padatan selama


periode laju falling

Saat pengeringan berlangsung dengan


penguapan moisture dari permukaan terbuka padatan,
moisture harus bergerak dari kedalaman padatan ke
permukaan. Mekanisme pergerakan mempengaruhi
pengeringan selama periode laju konstan dan laju
falling. Beberapa teori yang dikemukakan dalam
menjelaskan berbagai jenis kurva pada periode laju
falling ditinjau secara singkat seperti berikut.

Teori difusi cairan


Dalam teori difusi moisture cair terjadi ketika
ada perbedaan konsentrasi antara kedalaman padatan
dan permukaan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-31

Metoda pergerakan perpindahan moisture ini


umumnya ditemukan dalam padatan berpori di mana
larutan berfase tunggal terbentuk bersama moisture,
seperti pasta, sabun, gelatin, dan lem. Ini juga
ditemukan dalam pengeringan tanah liat, tepung, kayu,
kulit, kertas, pati, dan tekstil. Dalam pengeringan
berbagai bahan makanan, pergerakan air dalam
periode laju falling terjadi karena difusi.
Bentuk kurva distribusi moisture dalam padatan
pada waktu tertentu secara kualitatif konsisten dengan
penggunaan persamaan difusi dalam keadaan tak-
tunak (unsteady) seperti dijelaskan pada Bab 7.
Difusivitas moisture DAB akan menurun seiring dengan
penurunan kadar moisture, sehingga angka difusivitas
umumnya rata-rata berada dalam kisaran konsentrasi
yang digunakan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-32

Bahan-bahan yang dikeringkan dengan cara ini biasanya


disebut sebagai pengeringan dengan difusi, meskipun
mekanisme yang sebenarnya mungkin saja lebih rumit.
Karena laju penguapan yang berangkat dari permukaan
begitu cepat, akibat dari resistensi yang rendah,
dibandingkan dengan laju difusi melalui padatan pada
periode laju falling, kadar moisture di permukaan berada
pada angka kesetimbangan.
Bentuk kurva di mana difusi sebagai pengendali
dalam periode laju falling mirip dengan Gambar 9.5-2a.
Jika pengeringan laju konstan pada fase awal cukup
tinggi, pada awal-awal periode laju falling dari penguapan
permukaan tak-jenuh mungkin belum muncul.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-33

Jika pengeringan laju konstan sangat rendah periode


penguapan permukaan tak-jenuh biasanya berada di
daerah CD pada Gambar 9.5-1b dan kurva pengeringan
dengan laju falling yang dikendalikan difusi ada di
daerah DE. Persamaan untuk menghitung pengeringan
pada periode ini dimana difusi yang mengendalikan,
diberikan pada bagian 9.9.

Juga, soal 7.1-4 untuk pengeringan tanah liat dan Soal


7.1-6 untuk pengeringan kayu, semua menggunakan
teori difusi seperti diberikan dalam soal-soal pada Bab
7.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-34

Gambar 9.5-2 Jenis kurva laju pengeringan


a) Periode laju falling yang dikendalikan difusi;
b) Periode laju falling yang dikendalikan kapiler dalam padatan
berpori.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-35

Pergerakan capillary dalam pori padatan


Bila padatan berbentuk butiran dan berpori
misalnya tanah liat, pasir, tanah, pigmen cat, dan
mineral, kemudian dikeringkan maka air yang tidak
terikat atau bebas akan bergerak melalui kapiler dan
rongga padatan melalui aksi kapiler, bukan melalui
difusi. Mekanisme ini melibatkan tegangan
permukaan, yang mirip dengan pergerakan minyak
pada sumbu lampu.
Suatu bahan padat berpori yang memiliki
saluran interkonektif antar pori satu dengan lainnya,
dengan berbagai ukuran pori-nya. Sebagai misal, air
diuapkan, meniskus air akan terbentuk pada tiap pori
di kedalaman padatan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-36

Keadaan seperti ini akan menyebabkan terbentuknya gaya


capillary karena adanya tegangan muka antara air dan
padatan. Gaya capillary ini menyumbangkan kekuatan
dorong bagi terpindahnya air melalui pori ke permukaan
bahan padat. Pori yang berukuran kecil akan
mengembangkan kekuatan gaya yang lebih besar daripada
yang terkembang oleh pori besar.
Permulaan periode laju falling dari titik C (Gambar
9.5-1b), air dibawa ke permukaan oleh aksi kapiler, tetapi
lapisan permukaan air mulai surut dibawah permukaan.
Udara bergegas mengisi ruang-ruang kosong yang ada.
Sebagaimana air yang terus menerus tersisihkan, sebuah
titik dicapai dimana tidak cukup air yang tersisa untuk
menjaga secara terus menerus film di seluruh pori, dan
laju pengeringan secara tiba-tiba berkurang mulai periode
laju falling ke dua di titik D.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-37

Kemudian, laju difusi uap air di dalam pori dan laju


panas konduksi di dalam padatan mungkin merupakan
faktor yang utama dalam pengeringan.

Bagi pori yang fine dan baik-baik saja dalam padatan,


kurva laju pengeringan untuk periode laju falling ke
dua bisa sesuai dengan hukum difusi dan membentuk
kurva cekung ke atas seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 9.5-2b. Untuk padatan-padatan yang banyak
ruang pori-nya misalnya unggun pasir, di mana ukuran
pori-nya besar, kurva laju pengeringan periode laju
falling seringkali lurus, dan karenanya persamaan-
persamaan difusi tidak bisa digunakan atau
diterapkan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-38

3. Efek penyusutan
Faktor yang terkait dengan laju pengeringan
adalah terjadinya penyusutan padatan seiring dengan
moisture yang tersisihkan. Padatan yang bersifat kaku
tidak menyusut dengan signifikan, tetapi bahan koloid
dan bahan-bahan berserat seperti sayuran, dan bahan
makanan lainnya akan mengalami penyusutan. Efek
yang paling serius adalah adanya bahan yang dapat
mengembang menjadi lapisan yang mengeras di
permukaan yang tahan terhadap aliran uap cair atau
uap air dan dapat melambatkan laju pengeringan,
contohnya tanah liat dan sabun.
Dalam banyak bahan makanan, jika pengeringan
itu berlangsung pada suhu tinggi, lapisan sel akan
mengkerut erat, yang membuat segel secara bersama-
sama, yang terbentuk di permukaan padatan.
DRYING_ Kurva laju pengeringan hal-39

Keberadaan sesuatu yang menjadi hambatan bagi


aktivitas migrasi moisture, dikenal sebagai peristiwa
hardening (pengerasan). Efeknya dari penyusutan
adalah menyebabkan bahan menjadi melengkung dan
mengubah strukturnya. Peristiwa ini seringkali terjadi
pada pengeringan kayu.

Kadang-kadang untuk mengurangi berbagai


efek penyusutan ini, yaitu dengan mengeringkannya
bersama udara yang lembab dengan kelembaban
tertentu. Penurunan laju pengeringan pun dilakukan
sehingga efek penyusutan pada warping atau
pengerasan di permukaan dapat direduksi atau sangat
berkurang.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai