Anda di halaman 1dari 69

OPERASI TEKNIK KIMIA 3

(E Modul)

MENU UTAMA
MENUJU

BAB

MATERI

Kata Pengantar dari Penulis


Garis-Garis Besar Pokok Pengajaran (GBPP)
dan Satuan Acara Pengajaran (SAP)

Disusun Oleh
Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng
Dr. Ir. Muhammad Zaki, M.Sc

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh
Edisi 1 (2006)

Pengantar Operasi Teknik Kimia

Operasi Stage

Kaidah Fasa

konsep proses pemisahan phase gas-cair,

Distilasi

Efisiensi plate untuk distilasi

Absorbsi

Efisiensi plate untuk Absorbsi

Absorpsi dengan plate dan packed tower

10

Ekstraksi Cair cair

11

Leaching untuk zat cair-padat

12

Efisiensi plate untuk Ekstraksi dan Leaching

13

Proses pemisahan dengan membran

Modul Kuliah

OPERASI TEKNIK KIMIA 3

Disusun Oleh
Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng
Dr. Ir. Muhammad Zaki, M.Sc

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Jalan Tgk. Syech Abdurrauf No. 7, Darussalam, Banda Aceh

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

Kembali Ke Menu Utama

PENGANTAR dari PENYUSUN

Pengajar mata kuliah Operasi Teknik Kimia 3 telah berhasil menyusun materi pengajaran Tekniik
Kimia yang disajikan dalam bentuk Modul Kuliah. Modul Kuliah yang disusun ini menampilkan
sebagian dari materi Operasi Teknik Kimia 3 dan didesain agar mudah dimengerti oleh pembaca.
Penyusunan Modul Kuliah ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik, serta dapat
melengkapi materi kuliah untuk mahasiswa Program S1 Teknik Kimia Unsyiah. Disadari bahwa
penyusunan Modul Kuliah ini masih banyak terdapat kelemahannya sehingga penyempurnaan di
masa depan masih sangat diperlukan dan diharapkan sehingga mendapatkan tingkat
kesempurnaan yang lebih tinggi. Kepada semua pihak yang telah membantu serta mendukung
penyusunan Modul Kuliah ini diucapkan banyak terima kasih.

Darussalam, April 2006


Tim Penyusun,

Dr. Ir. Suhendrayatna, M. Eng


Dr. Ir. Muhammad Zaki, M. Sc

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

BAB 1
Kembali Ke Menu Utama

PENGANTAR OPERASI TEKNIK KIMIA

1. UNIT OPERASI DALAM TEKNIK KIMIA


Teknik kimia didefinisikan sebagai penerapan prinsip ilmu-ilmu fisika bersama dengan
prinsip ekonomi dan hubungan antar manusia yang berhubungan langsung dengan proses dan alat
proses dimana semua itu di olah untuk mempengaruhi perubahan keadaan, energy, atau
komposisi. Definisi ini sangat tidak jelas serta mempunyai cakupan yang sangat luas. Hal yang
harus ditekankan bahwa titik berat yang dapat dipertimbangkan ditempatkan pada proses dan alat
proses. Pekerjaan sarjana teknik kimia sebaiknya disebut proses engineering.
Proses yang melibatkan perubahan komposisi kimia atau perubahan fisik pada bahan yang
yang disiapkan, diproses, dipisahkan atau dimurnikan. Pekerjaan chemical engineer meliputi
pemilihan langkah-langkah yang sesuai dalam susunan formula sebuah proses untuk menyelesaikan
operasi pembuatan bahan kimia, pemisahan, atau pemurnian. Karena setiap langkah penyusun
proses merupakan subyek variasi, proses engineer harus menentukan kondisi yang tepat untuk
setiap langkah operasi sering dengan pengembangan proses dan peralatan harus dirancang,
chemical engeneer akan bekerja sama dengan chemical dan civil engeneer.
Semua pekerjaan seseorang engeneer harus quantitatif dan matematika menjadi
fundamental tools bagi engeneer. Sayangnya, pemahaman kita akan matematika terbatas pada
domain matematika linier, dan perilaku molekul kimia jarang bersentuhan dengan aturan
matematika linier. Perhitungan neraca massa dan energi, yang merupakan dasar untuk setiap
proses studi, biasanya dapat dinyatakan dengan ketelitian matematika linier, selama kita
mengabaikan proses atom dan nuklir. Dalam studi ekonomi untuk menentukan kondisi proses yang
paling menguntungkan dan dalam perhitungan penerimaan penjualan dan distribusi pemasukan
terhadap keuntungan dan harga, termasuk penggantian pabrik perhitungan matematika biasa
digunakan.
Keberadaan sebuah proses mengacu bahwa semua material yang dihasilkan akan dibayar
pelanggan. Sehingga harus difikirkan jiumlah, kualitas dan harga yang dapat diterima pelanggan.
Bahan yang dihasilkan oleh industri kimia direncanakan dan dibuat dalam pabrik sebelum real
market dikembangkan. Untuk produk baru, beberapa perkiraan pasar harus dibuat, dan pabrik
sebaiknya diskala secara proposional. Aspek human-relation dari praktek engineer biasanya tidak
dititik beratkan pada undergraduated training karena banyaknya teknik dan informasi teknik yang
harus dipelajari. Semua engineers harus menyadari bahwa industri dimana mereka bekerja
memerlukan usaha dari tiap orang. Informasi yang berharga dapat diperoleh dari operator. Orang
yang telah lama bekerja dibidang operasi mungkin telah mengamati perilaku, pengaruh dan metode
kontrol secara detail yang tidak dapat didekati hanya dengan penghargaan yang layak untuk semua
fakta yang ada tanpa mengindahkan sumbernya.
Proses baru atau perbaikan teknik dari proses yang ada tanpa memperhitungkan saran
operator biasanya mengalami kegagalan. Start-up pabrik baru atau instalasi yang mengalami
perubahan teknik akan jauh lebih lancar dan biaya operasinya jauh lebih murah jika personal
operasi mengerti obyeknya.
2. BEBERAPA KONSEP DASAR
Sebelum berusaha menggambarkan operasi yang melengkapi proses kimia, perlu
mengenalkan beberapa konsep dasar yang harus dimengerti sebelum penggambaran operasi.
2.1 Kesetimbangan
Untuk semua kombinasi fase sebuah kondisi zero net interchange of properties biasa
disebut kesetimbangan. Sedangkan, perbedaan konsentrasi beberapa sifat pada kondisi yang ada
dan kondisi setimbang disebut driving force atau beda potensial, dan dia cenderung untuk
mengubah sistim menuju kondisi setimbang. Penggambaran kesetimbangan massa lebih rumit dari
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

pada pernyataan kesetimbangan suhu yang menggambarkan kesetimbangan energi molekul. Massa
akan mengalir dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Untuk kesetimbangan antara cairan dan uapnya, kurva tekanan uap bisa digunakan. Kurva
ini menyatakan unit tekanan konsentrasi uap yang kesetimbangan dengan cairan murni ketika
keduanya pada suhu tertentu. Pada kasus campuran cairan, kesetimbangan harus ada antara fase
cairan dan fase uap, untuk campuran biner, hubungannya merupakan sebuah penggambaran
konsentrasi yang relatif sederhana atau tekanan parsial masing-masing kontituen pada fase uap
yang kesetimbangan pada campuran multi komponen antara fase cair dan uapnya atau antara dua
fase cair memenuhi kelarutan partial. Pada setiap kasus, kondisi harus disesuaikan sehingga
potensial masing-masing kontituen indentik, pada semua fase setimbang dari sistim tertentu.
2.2 Driving force
Ketika dua substance atau fase tidak pada kondisi kesetimbangan dikontakkan, ada
cenderung untuk berubah yang akan menghasilkan kondisi setimbang. Perbedaan antara kondisi
yang ada dan kondisi setimbang adalah driving force yang menyebabkan perubahan ini. Perbedaan
dapat dinyatakan dalam konsentrasi bermacam-macam sifat substance. Sebagai contoh, jika air
pada fase cair dengan konsentrasi energi rendah dikontakkan dengan uap yang mempunyai
konsentrasi energi tinggi akan dipindahkan dari fase uap ke fase cair sampai konsentrasi energi
sama antara kedua fase. Pada kasus ini jika jumlah cairan besar dalam perbandingan dengan uap,
kedua fase menjadi satu dengan kondensasi uap karena energinya dipindahkan ke air dingin.
Campuran akhir akan menjadi sejumlah air fase cair dengan jumlah yang meningkat pada suhu
yang lebih tinggi dari pada kondisi awalnya, dan pengurangan jumlah uap. Kombinasi ini mencapai
kesetimbangan sangat cepat pada suhu dimana tekanan uap air sama dengan tekanan fase uap.
Ada tipe driving force yang terjadi ketika sebuah larutan aceticacid dan air dikontakkan
dengan isopropyl ether. Ketiga komponen akan terpisah dalam dua fase cair, masing-masing berisi
sebagian dari ketiga komponen. Konsentrasi masing-masing komponen pada tiap fase harus
diketahui untuk menggambarkan kondisi setimbang jika kedua fase yang tidak pada kesetimbangan
dikontakkan bersama-sama. Perpindahan analog dengan elektris dan energi thermal akan terjadi.
Hasilnya merupakan perpindahan fase isopropyl ether kedalam air acid dan perpindahan air dan
asam kedalam fase eyher sampai potensial tiap konstituen sama pada kedua fase. Tidak ada
pernyataan yang sederhana untuk potensial kimia, sehingga jumlah perunit volume, atau
konsentrasi massa pada sebuah fase biasanya dirancang. Konsentrasi massa tidak terdefinisi secara
tegas, tetapi fungsi aktifitas, fugasitas dan energi bebas gibbs yang lebih akurat dan komplek
memerlukan pengetahuan tentang kimia fisika yang lebih advanced.
Pada contoh sebelumnya konsentrasi massa komponen berbeda pada tiap fase pada
kesetimbangan. Pada semua kasus yang dibicarakan diatas, pontensial (konsentrasi) substance
yang ada atau campuran bila dibandingkan dengan potensial pada kondisi setimbang menghasilkan
sebuah perbedaan potensial atau driving force yang cenderung mengubah kondisi sistem yang
menuju kondisi setimbang. Driving force, atau perbedaan potensial energi cenderung menghasilkan
perubahan pada kecepatan yang secara langsung proposional dengan perbedaan dari potensial
keseimbangan.
2.3 Pemisahan
Pemisahan sebuah larutan atau campuran homogen yang baru, memerlukan preferental
transfer of constituen untuk fase kedua yang dapat dipisahkan dari campuran residual. Sebagi
gambaran adalah dehumidifikasi udara dengan mengembunkan atau membekukan sebagian
moisture, atau menggunakan solvent cair yang tidak larut pada bahan tidak terekstrak. Dua fase
padat mungkin sangat sulit untuk dipisahkan, sementara itu cairan, gas, atau padatan biasanya
mudah dipisahkan. Sedangkan dua cairan yang mempunyai densitas sama dan tidak ada gaya
interfasial dapat menghambat semua pemisahan yang dapat dijalankan.
2.4 Pola aliran
Pada berbagai operasi untuk memindahkan energi atau material dari satu fase ke fase lain,
kedua aliran perlu dikontakkan agar terjadi perubahan menuju kesetimbangan energi atau meterial
atau keduanya. Perpindahan dapat dicapai dengan kedua stream mengalir pada arah yang sama
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

(courrent flow) dan jika ini digunakan, batasan jumlah perpindahan yang dapat terjadi ditetapkan
oleh kondisi setimbang yang akan dicapai antara dua stream yang dikontakkan. Jika kedua stream
yang dikontakkan dialirkan pada arah yang berlawanan (counter-courrent flow) perpindahan
material atau energi dengan jumlah yang lebih besar mungkin terjadi.
Sebagai gambaran, jika sebuah stream merkuri panas dan stream air dingin dibiarkan
mencapai kesetimbangan thermal, suhu akhir dapat diperkirakan dengan neraca panas yang
mencakup jumlah relatif stream, suhu awal, dan kapasitas panas. Jika stream mengalir simultan
dari titik, pemasukan yang sama menuju titik pengeluaran yang sama, akan dicapai dengan suhu
kesetimbangan tertentu. Dan modelnya ditunjukkan pada gambar 1.1a. jika stream dibuat mengalir
pada arah berlawanan, dengan membiarkan merkuri mengalir kebawah melalui aliran air yang naik
keatas, memungkinkan untuk memasukan aliran merkuri panas untuk meningkatkan suhu aliran air
dingin. Seperti ditunjukkan gambar 1.1b. prinsip counter flow digunakan operasi teknik kimia untuk
memperoleh perpindahan yang lebih besar.
2.5 Operasi kontinyu dan batch
Dalam operasi proses kimia, akan lebih ekonomis untuk melakukan proses kontinu dan
steady, dengan minimum gangguan dan shut down. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan pada
operasi skala kecil atau dalam kondisi yang sangat korosif yang mendorong seringnya dilakukan
perbaikan. Karena produktifitas yang lebih besar untuk peralatan yang beroperasi secara kontinyu
dan beda unit cost yang lebih rendah, biasanya menguntungkan mengoperasikan alat proses secara
kontinyu. Hal ini berarti waktu bukan sebuah variabel dalam analisis untuk proses tersebut, kecuali
selama start up dan shut down. Kecepatan waktu transfer dan reaksi penting dalam menentukan
ukuran dan kapasitas alat, tetapi untuk kerja diharapkan sama sepanjang waktu pada kondisi
operasi yang sama.
Ketika sejumlah kecil material dilakukan pemprosesan sering kali dilakukan dengan
memasukkan seluruh material kedalam alat proses, diproses ditempat dan mengeluarkan produk
yang dihasilkan. Proses ini disebut proses batch. Pada operasi batch hampir semua cyele
merupakan start up transiennt dan shut down transiennt. Pada operasi kontinyu, waktu selama
start up transiennt berlangsung mungkin sangat pendek dibandingkan dengan operasi stedy state.
Analisis transiennt suatu operasi batch biasanya lebih kompleks dari pada operasi steady state.
Perbedaan analisis operasi transiennt dengan operasi steady state hanya pada penambahaan
variabel waktu. Variabel-variabel ini mempersulit analisis tidak merubahnya secara fundamental.
3. UNIT OPERASI (OPERASI TEKNIK KIMIA)
Proses kimia terdiri dari bermacam rangkaian langkah. Dalam perancangan sebuah proses,
setiap langkah yang digunakan dapat dipelajari sendiri jika langkah-langkah tersebut dikenal.
Beberapa langkah adalah reaksi kurva dan yang lain adalah perubahan-perubahan fisik. Konsep unit
operasi dalam teknik kimia didasarkan pada filosofi bahwa rangkaian langkah dapat direduksi
menjadi operasi atau reaksi sederhana, yang identik dalam fundamental material yang diproses.
Prinsip ini yang menjadi dikenal para pendahulu selama perkembangan industri kimia, yang
pertama kali dikemukakan oleh A.D.Little pada tahun 1915.

Any chemical process, on whatever scale conducted, may be resolved into a coordinated
series of what may be termed unit actions,as pulverizing, mixing, heating, roasting, absorbing,
condensing, lixiviating, precipitating, crystallzing, filtering, dissolving, electrolyzing ada so on. The
number of these basic unit operations is not very large and relatively few of tjem are involved in
any particular process. The complexity of chemical engineering results from the variety conditions
as to temperature, pressure,ect., under which the unit actionss must be carried out in different
process and from the limitations as to materials of construction and design of apparatus imposed by
the physical and chemical character of reacting substancees.

Daftar lebih dari dua belas jenis operasi diatas tidak semuanya mempertimbangkan unit operasi.
Operasi lain yang dikenal adalah fluida flow, perpindahan panas, destilasi, humadifikasi, absorpsi,
sendimentasi klasifikasi, agitasi, dan sentrifugasi. Disamping tiu, seiring dengan perkembangan
jaman dan peningkatan pemahaman akan teknologi baru muncul proses baru yang lebih
terintegrasi.
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

Semua unit operasi didasarkan atas prinsip ilmu pengetahuan yang diubah sehingga dapat
diaplikasikan dalam industri. Aliran fluida sebagai contoh, telah dipelajari dalam hidrodinamika atau
mekanika fluida. Dibidang teknik sipil dikenal dengan nama hidrolika yang banyak digunakan dalam
teknik sanitasi.
Perpindahan panas telah menjadi subjek investigasi teoritis oleh ahli fisika dan matematika.
Perpindahan panas memainkan peranan penting dalam power generation dari fuel, seperti
dikembangkan oleh sarjana teknik mesin. Lewat industri, seseorang menemukan contoh unit
operasi dalam pemanfaatannya pada persoalan di bidang teknik lain. Sarjana teknik kimia harus
dapat mengoperasikan bermacam-macam unit operasi atas material dengan beragam kondisi fisik
dan properti kimia pada kondisi tekanan dan suhu tertentu.
3.1 Integrasi unit operasi
Pada pengolahan kompleks, interaksi dari setiap langkah mendorong engineer untuk
mempertimbangkan keseluruhan proses, atau sistem sebagi satu kesatuan. Konsep tradisional dari
menjelaskan masing-masing unit operasi sebagai suatu paket dan dijelaskan secra terpisah dan
jarang dijelaskan secara overlap. Korelasi ini menjadi perlu jika dilihat pada monograph beberapa
unit operasi secara lengkap tanpa memperhatikan pengaruh fakta lainnya. Secara spesifik,
perpindahan panas yang merupakan sistim alir tidak dapat dinyatakan secara lengkap tanpa
pertimbangan mekanika fluida. Perpindahan massa tidak dapat dipisahkan dari perpindahan panas
dan menikan fluida.
3.2 Analisa unit operasi
Unit operasi dapat dianalisis dan dikelompokkan mengunakan satu dari tiga metode yang
mungkin digunakan. Sebuah unit operasi dapat dianalisa menggunakan simple physical model yang
menghasilkan kembali aksi dari operasi yang dilakukan dengan mempertimbangkan peralatan yang
digunakan untuk operasi, atau dianalisis dengan pernyataan matematika yang menggambarkan
aksi dan diuji menggunakan data eksperimen.
Physical model merupakan model yang dikembangkan dari studi basic physical mechanism,
dan bersifat ideal sehingga perlu beberapa koreksi untuk penerapannya pada operasi nyata.
Pengelompokan dapat juga diselesaikan dengan pengelompokan peralatan yang sama atau
yang memeiliki kesamaan fungsi. Operasi dapt juga dikelompokkan dalam kesamaan persamaan
matematika dasar operasi. Metode ini tidak begitu memuaskan karena adanya sifat nonliniaritas
dan juga adanya keadaan batas dari perubahan satu phase ke phase yang lain. Physical model dari
operasi fundamental merupakan pendekatan yang paling memuaskan. Persamaan dengan
pendekatan ini memberikan dasar yang paling baik untuk memahami operasi.
3.3 Dua karakteristik Physical models
Model yang secara luas dipakai untuk unit operasi adalah alat dengan dua stearm, atau
phase, dibawa bersama-sama untuk mencapai kesetimbangan, kemudian dipisahkan. Diasumsikan
bahwa stream yang keluar pada kesetimbangan, dan model ini disebut stage kesetimbangan. Pada
model lain untuk perpindahan properti antara dua stream, digambarkan pembawa properti, evaluasi
angka dan kecepatan migrasi, dan kecepatan transfer antara dua stream pada kontak yang
kontinyu. Kecepatan perpindahan ini dikalikan dengan waktu kontak menghasilkan pernyataan
jumlah perpindahan. Kebanyakan unit operasi dapat dipelajari dalam kedua basis. Banyak
diantaranya dilakukan dalam peralatan kontak yang kontinyu dan kadang dalam peralatan stage.
3.4 Operasi stage.
Model stage setimbang biasanya dipakai untuk operasi stage. Dua arus masuk stage dan
dua arus meninggalkan stage pad kondisi kesetimbangan. Pada Gambar 1.1 digambarkan dua
aliran masuk (merkuri dan air) kontak secara kontinyu. Panas ditransfer secara kontinyu dari arus
panas ke arus dingin. Jika aliran panas dan dingin bercampur dengan baik dan diumpankan ke
settler, aliran keluar akan mempunyai suhu yang sama dan suhu kesetimbangan dapat dihitung
dengan neraca massa dan neraca panas.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

3.5 Operasi kecepatan/rate operation


Unit operasi yang melibatkan countinuons contact tergantung pada kecepatan transfer,
sehingga disebut rate operation. Perpindahan sejumlah besar material mengikuti pernyataan
matematika dasar sebagai fungsi gradien konsentrasi :

2
--- = ----
x2
Dengan

= konsentrasi yang dipindahkan x = jarak terukur dalam arah perpindahan


= waktu
= konstanta propersional sistem
Dan persamaan di atas disebut diffusion equation.
Pada kasus yang paling sederhana, kecepatan perpindahan harganya konstan dengan
waktu dan posisi dalam suatu sistem. Driving force dapat diasumsikan konstan dan terdistribusi
pada path dengan panjang dan area yang tetap. Sifat fisis dari path dianggap konstan agar nilai
faktor juga konstan. Kecepatan perpindahana dikenal dengan hukum ohm :
Driving force/unit distance
Rate of transport = --------------------------------------Resitance/unit of path
Untuk rate operation, analisis kasus didasarkan pada driving force yang menyebabakan perubahan,
waktu selama driving force bekerja, dan jumlah material saat bekerja. Persamaan difusi di atas
menyatakan konisi transient dari sejumlah sifat yang dipengaruhi driving force. Dibidang teknik
kimia, massa, momentum dan energi termal merupakan tiga hal yang sering terlibat dalam
fenomena perpindahan.
Pada semua kasus, konsentrasi menyatakan jumlah properti per unit volume fase yang
diproses. Jumlah yang dipindahkna dapat dinyatakan pada unit pengukuran absolut, seperti British
thermal unit atau point mols.
3.6 Operasi unsteady state
Persamaan difusi hanya dapat di aplikasikan pada perpindahan satu arah dan merupakan
fungsi waktu, padahal perpindahan mungkin terjadi lebih dari satu arah. Penyelesaian menyeluruh
memerlukan keadaan batas dan interaksi variabel.
3.7 Perkembangan umum
Pemahaman prinsip fisik sebuah operasi dan formulasi prinsip ke dalam pernyataan
matematika merupakan syarat pertama untuk pengaplikasikan prinsip-prinsip unit operasi.
Permasalahan yang sama dapat didiskusikan dengan design engineer penentuan spesifikasi
peralatan, operating engineer dalam pemeriksaan untuk kerja peralatan, atau engineer lain dalam
melalukan perbaikan kualitas maupun kuantitas, sehingga penyelesaian matematika atau grafik
untuk mengetahui komposisi, jumlah suhu atau jumlah stage dapat dilakukan.
Proses terbaik dapat dirancang dengan basic kimia, kinetika dan termodinamika.
Perancangan alat melibatkan engineer dari berbagai disiplin ilmu tidak hanya chemical engineer
saja. Obyek dalam engineering adalah akumulasi keuntungan dari operasi. Keuntungan terbesar,
setelah semua cost dihitung memerlukan eksploitasi semua faktor teknik yang terlibat,hubungan
antar manusia dalam tim produksi, pengetahuan yang akurat tentang jumlah produk yang dapat
dijual untuk keuntungan maksimal.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

