jenis apa dan berapa ukuran peralatan yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan rekasi sampai pada tingkat pencapaian yang dikehendaki,
2.
kondisi operasi laju alir, tekanan, temperatur, pH untuk reaksi yang diinginkan,
3.
-1/28-
2.
Selanjutnya, keterangan yang diperoleh mengenai laju reaksi dan kondisi operasi
tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku reaktor dengan berbagai jenis kondisi
pengoperasian.
II. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum Modul Konversi Glukosa Fruktosa adalah:
1.
2.
III. Sasaran
Sasaran akhir praktikum ini adalah:
1.
Praktikan
mampu
menggunakan
refraktometer
brix
dalam
penentuan
konsentrasi glukosa ,
2.
3.
Halaman 2 dari 30
teratur. Konformasi
berarti
suatu
proses
pembentukan
yang
runtun
Halaman 3 dari 30
2.
Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi substrat untuk batas konsentrasi
tinggi sehingga reaksi mendekati kelakuan reaksi orde 0
3.
Halaman 4 dari 30
k1
S + E ES
k-1
k2
E + P
ES
Reaksi antara enzim dan substratnya dalam membentuk produk diperkirakan terjadi
sesuai ilustrasi pada Gambar 2.
Mekanisme ini menjelaskan bahwa enzim (E) dan substrat (S) bereaksi timbal
balik membentuk kompleks enzim-substrat (ES), dan akhirnya sebagian dari kompleks
ini berdisosiasi membentuk produk P dan enzim bebas. Jumlah enzim bebas E dan
enzim terikat ES selalu sama dengan enzim mula-mula. Bila volume medium reaksi
tetap, maka berlaku
[E]0 = [E] + [ES]
(1)
Hubungan berikut berlaku pula bila pada saat mulai reaksi hanya terdapat substrat dan
enzim,
[S]0 = [S] + [ES]
(2)
dan
r=
d[P]
dt = k2.[ES] (3)
Berdasarkan mekanisme rekasi enzim dan substrat dapat ditulis persamaan kinetika
berikut:
= d[S]
dt = k1.[E].[S]- k-1.[ES]
(4)
dan
Halaman 5 dari 30
= d[ES]
(5)
d[ES] = 0
dt
(6)
r=
d[S]
.[ S ]
dt = KrmaxM + [ S ]
(7)
dimana:
(9)
Km
ES +I ESI
K1
Halaman 6 dari 30
ES E +P
k2
Mekanisme ini menjelaskan bahwa enzim (E) dan substrat (S) bereaksi timbal
balik membentuk kompleks enzim-substrat (ES), sebagian kompels (ES) ini kemudian
terinhibisi sehingga membentuk kompleks ESI. Kompleks ESI ini mengurangi jumlah
kompleks ES bebas yang dapat mengakomodasi reaksi menghasilkan produk. Kompleks
ESI ini adalah inhibitor kompleks ES karena ESI tidak dapat membentuk produk dan
melepaskan kembali enzim bebas. Jumlah enzim bebas E dan enzim terikat ESI dan ES
selalu sama dengan enzim mula-mula. Bila volume medium reaksi tetap, maka berlaku
[E]0 = [E] + [ES]+[ESI]
(10)
Hubungan berikut berlaku pula bila pada saat mulai reaksi hanya terdapat substrat dan
enzim,
[S]0 = [S] + [ES]+[ESI]
(11)
dan
r=
d[P]
dt = k3.[ES]
(12)
Berdasarkan mekanisme rekasi enzim dan substrat dapat ditulis persamaan kinetika
berikut:
r=
dan r
= d[ES]
d[S]
dt = k1.[E].[S]- k-1.[ES]
(13)
d[ESI]
dt =
Halaman 7 dari 30
d[ES]
=0
(16)
dt
dan
d[ESI] = 0
dt
(17)
K'm = [[E][SES]]
(18)
dan
K1 = [ES][I]
(19)
[ESI]
Dengan menggunakan substitusi persamaaan-persamaan yang ada untuk menghilangkan
Diturunkan:
rmax
.[S]
1+
K[I]1
dimana:
rmax = k2.[E]0
Modul 1.06 Konversi Glukosa Fruktosa
(22)
Halaman 8 dari 30
(23)
(24)
mempunyai
gugus samping yang bersifat asam, basa, ataupun netral. Jadi, secara utuh enzim dapat
mengandung gugus bermuatan positif maupun negatif pada nilai pH yang diberikan.