Kembali Ke Menu Utama

Bab 2
OPERASI STAGE

1. PENDAHULUAN
Hampir semua proses kimia memerlukan pemisahan fase padat, cairan, gas menjadi
komponen-komponennya. Pemisahan semacam itu sering kali dilakukan dengan mempertemukan
fase satu dengan fase yang lainnya. Dua fase yang terjadi kemudian dipisahkan dan diproses lebih
lanjut. Bahan mentah, arus intermediate, hasil akhir sering kali dimurnikan dengan menggunakan
proses pemisahan. Misalnya, dalam pembuatan es kering, karbon dioksida diambil dari campuran
bersama udara dengan mempertemukan campuran gas itu dengan suatu cairan (seperti larutan
diethanolamine) yang melarutkan karbon dioksida tetapi tidak memerlukan udara. Kemudian
karbon dioksida murni diperoleh kembali hanya dengan memanaskan larutan amin.
Istilah proses pemisahan meliputi unit operasi yang menyebabkan pemisahan komponenkomponen dengan perpindahan massa diantara fase-fase. Pemisahan seluruh fase, seperti dalam
penyaringan, dpat juga diikutsertakan. Namun disini hanya akan dibicarakan operasi-operasi yang
menyebabkan terjadinya pemindahan komponen diantara fase-fase. Dalam proses pemilihan unit
operasi yang harus digunakan tergantung pada sifat-sifat fisis campuran yang akan dipisahkan.
Alat yang dipakai untuk operasi perpindahan massa tergantung pada fase-fase yang harus
diproses. Kadang kala, fase-fase itu berulang kali dipertemukan dan kemudian dipisahkan ketika
lewat melalui alat itu.
Stage seimbang adalah model fisis yang digunakan untuk menganalisa operasi perpindahan
massa, dalm stage ini secara bergantian fase dipertemukan dan dipisahkan beberapa kali. Maka,
istilah operasi stage menyatakan bahwa proses pemisahan yang dapat dilukiskan dengan model
stage seimbang.
Dalam alat jenis lain, dua fase secara terus menerus dipertemukan sedemikian hingga
sejauh mana perpindahan massa terjadi sangat tergantung pada kecepatan perpindahan dan pad
waktu kontak. Dalam hal ini, model fisis harus mencakup factor-faktor kecepatan perpindahan
massa dan waktu untuk kontak operasi perpindahan massa dianalisa dengan menggunakan model
continous contact.
Perhitungan dasar diperlukan untuk merancang alt bagi berbagai operasi stage didasarkan
pada konsep yang sama. Disini akan ditinjau konsep umum yang dipakai dalam perancangan
proses pemisahan stage ganda. Jika macam-macam operasi stage berbeda, masing-masing
dibicarakan tersendiri, tetapi bila mungkin operasi ditinjau sebagai satu kesatuan.
2. OPERASI PERPINDAHAN MASSA
Bila dua fase yang mempunyai komposisi berbeda dikontakkan, dapat terjadi perpindahan
komposisis dari satu fase ke fase yang lainnay, dan juga sebaliknya. Ini merupakan dsra fisis
operasi perpindahan massa. Jika dua fase dibiarkan berkontak cukup lama, akan dicapai setimbang,
dan tak akan terjadi perpindahan netto komponen-komponen diantara fase-fase itu. Kejadian yang
paling banyak dijumpai yaitu perpindahan massa dengan dua fase hanya sebagian saja melarut
sempurna (bercampur sempurna), sehingga pad kesetimbangan masih ada dua fase dapat
dipisahkan satu dari yang lain. Biasanya dua fase ini mempunyai komposisi yang berbeda dari satu
dengan lainnya dan juga berbeda dari komposisi-komposisi dua fase yang semula dikontakkan. Jadi
jumlah relative komponen-komponen yang terpindahkan diantara fase-fase itu berbeda, sehingga
dicapai pemisahan. Pada kondisi tertentu perulangan kontak dan pemisahan fase dapat
memberikan pemisahan komponen yang hampir sempurna. Komposisi-komposisi yang tak sama
pada fase kesetimbangan merupakan dasar fisis untuk proses pemisahan dengan menggunkn alat
stage ganda seperti terlihat pada Gambar 2.1.
2.1 Proses pemisahan
Bila dihadapkan kepda maslah pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran
homogen, kita menggunkan perbedaan sebab zat penyusun campuran untuk mempengaruhi
pemisahan. Berbagai sifat kimia dan fisis dari zat penyususn campuran diselidiki untuk mengetahui
komponen-komponen itu, sebab semakin besar beda sifat-sifatnya lazimnya makin mudah dan
makin ekonomis pemisahannya. Sudah tentu kita harus memikirkan factor-faktor lainnya untuk
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

sampai pada pemilihn proses pemishan, persyaratan tenaga, biaya dan ad tidaknya proses kimia,
semuanya memberikan andil dalam menentukan proses pemisahan yang secara ekonomis paling
menarik.
Unit operasi bersangkut paut dengan proses pemisahan yang tergantung pda perbedaan
sifat-sifat fisis, bukan pada sifat kimia. Prosaes-proses semacam itu tergantung baik pada
perbedaan komposisi dari fase-fase pad kesetimbangan ataupun pad perbedan kecepatan
perpindahan massa dari zat penyusun suatu campuran. Disini akan dibicarakan proses-proses
pemisahan yang menggunakan ke dua dasar fisis tersebut, terutama dititik beratkan pada
pemisahan yang didasarkan pada perbedaan komposisi dari fase-fase yang setimbang.
2.1.1 Distilasi
Proses pemisahan yang paling banyak digunakan dalam industri kimia adalah distilasi. Unit
operasi ini disebut juga sebagi distilasi fraksional. Pemisahan zat didasrkan pada perbedaan
volatilitas. Dalam distilasi, fase uap berkontak dengan fase cair, dan massa dipindahkan baik dalam
cairan ke uap maupun dari uap ke cairan. Umumnya cairan dan uap mengandung komponen yang
sama tetapi berbeda jumlah relatifnya. Cairan pada titik didihnya dan uap setimbang dengannya
pada titik embunnya. Massa secara serta merta dipindahkan dari cairan dengan penguapan dan
dari uap dengan pengembunan. Pengaruh neto adalah bertambahnya konsentrasi dari komponen
yang lebih volatile dalam uap dan bertambahnya komponen kurang volatile dalam cairan.
Peguapan dan pengembunan melibatkan panas laten penguapan dari komponen-komponen,
maka dari itu pengaruh panas harus ditinjau dalam perhitungan distilasi. Dalam larutan ideal
(seperti campuran benzene dan toluene), volatilitas dapat dihubungkan langsung dengan tekanan
uap komponen murni dari masing-masing komponen. Dalam larutan bukan ideal (seperti larutan
etanol dan air), tak ada hubungan yang sederhana. Distilasi banyak digunakan untuk memisahkan
campuran cairan menjadi komponen-komponen yang sedikit banyak murni. Karena distilasi
melibatkan penguapan dan pengembunan campuran, maka diperlukan banyak tenaga.
Keuntungan besar daru distilasi yaitu tidak memerlukan komponen tambahan untuk
mempengaruhi pemisahan. Akan terlihat nanti bahwa banyak proses pemisahan komponen lainnya,
yang kemudian harus dihilangkan dalam langkah pemisahan berikutnya. Suhu dan volume bahan
yang didihkan tergantung pada tekanan. Mungkin digunakan tekanan tinggi untuk memperkecil
volume dan atau menaikkan suhu untuk mempermudah pengembunan, mungkin diperlukan
tekanan rendah untuk menurunkan titik didih dibawah titik dekomposisi thermal.
Pengunaan distilasi sangat bermacam-macam. Oksigen murni, yang digunakan dalam
pembuatan baja, dan juga bidang kedokteran, dibuat dengan mendistilasi udara yang telah
dicairkan. Minyak bumi mentah mula-mula dipisahkn menjadi fraksi-fraksi (seperti gas ringan,
nafta, bensin, kerosin, minyak bakar, minyak pelumas dan aspal). Dalam kolom distilasi dengan
ukuran besar. Fraksi-fraksi ini kemudian diproses lebih lanjut menjadi hasil akhir, dan distilasi
digunakan dalam tahapan intermediet pengolahan hasil akhir. Distilasi lebih sering dilakukan dalam
multistage equipment; continous-contact equipment juga digunakan.
2.1.2 Absorpsi dan Desorpsi Gas
Absorbsi gas melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut ke dalam absorben cair
yang tidak volatile. Desorpsi adalah kebalikannya, pemindahan sebuah komponen didalam cairan
yang dikontakkan dalam gas.
Pada kasus absorbsi gas yang paling sederhana, tidak satu pun dari absorben cair menguap,
dan gas terdiri dari satu komponen yang dapat larut. Sebagai contoh ammonia diserap dari
campuran udara-ammonia dengan cara mengkontakkan gas dengan air pada temperatur kamar.
Ammonia dapat larut dalam air, tetapi udara hampir tidak larut. Air tidak menguap cukup banyak
pada suhu kamar. Sebagai hasil, perpindahan massa hanya pada ammonia dari fase gas ke fase
cair. Konsentrasi ammonia di fase cair meningkat sampai kadar ammonia terlarut di fase cair
setimbang dengan konsentrasi ammonia di fase gas biasanya tidak terdiri dari komponen yang
sama. Pengaruh panas dalam absorpsi timbul karena panas larutan dari gas yang terabsorpsi.
Berlainan dengan panas penguapan dan pengembunan yang terlibat dalam distilasi.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

10

Absorpsi melibatkan penmbahan komponen pada system (yaitu,absorpsi cair). Kebanyakan,


solute harus diambil dari absorben. Pengambilan ini mungkin memerlukan kolom distilasi, desorber
atau proses pemisahan lainnya.
Desorpsi atau stripping adalah kebalikan dari absorpsi. Dalam desorpsi ini gas yang dapat larut
dipindahkan dari cairan ke fase gas, sebab konsentrasi dalan cairan lebih besar dari pada yang ada
dalam keadaan yang setimbang dengan gas. Misalnya ammonia dapat di strip dari larutan dalam
air dengan menggelembungan udara segar melewati larutan itu. Udara yang masuk tidak
mengandung ammonia sedang dalam cairan ada ammonianya, jadi perpindahan berlangsung dari
cairan ke gas.
Absorpsi dan stripping banyak digunakan dalam industri kimia. Asam hidro chloride dibuat
dengan absorpsi gas hidro choride dalam air, fermentasi aerobic Lumpur dalam saluran buangan
memerlukan absorpsi udara. Karbonasi minuman segar dengan absorpsi karbon dioksida, desporsi
terjadi jika botol dibuka dan tekanan berkurang. Baik absorpsi maupun stripping dilakukan dalm
alat continous-contact.
2.1.3 Ekstraksi Cair-Cair
Kadang campuran cairan dapat dipisahkan dengan mengontakkna dengan cairan pelarut ke
dua. Komponen-komponen dari campuran dapat larut bermacam-macam dalam cairn pelarut.
Idealnya komponen yang harus diekstraksi dapat larut dalam pelarut dan komponen-komponen
lainnya tidak dapat larut. Jadi solute merupakan satu-satunya komponen yang dapat dipindahkan
dari campuran semula ke fase pelarut. Campuran pelarut menjadi ekstrak karena telah mengambil
solute. Dalam praktek, semua komponen kiranya dapat larut, dan pemisahan hanya mungkin bila
kelarutannya cukup berbeda. Banyak dijumpai, komponen yang tidak terekstraksi harus tidak larut
supaya menghasilkan dua fase yang dapat dipisahkan.
Ekstraksi cair-cair juga disebut ekstraksi (memakai) pelarut. Dasar-dasarnya sebagai berikut
dengan mengambil contoh sistem tiga komponen : satu solute, satu pelarut, dan pelarut kedua.
Contoh disini disederhanakan sekali dan akan dijelaskan lanjut nanti. Pemisahan satu komponen
dari larutan homogen dilakukan dengan menambahkan zat lain yang tak dapat larut, pelarut, dan
dalam pelarut ini zat yang diinginkan dari larutan, solute, akan cenderung larut, dan akan mendifusi
kedalam pelarut itu dengan kecepatan tertentu sampai dalam masing-masing fase solute mencapai
kesetimbangan. Misalnya, asam asetat dapat dipisahkan dari larutan air dengan mengkontakkan
dengan pelarut isopropyl ether. Walaupun air sedikit larut dalam ether tetapi merupakan komponen
rafinat tak terekstraksi yang utama.
Ekstraksi memakai pelarut dipakai untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak
diinginkan dari minyak pelumas dan fraksi-fraksi minyak mentah lainnya, untuk memisahkan
niobium dari tantalum, untuk membuat asam posphat pekat dan untuk keperluan-keperluan yang
banyak sekali. Dipakai baik alat stage ganda maupun alat kontak kontinyu. Kebanyakan masih perlu
memisahkan ekstrak yang diperoleh menjadi komponen-komponennya.
2.1.4 Ekstraksi Cair-Padat
Komponen-komponen dari suatu fase padat dapat dipisahkan dengan secara selektif
melarutkan bagian dari zat padat itu yang dapat larut memakai pelarut yang cocok. Operasi ini juga
disebut leaching atau washing. Zat padat itu harus dihancurkan sampai halus sehingga pelarut cair
dapat kontak dengan semuanya. Biasanya komponen yang diinginkan dapat larut, dan sissanya dari
zat padat tidak dapat larut. Kemudian solute harus diambil kembali dari larutan ekstrak dalam
tahap pemisahan selanjutnya.
Contoh sehari-hari dari ekstraksi cair-padat adalah membuat minuman kopi. Disini zat dalam
tepung kopi yang dapat larut dipisahkan dari sisanya dengan melarutkanya dalam air panas. Jika
dibiarkan cukup lama, larutan kopi akan mencapai kesetimbangan dengan sisa zat padat. Larutan
yang terjadi dipisahkan dari sisa tepung kopi.
Ekstraksi cair-padat juga digunakan dalam industri dalam pembuatan kopiinstant yaitu
mengambil kembali kopi yang larut. Pemakaian dalam industri lainnya yaitu ekstraksi minyak dari
kacang dengan menggunakan hexan sebagai pelarut dan pengambilan kembali uranium dari bijih
mutu rendah dengan ekstraksi memakai asam sulfat atau larutan karbonat natrium. Karena salah

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

11

satu fase adalah padat yang tak dapt mengalir seperti fluid, maka diperlukan alat khusus untuk
ekstraksi cair-padat.
2.1.5 Adsorbsi
Adsorpsi adalah proses perpindahan zat dari suatu fluid kepermukaan suatu fase padat. Supaya
pemisahan sempurna, zat yang teradsorpsi harus diambil dari zat padat, fase fluid dapat gas
maupun cairan. Jika beberapa zat teradsorpsi, sering kali dapat juga memisahkan menjadi
komponen-komponen yang relatif murni.
Banyak adsorben berupa adsorben padat. Istilah adsorben biasanya digunakan bagi zat padat
yang menyerap solute dipermukaannya dengan physical force, misalnya adsorpsi uap organik
dengan arang. Fraksi-fraksi lebih ringan dari gas akan dipisahkan dengan menggunakan bed
adsorben yang bergerak. Kebanyakan proses industri lainnya mengunakan fixed bed dan proses
batch atau siklis bukannya alat stage ganda sebab sulit mengerakkan zat padat.
Ayakan molekul adalaah adsorben khusus yang dapat digunakaan untuk memisahkan
campuran karena perbedaan ukuran molekul, polaritas atau kejenuhan ikatan karbon. Misalnya
molekul air relatif kecil sangat polar, jadi cenderung lebih teradsorpsi oleh adsorben ayakan
molekul. Jadi adsorben-adsorben ini berguna dalam mengeringkan gas dan cairan. Ayakan molekul
digunakan untuk memisahkan prafui nermal dari arus hidrokarbon dalam kilang minyak untuk
membuat detergen biodegradable.
Yang sangat erat kaitannya dengan adsorpsi adalah proses pemisahan yang menahan solute
dalam zat padat dengan berbagai cara. Salah satu proses itu adalah ion exchange. Dalam proses ini
solute ditahan karena reaksi kimia dengan dammar padat ion exchange. Dalam proses ini, ion-ion
dalam larutan dapat diambil dengan proses ini. Banyak digunakan untuk membuat air yang sangat
murni. Pemakaian lainnya adalah mengambil kembali antibiotika dari kaldu fermentasi dan
pemisahan unsur-unsur tahan yang jarang ada.
Clathration adalah gejala fisis yang telah dipakai untuk memisahkan campuran berdasarkan
bangun molekul. Senyawa clathration adalah gejala fisis yang telah dipakai untuk memisahkan
campuran berdasarkan bangun molekul. Senyawa clathrate padat menarik dan menahan molekulmolekul yang bangunya tertentu. Misalnya proses industri yang memisahkan paraxylen dari metaxylene dengan menjebak para xylene dalam senyawa clathrate. Kedua senyawa ini mempunyaim
sifat fisis dan kimia yang hampir sama sehingga tidak dapat dipakai proses pemisahan secara
konvensional. Senyawa clathrate dapat dianggap sebagai adsorben jenis khusus.
Damar ion-change , ayakan molekul dan senyawa clathrate merupakan senyawa relatif mahal
dibandingkan dengan adsorben konvensional seperti arang dan gas silika. Maka adsorben khusus
digunakan dalam pemisahan dan tak dapat di lakukan dengan cara-cara konvensional. Proses
pemisahan khusus ini dilakukan dengan proses batch dalam fixed-bed adsorber, bukannya dalam
alat stage dan aliran kontinu.
Operasi perpindahan massa yang melibatkan perpindahan ke fase padat kadang kala disebut
sorption prosess , termasuk juga semua jenis gaya-gaya tarik zat padat.
Campuran beberapa solute yang dapat diadsorpsi dapat dipisahkan dengan menggunakan fixed
bed dari adsorben,mula-mula sedikit campuran diumpankan ke bed, dalam bed ini diadsopsi
sempurna dekat saluran masuk. Kemudian saluran kontinu dari pelarut dilakukan lewat bed.
Sebagian campuran solute didesorpsi dan keluar bersama pelarut. Kecepatan dari masing-masing
solute yang melewati bed tergantung pada adsorpsi ketimbangan pada zat padat.jika suatu
komponen terlalu berat tertarik oleh adsorbent akan pelan-pelan melewati bed, sedangkan
komponen yang tk erat melekat bergerak cepat melewati dan meninggalkan bed. Jadi komponenkomponen mengalir meninggalkan bed pada waktu yang berbeda-beda dan dengan demikian dapat
terpisah. Proses pemisahan ini disebut Chromatografi. Pemisahan secara chromatografi banyak
digunakan untuk analisis kimia dengan sampel kecil. Penggunaan besar-besaran dalam industri
terbatas. Pemisahan unsure tanh yang jarang secra ion exchange tersebut diatas merupakan
contoh pemisahan secara chromatografi.
2.1.6 Pemisahan dengan membrane
Beberapa proses pemisahan melibatkan perpindahan massa melalui membran plastis tipis
walaupun operasi ini penggunakannya relative terbatas, tapi menunjukkan harapan untuk masalah
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

12

pemisahan yang khusus. Teori tentang pemisahan dengan membrane tidak ditinjau sepenuhnya
tapi sebagai gambaran, pemisahan ini dianggap ada hubungannya dengan ukuran molekul.
Molekul-molekul yang kecil mudah lewat melalui pori-pori yang kecil dari membrane. Jadi, jika
digunakan gaya dorong untuk mendorong molekul-mplekul melewati membrane molekul-molekul
secara selektip akan terpisah. Ada juga molekul-molekul yang besar melewati membrane, jadi
pemisahan tidak sempurna.
Dialysis adalah proses pemisahan dengan massa dipindahkan melintasi membrane karena gaya
dorong gradien konsentrasi. Dalam industri hidroksida natrium dipisahkan dari larutan air memakai
selusosehemi dalam pembuatan rayau viskus. Larutan mengalir melewati salah sisi membrane dan
air murni mengalir pada sisi lainnya dari membrane. Hidroksida natrium didorong melewati
membrane karena perpindahan konsentrasi diantara larutan dan air murni, tetapi semiselulosa
dalam suspensi koloid dalam larutan dan terlalu besar untuk lewat melalui pori-pori membrane.
Dialysis juga dipakai untuk mengambil kembali asam sulfat dari pemurnian tembaga yaitu dari
cairan buangan dan dalam pemurnian darah dalam ginjal tiruan.
Elektrodialysis memakai beda potensial listrik sebagai gaya dorong untuk ion-ion dalam larutan
ion positif lewat melalui membran tertentu ketika ditarik keterminal negatif, dan ion-ion negatif
bergerak kearah yang berlawanan melalui membrane keterminal positif. Dengan cara ini, baik ion
positif maupun negatif dapat diambil. Elektrodialysis dipakai untuk mengambil kembali asam
buangan dan menghilangkan garam dalam air sumur yang masin. Dapat juga digunakan dalam
pemurnian air laut jika biaya membrane dan tenaga dapat diperkecil.
Dialysis dan elektrodialisis keduanya melibatkan perpindahan massa melintasi suatu membrane
dari satu fase ke fase kedua. Kedua fase sama sekali tak saling melarut, jadi membrane juga
berpindah mencegah kedua fase bercampur.
Proses pemisahan membrane yang akhir-akhir ini dikembangkan menggunakan beda tekanan
untuk memaksa molekul-molekul pelarut melalui melewati membrane, sedangkan molekul molekul
solute tertinggal. Proses ini tidak melibatkan perpindahan massa antara fase-fase. Lebih mirip
dengan penyaringan yaitu zarah-zarah padat yang tersuspensi dipisahkan dari caiaran dengan
memaksa campuran lewat melalui medium saringan porus sehingga cairan lewat melalui saringan
dan zat padatnya tertahan. Pemakaian membrane dapat juga berpindah sebagai penyaring larutan
homogen yang tak dapat dipisahkan dengan saringan biasa. Berdasarkan hal ini prose itu disebut
ultra filtrasi. Tekanan yang harus lebih besar dari tekanan osmose kadng kala proses itu disebut
proses reverse osmosis.
Disamping molekul-molekul yang besar, gara ion-ion ionik dengan berat molekul kecil dapat
dipisahkan jika dipakai membrane ionik yang cocok. Muatan membrane bertindak mencegah
lewatnya ion-ion bermuatan, sehingga hanya pelarut yang dapat lewat. Kebalikan osmose
digunakan untuk mengambil air murni dari air laut secara besar-besaran.
Difusi gas adalaah proses pemisahan yang mirip dengan ultra filtrasi, walaupun mekanisme fisis
berbeda. Dalam difusi gas dan campuran gas dipaksa melalui sekat logam yang porous. Komponen
gas dengan berat molekul kecil mengalir lebih cepat sehingga gas diseberang sekat lebih kaya
akan komponen itu. Hanya fraksi gas yang mengalir pada sekat yang lewat misalnya yang tak
mengandung lagi komponen yang ringan, diambil untuk proses selanjutnya. Biaya tenaga untuk
kompresi gas sangat tinggi, sehingga difusi gas hanya salah satu pilihan dalam industri :
pemisahan uranium-235 dari uranium-238. berjuta-juta dolar untuk difusi gas dalam pemisahan ini
untuk menghasilkan U-235 yang sudah diperkaya bagi bahan baker reactor nuklir.
2.1.7 Proses pemisahan lainnya
Beberapa operasi penting yang melibatkan pemisahan komponen-komponen dari
campuran, tetapi operasinya tidak seperti proses pemisahan biasa, dapat dikelompokkan menjadi :
Penguapan/evaporation, kristalissasi/crystallization dan pengeringan/drying melibatkan
perpindahan massa dan panas secara simultan. Dalam penguapan larutan cair dipekatkan dengan
penguapan sebatgai pelarutnya. Keperluan panas banyak sebab panas laten dari penguapan
pelarut harus disediakan. Penguapan banyak dipakai di industri jika harus memekatkan larutan.
Misalnya distilasi air laut adalah proses penguapan untuk memperoleh air yang dapat diminum.
Jika suatu larutan diuapkan sampai jenuh dengan solute, penguapan atau pendinginan
selanjutnya menghasilkan endapan kristal padat. Ini merupakan dasar fisis untuk kristalisasi, yaitu
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

13

unit operasi yang dipakai untuk memisahkan solut dari larutan. Kristalisasi dalam industri
digunakan untuk membuat garam-garam anorganik. Kristalisssasi dapat juga digunakan untuk
memisahkan campuran garam dengan kristalisasifraksional.
Pengeringan/drying. Memisahkan cairan dari zat padat dengan menguapkan cairan itu.
Dehumidifikasi/dehumidification memisahkan komponen uap dari fase gas dengan
mendinginkan gas sampai uap mengembun.
Campuran fase ganda dapat dipisahkan menjadi dua atau lebih fraksi dengan berbagai
operasi. Dalam hal ini, campuran fase harus heterogen ; yaitu fase-fase harus secara fisis berbeda
satu sama lain, sekatpun sangat halus dan bercampur akarap. Campuran zarah-zarah zat padat
dipisahkan menjadi macam kelompok ukuran dengan sceening, elutriation jigging atau
classification. Zarah-zarah zat padat dapat dipisahkan dari cairan dengan filtrasi, centrifugasi atau
sedimentasi. Fase-fase cairan yang tak dapat saling melarut juga dapat dipisahkan dengan
sentrifugasi, seperti dalam pemisahan cream zat padat dapat disahkan dari gas atau cairan dan
cairan-cairan daapat dipisahkan daari gas dengan alat pemisah siklon. Operasi pemisahan ini tidak
melibatkan perpindahan massa seperti istilah yang didefinisikan diatas, maka dari itu, operasi itu
bukan perpindahan massa.
Komponen-kompnennya secara fisis sudah berbeda, sehingga
diperlukan cara mekanis bukan perpindaahan massa untuk memisahkannya. Operasi pemisahan
mekanis yang disebut disini untuk menunjukkan betapa banyak ragamnya prinsip secara fisis untuk
pemisahan.

3. KONSEP STAGE
stage dapat didefinisikan sebagai unit suatu alat, dan dalam unit alat ini ada dua fase yang
tak sama dikontakan, kemudian secara mekanis dipisahkan. Selama kontak berbagai komponen
yang mendifusi terdistribusi diantara fase-fase itu. Dua fase yang terjadi dalam keadaan
setimbang, karena itu mempunyai komposisi yang berbeda dari fase-fase semula. Dengan
pemisahan dan kontak yang berturut-turut dari fase yang tak sama (operasi stage ganda), dapat
terjadi perubahan besar dalam komposisi-komposisi fase-fase itu. Dalam stage setimbang dua fase
tercampur baik selama waktu secukupnya sehingga dimungkinkan trjadinya kesetimbangan
termodinamis diantara fase-fase yang meninggalkan stage. Pada kesetimbangan tak terjadi
perubahan dalam komposisi dari fase-fase itu pada kondisi operasi tertentu. Dalam alat industri
sebenarnya, tidaklah menguntungkan membiarkan kontaknya fase cukup lama sampai dicapai
kesetimbangan. Maka daaari itu stage sebenarnya tidak melaksanakan perubahan komposisi
sebesar seperti oleh stage setimbang. Efisiensi stage didefinisikan sebagai perbandingan dari
perubahan komposisi dalam stage sebenarnya terhadap perubahan komposisi dalam stage
setimbang. Efisiensi stage untuk alat industri berkisar antara beberapa persen sampai 100 persen.
Karena stage setimbang memberikan kemungkinan perubahan komposisi terbesar untuk
seperangkat kondisi operasi tertentu, maka stage setimbang juga disebut stage ideal atau teoritis.
Sekalipun kondisi kesetimbang jarang diperoleh dalam alat sebenarnya, stage setimbang
merupakan smodelfisis yang bermanfaat dalam analisis operasi stage. Sebagai mana sering terjadi
dalam teknik kimia, model fisis merupakan versi yang diidealkan dari unit yang sebenarnya.
Persyaratan alat yang diperhitungkan untuk operasi-operasi stage ganda dalam industri
biasanya terdiri dari penentuan jumlah stage setimbang disertai efisiensi stage untuk memperoleh
jumlah stage sebenarnya yang diperlukan. Efisiensi stage merupakan faktor korekso untuk
menerapkan model fisis dari suatu stage setimbang di dalam penggunaan praktek dari alat industri.
Efisiensi stage tergantung pada kecepatan perpindahan massa dan pada waktu dan luas kontak
dalam satu stage. Faktor-faktor ini merupakan fungsi komplek dari gelombang stage dan kecepatan
air dari fase-fase.
4. ALAT UNTUK OPERASI STAGE
Alat untuk operasi stage sangat banyak macamnya dan ukurannya dan konstruksi
terincinya, tetapi terdapat banyak kesamaan dasarnya. Umumnya, setiap stage dari alat
mencampur dua fase terus menerus sehingga bahan dapat dipindahkan sepat mungkin dari fase
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

14

satu ke fase lainnya. Kemudian setiap stage harus memisahkan dua fase yang terjadi sesempurna
mungkin danmeneruskan ke stage berikutnya. Ada alat industri yang terjadi dari satu stage tetapi
lebih banyak terdiri dari unit-unit stage ganda memungkinkan perubahan komposisi lebih besar dari
dua fase itu dari pada fase yang diberikan oleh satu stage.
Alat untuk mencampur dan memisahkan dua fase tergantung pada sifat-sifat fase-fase itu
sendiri. Andaikan fase L adalah cairan atau zat pada halus atau; fase V adalah gas, uap atau cairan,
tergantung pada proses pemisahannya. Gas dan cairan mudah mengalir dari satu stage kestage
lainnya, tetapi zai padat sukardipindahkan. Berdasarkan hal ini operasi stage yang melibakan
gerakkan zat padat berlawanan arah dengan fase fluid kurang lazimdilakukan, zat padat yang
sangat halus dapat dialirkan seperti fluid, jadi campuran ini digunkan untuk mengarah zat padat.
Ada kalanya zat harus di pindahkan secara mekanis dari srage ke stage lain.
Dari segi ekonomi, stage harus melaksanakan kontak dan pemisahan sesederhan mungkin.
Misalnya, gaya grafitasi digunakan untuk memisahkan fase dan dorongan untuk mengalir, mengalir,
menghindari keperluan alat yang mahal seperti pompa atau sentrifuge. Namun ada kalanya
pemisahan sulit, mau tidak mau diperlukan alat yang mahal.
5. MENGKONTAKKAN CAIRAN-GAS
Perbedaan besar dalam dalam densitas gas dan cairan menyebabkan pemisahan fase-fase
itu relatife mudah. Dua fase dapat dicampur dengan menggelembungkan gas ke dalam cairan.
Gelembung-gelembung gas terpisah dari cairan masuk ke bdalam fae gas bila gelembunggelembung itu mencapai permukaan cairan. Stage dibangun dalam suatu kolom tegak sehingga
cairan dapat mengalir kebawah karena grafitasi, dari stage ke stage lainnya. Gas mengalir ke atas
karena beda tekanan yang dijaga tetap dengan suatu kompresor atau blower atau dengan boiler.
Stage-stage sebenarnya dalam kolom tegak disebut plat-plat dan talam-talam.
Plate-plate banyak ragamnya; hanya beberapa saja yang akan ditinjau. Plate bubble cap
selama bertahun-tahun telah banyak dipakai untuk kolom absorpsi. Buble cap (Gb.2-2) dirancang
untuk mendispersi fase gas menjadi gelembung-gelembung halus dalam cairan, juga mencegah
cairan jangan mengalir ke bawah melalui lintasan gas pada kecepatan gas yang kecil. Buble cap
dibuat dengan ukuran dan bentuk yang bermacam-macam.
Pola aliran dalam kolom buble cap dapat dilihat pada Gb.2-3. dalam kolom ini cairan
mengalir melintasi plat dan masuk ke dalam down comer ke plate dibawahnya. Gas mengalir ke
atas melalui buble cap ke dalam cairan. Gb.2-3 merupakan bagan sederhana dari kolom buble cap.
Plate buble cap sebenarnya dapat dilihat pada Gb.2-4. kolom buble cap dapat dioperasikan untuk
batas kecepatan alir fase luas dengan efisiensi stage tinggi. Sedikit cairan dapat menembus
(bocor) melalui lintasan gas, dan tinggi cairan pada masing-masing talang talang dapat diatur tetap
seperti yang diinginkan. Jadi kontak cairan-gas berlangsung baik pada batas kecepatan alir yang
luas, sehingga memungkinkan deperoleh efisiensi yang relative konstan. Karena bubble cap
relative mahal, maka terdesak oleh jenis-jenis tray baru.
Perforated plate, pada akhir-akhir ini menjadi terkenal kesederhanaannya dan murah
harganya. Jenis plate berulang paling banyak dijumpai adalah sieve tray seperti pada Gb.2-6.
sieve tray adalah plate logam yang berlubang banyak. Lubangnya biasanya berdiameter 1/5
sampai inci. Cairan mengalir kebawah dan gelembung gas mengalir ke atas melalui lubanglubang. Gas pada kecepatan tinggi mencegah cairan mengalir melalui lubang-lubang, tetapi pada
kecepatan aliran gas yang kecil dapat terjadi kebocoran atau weeping ini dapat mengurangi
efidiensi stage dengan menyolok. Ini merupakan keterbatasan sieve tray yang harus dipikirkan
betul-betul dalam perancangan.
Perkembanhgan pervaporated plate pada akhir-akhir ini ialah dengan munculnya valve tray.
Lubang-lubang dalam valve tray ditutupi oleh penutup yang dapat terangkat, lihat Gb.2-7. penutup
terangkat ketika gas mengalir ke atas melalui lubang, dan akan jatuh menutupi lubang lagi jika
kecepatan gas berkurang. Dengan cara ini sangat mengurangi weeping pada kecepatan gas
rendah. Disamping itu penutup-penutup mengarahkan aliran gas mendatar ke dalam cairan
sehingga memberikan pencampuran yang lebih besar dari pada sieve tray. Lubang lubang dalam
walve tray sering kali lebih besar dibanding denga lubang-lubang dalam sieve tray kira-kira sebesar
1 inci diameternya. Kolom valve tray dengan aliran cross-flow dapat dioperasi pada batas-batas
kecepatan air yang lebih luas dari pada bats-batas untuk valve tray. Harganya terletak antara
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

15

harga-harga sieve tray dan talam bulbe cap. Efisiensi stage tingi dan hampir konstan pada batasbatas kecepatan gas yang luas. Sieve tray dan valve tray telah menggantikan pemakaian bulbe cap
pada beberapa industri.
Perancangan alat pengkontak cair gas melibatkat masalah yang komplek dalam mekanika
fluida. Disini akan dibicarakan secara garis besarnya dan secara singkat tentang masalah-masalh
itu. Tugas utama tray adalah mengkontakkan gas dan cairan. Ruang diatas tray hendak diisi
dengan campuran cairan-gas, juga harus ada ruang/tempat untuk berpisahnya dua fase.
Diameter tray ditentukan oleh volume fase gas yang lewat keatas melalui menara.
Kecepatan gas yang besar melalui tray harus dihindari sebab menghasilkan pressure drop fase gas
yang tinggi memerlukan jarak antar tray yang besar untuk hydraulic head yang diperlukan supaya
cairan dapat mengalir kebawah dari tray ke tray. Presure drop fase harus rendah dalam kolomkolom yang bekerja pada keadaan vakum. Aliran cairan menyilang/across tray harus memberikan
kedalaman yang cukup
(tinggi tray) supaya dapat melingkupi volume gas secukupnya pada
semua kecepatan gas. Hal inimemerlukan pola aliran yang komplek dengan beberapa saluran
keluar pada tray yang besar. Gb. 2-9, memperlihatkan valve tray dengan aliran terbagi/split flow
dam Gb. 2-10 memperlihatkan terracing pada tray 40-ft yang diperlukan untuk menjaga supaya
kedalaman cairan seragam. Kedalaman airan di atur oleh kecepatan airan dan tinggi ruang
keluar/weir. Presure drop fase gas juga tergantung pada tingi cairan diatas ruang gas. Maka dari itu
tinggi cairan harus cukup melingkupi volume gas tetapi tidak boleh lebih sebab dapat menyebutkan
pressure drop yang tak semestinya.
Entraiment, adalah fae gas ke palte atas. Hal ini tak diinginkan sebab akan menurunkan
secara efektif efisiensi stage. Entrainment terjadi pada kecepatan alir gas yang tinggi , sehingga
diameterkolom harus diatur supuaya kecepatan gas (untuk pungutan langsung massa tertentu)
akan mengurangi entrainmeint. Disamping itu, entrainment menurunkan efisiesi stage, sehingga
diperlukan stage tembahn supaya menghasilkan pemisahan terteuntu. Mencegah entrainment
dapat memerlukan suatu kolom yang berdiameter besar.
Maka dari itu perlu dilakukan
perhitungan ekonomi diantaaara jumlah tray dan diameter kolom bila menentukan sejauh mana
entrainment akan kikurangi dihilangkan. Walaupun buih diatas plate memberikan luas permukaan
cairan-gas yangt besar dan menghasilkan kecepatan perpindahan massa yang tinggi, pembuihan
yang berlegihan dapat memenuhi ruang diantara tray dan menghasilkan terlalu banyak
entrainment.
Flooding trjadi bila entrainment yang berlebihan atau bila berlebihan cairan yang kembali
keatas dalam down comer. Flooding terjadi bila cairan terlalu banyak atau gas terlalu banyak
melewati kolom. Mencegah flooding adalah factor utama dalam memilih diameter kolom. Jarak
antar kolom harus cukup supaya ada ruang diatas olakan cairan sehingga entrainment dapat
diperkecil. Dalam kolom-kolom yang besar jarak antar tray paling sedikit harus 2 ft supaya orang
dapat merangkak diantara tray-tray. Makin besar jarak antar tray makin tinggi menaranya dengan
sendirinya harganya makin mahal. Sekali lagi, perlu dibuat evaluasi ekonomi antara jarak antara
tray dan entrainment. Makin pendek jarak antar tray makin pendek kolom dan makain murah
tetapi dapat menimbulkan entrainment yang mendorong untuk menambah jumlah tray, tinggi
kolom.
Dalam sieve tray ukuran dan jumlah lubang harus benar-benar dipilih. Makin besar
lubangnya akan memberikan pressure drop rendah, tetapi disperse gas jelek. Luas total lubang
yang besar memberikan pressure drop rendah tetapi juga kecepatan gas rendah yang dapat
menyebabkan weeping/kebocoran yang berlebihan.
6. MENGKONTAKKAN CAIRAN-CAIRAN.
Dalam ekstraksi memakai pelarut, dua cairan yang tak saling larut sempurna harus
dicampur terus menerus dan kemudian dipisahkan. Dalam kontak cairan- gas perbedaan densitas
yang besar diantara dua fase itu memungkinkan menggunakan gaya grafitasi untuk mendorong
mengalir dan mendispersikan gas dalam cairan, tetapi dalam ekstraksi, perbedaan densitas kedua
fase adalah kecil, sehingga grafitasi jauh lebih kecil pengaruhnya untuk disfersi fase. Bubble cap
dan valve tray tidak dipakai untuk ekstraksi cir-cair karena cairan berdasar gravitas tidak
membeikan disperse fase secukupnya. Fase yang lebih ringan yang mengalir ke atas melalui tray
tidak bisa menjadi gelembung-gelembung yang cukup halus ketika melewati buble cap.
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

16

Sieve tray dengan down comer, banyak dipakai untuk mengkontakkan cairan, walaupun
konstruksi kolom berbeda dari alat kontak cair-gas. Baik dalam cairan ringan maupun berat
mungkin dapat didispersi. Supaya diperoleh disferensi yang baik pada talam ayakan, cairan yang
tidak membasahi tray hendaknya yang didispersi. Cairan yang lebih membasahi tray hendaknya
merupakan fase yang kontinu. Dengan cara ini, fase terdisperse terpisahkan segera dari tray
memberikan gelembung-gelembung kecil. Kolom khusus dengan fase ringan terdisversi dapat
dilihat pada Gb. 2-11a. Kolom ini mirip kolom sieve tray cair gas, denga cairan ringan analog
dengan gas. Kolom dengan cairan berat ter disperse (Gb. 2-11b.) pada dasrnya merupakan kolom
kebalikan kolom fase ringan terdipersi. Domn comer melewatkan fase ringan keatas, dan fase berat
terdispersi dibawah setiap tray. Lubang-lubang dalam tray ayakan berlisar dari 1/8 sampai inci
diameternya jumlah lubang dalam satu tray ditetntukan oleh keceptan alir total daro fase
terdispersi. Untuk divperse yang memadai, cairan mempunyai kecepatan yang cukup ketika lewat
melalui lubang-lubang. Ketinggian cairan diatas tray ditentukan oleh tekanan yang diperlukan
supuya diperoleh kecepatan alir yang diingikan dapat melalui lubang-lubang . Misalnya, Gb. 2-11b,
ketinggian fase berat diatas talam cukup dapat mendorong fase melalui lubang-lubang pada
kecepatan yang diperlukan supaya disperse baik. Luas down comer dipilih supaya kecepatan alir
fase kontinu cukup rendah untuk mencegah tetes-tetes fase terdispersi terbawa melalui down
comer. Gb. 2.1 memperlihatkan dua kolom ekstraksi stage ganda yang besar.
Alat pencampur mekanis digunakan untuk mendispersi fase-fase lebih gigih dari pada yang
dimungkinkan dalam kolom dalam ayakan. Setelah pencampuaran, campuran dua fase dilewatkan
tanki settling, disini fase-fase itu dibiarkan terpisah secara grafiti settling. Unit-unit ini disebut
mixer-settler. Bagian dari mixer-settler terlihat pada Gb. 2-12a. Mixeer-settler digunakan secara
bederet memberikan pemisahan stage ganda (Gb.2.12b).
Derajat pemisahan adalah variabel bebas yang dapat diubah dengan mengubah kecepatan dan
bangun impeller. Walaupun dinginkan pencampuran yang baik, namun dapat terbentuk emulsi yang
tak dapat dipisahkan dengan grafiti settling jika pencmpurannya terlalu kuat. Ukuran tanki settler
ditentukan oleh kecepatan alir dan kecepatan terendapnya fase terdispersi. Jika densitas fase
hampir-hampir sama, settling sangat lambat sehingga diperlukan centrifuge. Perlu diketahui bahwa
centrifuge memberikan gaya centrifugal jauh lebih besar dari pada gaya grifitasi. Emulsi dapat juga
dipisahkan dalam centrifuge.
Beberapa model alairan telah digunakan dalam mixer-settler. Stage dapat disusun tegak
untuk aliran garafitasi dari kedua fase. Gb. 2. 12b, dapat digunakan untuk aliran grafitasi dengan
unit-unit yang terlalu besar disusun tegak. Susunan mendatar memerlukan pemompaan salah satu
atau kedua fase. Mixer-settler dengan pompa (Gb.12) menggunakan impeller baik untuk
mencampur maupun untuk mendorong aliran dari stage. Mixer-settler terkenal karena
pencampuran yang sempurna memberikan efisiensi cukup tinggi (90-100 %). Akan tetapi,
penggunaan pompa yang digerakkan oleh motor dan tanki settling menaikkan harga persstage, bila
dibandingkan dengan sieve tray.
7. MENGONTAKKAN CAIR-PADAT
Kontaknya zat pada butiran dengan suatu cairan atau gas dalam system stage ganda
kontinu menjadi rumit oleh masalah transportasi fase padat dari stage ke stage. Zat padat dapat
digerakkan dalam basket-basker seperti terlihat pada Gb. 2.14. Pada aliran yang terjadi adalah
dalan stage-stage tetapi berlawanan arah hanya dalam separu system. Zat padat yang dihaluskan
mengalir seperti fluida pada kondisi tertentu. Umumnya hal ini melibatkan gas atau cairan yang
mengalir melalui zat padat sampai fluida padat itu ter fuidisasi. Dasar dari zat padat terfluidisasi
telah dipakai untuk merancang sejulmlah alat pengkontak cairan-padat. Adsorber slaka besar dalam
industri menggunakan adsorben gas-fluidized sebanyak lima stage dapat dilihat pada Gb. 2.15.
untuk pemisahan padat-cair secara besar-besaran seperti yang terjadi dalam memproses bijih
logam, digunakan thickener. Zat padat dilewatkan stage sebagai luluhan/slurry dengan air.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

17

BAB 3

Kembali Ke Menu Utama

KAIDAH FASE
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana telah dibicarakan dimuka bahwa pemilihan operasi perpindahan massa yang
digunakan untuk memisahkan campuran multi komponen, tergantung faktor-faktor kelayakan
operasi, penerapan tepri kimia fisika dan ekonomi. Ukuran yang diinginkan dari unit opersi dan
demikian biaya dan dapat tidaknya beroperasi dapat dihitung dari pengertahua/keetrangan tentang
batas-batas kesetimbangan fase dan kecepatan perpindahan yang dapat diperoleh. Disini akan
ditinjau kerangka teori dasar yang dipakai dalam memperkirakan komposisi dari fase-fase dalam
kesetimbangan, membicarakan beberapa kaidah yang empiris yang dipakai untuk menghubungkan
data keseimbangan fase, dan menunjukkan beberapa contoh khusus tentang data yang ada. Dari
keterangan yang ringkas ini dapat dilakukan perhitungan perancang. Perhitungan-perhitungan ini
tidak saja memerlukan komposisi-komposisi seimbang, tetapi juga perubahan nilai-nilai
kesetimbangan jika suhu dan tekanan berubah.
2. DASAR UMUM KESETIMBANGAN FASE
Sebelum kaidah fase untuk sistem tertentu dibicarakan akan ditinjau secara singkat dasar
umum kesetimbangan fase. Analisis kuantitaif dari kesetimbangan fase didasrkan pada karya J
Willard Gibbs yang terdapat dalam semua pustaka termodinamika dasar. J. W. Gibbs mengatakan
bahwa kesetimbangan antar fase-fase memerlukan kesetimbvang semua potensial termasuk tidak
saja P dan T tetapi juga potensial kimia masing-masing