Beberapa mekanisme enzim memperlihatkan tindak katalitik enzim mengikuti perilaku
katalis jenis asam atau jenis basa. Ini berarti bahwa gugus yang dapat mengion tersebut
di atas juga merupakan bagian dari pusat aktif enzim. Tindak katalitik akan muncul bila
gugus-gugus di pusat aktif memiliki muatan tertentu. Enzim menjadi aktif hanya pada
keadaan ionisasi tertentu. Dengan demikian besar kecilnya fraksi enzim yang aktif
sebagai katalis bergantung pada nilai pH medium reaksi.
Uraian singkat di atas menjelaskan pengaruh pH medium reaksi terhadap keaktifan
enzim, yang pada akhirnya juga berpengaruh pada laju reaksi. Terlihat bahwa laju reaksi
akan menjadi maksimum pada nilai pH tertentu, yang disebut pH optimum. Pada nilai
pH ini, fraksi badan enzim yang aktif sebagai katalis adalah maksimum. Hal ini
dijelaskan seperti pada Gambar 3.
Halaman 9 dari 30
k = A.exp
(25)
RT
dimana:
k
Ea = energi pengaktifan
A = faktor frekuensi
T = temperatur absolut
Oleh karena Ea selalu berharga positif, rumus Arhenius menunjukkan bahwa laju reaksi
akan selalu meningkat dengan naiknya temperatur reaksi. Bagi reaksi enzim, kenaikan
temperatur ini ada batasnya, yaitu pada saat temperatur denaturasi protein tercapai.
Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan keaktifannya. Gambar 4 menunjukkan
adanya temperatur optimum yang memberikan laju reaksi maksimum.
IV.5 Reaksi Isomerisasi Glukosa-Fruktosa
Reaksi isomerisasi glukosa menjadi fruktosa menggunakan enzim glucose isomerase
merupakan salah satu contoh reaksi enzimatis komersial yang penting saat ini.
Pengubahan menjadi fruktosa diinginkan karena fruktosa mempunyai rasa yang lebih
manis daripada glukosa.
Halaman 10 dari 30
Reaksi berlangsung pada fasa cair dengan pelarut air. Berdasarkan literatur, konstanta
kesetimbangan reaksi pada temperatur 50 oC berharga 1. Harga ini diperkirakan tidak
banyak berubah terhadap temperatur karena panas isomerisasi tersebut mendekati 1
kkal/mol. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laju reaksi isomerisasi ini mengikuti
rumusan Micahelis Menten.
Secara komersial, enzim glukosa isomerase yang dapat dihasilkan oleh mikroorganisme
Bacillus coagulan, Steptomyocis, dan lain-lain digunakan dalam keadaan terimobilisasi,
yaitu enzim diikatkan ke suatu padatan pendukung sedemikian sehingga tidak mudah
melarut selama reaksi berlangsung. Pemakaian enzim terkekang dibandingkan enzim
homogen mempunyai beberapa keuntungan, seperti:
1.
2.
Halaman 11 dari 30
Akan tetapi, sistem enzim terimobilisasi yang merupakan suatu sistem enzim
heterogen juga memiliki kekurangan seperti keaktifannya yang tidak dapat setinggi
enzim homogen karena berkurangnya kemungkinan kontak secara baik dan adanya
pengaruh perpindahan massa yang dapat memperlambat laju reaksi. Dalam kaitannya
sebagai objek kajian kinetika reaksi, disini akan dipelajari pembuktian secara percobaan
bahwa isomerisasi glukosa-fruktosa dengan menggunakan enzim terkekang menuruti
mekanisme Michaelis Menten. Rumusan laju reaksi yang diperoleh selanjutnya
digunakan untuk mempelajari besarnya perilaku reaktor dengan berbagai jenis
pengoperasian.