1 I = 1 II =

II

(3.1)

dengan
= potensial kimia, indeks bahwa untuk komponen, indeks atas untuk fase. Gibbs mendefinisikan
potensial kimia berdasarkan fungsi termodinamika dasar secara kualitatif, potensial kimia
menyatakan kecendrungan komponan untuk meniggal fase atau keadaan kimiawi yang
bersangkutan. Kadi potensial kimia adalah ukuran ketidak stabilan komponen.
Ahli-ahli setelah Gibbs menunjukkan bahwa fugusitas (didefinisikan dengan rumus = RT lu
fi + , fi mendekati Pi jika Pi mendakati 0 dan adalah fungsi suhu saja) dapat dipakai sebagai
ganti potensial kimia maka

f1i = f1ii = f 1iii

(3.2)

fungsional menpunyai beberapa keunggulan dari pada potensial kimia paling tidak dalam konsep,
sebeb dapat dikaitkan dengan sifat-sifat fisis yang dapat diukur.
Jika jumlah variabel dalam suatu sistem dengan beberapa komponen dalam kondisi seimbang
diantara beberapa fase dikaitkan dengan jumlah persaman yang menghubungkannya seperti
tersebut diatas, maka
F=C+2P
(3.3)
Dengan F = jumlah variabel intensif yang dapat diubah-ubah secara bebas.
C = jumlah komponen sistim
P = jumlah fase dalam sistim
Fase didefinisikan sebagai bagian dari suatu sistim yang secara fisi homogen dan dapat dibedakan
adri yang lain, dapat berupa padat, cair atau gas. Pada zat padat dan cairan dapat terjadi beberapa
fase padat dan fase cair, tetapi pada gas sama sekali dapat saling larut sempurna satu sama lain
sehingga hanya ada satu fase gas variabel intersif tak tergantung pada seluruh jumlah fase.
Misalnya suhu, tekanan dan konsentrasi dari suatu fase adalah variabel intensif. Sebaliknya volume
total dari fase tergantung pada kuantitas, maka dari itu disebut variable ekstensif. Demikian juga
komposisi keseluruhan dari suatu sistem dengan beberapa fase tergantung pada besarnya fase jadi
merupakan variable ekstensif. Untuk keseimbangan fase, jumlah komponen dari suatu fase dapat
didefinisikan sebagai jumlah terkecil zat kimia yang diperluklan ntuk membentuk fase.
Aturan fase berguna dalam memperkirakan jumlah variable intensif yang dapat diubahubah secara bebas dalam setiap sistem. Misalnya air, karena murni, C = 1. dengan satu fase cair, P
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

18

= 1 dan dengan persamaan (3.3), F = 2. maka dari itu dimungkinkan mengubah-ubah baik suhu
maupun tekanan dari fase tunggal cair. Pada campuran setimbang air vdan uap air terlihat bahwa C
= 1, P= 2 dan F = 1. jadi hanya satu sifat intensif yang dapat diubah-ubah secara bebas. Jika suhu
ditentukan, dengan sendirinya tekanan tertentu.
Jika antara fase diterapkan pada campuran setimbang dari etanol dan air, ternyata C = 2, P
= 2 dan F = 2. jadi dua variable dapat diatur. Kedua variable itudapat pasangan dari dua antara
tiga variable suhu, tekanan dan konstruksi fase. Misalnya jika komposisi dan tekanan dari suatu
fase ditentekan, suhunya akan tertentu. Pemakain aturan fase selanjutnya akan berguna dalam
meninjau sistim-sistim tertentu sebagai berikut.
Perhitungan untuk distilasi dan adsorpsi gas memerlukan keterangan tentang
kesetimbangan cair-gas. Jadi persamaan 3.2 menjadi

f aG = f aL

(3.2a)

fugasitas fase gas dapat diganti dengan tekanan partial dari gas itu pada tekanan yang
bersangkutan jika sifat gasnya ideal pada tekanan yang sangat rendah. Sebaliknya diperhitungkan
koreksi yang menghubungkan sifat gas ideal dengan gas sebenarnya, maka:

f
f aG = . py a
p a

(3.4a)

dengan ya = fraksi nol dari a dlam uap.

f
= perbanding andarifuga sitasaterh adaptekana nnol
p
P = tekanan nol.
Fugasitas fase cair sama dengan fugasitas fase gas pada tekanan uap dari a murni, karena
kesetimbangan terjadi pada tekanan itu. Andaikan fraksi mol menghubungkan fugasitas komponen
murni dengan fugasitas dari komponen dalam campuran cairan ideal, dan mendefinisikan koefisien
aktivitas sebagai perbandingan dari fugasutas a dlam larutan sebenarnya terhadap fugasitas a
dalam larutan ideal, maka fugasitas cairan adalah

f aL = Pa X a a

(3.4b)

dengan P = tekana uap dari a pada sushu kesetimbangan


X = fraksi mol a dalam cairan
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan 3.2a, 3.4a dan diperoleh kaidah kesetimbangan
fase cair-uap yang umum sebagai berikut :

f
py a = p a x a y a
p a

(3.4)

Termodinamika teknik kimia telah banyak mencurahkanperhatian untuk berusaha menerapkan


pengetahuan yang ada melalui kimia fisika untuk memperkirakan koefisien fugasitas (f/p)a dan
koefisien aktifitas abagi sifat-sifat molekul yang asasi. Usaha ini telah berhasil memuaskan untuk
komponen-komponen non asosiasi sederhana. Jika non idealitas fase air dapat diabaikan, misalnya
dengan senyawa-senyawa non polar termasuk deret homolog (misalnya hdrokarbon ringan), a =
1. maka koefisien fugasitas harus ditentukan. Karena parameter ini merupakan fungsi dari sifat-sifat
fase gas saja, maka dapat ditentukan dari persamaan keadaan fase gas. Telah ada persamaan
keadaan yang tepat, sehingga usaha ini teelah dilaksanakan dengan baik. Keuntungan yang
diperoleh khususnya adalah bahwa kesetimbsngsn cair-uap dapat diungkapkan secara analisis dan
dapat ditulis kedalam program kruput.
Bila terjadi non idealitas fase cair, perlu ditentukan koefisien aktivitasnya dari keterangan
medan gaya antar molekul atau menghubungkan data hasil percobaan secara empiris. Kedua
pendekatan telah dilakukan. Pendekatan gabungan yang telah berhasil memuaskan pada suhu
rendah telah diperlihatkan oleh Zellner. Dasar-dasar teoritis untuk ini dan untuk lainnya telah
disajikan oleh Prausnittz.
Jika fase gas bertabiat sebagai sag ideal, (f/P)a = 1, dan jika fase cairan adalah larutan
ideal, a = 1. dalam hal ini dapat diperoleh hukum Raoult :
(3.5)
Pya = PaXa
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

19

Pasanan ini menunjukkan bahwa uap yang timbul dari campuran cairan adalah suatu campuran
yang mempunyai komponen sama seperti yang dari cairan. Uap biasanya akan lebih kaya akan
komponen yang mempunyai tekanan uap lebih tinggi pada suhu penguapan. Komponen murni tak
akan pernah muncul dari campuran cairan, walaupun dalam keadaan terbatas tekanan uap dari
salah satu komponen biasa demikian rendahnya sehingga komponen itu praktis itu tidak volatile.
Hukum Raoult hanya tepat memperkirakan kesetimbangan cair-uap untuk larutan ideal
yang setimbang dengan campuran gas ideal larutan yang memperlihatkan penyimpangan dari
idealitas yang dapat diabaikan meliputi larutan yang komponen-komponennya mempunyai struktur
dan sifat fisis yang sama, seperti benzena-toluen, propana-butan, methanol-etanol. Hukum Raoult
menunjukkan bahwa komposisi dalam campuran yang setimbang tergantung pada tekanan tolak
dari sistim dan pada tekanan uap komponen. Tekanan uap berubah dengan suhu tetapi tidak
dengan komposisi atau tekanan ideal..
Dalam perhitungan teknik, sering kali lebih mengungkapkan kesetimbangan fase dengan
rumus :
(3.6)
Ya = Ka xa
Ka adalah konstanta yang ditentukan dengan percobaan. Ka sering kali hanya sedikit tergantung
pada konsentrasi, sekalipun untuk sistim yang tidak mengikuti hukum Raoult; biasa disebut nilai K.
Dalam kebayakan sistim, tekanan uap dari solute dalam larutanyang sangat encer dapat
digunakan rumus hukum Raoult sebagai konstanta yang berlaku bagi batas-batas konsentrasi
tertentu. Ini merupakan dasar dari hukum Henry, yang paling sering ditulis :
(3.7)
Pa = Hca
Pa = tekanan partial dari a dalam uap
H = Konstanta hukum Henry, diukur dengan percobaan
Ca = konsentrasi a dalam cairan
Dalam sistim biner (dua komponen), komponen denngan tekanan uap lebih tinggi pada
suhu tertentu disebut sebagai komponen yang lebih volatile, sedangkan yang dengan tekanan uap
lebih rendah disebut komponen kurang volatile. Umumnya komposisi dari campuran biner akan
dinyatakan sebagai konsentrasi dari komponen yang lebih volalite.
Untuk sistim biner dengan a adalah komponen yang lebih vilalite dan b adalah komponen
yang kurang volalite, dengan anggapan hukum Raoult berlaku.

y a xb
p
= a
xa yb
pb

(3.8)

Karena yb = 1 ya dan xb = 1 - xa

y a 1 xa p a
= ab

=
x a 1 y a p b

(3.9)

Persamaan (3.9) mendifinisikan volatilitas relatif ( ab) dari komponen a relatif terhadap b. Untuk
sistim yang tidak mengikuti hukum Raoult, volatilitas relatip didefinisikan sebagai ab = K a /K b .
Volalitas relatif akan konstan bila baik Hukum Henry maupun Raoult berlaku. Jika hukum Henry
atau Raoult tak diikuti, volatilitas relatip akan berubah dengan komposisi.
Gambar. 3.1
menunjukkan data komposisi cair-uap untuk dua sistim dengan volatilitaas relatif konstan dan juga
untuk dua sistim denan volatilitas relative yang berubah-ubah dengan komposisi. Sistim yang
diperlihatkan pada Gambar.3.3 adalah pada tekanan tetap, tetapi suhu berubah-ubah denan
komposisi.
Berubah-ubahnya suhu dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3

Contoh 3.1. Suatu campuran butan dan pentan setimbang pada tekanan 300 kN/m dan uap. (a)
dengan menggunakan holum Raoult, dan (b) dengan menggunakan harga dari Ka yang diperoleh
dari percobaan dan persamaan 3.6.
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

20

Penyelesaian
(a) Tekanan uap didapat dari table data fisis (lihat Appendix D-1).
o

Tekanan uap pentan pada 40 C = 117 kN/m


o

Tekanan uap butan pada 40 C = 373 kN/m , tekanan total = 300 kN/m
Untuk butan : y B =

Untuk pentan :

yp =

PB
373
xB=
x B =1,24 x B
P
300

pp
1147
xp =
x p = 1,24 x p
p
300

Karena hanya buatan dan pentan yang ada dalam cairan dan uqp, XB + Xp = 1, dan yB + yp = 1.
sekarang ada empat persamaan dan empat yang belum diketahui pemecahannya :
Yb + yp = 1 = 1,24 xB + 0,39 xp
= 1,24 xB + 0,39 xp (1- xB), dst.
yB = 0,89
XB = 0,72
yp = 0,11
Xp = 0,20
(b). Harga Kdari percobaan pada 300 kN/m2 dan 400CD untuk butan, Kb = 1,2 dan untuk petan, Kp
= 0,38 (lihat Appendix D-2). Maka dari itu,
yp = 1,2 xB dan yp = 0,38 xp
yB = 0,91
xB = 0,76
yp = 0,09
xp = 0,24
perbedaan kecil antara harga-harga pada jawaban (a) dan (b) terletak pada ketelitian pembacaan
chart untuk tekanan uap dan K. Maka dari itu, campuran buatan dan pentan mengikuti hukum
Raoult makin besar pada tekanan makin tinggi.
Contoh 3.2. Beberapa volatilitas relatif butan terhadap pentan pada sushu 40 0C dan 465 psia ?

Penyelesaian.
Andaikan hukum Raoult berlaku pada tekanan tinggi
Dari persamaan 3.9 dengan

B p =

373x10 3
= 3,18
117 x10 3

Dengan menggunakan harga K dari percobaan pada 465 psia (Appendix D-2),
Kb = 0,27, Kp = 0,10

B p =

0,27
= 2,70
0,10

dari hasil ini terlihatbahwa pada 465 psia campuran butan pentan penyimpangan dari hukum Raoult
kira-kira 18%.
Suatau campuran tidak akan mendidih pada suatu suhu untuk tekanan total konstan,
berlawanan dengan tabiat cairan murni. Suhu saat campuran dengsn komposisi tertentu mulai
menguap jika suhu bertambah disebut titik didih. Sebaliknya suhu saat campuran uap perrtama
kalin mengembun pada pendinginan disebut titik embun. Untuk cairan murni, titik didih dan titik
embun adalah sama dan sama dengan titik didih; komponen murni menguap dam mengembun
pada satu suhu. Titik embun dan titik didih campuran ideal dapat dihitung dari hukum Raoult.
Untuk campuran lainnya, harga K dapat V dihitung.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

21

Contoh 8.3 Hitung titik embun gas yang mengandung 20 % mol benzena, 3,0 mol toluene dan
50% mol xylene pada tekanan 100 kN/m2.

Penyelesaian.

Pada tekanan sedang untuk senyawa-senyawa yang sama ini hukum Raoult cukup teliri. Tekanan
uap dari ketiga komponen tergantung pada suhu, yang harus ditentukan. Diperlukan cara cobacoba (trial and error), karena tekanan uap tak dapat diungkapkan dengan fungsi
matematiksederhana dari suhu.

pB
0,2 x10 5
x B = 0,2; x B =
Untuk benzena ; y B =
pB
1x10 5
Untuk toluene :

pT T
0,3x10 5
yr =
x = 0,3; xT =
pT
1x10 5

px
0,5 x10 5
x x = 0,5; x x =
Unruk xylene : y x =
px
1x10 5
Pada suhu yang besar, XB + XT + XX = 1,0

0,2 x10 5 0,3x10 5 0,5 x10 5


+
+
=1
pB
pT
px
jika suhu tertentu, tekanan uap dapat dicari dari (Appendix d-1) dan sisi kiri persamaan diatas
dapat dihitung. Jika sisi kiri tidak sama dengan 1, harus dicoba suhu lain.
Andaikan T = 40 0C, PB = 24,13 x 103 N/m2 ; pT = 7,58 x 103 ;
Px = 2,96 x 103 N/m2.

0,2 x10 5
0,30 x10 5
0,5 x10 5
+
+
= 21,67 > 1.
0,24 x10 5 0,076 x10 5 0,026 x10 5
Maka dari itu, pengadaian pertama T = 40 0C terlalu rendah
Andaikan T = 130 0C. PB = 365,4 x 103 N/m2 ; PT = 158,6 x 103 N/m2
Px = 72,4 x 103 N/m2.

0,2 x10 5
0,30 x10 5
0,5 x10 5
+
+
= 0,93 < 1.
0,65 x10 5 1,586 x10 5 0,7246 x10 5
Maka dari itu suhu harus lebih dari 130 0C
Andaikan T = 128 0C. PB = 351,6 x 103 N/m2 ; PT = 151,7 x 103 N/m2
Px = 67,2 x 103 N/m2.

0,2 x10 5
0,30 x10 5
0,5 x10 5
+
+
= 1,00
3,516 x10 5 1,176 x10 5 0,672 x10 5
Setelah diperiksa pada 128 C, ternyata dekat dengan titik embun campuran.
Pada titik embun, cairan yang pertama kali terbentuk mempunyai komposisi sedemikian hingga
tekanan yang diberikan oleh setiap komponen dari cairan sama dengan partial dari komponen
dalam uap komposisi dari cairan setimbang byang pertama kali terbentuk ketika pengembunan
mulai pada 128 0C adalah

0,2 x10 5
= 0,057
3,516 x10 5
0,3 x10 5
= 0,198
xT =
3,517 x10 5
0,5 x10 5
= 0,744
xx =
0,672 x10 5
xB =

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

22

Perhitungan kesetimbangan fase seperti contoh 3.3 dengan mudah dapat dilakukan pada computer
digital. Akan tetapi ingkapan kesetimbangan fase harus diberikan dalam bentuk analisis. Jika hukum
Raoult digunkan, rumus tekanan uap harus dipertimbangkan. Persamaan Antoine ternyata cocok
untuk kebanyakan data tekanan uap.
Log Pa = Aa + Ba/(ca + T)
Dengan, Aa, Ba, dan Ca : konstante percobaan (lihat Appendix D-2e untuk harga-harga
beberapa cairan yang umum dijumpai). Jika harus dicari titik didih untuk campuran yang mengikuti
hukum Raoult, gabungan persamaan neraca bahan dengan hukum Raoult dan persamaan Antoine
memberikan.

xa(10 )aa + Ba /(Ca +T ) + xb(10)ab + Bb /( Cb +T ) + xc(10) Ac + Bc /(Cc +T )

Konstante tekanan uap diketahui, bersama-sama dengan komposisi cairan semula dan
tekanan total, dan persamaan ini maka dapat diselesaikan suhu titik didih, satu-satunya yang belum
diketahui. Cara konvergensi sistematis, seperti cara Newton, akan diperlukan supaya penyelesaian
interaktif sempurna.
Titik embun dan titik didih dari campuran biner adalah fungsi komposisinya, seperti terlihat
pada Gambar.3.2. untuk sistim benzene-toluene. Kurva dibuat berdasarkan data tekanan uap,
dengan menganggap hukum Raoult berlaku untuk sistim ini. Titik embun dan titik didih sama pada
xa, ya = 0 dan xa, ya = 1 sebab komposisi ini menggambarkan toluene dan benzene murni. Satusatunya harga suhu pada komposisi ini adalah titik didih komponen murni.
Jika suatu campuran cairan mengandung 0,4 fraksi mol benzene dipanasi (dilukiskan
dengan mengikuti garis tegak pada gambar 3.2) akan mulai menguap pada titik didihnya (titik a),
yaitu 203,5 F, dan komposisinya (b) adalah 0,625 fraksi mol benzene. Jika suhu dinaikkan (dari a
ke c ), lebih banyak cairan menguap sampai cairan terakhir menguap pada 215 F (d). Selama
proses penguapan, komposisi (cairan) berubah-ubah dari 0,4 sampai 0,215 dan uap dari sisi
keseluruhan dari campuran uap-air tetap pada 0,4 fraksi mol benzene.
Daerah dibawah kurva titik didih melukiskan fase cair. Cairan pada suhu di bawah titik
didihnya dapat disebut sebagai cairan subcooled, sedangkan pada titik didihnya disebut cairan
jenuh. Demikian pula uap pada titik embunnya disebut uap jenuh. Diantara kurva-kurva titik didih
dan titik embun adalah daerah dua fase tempat bersama-sama adanya cairan jenuh dan uap jenuh.
Jumlah relative cairan dan uap dalam daerah dua fase dapat dihitung dengan neraca bahan. Diatas
kurva titik embun terletak daerah uap superheat/superheated steam.
Larutan yagn tidak ideal dapat mempunyi kurva komposisi suhu cukup berbeda dari kurva
gambar 3.2. misalnya, gambar 3.3 melukiskan dua sisitim tidak ideal, isopropanol propylene
chloride dan avetone chloroform. Masing-masing bentuk sisitim adalah azeotropis suatu campuran
dengan uap setimbang yang berkomposisi sama dengan koimposisi cairan. Pada komposisi
azeotrop, titik embun dan titik didih sama, dan campuran menguap pada satu suhu. Kesimpulan ini
dapat ditarik dengan menggunakan kaidah gase. Dalam sistim biner uap-cair akan ada dua
variable bebas.
Biasaya tekanan tertentu jadi tinggal satu variable.
Definisi azeotrop
mengakebatkan komposisi-komposisi dari dua fase sama satu sama lain, pembatasan ini
meniadakan variable bebas yang tunggal satu tadi. Maka dari itu suhu telah tertentu pada satusatunya harga. Misalnya dalam isopropanol propylene chloride, komposisi cair dan uap yang
setimbang menjadi 0,68 fraksi mol isopropanol. Karena titik didih dan titik embun juga sama pada
komposisi ini campuran akan menguap pada satu suhu, seperti halnya cairan murni. Berdasarkan
hl ini, azeotrop sering disebut campuran dengan titik didih konstan. Azeotrop ini menjadi pada
suhu lebih rendah dari pada baik titik didih esopropanol murni maupun propylene chloride murni.
Sistim seperti ini disebut campuran dengan titik didih minimum. Sebaliknya, sisim acetone
chloroform mempunyai azeotrop dengan titik didih maksimum pada 0,34 fraksi mol acetone
(gambar 3.3b).
Penyajian keterangan x,y, T pada tekanan konstan, seperti pada Gambar.3.2. sering kali
merupakan pilihan yang menguntungkan, akan tetapi dalam perhitungn neraca bahan yang
bersangkutan dengan fase yang dilakukan pada tekanan tertentu, suhunya mungkin belum
ditentukan. Untuk perhitungan ini, grafik x terhadap y seperti pada Gb.3.1 jauh lebih
menguntungkan. Jika perlu tempat T terhadap x atau y dapat ditambahkan.
Dalam perhitungan-perhitungan proses distalasi dan perpindahan lainnya, neraca tenaga
demikian pula nerac massa akan diperlukan. Jadi diperlukan ukuran tenaga sistim. Ini biasanya
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

23

adalah entalpi, didefinisikan sebagai tenaga dalam ditambah hasil kali P atau V. Data konsentrasi
entalpi untuk etanol air pada Gambar.3.4 dan untuk ammonia air dan nitrogen oksitgen pada
appendiz D. Entalpi molar digrafikkan pada sumbu tegak dan fraksi mol komponen yang lebih
volatile pada sumbu mendatar. Setiap titik pada diagram menyatakan baik entalpi maupun
komposisi dari campuran biner. Grafik yang sama dapat dilukiskan dengan menggunakan fraksi
massa. Entalpi campuran biner adalah relative terhadap suatu kondisi referensi sembarang yang
dipilih untuk komponen-komponen murni. Misalnya, pada gambar 3.4. entalmp-entalpi cair murni
pada 32 F dan air murni pada 32 F dipilih sama dengan nol. Campuran etanol dan air dapat
mempunyai entalpi-entalpi yang berbeda dari mol pada 32 F sebab ada perubahan entalpi pada
pelarutan dan pengeceran. Perubahan kecil untuk sistim air-etanol. Campuran cairan pada
suhuselain 32 F akan mempunyai entalpi tidak nol sebab perubahan entalpi pada pemanasan,
sebagaimana dihitung dari kapasitas panas dan perubahan suhu. Jika campuran diuapkan,
entalpinya akan naik sebesar panas laten penguapan. Semua perubahan entalpi ditinjau dalam
membuat diagram komposisi entalpi untuk sistim biner dengan menggunakan data percobaan
terhadap kapasitas panas, panas pelarutan, dan panas penguapan. Pada gambar 3.4 kurva diberi
tanda H menggambarkan uap pada titik embun (uap jenuh) dan kurva yang diberi tanda h
menggamberkan cairan pada titik didih (cairan jenuh). Jarak tegak diantrara kurva-kurva
karenanya adalah panas laten penguapan dari campuan. Dianrarea dua kurva adalah daerah dua
fase uap-air. Untuk menentukan titik-titik pada kurva uap jenuh dan kurva cairan jenuh, yang
setimbang satu sama lain, digunakan kurva kesetimbangan dibawah diagram. Harga komposisi uap
(y a )dapat dipilih pada kuva entalpi uap (H). Dari kurva kesetimbangan, harga (x a )yang
setimbang dengan (y a ) yang dipilih dapat dicari. Harga (x a ) kemudian dapat dilukis pada kurva
(h), entalpi cairan. Kemudian garis penghubung (tie-line) dapat dilukis yang menghubungkan dua
titik yang menggambarkan komposisi-komposisi yang setimbang. Garis-garis yang bertanda suhu
dalam daereah dua fase adalah garis penghubung.
Jika suhu setimbang ditentukan, komposisi cvairan dan uap diperoleh dari grafik koimposisi
suhu, seperti pada gab.3.3a untuk sistim C 3 H 7 OH-C 3 H 6 CL 2 . Daerah Di Bawah Kurva Cairan
Jenuh Menggambarkan Subcooled. Garis-Garis Isoterm(Suhu Konstan) dilukis didaerah ini. Dalam
sistim air etanol, panas pelarutan dan pengecoran kecil, sehingga isoterm-isoterm mendekati garis
lurus, menunjukkan entalpi konstan. Di atas kurva uap jenuh adalah daerah uap superheat.
Keadaaan khusus, naiknya tekanan menaikkan suhu, dan pada suhu ini terjadi
kesetimbangan cair-uap, dan juga mengurangnya ketajaman pemisahan antara komposisi cairan
dan uap hal ini dilukiskan pada gamb.3.5. untuk sistim air etanol. Komposisi uap yang setimbang
dengan cairan yang mengandung 0,2 fraksi moil etanol akan mengandung 0,53 fraksi mol etanol
jika tekanan sistim satu atmosfer (14,7 psia), tetapi akan menjadi 0,42 fraksi mol etanol pada
tekanan sistim 300 psia. Juga komposisi azeotrop bergeser menjadi lebih kaya akan etanol jika
tekanan berkurang.