IV.6
Halaman 12 dari 30
2.
persamaan
deferensial:
dSdt
=r
Krmax+.SS (26)
M
Bila harga r dapat diperoleh secara grafis dari pengaluran data konsentrasi
terhadap waktu reaksi, persamaan deferensial tersebut dapat diubah menjadi:
1 = KM .1 + 1 (27) r rmax S
rmax
Persamaan tersebut menyatakan hubungan linear antara 1/r dan 1/S yang dapat
mendekati nilai KM/rmax dari angka gradien kurva dan nilai 1/rmax dari titik potong
kurva dengan sumbu vertikal. Dengan demikian harga-harga K M dan rmax dapat
diperoleh. Namun, perolehan harga r secara grafis seringkali tidak praktis dan
tingkat ketelitiannya kecil. Upaya untuk memperbaiki hal ini adalah dengan
pemakaian model matematik yang menyatakan ketergantungan konsentrasi pada
waktu reaksi. Sebagai contoh dengan persamaan berikut:
S = A.e Bt
(28)
Harga konstanta A dan B diperoleh dari pengerjaan regresi linier terhadap data
konsentrasi berdasarkan persamaan:
lnS = lnA Bt
(29)
Halaman 13 dari 30
Halaman 14 dari 30
KM +S
So
Q.(SoS) = V.(K
rmax
.S
+ S)
(35)
Halaman 15 dari 30
K (SoS)
= = M.
Q rM
S
+ .(SoS)
rM
(36)
Gambar 8 Skema CSTR dimana adalah waktu tinggal reaksi. Dengan harga-
harga KM dan rM yang diperoleh dari percobaan reaktor batch persamaan neraca
massa dapat digunakan untuk memperkirakan konsentrasi S pada berbagai harga.
Aliran daur ulang berpengaruh pada peningkatan konversi tahap dalam
reaktor. Untuk volume cairan reaksi yang sama dengan reaktor tanpa daur ulang,
reaktor berdaur ulang dapat mencapai tingkat konversi tertentu dengan laju alir
umpan yang lebih kecil.
IV.7.4. Reaktor PFR
Analisa perilaku reaktor PFR ideal didasarkan pada anggapan bahwa aliran
campuran reaksi sepanjang unggun reaktor memenuhi beberapa hal berikut:
1.
temperatur, dan
sama
longitudinal
u.dSdz =r = Krmax+.SS
(37)
Halaman 16 dari 30
Persamaan tersebut dengan syarat batas S=So pada Z=0, daapt diselesaikan
menghasilkan:
L = 1 = KM ln So + 1 (38) u rmax S
rmax
Dengan menggunakan harga-harga KM dan rmax dari percobaan batch serta
hargaharga L, u, dan So yang diketahui, persamaan terakhir ini dapat digunakan
untuk memperkirakan konsentrasi S pada setiap harga.
V. Rancangan Percobaan
V.1 Perangkat dan Alat Ukur
1. Polarimeter
2. Refraktometer
3. Gelas Kimia sebagai reaktor batch
4. Motor dan batang pengaduk
5. Water Bath
6. pH meter
7. timbangan
8. Labu takar
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
11. Termometer
12. Botol semprot
V.2 Bahan/ Zat Kimia
1.
Glukosa
2.
Fruktosa
3.
4.
MgSO4
5.
Asam (HCl)
6.
Basa (NaOH)
Halaman 17 dari 30
konsentrasi enzim
Halaman 18 dari 30
digunakan sebagai dasar analisa kualitatif perilaku reaktor. Kedua reaktor dapat
dioperasikan untuk paduan dari beberapa faktor berikut:
-
V.4
Diagram Percobaan
Halaman 19 dari 30
Halaman 20 dari 30
V.5 Pengamatan
Dalam percobaan ini, konsentrasi glukosa merupakan data utama. Temperatur perlu
dicatat pada setiap pengambilan cuplikan untuk mengetahui tingkat kebaikan dalam
penjagaan kondisi isotermal. Terjadinya konversi glukosa menjadi fruktosaa
memungkinkan adanya perubahan pH menuju ke yang lebih asam. Karena pH juga
mempengaruhi laju reaksi, harganya perlu dicatat pada setiap pengambilan
cuplikan.
Halaman 21 dari 30
V.6 Pengukuran
Cara pengukuran untuk memperoleh data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran konsentrasi campuran reaksi menggunakan polimeter, karena baik
glukosa maupun fruktosa membentuk larutan y ang optis aktif
2. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa 3.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas penunjuk pH universal.
Dalam hal keakuratan pengukuran pH dikehendaki, disarankan penggunaan
pH meter menggunakan elektroda.
Pada pengukuran konsentrasi cuplikan, sudut putar yang didapatkan perlu
dikoreksi dengan sudut putar yang ditunjukkan oleh pelarut aqua dm. Oleh karena
setelah terjadi konversi cuplikan merupakan larutan campuran glukosa-fruktosa,
maka sudut putar pengamatan yang telah dikoreksi tersebut menyatakan
perpaduan sudut masing-masing. Hubungan berikut menjelaskan pernyataan
tersebut:
(tot) = (obs) (aqua dm)
(tot) = (g) + (f)
Pengukuran konsentrasi menggunakan polarimeter menghendaki daerah
kerja pada batas konsentrasi rendah. Pengenceran perlu dilakukan bila konsentrasi
cuplikan terlalu pekat. Dalam hal
(tot)
= n.(tot) ((sf).l.So) S
l.((sg) (sf) )
Perlu diingat, karena peralatan dan kondsi pengukuran pda saat praktikum
berbeda dengan yang ditunjukkan pada literatur,
(sf)
dan
(sg)
perlu diukur
sendiri.
V.7.
Data Literatur
Halaman 22 dari 30
Data Pengamatan
observed
[Fruktosa]
observed
observed
Halaman 23 dari 30
V.9.
sg = tanL
sf = tanL
Halaman 24 dari 30
[glukosa] =
V.9.4
gradien =
0.0443
0.02215
Volume (mL)
1000
1000
1000
[S] (g/mL)
0.016
0.014
0.01225
obs
-2.2
-2.15
-1.85
Halaman 25 dari 30
1000
1000
1000
1000
1000
0.01072
0.00938
0.00821
0.00718
0.00628
-1.95
-1.65
-1.25
-1.15
-0.95
10
15
20
Sudut putar
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
y = -0.1325x - 0.2526
R2 = 0.8976
Konsentrasi Awal (g/mL)
15
0.55
Halaman 26 dari 30
obs
3
6
9
12
15
18
21
24
0.65
0.7
0.65
0.6
0.55
0.4
0.5
0.55
[Glukosa]
(g/L)
241.7986
248.8688
241.7986
234.7285
227.6584
206.4480
220.5882
227.6584
0.4
0.5
0.55
ln (S0/S)
-0.1898
-0.2186
-0.1898
-0.1601
-0.1295
-0.0317
-0.0980
-0.1295
[ln
(S0/S)]/t
-0.0633
-0.0364
-0.0211
-0.0133
-0.0086
-0.0018
-0.0047
-0.0054
(S-S0)/t
13.9329
8.1448
4.6443
2.8940
1.8439
0.3582
0.9804
1.1524
ln (So/S)]/t
-0.0600
Halaman 27 dari 30
230.0000
210.0000
2
190.0000
170.0000
150.0000
0
10
15
20
25
30
[glukosa] (g/mL )
d[S]
d[S]
= 0.13*t - 3.1703
dt
Dari hubungan tersebut dapat diperkirakan laju reaksi setiap waktu, karena r = f
(t).
Jika t = 6, maka r dapat dihitung sebagai berikut:
r=
d[S]
dt
Laju perubahan konsentrasi glukosa setiap waktu ditunjukkan oleh tabel berikut:
t (menit) r = dS/dt
1/S
3
-2.7803
6
-2.3903
9
-2.0003 0.0041
1.6103
0.0043
15
-1.2203
18
-0.8303
21
-0.4403
24
-0.0503
1/r
0.0041
-0.3597
0.0040
-0.4184
-0.4999 12
-0.6210
0.0044
-0.8195
0.0048
-1.2044
0.0045
-2.2712
0.0044 -19.8807
Halaman 28 dari 30
Halaman 29 dari 30
=1607.6*
6.078 r [glukosa]
Daftar Pustaka
1. Bailey, J.E., and Ollis, D.F., Biochemical Enginering Fundamentals, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd., Tokyo, 1987, Chapter 3
2. Smith, J.m., Chemical Engineering Kinetics
, 2 nd Edition., McGraw Hill Co.,
Singapore, 1981
Biochem. Z.
3. Micaelis and Menten, M.C.,
, 49, pp.333-, 1931
Principle of Fermentation Technology
4. Stanbury and Whitaker, A.,
, Pergamon Press,
1984, Chapter 2.
5. Wiseman, A.,Hanbook ofnzyme Biotechmology,
2nd Edition., John Wiley & Sons,
1985, pp. 61-85
Halaman 30 dari 30