Contoh 3.4. Bagaimana komposisi uap yang setimbang dengan cairan jenuh dengan 0,5 fraksi
mol etanol dan 0,5 fraksi mol air.

Penyelesaian. Pada gambar.3.6. ditarik kebawah garis tegak dari kurva etanol carian pada xa =
0,5. nilai kesetimbangan dari (Ya) ditentukan oleh perpotongandari garis tegak dengan kurva
kesetimbangan dan dapat dibaca dari sumbu tegak sebelah kanan, yaitu ya = 0,66. untuk
memindahkan harga ini ke sumbu mendatar, garis mendatar ditarik dari kurva kesetimbangan ke
diagonal, kemudian garis tegak ditarik ke kurva entalpi uap jenuh. Harga pada kurva H dapat
dihubungkan dengan harga semula pada kurva h dengan tie-line. Suhu campuran setembang
dapat dengan referensi pada Gambar 3.3a. kira-kira 176 F.
Contoh. 3.5. tentukan komposisi dari fase-fase yang pada kondisi-kondisi sebagai berikut :
(a). Etanol air pada 177 F, 1 atm. Konsentrasi bulk adalah 50 % etanol
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

24

(b). Amonia air pada 1 atm, xa = 0,3


(c). Etaol air pada 100 F dan 1 atm
(d). Amonia air pada 100 psia, H = 10.000, fraksi mol keseluruhan NH 3 =0,5
(e). Amonia air pada 100 psia, H = 20.000, fraksi mol keseluruhan ammonia = 0,4.

Penyelesaian :

(a). Komposisi paling mudah dicari dari gambar 3.4. Tie-line pada 177 F memotong garis titik didih
dan garis titik embun pada komposisi setimbang xa = 0,42, ya=0,63.
(b). Dari kurva kesetimbangan (Appendix D) pada xa = 0,3, ya = 0,93
(c). Karena komposisi belum diketahui, campuran tak dapat dilukis tepat pada gambar 3.4. Akan
tetapi, pada 100 F semua campuran etanol dan air adalah cairan subcooled , yang dilukiskan
oleh isoterm 100 F. Maka dari itu, hanya fase cair yang akan adan pada 100 F dan 1 atm, dan
tak ada uap yang setimbang.
(d). Titik (H = 10.000 Btu/eb mol, z a = 0,5) terlukis pada diagram Appendix D. Karena titik
terletak dalam daerah dua fase akan ada cair dan uap yang setimbang. Perlu dicari tie-line
melalui titik itu. Pertama kali dilakukan pendekatan dengan menarik tie line melalui titik itu
dengan slope antara isoterm 250 dan 200 F. Harga-harga x a dan y a yang diperoleh
karena perpotongan tie line denga kurva entalpi diperiksa pada diagram kesetimbangan yang
ada dibawahnya. Nilai yang x a = 0,17, y a = 0,74
(e). Titik (H = 20.000 Btu/etanol, z a = 0,4) terlukis pada diagram Appendix D. Karena titik di
dalam daerah uap superhead, maka hanya fase uap yang dengan komposisi ya=0,4 saja yang
ada. Absorpsi gas dalam perhitungannya sering memerlukan data pada kesetimbangan antara
gas yang terlarut dalam fase cair dan fase gtas. Kesetimbangan sering kali dapat diungkapkan
dengan Holum Henry atau hokum Roult untuk Solute. Jika persamaan-persamaan tidak tepat,
data dapat disusun dalam table atau digrafikkan pada diagram udsara ke dalam air, kelarutan
sedikit udara dapat diabaikan, dan konsentrasi ammonia dalam cairan dapat disusun dalam
table sebagai fungsi dari tekanan partial ammonia dalam gas (Appendix D).
3. KESETIMBANGAN CAIR-CAIR
Dalam ekstraksi cair, salah satu komponen dalam larutan di pindahkan ke fase cair lainnya
yang relative tidak larut dalam larutan pertama. Keadaan paling sederhana, solute terbagi diantara
dua fase cair yang tidak larut. Data ketidaksetimbangan untuk ini dapat dicatat sebagai
perbandingan berat solute tehadap pelarut dalam masing-masing fase pada kesetimbangan.
Misalnuya terbaginya nitrat uranil diantara larutan asam nitrat dan pelarut organic, seperti terlihat
pada Gambar 3.7.
Dalam prakteknya banyak dijumpai dua pelarut sebagian larut satu sama lain; disamping
itu, konsentrasi solute dapat mempengaruhi salaing melarutnya pelarut-pelarut itu. Jika demikian,
data kesetimbangan harus digrafikkan pada diagram tiga komponen. Penerapan kaidah fase pada
dua fase, tiga komponen menunjukkan bahwa dapat ada tiga variable bebas. Dalam hal ini ada
empat variable komponen ke tiga tidak bebas sama sekali sebab ditetapkan bahwa ke dua fase
setimbang. Maka dari itu jika suhu, tekanan dan salah satu konsintrasi tertentu, kedua konsentrasi
lainnya terntentu.
Data untuk sistem ter-ner sering kali dilaporkan pada diagram segitiga sama sisi; akan
tetapi, untuk perhitungan teknik segitiga siku-siku lebih baik untuk melaporkan data, karena kertas
grafik koordinat tegak dapat digunakan dalam membuat diagram. Jika perhitungan hanya
menyangkut konsentrasi solute yang relative rendah, hanya sebagian diagram itu kiranya yang
akan dilukis dengan memperluas skala mendatar supaya diperoleh ketelitian grafik yang lebih
besar.
Sistim terner isopropil eter-asam asetat-air (gambar 3.8)merupakan contoh sistim dengan
satu pasang cairan sebagian saling melarut sempurna dan dua pasang lainnya saling larut semua.
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

25

Gambar3.8, masing-masing titik sudut segitiga menggambarkan komponen murni; sudut siku-siku
air murni; puncak isopropil eter murni, titik sudut kanan asam asetat murni.
Umumnya sudut sikuy-siku menggambrkan fase murni yang mengandung komponen utama dari
rafinat yang tidak terkstraksi (b). (komponen rafnat tak terekstraksi); titik sudut puncak, pelarut
murni yang dipakai dalam ekstraksi (c); dan titik sudut kanan slute murni (a) yang harus diekstraksi
dari rafinat degnan pelarut. Garis segetiga menggambarkan campuran solute dan komponen
rafinat tak rafinat tak terekstraksi, tanpa adanya pelarut. Sisi tegak menggambarkan campuran
biner dari komponen tak terekstraksi dan pelarut. Karena x a +x b +x c =1, hanya perlu melukiskan 2
komponen saja. Komponen yang ketiga selalu dapat dihitung. Pada diagram segitiga siku-siku,
campuran paling mudah dilukiskan denga fraksi massa solute (Xa atau ya) dan fraksi massa pelarut
(xc atau yc). Fraksi massa komponen rafinat tak terekstrasi (yb atau xb) tak perlu dilukis. Sisi miring
segi tiga menggambarkan campuran dengan xb = 0 atau yb = 0. sumbu koordinat untuk komponen
b sebenarnya adalah titik sudut siku-siku. Karena sumbu koordinat ketiga tidak perlu maka tidak
dilukis.
Setiap titik dalam segitiga menggambarkan campuran tiga komponen. Komponen
keseluruhan tertentu ada sebagai satu fase cair, sedangkan lainnya dapat terbagi menjadi dua fase
cair. Kurva nopqr (gambar 3.8) memisahkan daerah dua fase (sebelah kiri) dari dearah satu fase
(sebelah kanan) dan disebut kantong fase. Komposisi-komposisi dari fase setimbang harus terletak
pada kantong fase. Campuran dibagian dari komponen tak terekstrasi disebut fase ratinat.
Campuran pada bagian atas kantong (seperti 0 ) kaya akan pelarut dan disebut ekstrak.
Komposisi-komposisi fase yang setimbang dapat dihubungkan dengan tie line, seperti 0-p. Atau
komposisi setimbang dapat ditentukan dengan menggunakan kurva setimbang dibawah diagram.
Pada titik plait (p) tie line menjadi satu titik dan disini ekstrak dan rafinat sama. Perlu dicatat
bahwa kurva setimbang berakhir pada titik plait pada xa = ya.
Sistim dietilen glikol-stiren-etil benzena merupakan contoh sistim dengan dua dari tiga
pasang cairan sebagaian pelarut (gambar 3.9). Dalam sistim ini fase ekstrak dan fase rafinat
dilukiskan oleh kurva sendiri-sendiri, tak ada titik plait (jalin). Garis untuk fase ekstrak pada
diagram terlalu pendek untuk perhitungan stage. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
menggambarkan lagi diatas dasar bebas pelarut. (gambar 3.10) pada sumbu mendatar terlukis :

xa , ya ,

massasolut e
massakompo nenrafinat takterekst rasi

pada sumbu tegak terlukis :

xc , yc ,

massapelar ut
massasolut e + komponenra finattakte rekstarsi

Penyebut dari masing-masing besaran ini adalah campuran yang dipisahkan, salah satu komponen
dekenal sebagai solute dan lainnya sebagai komponen yan tak akan terekstrasi secara menyolok.
Dasar penentuan ukuran komposisi ini adalah bebas pelarut.
Bahan bukan pelarut dapat dicirikan menurut konsentrasi salah komponen logikanya solutesebagaimana dilakukan untuk xa dan ya. Sembarang jumlah pelarut dapat ditambahkan persatuan
bahan bukan oelarut. Denan definisi ini, xa + xb = 1 dan xc mempunyai harga sembarang. Dmikian
juga ya + yb = 1, dan yc dapat beberapa pun. Misalnya untuk pelarut murni tak terhingga.
Contoh 3.6 : Hitung data untuk gambar 3.10 dari ketentuan pada gambar 3.9.

Penyelesaian : pada kurva ekstrak dari gambar 3.9 pada yc, ya = 0,10, yc = 0,83.
Maka dari itu, yb = 0,07.
Dasar perhitungan 1 1b ekstrak ini.

ya =

massasolut e
0,10
=
= 0,59
massasolut ekomponent ekterekstr asi 0 ,10 + 0 ,07

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

26

yc =

massasolute
0,83
=
= 4,88
massasolutekomponenrafinattakterekstraksi
0,10 + 0,07

Titik ( y a =0,59, y c =4,88 ) dapat dilukis sebagai titik pada kurva ekstrak dari gambar 3.10. titiktitik lainnya dapat dicari secara sama, maka kurva ekstrak dapat dilukis. Pada kurva rafinat dari
gambar 3.9 pada x a =0,8; x c =0,22 dan x b =0,178.
xa =

0,8
= 0,817 ;
0,8 + 0,178

xc=

0,022
= 0,0225
0,8 + 0,178

maka dari itu

Titik-titik ini dapat dilukis pada kurva rafinat dari gambar 3.10.
Titik-titik lainnya pada kurva rafinat dilukis dengan cara yang sama. Karena konsentrasi pelarut
dari rafinat kecil, kurva hampir berimpit dengan x c = 0 untuk sistem ini.
Dua bagian dari Gambar 3.9 memerlukan dua bagian dalam Gambar 3.10 untuk penyajian
atas dasar bebas pelarut. Konsentrasi dari solute dalam bahan pelarut adalah sumbu mendatar
dari masing-masing bagian dari diagram. Sumbu tegak dari salah satu bagian adalah konsentrasi
slute dalam ekstrak, dan sumbu lainnya adalah banyaknya pelarut per satuan bahan bukan pelarut.
Analogi dari pelarut dalam ekstraksi cair-cair, absorbent padat dalam pemisahan adsorpsi
dan entalpi dalam distilasi akan dibicarakan nanti dan diperlihatkan perbedaan kesamaannya.
Sistim propane-asam oleat-minyak biji kapas (gambar 3.11) memperlihatkan sifat kelarutan
dari suatu sistim dapat berubah-ubah dengan suhu. Dalam hal ini, naiknya suhu mengurangi saling
melarutnya, berlawanan dengan lazimnya bahwa naiknya suhu menyebabkan bertambahnya
kelarutan. Sistim yang membentuk dua fase pada suhu rendah dapat saling melarut sempurna
pada suhu tinggi. Gambar 3.11. juga memperlihatkan penggunaan sebagian segitiga dan
perubahan skala, yang sering diperlukan untuk ketelitian perhitungan dengan grafik. Tak ada satu
data pun untuk sistim yang diluar x a = 0,5, jadi diagram diluar titik ini dihilangkan dan diagram
sisanya diperbesar skalanya.
4. KESETIMBANGAN GAS PADAT.
Adsorpsi, kesetimbangan padat gas yang paling umum, ternyata terjadi baik dengan
mekanisme fisis maupun kimiawi. Adsorpsi fisis terjadi bila gaya antar molekul, gaya tarik-menarik
diantara molekul-molekul fluid sendiri. Molekul-lolekul fluid melekat pada permukaan adsorbent
padat, dan kesetimbangan terjadi di antara fluid teadsorpsi dan yang tinggal dalam fase fluid.
Isoterm-isoterm adsorpsi fisis dari percobaan untuk sejumlayh uap hidrokarbon murni pada
silica gel diperlihatkan pada gambar 3.12. adsorpsi dari campuran gas menghasilkan komposisi
dalam adsorbat yang berbeda dari yang ada dalam gas. Maka dari itu dimungkinkan campuran gas
dengan adsorpsi selektif.
Komposisi-komposisi setimbang dari fase gas dan adsorbat untuk campuran propan propilen
diperlihatkan pada gambar 3.13. diagram kembangan ini sangat mirip dengan diagram
kesetimbangan untuk distilasi (gambar 3.10). dapat ditarik analogi diantara adsorbent dalam
adsorpsi, entalpi dalam distilasi dan pelarut dalam ekstraksi. Patut diingat bahw fase gas (v) terjadi
pada y c =0, dan fase padat (L) mempunyai harga-harga x c lebih besar dari pada nol, belawanan
dengan diagram analog untuk ekstraksi cairan, seperti gambar 3.9
Data untuk adsorpsi fisis sering kali dapat diungkapkan dengn persamaan emperis.
Persamaan-persamaan umum untuk isotherm adsorpsi adalah :
Freundlich : x = k 1 p

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

1/ n

27

Langmuir : x =

k zp
1 = k3 p
= k 2 p untuk harga p kecil

dengan x =

beratadsorbat
satuanberatadsorbent

p = tekanan partial dari gas yang teradopsi dalam fase gas


n, k 1 , k 2 , k 3 , = konstante emperis.
Adsorpsi kimiawi, atau chemisorption, melibatkan interaksi kimiawi diantara fluid
teradsorpsi dan zat padat adsorben. Dalam banyak hal adsorpsi bersifat tak dapat balik, dan sulit
memisahkan adsorbal dari adsorbent. Berdasarkan hal ini hanya adsorpsi fisis memberikan
kemungkinan untuk operasi stage kontinu.
Adsorpsi dipakai untuk memproses cairan maupun gas. Adsorbent yang umum dipakai
meliputi silica gel, arang, alumina, zeolit sintetis dan macam-macam lempung.
Bentuk kesetimbangan padat gas yang benar-benar sederhana terjadi pada sublimasi zat
padat menjadi fase gas, atau langsung kristalisasi zat padat dari gas. Disini konsep tekanan uap
digunakan tepat seperti yang dipakai dalam perssaan-persamaan 3.4 3.7. akan tetapi hanya satu
komponen mengkristalkan atau mensublimasi, maka x = 1,0 untuk terkondensasi.
Penukaran ion merupakan operasi cair padat lainnya, tetapi operasi yang mirip adsorpsi
kimiawi. Damar padat penukar ion dibuat mencakup ion yang akan digesr tempatnya oleh ion
adalah zeolite water softener (pelunak air dengan zeolit ), disini ion-ion natrium dalam dammar
ditukar oleh ion-ion kalsium dalam air. Operasi penukaran ion di industri adalah kontak batch atau
kontinu bukannya stage, jadi akan dibicarakan di tempat lain.
5. KESETIMBANGAN CAIR PADAT
Dalam ekstraksi cair padat, pelarut cair digunakan untuk larutan zat padat yang tak dapat
larut dari zat padat yang dapat larut. Larutan yang terjadi ada yang melekat pada sias yang tak
larut. Stage setimbang dapat didefinisikan sebagai stage dengan cairan yagn melekat pada zat
padat yang meninggalkannya mempunyai komposisi seperti fase ekstrak cair yang
meninggalkannya. Kemudian perlu menentukan secara percobaan massa cairan yang melekat per
satuan massa zat padat yang tak larut. Data semacam itu dapat dilukiskan pada diagram terner,
seperti pada gambaaar 3.14. kurva yang terjadi disebut underflow loci dan tidak menggambarkan
kondisi setimbang. Sebenarnya didalamnya tergambar pula kurva untuk perbanding yang konstan
dari pelarut terhadap inert dan larutan terhadap inert dan kurva hasil percobaan untuk hati ikan
dengan eter sebagai pelarut. underflow melukiskan zat padat inert murni, dan hipotenusa dari
diagram terner menggambarkan larutan jernih. Setiap garis yang menghubungkan komposisi
larutan jernih pada hepotenusa dengan sudut siku memotong underflow loci pada komposisi
underflow. Maka dari itu, bagian dari garis berasal dari hepotenusa ke underflow loci adalah
equilibrium tieline. Underflow locus menentukan kuantitas relative dari larutan yang melekat pada
zat padat inert. Data dari gambar 3.14 melukiskan underflow loci. Bila data tersedia data hasil
percobaan, hendaknya itu yang dipakai. Bila data terbatas, kurva seperti (1) dan (2) dapat
digunakan sebagai pendekatan.

massapelarutyangmelarut
=1
massainert
massalarutyangmelarut
Kurva (2) = Rasio konstan dari
=1
massainert

Kurva (1) = Rasio konstan dari

Kurva (3) = kurva dari hasil percobaan hati dan eter

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

28

BAB 4

Kembali Ke Menu Utama

DISTILASI
Distilasi yaitu proses pemisahan campuran cair-cair berdasarkan perbedaan titik didih atau
tekanan uap. Pemisahan dari campuran liquid yang terdiri dari berbagai komponen menjadi
komponennya masing-masing adalah merupakan salah satu bagian utama dari Industri Proses.
Proses distilasi adalah yang paling banyak digunakan untuk mencapai tujuan tersebut khususnya
pada oil refinery. Kolom distilasi dilengkapi dengan beberapa stage untuk memisahkan bagian uap
dan liquid. Sebagai contoh pemisahan campuran benzene dari toluene hanya membutuhkan unit
distilasi yang sederhana seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Pemisahan campuran biner (contoh Benzen dan Toluen)


Walaupun pemisahan benzene dan toluene sangat sederhana, namun untuk mendapatkan produk
dengan tingkat kemurnian yang tinggi dibutuhkan kolom distilasi dengan penyusunan yang lebih
kompleks seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Pemisahan campuran multi komponen (benzene dan toluene dalam crude styrene)
2.

KESETIMBANGAN VAPOURLIQUID
Komposisi uap dan cair di dalam kesetimbangan telah dilakukan secara eksperimental di
dalam kolom distilasi. Hasilnya seperti ditunjukkan pada diagram komposisi dan temperatur seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

29

Gambar 3. Diagram Temperatur - Komposisi


Kurva ABC pada Gambar 3a menunjukkan komposisi cairan yang mendidih pada setiap titik
didihnya, dan kurva ADC menunjukkan komposisi pada temperature uapnya. Komposisi liquid x1
akan mendidih pada temperature didihnya T1, dan uap pada kesetimbanggannya ditunjukkan oleh
titik D dari komposisi y1. Terlihat untuk setiap komposisi cairan x uap yang terbentuk akan lebih
banyak didalam volatile komponen, dimana x adalah mole fraction dari volatile component didalam
liquid, dan y di dalam vapour. Gambar 3b dan c memperlihatkan komposisi critical dimana xg yang
merupakan uap mempunyai komposisi yang sama dengan liquidnya. Campuran pada kondisi kritik
ini dinamakan juga azeotropes.
Untuk tujuan distilasi, akan sangat memudahkan apabila diplotkan terlebih dahulu y
terhadap x pada tekanan konstan, karena pada umumnya di dalam industri pengoperasian distilasu
dilakukan pada tekanan yang konstan seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.

Gambar 4 Komposisi uap sebagai fungsi komposisi liquid pada tekanan konstan
2.1

Penguapan parsial dan kondensasi parsial


Apabila campuran benzene and toluene dipanaskan di dalam vessel yang tertutup dan
temperature dijaga pada tekanan atmosfir seperti ditunjukkan pada Gambar 5, maka kurva pada
titik didihnya ditunjukkan oleh ABCJ dan terhadap titik embunnya ditunjukkan oleh ADEJ terhadap
temperatur. Jika suatu campuran dengan komposisi x2 pada temperature T3 dibawah titik didih, T2,
seperti ditunjukkan oleh titik G pada diagram, kemudian dipanaskan pada pada tekanan konstan,
beberapa hal berikut akan terjadi:
(a) Ketika temperature mencapai T2, cairan akan mendidih, seperti ditunjukkan oleh titik B,
dan dan uap pada komposisi y2, seperti ditunjukkan oleh titik E.
(b) Pada pemanasan lanjut komposisi liquid akan berubah karena hilangnya komponen yang
mudah menguap menjadi uap titik didihnya akan naik menjadi T. Pada temperature ini
liquid akan mempunyai komposisi seperti ditunjukkan oleh L, dan komposisi uapnya
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

30

ditunjukkan oleh titik N. Dikarenakan tidak ada material yang hilang dari system, akan
terjadi perubahan bagian cair mencadi uap dengan rasio:
(c) Pada pemanasan lanjut sampai T1, semua cairan akan diuapkan menjadi uap D dengan
komposisi yang sama seperti y1. Superheated vapour ditunjukkan oleh titik H, setelah
didinginkan pada titik D uap tersebut terkondensasi menjadi liquid pada titik K.

Gambar 5. Pengaruh penguapan parsial dan kondensasi parsial terhadap titik didih.

Gambar 6. Tekanan parsial dari campuran ideal

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

31

2.2

Tekanan Partial, dan Hukum Daltons, Raoults serta Henrys


Hukum Daltons untuk tekanan partial, P = PA, yang merupakan total tekanan parsial.
Tekanan parsial untuk gas ideal adalah:
PA = yAP
(4.1)
Untuk campuran ideal berlaku hukum Raoults dimana tekana parsial bergantung pada konsentrasi
liquid:

PA = PAo x A

(4.2)
Dimana PoA adalah tekanan uap murni A pada temperature yang sama.
Untuk liquid A yang terlarut pada solvent B berlaku hukum Henrys:
PA = HxA
(4.3)
Garis OA pada Gambar 6 menunjukkan tekanan parsial PA dari campuran A, dan CB tekanan parsial
PB, sementara total tekanan ditunjukkan oleh garis BA. Pada campuran komposisi D, tekanan
parsial PA ditunjukkan oleh DE, PB oleh DF, dan total tekanan P oleh DG.

Gambar 7. Tekanan parsial untuk campuran non-ideal


Gambar 7 menunjukkan tekanan parsial dari komponen A yang di plot terhadap fraksi mol dari
camgaris 0C campuran mengikuti hukum Henrys, dan untuk garis BA mengikuti hukum Raoults.
Sehingga
:
dan

dengan demikian:
(5.4)
akan tetapi:

menjadi:
(6.5)

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

32

Contoh Perhitungan 4.1


Tekanan uap dari n-heptane dan toluene pada 373 K adalah 106 dan 73.7 kN/m2. Berapakah fraksi
mol dari n-heptane di dalam fdase uap dan cair pada 373 K jika tekanan total nya adalah 101.3
kN/m2 ?

Penyelesaian
Sehingga dengan menggunakan pers 5 menjadi:

dan dengan menggunakan persamaan 4


:
2.3
Volatilitas Relative
Hubungan antara komposisi uap yA dan liquid xA didalam kesetimbangan ditunjukkan di dalam
perhitungan distilasi. Jika rasio tekanan parsial terhadap fraksi mol sebagai fungsi volatilitas, maka:

Rasio dari kedua volatilitas dikenal dengan volatilitas relative yaitu:

Dengan mensubstitusikan PyA untuk PA dan PyB untuk PB diperoleh:

atau

Untuk campuran biner, yA = 1 xA, dan yB = 1 xB, maka:

(4.6)

atau

dan

(4.7)

(4.8)
2.4
Sistim Non-ideal
Untuk sistim non-ideal system istilah , untuk koefisien aktifitas ditunjukkan oleh:
(4.9)
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

33

atau
(10)
Koefisien aktifitas untuk fasa liquid 1 dan 2 tergantung pada temperature, tekanan dan
konsentrasi.
3.

DISTILASI UNTUK CAMPURAN BINER (2 KOMPONEN)


Kurva a dari Gambar 4 menunjukkan campuran biner dari komponen y x., uap selalu
lebih banyak pada komponen yang volatile. Ada 3 metoda utama yang diguinakan dalam teknik
distilasi yaitu:
(a) Differential distillation.
(b) Flash atau equilibrium distillation, dan
(c) Rectification.
Dari kesemuanya itu, rectification adalah yang paling penting, dan berbeda dari yang
lainnya dimana uap yang terkondensasi dikembalikan lagi ke dalan kolom sedang metoda yang
lainnya, uap dibuang atau dikondensasi sebagai produk.
3.1

Differential distillation
Contoh distilasi batch yang paling sederhana adalah distilasi satu tahap. Jika S adalah
jumlah mol bahan didalam still, x adalah fraksi mol komponen A dan sejumlah dS, mengandung
fraksi mol y dari A, kemudian diuapkan, sehingga material balance komponen Amenjadi:

dan

(4.11)
Integrasi dari sisi kana persamaan diatas tersebut dapat diselesaikan secara grafik jika hubungan
kesetimbangan y x tersedia.
Jika hubungan kesetimbangan berupa garis lurus seperti y = mx + c, kemudian:

atau

dan

(4.12)

(4.13)

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

34

Dengan persamaan di atas tersebut banyaknya liquid yang akan didistilasi dapat dihitung, begitu
pula dengan material balance nya. Jika volatilitas relative dianggap konstan, maka y = x/(1 + ( 1)x), persamaan (4.7) dapat disubstitusikan ke dalam persamaan 4.11 menjadi

(4.14)
3.2

Flash atau equilibrium distillation


Distilasi kilat terdiri dari penguapan sebahagian tertentu zat cair sehingga uap yang keluar
berada dalam kesetimbangan dengan zat cair yang tersisa, kemudian uap tersebut dipisahkan dari
zat cair dengan kondensasi.. Distilasi kilat digunakan terutama untuk memisahkan komponenkomponen yang sangat berbeda titik didihnya. Metode ini tidak terlalu efektif untuk memisahkan
komponen-komponen yang volatilnya sebanding, karena baik uap hasil kondensasi dan zat cair sisa
tidak akan murni. Metode ini tidak terlalu efisien untuk distilasi skala industri bila kita menghendaki
komponen yang hamper murni.
Neraca bahan total: F = D + B
Neraca Komponen: F.XF = D XD+B.XB
Eliminasi B :

-qC

Enriching
Section
(Rektifikasi)

Distilat
(Hasil Atas)

D
XD

D XF XB
=
F XD XB

Eliminasi D :

Umpan F
XF

B XD XF
=
F XD XB

Stripping
Section
(Pelucutan)

B
XB

qr
Hasil Bawah
Gambar 8 Kolom Distilasi yang menunjukkan neraca massa
Distilasi secara flash atau equilibrium kadang juga merupakan proses kontinyu yang terdiri
dari penguapan fraksi liquid didalam kesetimbangan dan residunya sendiri juga liquid. Umpan
biasanya dipompa melalui fired heater dan memasuki still melalui valve dimana tekanannya
berkurang. Still ini biasanya memisahkan bagian uap diatas dan selanjutnya adan dikondensasikan
lagi, sedangkan liquid pada bagian bawahnya.
Untuk campuran biner A dan B, proses didalm distilasi adalah sbb:
F = moles per unit waktu dari mol fraksi umpan xf dari A,
V = moles per unit time dari uap yang terbentuk dengan y fraksi mol A, dan
S = moles per unit time dari liquid dengan x fraksi mol komponen A,
Sehingga, total neraca massa nya adalah:

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

35

F=V+S
Dan untuk komponen yanhg lebih volatile:
Fxf = Vy + Sx
Sehingga:

atau
(4.15)

Gambar 9. Data kesetimbangan untuk benzenetoluene


Persamaan (4.15) tersebut menunjukkan garis lurus dengan slope:
(4.16)

Gambar 10. Diagram titik didih untuk benzenetoluene


Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

36

yang melewati titik (xf , yf ). Harga-harga dari x and y harus sesuai dengan data kesetimbangn.
Harga-harga tersebut dapat diperoleh dari grafik x y seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Contoh.6
Suatu campuran equimolar dari benzene toluene akan dipisahkan dengan flah distilatin pada 100
kN/m2. Dengan menggunakan data kesetimbangan yang ditunjukkan Gambar 9, tentukan
komposisi dari fraksi cair dan uap yang meninggalkan separator jika 25% umpan diuapkan. Untuk
kondisi ini diagram titik didih seperti pada gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan
temperature cairan yang keluar.

Penyelesaian
Fraksi penguapan = V/F = f (asumsi)
Dengan m,enggunakan persamaan (16), slope adalah:

Jika f = 0.25, maka slope nya adalah:


-(1 - 0.25)/0.25 = -3.0
Dengan meletakkan slope -3 pada gambar (9) dari titik (0.5, 0.5) maka akan diperoleh harga x =
0.42 dan y = 0.63.
Dari diagram titik didih pada Gbr. (10) untuk x = 0.42 akan diperoleh harga untuk temperature
liquid 366.5 K.
Rektifikasi (Rectification)
Untuk dua proses, dimana uap meninggalkan still didalam kesetimbangan pada waktu
tertentu dan yang tertinggal adalah liquid, dan biasanya akan terjadi sedikit peningkatan
konsentrasi dari komponen volatile. Kegunaan yang paling mendasar dari rectification adalah
membuat dapat meninggalkan still dan liquid tertinggal.
3.3

3.4

Distilasi batch
Pada distilasi batch, komponen yang lebih volatile diuapkan melalui still dimkana bagian
uapnya akan meningkat secara progressive.
4.

KOLOM FRAKSINASI (FRACTIONATING COLUMN)

4.1

Proses Fraksinasi
Bentuk umum dari kolom fraksinasi adalah seperti ditunjukkan oleh Gambar 11. Sederetan
trays dipasang dimana alirang uap bisa mengalir keatas melalui tray. Liquid reflux mengalir melalui
setiap tray diatas weir dan turun melaui downcomer ke tray dibawahnya. Uap yang terbentuk dari
tray paling atas masuk ke condenser dan melalui accumulator atau reflux drum dan a reflux divider,
dimana bahagian ini digambarkan sebagai produk overhead D, dan bahagian yang dikembalikan
sebagai reflux adalah R. Cairan di bagian bawah dari kolom biasanya dipanaskan, apakah pakai
steam atau aliran minyak panas dan uap akan naik dari tray bagian paling bawah. Dalam
menganalisa operasi pada setiap tray sangatlah penting memperhatikan, uap yang naik dan reflux
yang turun tidak berada dalam kesetimbangan.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

37

Gambar 11. Kolom fraksinasi dengan bagian rectifying dan stripping (proses kontinyu)
Pada setiap tray sistim cenderung mencapai keadaan setimbang, karena:
(a) Beberapa komponen volatile terkondensasi dari uap yang naik menjadi liquid sehingga
menaikkan konsentrasi komponen volatil.
(b) Beberapa komponen yang kaya akan volatile diuapkan dari liquid pada tray, sehingga
menurunkan konsentrasi komponen volatile didalam liquid.
4.2. Jumlah plate yang dibutuhkan di dalam kolom distilasi
Dalam merancang unit distilasi sangatlah penting mengetahui berapa jumlah plate yang
dibutuhkan. Perlu diketahui juga aliran material dan panas di tray, condenser, reboiler, dan data
thermodynamicnya. Empat aliran yang terlibat dalam perpindahan massa dan panas disetiap tray
ditunjukkan oleh Gambar 12. Gambar 12 memperlihatkan plate n menerima liquid Ln+1 dari plate n
+ 1, dan vapour Vn-1 dari plate n - 1 dibawahnya. Plate n mensuplai liquid Ln ke plate n - 1, dan
vapour Vn ke plate n + 1.

Gambar 12 Material balance pada plate


Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

38

Heat balance pada plate

A heat balance melalui plate n dapat ditulis sbb:

Ln +1 H nL+1 + Vn 1 H nV1 = Vn H nV Ln H nL + losses + panas _ karena _ pengadukan


(17)
Dimana:

H nL

: Enthalpi per mol liquid pada plate n

V
n

: Enthalpi per mol vapor pada plate n


Persamaan tersebut sangat sulit diaplikasikan untuk campuran cair, sehingga diperlukan beberapa
asumsi. Untuk tenggang waktu yang jauh, panas yang hilang bias diabaikan, dan untuk system
yang ideal panas karena pencampuran adalah nol. Untuk campuran, panas molar penguapan
adalah konstan dan tidak tergantung pada konsentrasi. Sehingga 1 mol uap Vn-1 pada proses
kondensasi melepaskan panas yang cukup untuk membebaskan vapor Vn. Hal ini mengikuti Vn =
Vn-1, sehingga molar vapour yang mengalir adalah konstan. Perubahan temperature dari plate
L
yang satu dengan yang lainnya adalah kecil, sehingga H nL adalah sama dengan H n +1 begitu juga
untuk Ln = Ln+1, sehingga Vn and Ln adalah constant pada daerah rectifying, and Vm and Lm
adalah constant pada bahagian stripping.

Menghitung jumlah plate menggunakan metoda LewisSorel

Suatu unit operasi seperti pada gambar 13, dimana feed F didistilasi menghasilkan produk
atas D dan produk bawah W, dengan xf , xd, dan xw adalah fraksi mol dari masing-masing
komponen volatile dan uap Vt timbul dari top plate dikondensasi, kemudian sebagiannya
dikembalikan lagi sebagai liquid pada titik didihnya ke column as reflux, sisanya dilepas sebagai
produk, kemudian material balance pada plate n, ditunjukkan oleh loop I pada Gambar 13
memberikan:

Vn = Ln+1 +D

(4.18)

Persamman yang menunjukkan neraca untuk komponen volatil:


Thus:

ynVn = Ln+1xn+1 + Dxd

(4.19)

Gambar 13. Material balances pada top dan bottom dari kolom distilasi
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

39

Persamaan 4.19 di atas tersebut untuk komposisi uap yang naik ke plate atas liquid yang ada diatas
feed plate.,
Karena molar liquid overflow adalak konstan Ln dapat digantikan dengan Ln+1 sehingga:

(4.20)
Dengan cara yang sama, total material balance untuk semua aliran dan komponen volatile dari
bawah sampai atas plate m, ditunjukkan oleh loop II pada Gambar 13, dimana Lm = Lm+1
sehingga:
Lm = Vm +W
(4.21)
dan:
ymVm = Lmxm+1 Wxw
sehingga:
(4.22)

Gambar 14. Perhitungan jumlah plate dengan metoda LewisSorel


Persamaan (4.22) ini sama dengan persamaan (4.20) yang menunjukkan hubungan antara
komposisi uap yang yang mencapai plate dan liquid yang ada pada plate untuk bahagian di bawah
feed plate.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

40

Contoh 11.7
Suatu campuran benzene dan toluene mengandung 40 persen mol benzene dipisahkan
menghasilkan 90 persen mol benzene pada bagian atas, dan pada bagian bawah mengandung 10
persen mol benzene. Umpan memasuki kolom pada titik didihnya, dan uap meninggalkan kolom
dikondensasi, tetapi tidak didinginkan, kolom juga dilengkapi dengan reflux. Kolom dioperasikan
rengan reflux ratio 3 kmol/kmol produk. Hitung berapa plate teoritis yang dibutuhkan dan posisi
umpan masuk. Diagram kesetimbangan pada 100 kN/m2 ditunjukkan oleh Gambar 14.

Penyelesaian
Total neraca massa untuk umpan 100 kmol adalah:
100 = D + W
Neraca massa untuk more volatile component (MVC) benzene adalah:

(100 0.4) = 0.9 D + 0.1 W


selanjutnya:
40 = 0.9(100 - W) + 0.1 W
dan:
W = 62.5 and D = 37.5 kmol
Dengan menggunakan notasi seperti pada Gambar 13 menjadi:
Ln = 3D = 112.5
and:
Vn = Ln + D = 150
Kemudian, dari pers (20) diperoleh top operating line:

(37.5)(0.9)
112.5
yn =
x n +1 +
150
150
y n = 0.75 x n +1 + 0.225

(i)

Karena umpannya semuanya liquid pada titik didihnya, kesemuanya tersebut akan dan menaikkan
reflux pada plate dibawahnya.
Kemudian:
Lm
= Ln + F
= (112.5 + 100) = 212.5
Juga:
Vm
= Lm - W
= 212.5 - 62.5 = 150 = Vn
Selanjutnay:

62.5
212.5
ym =
(0.1)
x m +1
150
150
y m = 1.415 x m +1 0.042

(ii)

Dari kedua persamaan (i) and (ii) dan kurva kesetimbangan, komposisi dari beberapa plate dapat
dihitung apakah dari still ke condenser maupun sebaliknya. Karena semua uap dari kolom
dikondensasi di condenser, komposisi uap dari plate atas yt sama dengan pada produk xd,dan
liquid tersebut dikembalikan sebagai reflux xr. Komposisi liquid xt dari plate atas didapatkan dari
kurva kesetimbangan, karena komposisi uap dalam kesetimbangan, yt = 0.90, xt = 0.79. Harga
dari yt-1 didapatkan dari persamaan (i) yaitu:

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

41

yt-1 = (0.75 0.79) + 0.225 = (0.593 + 0.225) = 0.818


xt-1 didapatkan dari kurva kesetimbangan yaitu 0.644
yt-2 = (0.75 0.644) + 0.225 = (0.483 + 0.225) = 0.708
xt-2 dari kurva kesetimbangan = 0.492
yt-3 = (0.75 0.492) + 0.225 = (0.369 + 0.225) = 0.594
xt-3 dari kurva kesetimbangan = 0.382

Komposisi xt-3 hampir sama dengan nilai umpan yang diumpankan ke plate (t - 3). Untuk kolom
yang lebih dibawahnya, dapat digunakan persamaan (ii).
Sehingga:

yt.4 = (1.415 0.382) - 0.042 = (0.540 - 0.042) = 0.498


xt-4 dari kurva kesetimbangan = 0.298
yt-5 = (1.415 0.298) - 0.042 = (0.421 - 0.042) = 0.379
xt-5 dari kurva kesetimbangan = 0.208
yt-6 = (1.415 0.208) - 0.042 = (0.294 - 0.042) = 0.252
xt-6 dari kurva kesetimbangan = 0.120
yt-7 = (1.415 0.120) - 0.042 = (0.169 - 0.042) = 0.127
xt-7 dari kurva kesetimbangan = 0.048
Liquid xt-7 lebih encer dari minimum yang diinginkan dan dibuang sebagai bottom produt.
Kemudian, xt-7 bisa disamakan dengan reboiler, sehingga akan ada 7 plate pada kolom tersebut.
Metoda McCabe danThiele

Beberapa assumsi untuk memudahkan yang digunakan adalah panas molar penguapan
konstan, tidak ada panas yang hilang, dan tidak ada panas pencampuran, hal ini akan membuat
molar aliran uap konstan dan aliran molar reflux konstan pada setiap bagian dari kolom, yaitu:
Vn = Vn+1, Ln = Ln+1, dan selanjutnya.
Dengan menggunakan assumsi diatas tersebut, kedua persamaan di atas menjadi:

(4. 20)
dan

(4. 22)
Persamaan-persamaan tersebut digunakan oleh LewisSorel untuk menghitung hubungan antara
komposisi liquid di plate dan uap yang menguap dari plate.
McCabe dan Thiele menyatakan bahwa persamaan-persamaan tersebut merupakan garis lurus yang
menghubungkan antara yn dengan xn+1 dan ym dengan xm+1, garis tersebut juga dapat
digambarkan pada kurva kesetimbangan dan merupakan jumlah stage yang diperlukan. Sehingga
persamaan (20) tersebut akan melewati titik-titk 2, 4 dan 6 seperti ditunjukkan pada gambar 14,
dan dengan cara yang sama persamaan (22) akan melewati titik-titik 8, 10, 12 dan14.
Jika xn+1 = xd pada persamaan (20), maka:

dan persamaan tersebut menunjukkan garis yang memotong titik yn = xn+1 = xd. Jika
xn+1dianggap nol, maka yn = Dxd/Vn, akan memberikan titik kedua yang mudah sekali
ditentukan. Kemudian garis operasi diatas digambarkan melalui dua titik koordinat (xd, xd ) dan (0,
(Dxd/Vn)). Untuk garis operasi pada bagian bawah, persamaan (14), jika xm+1 = xw, maka:
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

42

Karena Vm = Lm - W, persamaan tersebut akan mengikuti ym = xw. Kemudian garis operasi


bawah akan pmelewati titik C, yaitu (xw, xw), dan mempunyai slope Lm/Vm. Jika kedua garis
operasi telah digambarkan, jumlah stage yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan
menggambarkan antara garis operasi dan kurva kesetimbangan dimulai dari titik A. Metoda ini
adalah salah satu konsep yang paling penting pada teknik kimia yang merupakan alat untuk
menyelesaikan permasaalahan distilasi. Asumsi molar overflow konstan tidak dibatasi karena
perbedaan molar panas penguapan Cuma 10 persen. Metoda ini tidak punya batasan-batasan,
tetapi jangan digunakan untuk volatilitas relative antara 1.3 5, reflux ratio kurang dari 1.1 kali
minimum, atau jika lebih dari 25 jumlah tray yang dibutuhkan.

Gambar 15. Menghitung jumlah plate dengan metoda McCabe Thiele

Contoh 8 Perhitungan plate dengan metoda McCabe-Thiele


Contoh 7 dikerjakan dengan metoda ini sekarang. Kemudian, dengan komposisi feed , xf = 0.4,
komposisi bagian atas, xd harus bernilai 0.9 dan komposisi bawah, xw harus 0.10. Relux ratio,
Ln/D = 3.

Penyelesaian
(a) Dari material balance untuk umpan 100 kmol:
Vn = Vm = 150; Ln = 112.5; Lm = 212.5; D = 37.5 dan W = 62.5 kmol
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

43

(b) Kurva equilibrium dan garis diagonal digambarkan seperti pada Gambar 15.
(c) Persamaan untuk garis operasi atas adalah:
yn = 0.75xn+1 + 0.225
(i)
Sehingga, garis AB digambarkan melalui titik A (0.9, 0.9) dan B (0, 0.225).
(d) Persamaan untuk garis operasi bawah adalah:
(ii)
ym = 1.415xm+1 - 0.042
Persamaan tersebut ditunjukkan oleh garis CD melalui titik C (0.1, 0.1) pada slope 1.415.
(e) Dimulai dari titik A, garis horizontal digambarkan memotong garis kesetimbangan pada titik 1.
Garis lurus vertical ditarik ke bawah dari titik 1 ke garis operasi pada titik 2 dan prosedur ini diulang
untuk mencapai titik-titk 36.
(f) Garis horizontal ditarik dari titik 6 memotong garis kesetimbangan pada titik 7 dan garis vertical
dari titik 7 ke garis operasi bawah pada titik 8. Prosedur ini diulang untuk mendapatkan titik-titk 9
16.
g) Jumlah stage dihitung pada titik-titk 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 yang memberikan jumlah plate
sebanyak 7 buah.

Kolom Enrichment dan Kondensor

Titik 16 pada Gambar 15 menunjukkan konsentrasi liquor di dalam still. Konsentrasi uap
ditunjukkan oleh titik 15, sehingga enrichment ditunjukkan oleh kenaikan 1615 yang dicapai oleh
boiler atau still body. Konsentrasi dari top plate ditunjukkan oleh titik 2, tetapi konsentrasinya
ditunjukkan oleh titik 1, dan konsentrasi uap yang dikondensasi oleh kondensr ditunjukkan oleh titik
A. Sehingga still dan condenser secara bersama memperkaya (16 - 15) + (1 - A), yang setara
dengan satu ideal stage. Dengan kata lain jumlah plate teoritis sebenarnya yang dibutuhkan adalah
dikurang satu dari jumlah plate yang ditunjukkan pada diagram. Dari cairan didalam still, dari titik
16 sampai ke produk pada titik A, ada 8 tahap, walaupun stage yang dibutuhkan secara teoritis
Cuma tujuh pada kolom tersebut.

Intercept Garis Operasi

Dari Gambar 15 terlihat umpan masuk berupa liquid pada titik didihnya dimana dua garis
operasi berpotongan pada koordinat titik X dari xf. Jika perpotongan ke dua garis operasi pada
koordinat (xq, yq ), maka dari persamaan (4.20) dan (4.22):
dan:
atau:

Vnyq = Lnxq + Dxd

(4.23)

Vmyq = Lmxq - Wxw

(4.24)

yq(Vm - Vn) = (Lm - Ln)xq - (Dxd + Wxw)

(4.25)

Material balan pada feed plate nya adalah:


atau:

F + Ln + Vm = Lm + Vn
Vm - Vn = Lm - Ln -F

(4.26)

Untuk mendapatkan hubungan antara Ln dan Lm, dibutuhkan enthalpy balance pada plate, dan apa
yang terjadi pada saat feed masuk ke dalam kolom. Jika semua feed dalam bentuk liquid pada titik
didihnya, reflux Lm yang tumpah ke plate di bawahnya menjadi Ln + F. Jika temperature feed
(liquid) Tf, dibawah titik didihnya, sebagian uap dari plate di bawahnya akan terkondensasi dan
memberikan panas yang cukup pada umpan mencapai titik didihnya.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

44

Jika Hf adalah enthalpy per mol umpan, dan Hf s adalah enthalpy sati mol umpan pada titik
didihnya, kemudian panas yang disupply untuk membuat feed pada titik didihnya F(Hf s - Hf ), dan
jumpah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan per mol umpan adalah F(Hf s - Hf )/, dimana
panas laten molar dari uap.
Reflux liquor nya adalah:

Lm = Ln + F +

F ( H fs H f )

+ H fs H f
= Ln + F

= Ln + qF

dimana:

q=

(4.27)

panas _ untukmenguapkan _ 1 _ mol _ umpan


panas _ laten _ molar _ umpan

Kemudian, dari persamaan (26):


Vm - Vn = qF F

(4.28)

Gambar 16. Pengaruh kondisi umpan pada perpotongan garis operasi untuk reflux ratio terbatas
Material balance untuk komponen yang mudah menguap pada seluruh kolom adalah:

Fxf = Dxd + Wxw


Kemudian, dari persamaan (4.25):
F(q - 1)yq = qFxq - Fxf
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

45

atau:

xf
q

x q
y q =
q 1
q 1

(4.29)

Persamaan ini dikenal dengan persamaan garis-q. Jika xq = xf, maka yq = xf . Sehingga
perpotongan dua garis operasi merupakan garis lurus dengan slope q/(q - 1) melewati titik (xf , xf
). Jika yq = 0, xq = xf /q.
Berdasarkan definisi garis-q, slope garis-q disebabkan oleh keadaan sebagai berikut.
q>1
q line /
(a) Umpan yang dingin sebagai cairan
q=1
q line |
(b) Umpan pada titik didihnya
q line
(c) Umpan sebagian uap
0<q<1
q=0
q line
(d) Umpan sebagai uap jenuh
q<0
q line /
(e) Umpan sebagai uap superheated
Berbagai kondisi umpan masuk tersebut ditunjukkan pada Gambar 16.

Pengaruh Kondisi Umpan

Kondisi aliran umpan masuk menara menentukan hubungan antara uap Vm di


bagian (pelucutan) stripping dan Vn di bagian rektifikasi (enriching)dan juga di antara Lm dan Ln .
Jika umpan sebagian cairan dan uap, uap akan menambah ke Vm memberikan Vn
For convenience, kita menunjukkan kondisi umpan dengan kuantitas q, didifinisikan
sebagai:
q =

heat needed to vaporize 1 mol of feed at entering conditions

molar latent heat of vaporizati on of feed

(4.30)

Jika umpan masuk pada titik didih, q = 1,0 . Persamaan (4.30) dapat juga ditulis dalam bebentuk
entalpi.
q =

Dimana :

HV H F
HV H L

..

(4.31)

HV : Entalpi umpan pada titik embun


HL : Entalpi umpan pada boiling point (buble point)
HF : Entalpi umpan pada kondisi masuk

Jika umpan masuk sebagai :


Umpan dingin, q > 1
Umpan pada titik didih ( boiling point, buble point) atau zat cair
jenuh, q = 1
Umpan sebagian berwujud uap, 0 < q > 1
Umpan pada titik embun (uap jenuh), q = 0
Umpan uap panas lanjut, q < 0
Jika umpan itu merupakan campuran zat cair dan uap, q adalah fraksi yang merupakan zat
cair . Umpan dapat dibuat dengan operasi kilatan (flash) keseimbangan , sehingga q = 1 f, di
mana f adalah fraksi arus semula yang menguap pada kilatan.
Nilai q untuk umpan zat cair dingin didapat dari persamaan :
q =1+

C pl (Tb T F )

(4.32)

Umpan uap panas lanjut, persamaannya adalah :


Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

46

q = C pV

Di mana : CpL, CpV


TF
Tb, Td

=
=
=
=

( T F Td

..

(4.33)

kalor spesifik zat cair, dan kalor spesifik uap


suhu umpan
Titik gelembung dan titik embun umpan
kalor penguapan

Garis Umpan

Nilai q yang diperoleh dari persamaan (4.32) atau (4.33) dapat digunakan bersama neraca
massa untuk mendapatkan tempat kedudukan dari tempat kedudukan dari semua titik potong
antara graris-garis operasi.
Kita dapat memperhatikan q sebagai jumlah mol cairan jenuh yang dihasilkan pada plate
umpan oleh setiap mol umpan yang ditambahkan ke menara. Dalam Gambar 4 satu diagram
menunjukkan hubungan diantara aliran di atas dan dibawah umpan masuk. Dari definisi q,
mengikuti persamaan berikut:
Lm = Ln + qF ..
Vn = Vm + (1-q) F

Vn

(4.34)
(4.35)

Ln

(1-q)F

Vm

Gambar 17 Hubungan antara aliran di atas dan di bawah umpan masuk


Titik interseksi dari persamaan garis operasi enriching dan stripping pada xy dapat
diturunkan sebagai berikut. Dengan menulis kembali persamaan (2.4) dan (2.6) sebagai berikut
tanpa tray subscrips.
Vn y = Ln x + D xD .
(4.36)
(4.37)
Vm y = Lm x + W xw
Di mana nilai y dan x titik interseksi dua garis operasi. Substracting persamaan (4.36) dari
persamaan (4.37),
( Vm - Vn )y = (Lm - Ln )x - (D xD + W xw )

(4.38)

Subsitusi persamaan (2.2)*, (4.36), (4.37) ke dalam (4.38) dan menyusun kembali:

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

47

y=

x
q
x F
q 1
q 1

..

(4.39)

Persamaan ini adalah persamaan garis q (q line) dan tempat interseksi dua garis operasi.
Setting y = x dalam persamaan (4.39), interseksi persamaan garis q dengan garis 45 0 adalah y
= x = xF , di mana komposisi umpan overall.
Dalam Gambar 18 q line di plot untuk berbagai kondisi umpan yang ditunjukkan dalam
Gambar di bawah ini.

Mole Fraksi Dalam Uap, y

q>1
q=1
0<q<1
q=0
q<0

xD
R +1

Mol Fraksi Dalam Cairan, x


Gambar 18 Lokasi garis q untuk berbagai kondisi umpan: cairan di bawah titik didih (q>1),
Cairan pada titik didih (q = 1), cairan + uap (0<q<1), Uap jenuh (q=0)

Contoh 8 Perhitungan distilasi


Suatu campuran benzen-toluen didistilasi dalam kolom fraksinasi pada tekanan 101,3 kPa. Umpan
adalah 100 kmol/j mengandung 45 % mol benzen dan 55 % mol toluen dan masuk pada suhu 327,
6 K (130 0F). Destilat mengandung 95 % mol benzen dan 5 % mol toluen dan produk bawah
mengandung 10 % mol benzen dan 90 % mol toluen . Reflux ratio 4 :1 . Kapasitas panas umpan
rata-rata 159 kj/kg mol (13.800 btu /lb mol). Data kesetimbangan sistem ini di berikan Tabe 9.1.1
(Gean Koplis) dan dalam Fig. 9.1.1. Hitung distilat dalam kg mol/j , dan produk bawah dalam kg
mol/j, dan jumlah plat teoritis yang dibutuhkan. ?

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

48

XD = 0,95
R = Ln/D = 4

F =100 kmol/j
XF = 0,45

XW = 0,10

F = D + W
100 = D + W
F. xF = D. xD + W. xW
1000 (0,45) = D (0,95) + (100 - D)(0,10)
D = 41,2 kg mol/j, W = 58,8 kg mol/j
Untuk garis operasi rektifikasi :

yn+1 =

x
R
4
0,95
xn + D =
xn +
= 0,800xn + 0,190
R +1
R +1 4 +1
4 +1

Gambar 11.4-9 hal 644 geankoplis

Gambar 19 Diagram Mc Cabe Thiele untuk distilasi benzen-toluen


Dari diagram titik didih (Fig 9.1.1 Gean Koplis) untuk xF = 0,45 , titik didih umpan 93,5 0C
atau 366,7 K (200,3 0F )

q=

HV H F
HV H L

............................................

(2.10)

Nilai HV - HL = panas latent = 32,099 kj/kg mol.


(2.19)
HV - HF = (HV - HL) + (HL - HV ) ....................................
(2.20)
HL - HF = cpL (TB TF) .....................................................
Di mana capasitas panas dari cairan umpan dari cairan umpan cpL = 159 kj/kg mol. K ,
TB = 366,7 K ( titik didih umpan), dan TF = 327,6 K (temperatur umpan masuk)
Substitusi persamaan (2.19) dan (2.20) ke dalam persamaan (2.10),

q=

(HV H L ) + CpL(TB
HV H L

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

TF

.....................................

(2.21)

49

Substitusi nilai yang diketahui ke dalam persamaan (2.21)

32.099 + 159(366,7 327,6)


= 1,195
32,099
13.800 + 38(200,3 130)
q=
= 1,195
13.8009

q=

(SI)
(English)

Dari persamaan (2.18), slope garis q adalah :

q
1,195
=
= 6,12
q 1
1,195 1
Garis q diplot dalam Gambar 19 mulai pada titik y = xF = 0,45 dengan slope 6, 12
Garis operasi stripping digambarkan hubungan y = x = xW = 0,10 dengan interseksi garis
q dan garis operasi rektifikasi . Mulai pada titik y = x = xD , step teoritis di gambarkan (tahap
teoritis) di gambarkan seperti di tunjukkan dalam Gambar 6. Jumlah tahap teoritis = 7,6 atau 7,6
tahap minus reboiler, (6,6 plate teoritis) tidak termasuk reboiler.. Umpan masuk pada tray 5 dari
atas.

Refluk Total dan Refluk Minimum untuk Metode Mc Cabe Thield


1. Total Refluk
Pada Total reflu, R = Ln/D = .
Vn+1 = Ln + D
Ln sangat besar sebagai aliran uap, ini berarti bahwa slope R/R+1 garis operasi rektifikasi
menjadi 1,0 dan garis operasi kedua bagian kolom berimpit dengan garis diagonal 45 0 seperti
ditunjukkan oleh Gambar 20.

Mol Fraksi A Dalam Uap, y

1
2

Grs operasi
rektifikasi
Grs operasi
sripping

xW
xF
xD
Mol Fraksi A dalam cairan, x

Gambar 20 Total refluk dan jumlah tray minimum menurut metode Mc. Thield
Kondisi total refluk dapat diinterpretasikan sebagai condenser, reboiler, dan diameter
menara untuk suatu laju alir yang diberika yang tak terhingga. Jika volatilitas relative campuran
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

50

biner constan, persamaan Fenske dapat digunakan untuk menghitung jumlah tahap teoritis
minimum Nm jika total condenser digunakan:

Nm
Atau

x D 1 xW
log
1 x D xW
=
log av

Nm =

.. (2.22)

log [x D (1 xW ) / xW (1 x D )]
1 ..(2.23)
log AB

Untuk variasi kecil dalam , av = 1 W

)1 / 2 , dimana

adalah volatilitas relative uap

over head dan W adalah volatilitas relative cairan bawah (bottoms liquid).

Reflux ratio minimum

Mol fraksi A dalam uap, y

Reflux ratio minimum dapat didifinisikan sebagai reflux ratio Rmx xD dan xW
dimaksud.

yang

q line
y
Rm
x y,
= D
Rm + 1 x D x ,

2.24

Rm = Refluk minimum

xW x

xF

xD

Mol fraksi A dalam cairan,

Gambar 9. Refluk ratio minimum dan jumlah tray tak terhingga dengan metode Mc Cabe Thiele.

Kebutuhan Pemanasan dan Pendinginan

Kehilangan kalor dari kolom besar yang berisolasi relative kecil dan kolom itu sendiri pada
dasarnya adiabatic. Efek kalor pada keseluruhan unit itu terbatas pada condenser dan pendidih
ulang saja. Jika kalor laten rata-rata hdala d, dan perubahan kalor sensible total di dalam arus zat

cair kecil saja, kalor yang ditambah pada pendidih ulang qr ahla V , dalam Btu per jam atau
dalam watt. Bila umpan itu zat cair pada titik gelembungnya (q =1), kalor yang diberikan pada
pendidih ulang sama yang dikeluarkan pada kondenser, tetapi tidak demikian halnya untuk nilai q
yang lain. (OTK jilid 2 ed 2 , McCabe, halaman 52).
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

51

Jika sebagai mdium pemanas digunakan uap jenuh, kuantitas uap yang diperlukan pada
pendidih ulang adalah:

m =

..

(2.25)

Dimana : m = konsumsi uap pemanas

V = uap hasil pendidih ulang

s = kalor laten uap pemanas


= kalor laten campuran
Jika air digunakan sebagai medium pendingin dalam condenser dan kondensatnya tidak
dingin lanjut, kebutuhan air pendingin adalah :
^
V
V
mc =
=
.
(2.26)
T 2 T1
T1 T 2
^

Di mana m c = konsumsi air


T2 T1
= kenaikan suhu air.

Efisiensi Tahap (Tray Efficiencies)


1. Efisiensi Keseluruhan
Jumlah tahap ideal
E0 =
Jumlah tahap aktual

...................................................................... (2.27)

2. Efisiensi Tahap Murphree (Murphree tray Effisiency)


y y n +1

(2.28)
E M = n*
y n y n +1
yn = konsentrasi actual rata-rata campuran yang meninggalkan tray n
yn+1 = konsentrasi uap rata yang masuk tray n
Yn* = konsentrasi uap yang yang setimbang dengan cairan dari konsentrasi xn
yang meninggalkan tray.
3. Efisiensi Lokal (Point Effisiecy atau Local Effisiency)
y ' y n' +1
..
E MP = n*
y n y n' +1

(2.29)

y n' = konsentrasi uap pada titik tertentu dalam plate n

y n' +1 = konsentrasi uap yang masuk plate n pada titik yamg sama
y n* = Konsentrasi uap berada dalam kesetimbangan dengan x n' pada titik yang

sama.
Dalam kolom diameter kecil aliran cukup bercampur dengan cairan sehingga uniform
(seragam) pada tray itu. Konsentrasi liquid yang meninggalkan tray sama dengan pada tray., maka
y n' = y n , y n +1 = y n' +1 , y n' * = y n* . Efisiensi lokal sama dengan efisiensi Murfree atau EM = EMP.

DISTILASI FRAKSINASI MENGGUNAKAN METODE KONSENTRASI- ENTHALPI

Data Konsentrasi Entalpi

Pada metode Mc Cabe Thield digunakan untuk menghitung jumlah tahap teoritis atau tahap
yang diperlukan untuk pemisahan campuran biner A dan B dengan distilasi fraksinasi atau distilasi
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

52

faksional. Asumsi utama dalam metode ini adalah : panas laten dianggap sama, perpedaan panas
sensibel diabaikan, laju alir molal over flow dianggap konstan dalam setiap bagian menara distilasi.
Dalam hal ini akan mempertimbangkan distilasi fraksinasi dengan menggunakan data konsentrasi
entalpi dimana laju alir molal over flow tidak perlu konstan. Analisis ini akan di buat menggunakan
entalpi juga neraca massa.. Metode ini juga disebut metode Ponchon Savarit.
Suatu diagram untuk campuran uap-cairan A dan B di ambil dalam menghitung panas
latent, panas pelarutan, atau campuran, dan panas sensible dari componen campuran. Data berikut
diperlukan untuk membuat statu diagram pada tekanan constan:
a. kapasitas panas cairan sebagai fungsi temperatur, komposisi, dan tekanan,
b. panas larutan sebagai fungsi temperatur dan komposisi;
c. panas latent penguapan sebagai fungsi komposisi dan tekanan atau temperatur, dan
d. titik didih sebagai fungsi tekanan, komposisi, dan temperatur.
Diagram pada tekanan konstan di dasarkan pada keadaan cairan dan temperatur reference,
seperti pada 273 K (32 o. Garis cairan jenuh dalam entalpi h kj/kg (btu/lbm) atau kj/kg mol
dihitung dengan :
H = xA cp A ( T To ) + ( 1 xA ) cp B (T - To ) + Hsol .(2.29)
K (oF), To
Di mana xA fraksi berat atau fraksi mol A , T adalah titik didih campuran dalam
adalah temperature reference , K, cPA adalah kapasitas panas komponen A dalam kj/kg.K (btu/lbm
.oF) atau kj/kg mol K, cP B adalah kapasitas panas B, dan Hsol menjadi negative dalam persamaan
(2.29).
Garis entalpi uap jenuh H kj/kg atau kj/kg mol dihitung dengan menambahkan panas latent
penguapan mix ke entalpi cairan jenuh. Untuk maksud yang praktis adalah :
mix = xA A + ( 1 - xA ) B .. (2-30)
Di mana A panas latent penguapan A dalam kj/kg (btu/lbm) atau kj/kg mol dan B panas latent
B.
Sering panas larutan diabaikan karena kecil, seperti dalam campuran hidrokarbon; maka
garis entalpi uap jenuh dan garis entalpi cairan jenuh digambarkan sebagai garis lupus diantara
entalpi cairan jenuh dari componen murni dan entalpi uap jenuh dari componen murni.
Dalam Gambar 10 (Fig 11.6-1 Geankoplis) Plot konsentrasi entalpi ditunjukkan. Garis
bagian atas menunjukkan entalpi uap jenuh sebagai H kj/kg mol uap versus yA, dan garis bagian
bawah, entalpi cairan jenuh sebagai h kj/kg mol cairan versus mol fraksi cairan xA. Daerah diantara
dua garis ini adalah adalah daerah dua fase cairan dan uap. Tie line ab menunjukkan entalpi dan
komposisi cairan dan fase uap dalam kesetimbangan. Dengan menggambarkan garis dc, da, dan
cb, tie line ab diperoleh..

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

53

Kembali Ke Menu Utama

BAB 4
EKSTRAKSI PADAT- CAIR

1. PENDAHULUAN
Ekstraksi padat-cair adalah suatu proses pemisahan konstituen yang dapat larut (solute)
pada suatu campuran padat dengan menggunakan pelarut, atau dengan perkataan lain merupakan
suatu proses pemisahan zat yang dapat larut dari campurannya dengan padatan lain yang tidak
dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair. Untuk membedakan dengan ekstraksi caircair, maka proses ini sering disebut dengan leaching. Ekstraksi padat-cair maupun ekstraksi caircair pada prinsipnya sama yaitu pemisahan dua macam zat cair dari suatu padatan dengan bantuan
zat cair yang disebut sebagai pelarut (solvent).
Kebanyakan unsur-unsur biologis, organik, dan anorganik terdapat dalam bentuk campuran
dari komponen-komponen yang berbeda dalam padatan. Untuk memisahkan solute yang diinginkan
atau menghilangkan komponen solute yang tidak diinginkan dari fasa solid, maka solid tersebut
dikontakkan dengan liquid.
Sampai saat ini teori tentang leaching masih sangat kurang seperti mengenai laju
operasinya belum banyak diketahui sehingga untuk merancang peralatan leaching didasarkan pada
hasil eksperimen dan pengalaman. Banyak bahan-bahan biologis yang dipisahkan dengan proses
leaching. Sebagai contoh adalah ekstraksi gula dari gula bit dengan air panas. Solvent organik
seperti hexana dan aseton digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang tanah, kacang
kedelai, biji bunga matahari, dan berbagai jenis bahan makanan lain. Banyak pula produk-produk
farmasi yang diperoleh dengan cara leaching.
Pada dasarnya metode pemisahan dengan secara fisika dalam operasi bertujuan untuk
memisahkan zat cair yang homogen, dimana campuran telah bercampur sedemikian rupa sehingga
molekul-molekul zat yang satu terdapat di antara molekul-molekul zat yang lainnya. Dalam seluruh
operasi larutan yang diekstraksi disebut umpan dan cairan yang dikontakkan dengan umpan
disebut sebagai pelarut. Hasil yang banyak mengandung pelarut disebut ekstrak, sedangkan cairan
sisa dari solute yang dipisahkan disebut rafinat.
Penggunaan secara besar-besaran proses ekstraksi padat-cair terdapat pada industriindustri logam. Logam yang akan diambil biasanya terdapat dalam bentuk campuran dengan
sejumlah besar konstituen yang tidak diperlukan, dan ekstraksi padat-cair digunakan pula untuk
memisahkan logam dalam bentuk garam yang dapat larut. Garam tembaga dipisahkan dari tanah
tambang yang mengandung mineral-mineral lain dengan asam sulfur atau larutan yang
mengandung amonia. Garam-garam kobalt dan nikel dipisahkan dari tanah tambang dengan asam
sulfat dan aminia serta oksigen. NaOH diekstrak dari slurry CaCO3, dan NaOH sendiri diperoleh dari
reaksi Na2CO3 dengan Ca(OH)2.
2. OPERASI LEACHING
Operasi leaching dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara batch dan secara
berkesinambungan. Operasi secara batch sering dilakukan dipertambangan dimana peralatan
dituangkan denngan sejumlah bahan atau dengan mengalirkan larutan pada suatu unggun dan
larutan yang diperoleh dikeluarkan tembaga diambil dari bijihnya dengan menggunakan asam
sulfat. Sering juga digunakan tangki ekstraktor, dimana pelarut segar dicampurkan pada bahan
yang hampir terekstraksi habis. Larutan mengalir berturut-turut dari tangki pertama sampai tangki
terakhir dimana bahan baku ditempatkan.
3. PERSIAPAN BAHAN BAKU UNTUK EKSTRAKSI
Persiapan bahan untuk ekstraksi sangat tergantung pada banyaknya bahan yang akan
diekstraksi, distribusi konstituen di dalam solute, sifat-sifat bahan yang akan diekstrak termasuk
bagaimana zat tersebut tersimpan dalam bahan, dan ukuran partikel bahan. Bila kostituennya yang
akan dilarutkan tersebar merata pada solid, maka yang dipermukaan solid akan larut ke dalam
solvent terlebih dahulu dan akibatnya solid akan berpori. Selanjutnya pelarut harus menembus
lapisan larutan di permukaan solid untuk mencapai konstituen yang ada di bawahnya. Hal ini
mengakibatkan turunnya kecepatan ekstraksi dengan tajam karena sulitnya lapisan tersebut
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

54

ditembus. Tetapi bila konstituen yang dilarutkan merupakan bagian sebesar solid maka sisa solid
yang berpori segera pecah menjadi solid yang cukup halus sehingga tidak menghalangi
perembesan solvent ke lapisan yang lebih dalam.
4. Mekanisme Proses Ekstraksi
Umumnya proses ekstraksi dibagi kepada tiga macam yaitu perubahan fase konstituen
(solute) untuk larut ke dalam pelarut, difusi melalui pelarut ke dalam pori-pori sehingga keluar dari
partikel, dan akhirnya perpindahan konstituen (solute) dari sekitar partikel ke seluruh larutan.
Setiap bagian dari mekanisme tersebut akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, namun bagian
pertama berlangsung sangat cepat, maka kecepatan reaksi keseluruhan dapat diabaikan. Ada
beberapa sistem solute yang akan diekstraksi, konstituen yang akan dilarutkan terisolasi oleh suatu
lapisan yang sangat sulit ditembus oleh pelarut, misalnya bijih emas di dalam batu karang dan
untuk ini solid harus dipecahkan terlebih dahulu. Begitu juga solute yang terdapat di dalam solid
yang terstruktur secara seluler akan sulit diekstraksi karena struktur yang demikian merupakan
tahanan tambahan terhadap perembesan liquid (pelarut), misalnya ekstraksi pada gula bit. Untuk
mengatasi hal semacam ini, maka solid harus terlebih dahulu dipotong tipis memanjang sehingga
sebagian dari sel-sel yang solid akan pecah. Pada ekstraksi minyak dari biji-bijian walaupun bentuk
solidnya seller, akstraksi tidak terlalu sulit dilakukan karena konstituen sudah berbentuk solid
(minyak).
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN EKSTRAKSI
Seleksi alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membatasi
kecepatan ekstraksi. Bila kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui poripori solid, maka ukuran partikel yang akan diolah harus lebih kecil agar jarak perembesan tidak
terlalu jauh. Sebaliknya bila mekanisme difusi solute dari permukaan partikel ke dalam secara
kesluruhan merupakan faktor mengendalikan, maka harus dilakuakan pengadukan.
Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam proses leaching, yaitu:
(a) Ukuran partikel
Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara parteikel dan
liquid, maka akan memperbesar rate transfer material, disamping itu juga akan memperkecil
jarak difusi. Namun demikian partikel yang sangat halus akan tidak efektif bila sirkulasi proses
tidak dijalankan. Disamping juga mempersulit drainase sisa liquid (residu). Jadi harus ada range
tertentu untuk ukuran partikel dimana suatu partikel harus cukup kecil, tetapi juga tidak terlalu
kecil sehingga tidak menggumpal dan menyulitkan drainase.
(b) Jenis Pelarut
Perlu larutan yang cukup baik dimana tidak merupakan perusak konstituen yang diharapkan
atau residu. Disamping itu pelarut tidak boleh mempunyai viscositas tinggi agar sirkulasi bebas
dapat terjadi.
(c) Temperatur Operasi
Umumnya kelarutan suatu solute yang akan diekstraksi akan bertambah dengan meningkatnya
temperatur, demikian juga dengan laju difusi. Secara keseluruhan akan menambah laju
ekstraksi.
(d) Pengadukan
Laju difusi akan bertambah dengan adanya pengadukan, karena perpindahan bahan dari suatu
permukan ke permukaan lain akan bertambah cepat dengan adanya pengadukan.
6. PERPINDAHAN MASSA
Berdasarkan tahanan terhadap perpindahan massa melalui lapisan tipis (film), maka
konsentrasi larutan ekstraksi pada waktu t adalah
C = Cs (1 e-(k.A/bV)t)
Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

55

Dalam hal ini:

C = konsentrasi solute dalam larutan menyeluruh


Cs = konsentrasi larutan jenuh

A = luas permukaan kontak padat-cair


b = tebal efektif lapisan tipis sekitar partikel
V = volume larutan keseluruhan
K = koefesien difusifitas
Jika leaching diikuti dengan pengadukan yang cukup tinggi, maka laju perpindahan massa tidak
akan dipengaruhi oleh kecepatan putaran pengaduk.
7. METODE OPERASI
(1) Operasi Secara Batch
Operasi ini sering dilakukan di pertambangan. Pelarut dituangkan ke dalam setumpuk
bahan atau dialirkan melalui unggun bahan. Larutan yang diperoleh dikeluarkan sekaligus. Dengan
metode ini pengontakan antara padatan yang terlarut dilakukan sekaligus dan kemudian dipisahkan
dari padatan sisa. Cara ini disebut sistem operasi bed bertahap tunggal seperti terlihat pada
Gambar 1.
Padatan

Pelarut

Ke unit

i h

Gambar 1 Operasi Batch Bertahap Tunggal

Operasi secara batch dapat juga dilakukan dengan aliran bertahap banyak sistem aliran
berlawanan. Sistem ini terdiri dari beberapa unit bed yang yang disusun berderet atau dalam
lingkaran yang dikenal dengan rangkaian ekstraksi (Gambar 2). Dalam sistem ini padatan dibiarkan
stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa larutan yang konsentrasinya masih
menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung solute, yang meninggalkan rangkaian setelah
dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian terlebih
dahulu dikontakkan dengan padatan baru dalam tangki yang lain.
Larutan pekat

Pelarut
b

Inert

Padatan baru

(a) Langkah pertama


Padatan baru

Inert

1
Larutan pekat

(b) Langkah kedua

Pelarut baru

Gambar 2 Operasi batch bertahap banyak dengan aliran berlawanan

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

56

(2) Operasi Secara Kontinyu


Sistem ini banyak digunakan dalam industri karena sistem ini memungkinkan didapatnya
perolehan solid yang lebih tinggi. Operasi secara kontinyu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
aliran sejajar dan aliran berlawanan arah. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran
sejajar atau aliran silang dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap
pertama. Kemudian aliran bawah dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada tahap
berikutnya, demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran atas dapat dikumpulkan
menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem aliran sejajar, atau ditampung secara terpisah,
seperti pada sistem dengan aliran silang.

Larutan

Padatan

P1

P2

Pn

Pn

Pelarut
Gambar 3 Sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar

Larutan

Padatan

Ln-

L2

P1

P2

Ln

Pn-

Pn

Pelarut
Gambar 4 Sistem bertahap banyak dengan aliran silang

Pada aliran yang berlawan arah sistem ini aliran bawah dan atas mengalir secara
berlawanan. Operasi dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat, yang
merupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru, operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap
akhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap n-1.
Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan didapatkannya perolehan solute yang tinggi,
sehingga banyak digunakan di dalam industri.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

57

Larutan pekat

Pelarut
1

Inert

n
Padatan baru

Gambar 5 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan


8. METODE PERHITUNGAN
Untuk memudahkan dalam membuat neraca kesetimbangan, maka digunakan beberapa
istilah dan notasi yang akan digunakan dalam menjelaskan metode perhitungan ini. Solid yang
mengandung zat yang akan dilarutkan disebut sebagai solute dan dinotasikan dengan A, sedangkan
zat yang tidak terlarut disebit dengan inert dan diberi notasi B, dan pelarut yang digunakan diberi
notasi C. Di dalam setiap stage terjadi dua aliran, yaitu aliran liquid yang terdiri dari pelarut C dan
solute A, selanjutnya disebut aliran overflow yang diberi notasi V dengan komposisi y, kadangkadang aliran ini membawa sedikit inert B. aliran yang kedua adalah aliran solid inert yang
membawa sedikit liquid, aliran ini disebut aliran underflow dengan notasi L dan komposisinya x.
larutan yang terbawa oleh aliran underflow ini disebut entraiment. Aliran ini biasanya berada di
bagian bawah.
Stage ideal didefinisikan sebagai suatu stage dimana terjadi kesetimbangan antara liquid
overflow entralment. Untuk mempermudah suatu operasi leaching dalam penentuan jumlah stage
ideal, maka diasumsikan hal-hal sebagai berikut.
(a) Materi yang diolah terdiri dari inert solid, solid tunggal, dan solvent yang hanya melarutkan
solute
(b) Solute tidak diasbsorpsi oleh iner, kecuali dalam hal tertentu dan diketahui hubungan
kesetimbangannya
(c) Perpindahan solute ke dalam solvent hanya karena peristiwa fisis
9. EFISIENSI STAGE
Bila efisiensi suatu stage tidak sempurna, maka rasio solute terhadap solvent dalam aliran
overflow akan lebih kecil dari yang ada dalam aliran underflow, akibatnya jumlah stage nyata akan
akan lebih besar dengan jumlah stage hasil hitungan. Jika efisiensi tidak tergantung pada
konsentrasi larutan, kama jumlah stage aktual adalah jumlah stage ideal dibagi dengan efisiensi
total. Tetapi bila efisiensi sangat tergantung pada konsentrasi larutan setiap stage, misalnya Xn
adalah kadar underfloe yang masuk stage ke-n dan kadar ini akan berubah menjadi Xn+1 dalam
suatu stage ideal. Maka solute dalam underflow akan berkurang sejumlah yang dinyatakan AB. Bila
efisiensi tidak 1005 misalnya perubahan solute hanya sejumlah yang dinyatakan BC, maka
komposisi solute dalam underflow adalah Xn+1. Dengan cara seperti ini perhitungan jumlah stage
nyata dapat langsung dilakukan dalam grafik.

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

58

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

59

SILABUS MATA KULIAH

I. Identitas Mata Kuliah


a. Kode dan Nama Mata Kuliah
b. Kelompok & Jenis Mata Kuliah
(1) Mata Kuliah inti
(2) Mata Kuliah Institusional
(3) Kompetensi
c. Jumlah Satuan Kredit Semester
d. Prasyarat

: FTK 095 Operasi Teknik Kimia


:
: [ ] MPK [ ] MKK [9] MKB [
: [ ] MPK [ ] MKK [ ] MKB [
: [9] Utama [ ] Pendukung
: 3 (3-0) SKS
: Operasi Teknik Kimia II

III
] MPB [ ] MBB
] MPB [ ] MBB
[ ] Lainnya

II. Substansi Kajian


Sesudah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menguasai pengetahuan dasar
tentang proses pemisahan phase gas-cair, cair-padat, cair-cair, dan proses pemisahan
dengan membran.
III. Buku Sumber
1. McCabe, W.L., Smith, J.C. and Harriot, P., (1985), Unit Operations of Chemical
Engineering, Fourth Edition, McGraw Hill.
2. Geankoplis, C.J, (1993), Transport Processes and Unit Operations, second ed.,
Allyn & Bacon, Boston.
3. King, R., (1980), Separation Process, McGraw Hill.
4. Rautenbach, R, and Albecht, R., C, (1989), Membrane Procoses, John. Wiley &
Sons Ltd.
5. Treybal, R.E., (1980), Mass Transfer Operations, Third Edition, McGraw Hill,
Japan.
6. Henley, S., (1981), Equilibrium Stage Separation in Chemical Engineering, John
Willey.
7. Coulson, J.M and Richardson, J.F., (1983), Chemical Engineering Design, Vol. VI,
Pergamon,London

Operasi Teknik Kimia 3 (Suhendrayatna)

60

BIOGRAFI PENULIS

Muhammad Zaki, lahir di Banda Aceh, 7 Maret 1965, adalah dosen dan peneliti pada
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala sejak tahun 1992.
Mendapat gelar Insinyur tahun 1990 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dengan skripsi berjudul Prarencana Pabrik
Acrolein dari Propilen. Menyelesaikan Master dan Doktor pada Jurusan Teknik Kimia
dan Proses Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada Bulan Agustus 2005 dengan
tesis berjudul Biodegrdasi Karet Alam Oleh Actinomycete. Sejak bulan mei tahun 2006
menjadi ketua Laboratorium Bioproses, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Unsyiah serta terlibat dalam kegiatan pengembangan Pusat Kajian Industri (Patri)
Jurusan Teknik Kimia. Penulis juga aktif sebagai staf ahli Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDALDA) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Suhendrayatna, lahir di Banda Aceh, 1 Januari 1967, adalah dosen dan peneliti pada
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala sejak tahun 1993.
Mendapat gelar Insinyur tahun 1991 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dengan skripsi berjudul Prarencana Pabrik
Carbon Tertra Chlorida (CCl4). Menyelesaikan Master dan Doktor pada Applied
Chemistry and Chemical Engineering Department Kagoshima University pada Bulan
Maret tahun 2001 dengan tesis berjudul Biotransformation of Arsenic. Sejak tahun 1993
menjadi ketua Laboratorium Operasi Teknik Kimia Unsyiah serta terlibat dalam
kegiatan pengembangan Program Studi Teknik Kimia dan Universitas Syiah Kuala
antara lain: Program TPSDP, SP4, MONEV-Internal Unsyiah, Akreditasi, Master Plan
Unsyiah, dan Lembaga P3AI Unsyiah sebagai Tim PEKERTI/AA. Penulis juga aktif
sebagai editor pada beberapa Jurnal ilmiah antara lain Proceedings of Indonesian
Scientific Meeting on Science and Technology, Proceedings of Seminar Computational
Mechanics and Numerical Analysis (CMNA), Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan,
Jurnal Reaksi, Jurnal Rona Lingkungan, dan Proceedings of National Conference on
Chemical Engineering Science and Application (ChESA). Penulis juga aktif sebagai staf
ahli Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDALDA) Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Beberapa buku ajar yang telah ditulis adalah:
(1) Manajemen Operational Laboratorium, 2004.
(2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2005.
(3) Instrumen Analisis, 2005.

Penerbit
Syiah Kuala University Press
Darussalam Banda Aceh

ISBN : .................................................

Dr.Ir.Marwan Husen/Dr.Ir.M.Husin Ismayanda, M.Sc/Dr.Ir.Suhendrayatna,M.Eng/Dr.Ir.Muhammad Zaki, M.Sc.

61

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN


SEMESTER [ ] GENAP
[9 ] GANJIL TAHUN 2006/2007
1. Nama Mata Kuliah
: FTK 095 Operasi Teknik Kimia III
2. Jumlah SKS
: 3 (3-0) SKS
3. Mata Kuliah Prasyarat
: Operasi Teknik Kimia II
4. Tim Pengasuh Mata Kuliah
:
Kelas A : Dr. Ir. Medyan Riza, M.Eng/ Dr. Ir. M.Husin Ismayanda, M.Sc.
Kelas B : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng/Dr. Ir. Muhammad Zaki, M.Sc
5. Kompetensi Dasar
1. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan matematika, basic science dan
dasar-dasar teknik (enginnering)
2. Kemampuan untuk merancang suatu system, komponen atau proses untuk
memenuhi suatu kebutuhan
3. Kemampuan untuk menidentifikasi, memformulasi dan menyelesaikan masalahmasalah teknik
6. Buku Sumber
1. McCabe, W.L., Smith, J.C. and Harriot, P., (1985), Unit Operations of Chemical
Engineering, Fourth Edition, McGraw Hill.
2. Geankoplis, C.J, (1993), Transport Processes and Unit Operations, second ed.,
Allyn & Bacon, Boston.
3. King, R., (1980), Separation Process, McGraw Hill.
4. Rautenbach, R, and Albecht, R., C, (1989), Membrane Procoses, John. Wiley &
Sons Ltd.
5. Treybal, R.E., (1980), Mass Transfer Operations, Third Edition, McGraw Hill,
Japan.
6. Henley, S., (1981), Equilibrium Stage Separation in Chemical Engineering, John
Willey.
7. Coulson, J.M and Richardson, J.F., (1983), Chemical Engineering Design, Vol. VI,
Pergamon,London

Dr.Ir.Marwan Husen/Dr.Ir.M.Husin Ismayanda, M.Sc/Dr.Ir.Suhendrayatna,M.Eng/Dr.Ir.Muhammad Zaki, M.Sc.

62

7. Garis besar pokok pengajaran


No

Tujuan Instruksional
Khusus

1.

Mahasiswa mampu
memahami dasar-dasar
Operasi Teknik Kimia

2.

Mahasiswa

Pokok Bahasan
Pengantar Operasi
Teknik Kimia

Subpokok Bahasan

Konsep dasar proses operasi


1. Kesetimbangan
2. Driving force
3. Pemisahan
4. Pola aliran
5. Operasi Kontinyu dan batch
Unit Operasi
1. Integrasi unit operasi
2. Analisa unit operasi
3. Operasi stage
4. Dua karakteristik Physical models
5. Operasi kecepatan/rate operation
6. Operasi unsteady
7. Perkembangan umum
Operasi Stage
Operasi perpindahan massa
1. Proses pemisahan
a. Distilasi
b. Absorbsi dan desorbsi gas
c. Ekstraksi Cair-Cair
d. Ekstraksi Cair-Padat
e. Adsorpsi
f. Pemisahan dengan membrane
g. Proses pemisahan lainnya
2. Konsep stage
3. Alat Untuk Operasi Stage
4. Mengkontakkan Cairan-Gas
5. Mengontakkan cairan-cairan
6. Mengontakkan cairan-padatan
mampu Konsep
perpindahan Jenis-jenis
proses
pemisahan

Estimasi
Waktu
(menit)
3 x 50 menit

3 x 50 menit

Sumber Rujukan
Geankoplis (2nd ed): 572573.

Geankoplis

(2nd

ed):572-

memahami
dasar-dasar massa
pemisahan uap cairan

berdasarkan kesetimbangan fasa

573.

Kesetimbangan fasa

Geankoplis (2nd ed):574575.


Treybal (3nd ed): 275-281.
Geankoplis (2nd ed):575577.

Kesetimbangan satu tahap


Kesetimbangan banyak tahap
3.

Mahasiswa mampu
memahami prinsip
perpindahan masa antar fasa

Perpindahan masa
antar fasa

Profil konsentrasi pada interface

3 x 50 menit

Koefisien perpindahan masa film


Koefisien
keseluruhan

4.

Distilasi

Bahan Kuliah Operasi Teknik Kimia 3


Disusun oleh : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng

perpindahan

massa

Geankoplis (2nd ed):577581.


Mc. Cabe:11-15.
Geankoplis (2nd ed):582587.
Treybal (3nd ed): 106-107.
Geankoplis
587.
Treybal (3nd
Geankoplis
590.
Treybal (3nd

(2nd

ed):583-

ed): 107-109.
(2nd ed):587ed): 109-111.

konsep proses pemisahan phase gas-cair


Distilasi
(1) Dasar-dasar proses distilasi
(2) Hubungan kesetimbangan antar
fase
(3) Tahapan kontak kesetimbangan
tunggal dan mulitipel
(4) Transfer massa antar phase
(5) Distilasi dalam plate dan packed
tower
Umpan masuk (Feed)
(1) Kondisi umpan

5.

Absorbsi

6.

Ekstraksi Cair cair

Bahan Kuliah Operasi Teknik Kimia 3


Disusun oleh : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng

(2) Garis umpan


Reflux
(1) Total Reflux
(2) Ratio Reflux minimum
Kebutuhan pemanas dan pendingin
(1) Kondensor
(2) Reboiler
Efisiensi plate untuk distilasi
(1) Efisiensi keseluruhan
(2) Efisiensi
Tahap
Murphree
(Murphree tray Effisieny)
(3) Efisiensi Lokal (Point Effisiecy
atau Local Effisiency)
Distilasi fraksinasi menggunakan metode
konsentrasi- enthalpi
Absorpsi
1. Dasar-dasar proses pemisahan gascair
2. Hubungan kesetimbangan antar fase
3. Tahapan
kontak
kesetimbangan
tunggal dan mulitipel
4. Transfer massa antar phase
5. Absorpsi dalam plate dan packed
tower
Efisiensi plate untuk Absorbsi
Absorpsi dengan plate dan packed tower
Ekstraksi
(1) Mekanisme proses Ekstraksi
(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan Ekstraksi
(3) Perpindahan massa
(4) Metode operasi Ekstraksi
(5) Metode perhitungan stage

Leaching untuk zat


cair-padat

(6) Efisiensi plate untuk Ekstraksi


Leaching
(1) Mekanisme proses leaching
(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan ekstraksi
(3) Perpindahan massa
(4) Metode operasi
(5) Metode perhitungan stage
(6) Efisiensi plate untuk Leaching

Proses pemisahan
dengan membran

Bahan Kuliah Operasi Teknik Kimia 3


Disusun oleh : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng

Kembali Ke Menu Utama

SEKILAS TENTANG PENULIS

I. Data Pribadi
1. Nama
2. Tempat, Tanggal Lahir
3. Pekerjaan

: Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng.


: Banda Aceh, 1 Januari 1967
: Dosen Fakultas Teknik Universitas Syiah Kual

4. Jenis Kelamin

: Laki-laki

5. Alamat

: Jln. Batara Utama No. 37 Komplek Perum Lembah Hijau, Desa Cot Mesjid, Kec.
Leungbata, Banda Aceh. Telp. 0651-22548 HP: 08126911823

II. Riwayat Pendidikan


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenjang Pendidikan
SD Negeri 22
SMP Negeri 1
SMA Negeri 2
UNSYIAH
Kagoshima Univ.
Kagoshima Univ.

Tempat
Banda Aceh
Banda Aceh
Banda Aceh
Banda Aceh
Jepang
Jepang

Tahun
1979
1982
1985
1991
1998
2001

Ijazah/Titel
Ya
Ya
Ya
Ya/IR.
Ya/M. Eng
Ya/Dr. Eng

Bidang Keahlian
Teknik Kimia
Kimia Terapan
Teknik Lingkungan (Logam
berat dan limbah B3)

III. Pengalaman penelitian dan pekerjaan


1. Studi tentang penyaringan air dengan menggunakan fixed bed filtration. (Banda Aceh, 1992).
2. Anggota tim peneliti Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) PLTD Tapaktuan (Banda Aceh, 1992
1993)
3. Anggota tim peneliti Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) PLTD Aceh Tenggara (Banda Aceh,
1992 1993)
4. Anggota tim peneliti Studi Kualitas Udara di Kota Kagoshima Jepang (Kagoshima, 1997-2001)
5. Ketua Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala (1993-1996)
6. Sekretaris Proyek HEDS/DGHE-JICA Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (1993-1996)
7. Aktif dalam pengelolaan Laboratorium Bioenvironmental Engineering pada Kagoshima University,
Japan (1996-2001)
8. Mengikuti seminar internasional mengenai pengelolaan dan pengolahan limbah beracun (Tokyo,
Japan, 1997)
9. Mengikuti seminar internasional mengenai pengelolaan dan pengolahan limbah beracun
(Hiroshima, 2000)
10. Aktif sebagai Teaching Assistance pada Kagoshima University, Japan (1996-2001).
11. Ketua Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala (2001- sekarang)
12. Staf Ahli Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDALDA-NAD) Tahun 2002 sekarang.
13. Ketua Tim Peneliti Toxicity Chracteristic Leaching Procedure (TCLP) dan Lethal Dose 50 Percent
(LD-50) limbah sludge Pertamina DOH Rantau (2002).
14. Ketua Tim Peneliti Sampling and Analyzing The Unused Drilling Waste at Drilling Warehouse
Landing ExxonMobil Oil Indonesia Inc., Lhoksukon, Aceh Utara (2002)
15. Anggota Tim Ahli Studi Kelayakan industri Air Mineral Sabang (2003)
16. Sekretaris Tim MONEV Project DUE-like Unsyiah (2003)
17. Ketua Tim Peneliti Bahan Beracun dan Berbahaya pada Copper Slag PT. SAI Lhoknga Aceh
Besar (2003)
18. Anggota Tim Ahli Studi Kelayakan Penggunaan Kembali Air Blowdown Boiler dan Air Limbah
Domestik PT. Arun, Lhokseumawe, Aceh Utara (2003)
19. Ketua tim pemindahan dan re-install peralatan TOC Analyzer pada PT. AAF Lhokseumawe (2003)
20. Anggota tim re-install peralatan Laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDALDA) Nanggroe Aceh Darusslam (2003)

21. Anggota tim penyusunan Study Kelayakan Kawasan Industri Blang Ulam, Kapet-Bandar
Darussalam (2003)
22. Ketua Tim MONEV Internal Unsyiah (2004 sekarang)
IV. Pelatihan-Pelatihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan

Environmental Safety and Laboratory Management, Kagoshima, Japan (1999)


Hazardous waste Management, Hiroshima, Japan (2000)
Heavy Metals waste Management, Miyazaki, Japan (2001)
Air Pollution Control, Kagoshima (2001)
Keselamatan Kerja dan Manajemen Laboratorium, Medan, Indonesia (2002)
Dasar-dasar AMDAL (A), Banda Aceh, Indonesia (2002)

V. Publikasi Ilmiah
1. Suhendrayatna, A. Ohki, T. Kuroiwa and S. Maeda, Arsenic compounds in the freshwater green
microalgae, Chlorella vulgaris after exposure to arsenite, Applied Organometallic Chemistry, 13,
127-133 (1999).
2. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Arsenic accumulation, transformation, and tolerance on
the freshwater, Daphnia magna, Toxicological and Environmental Chemistry, 72, 1-11 (1999).
3. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Studies on the accumulation and transformation of
arsenic in freshwater organisms: I. Accumulation, transformation and toxicity of arsenic
compounds on the Japanese Medaka, Oryzias latipes, Chemosphere, 46, 319-324 (2002).
4. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Studies on the accumulation and transformation of
arsenic in freshwater organisms: II. Accumulation and transformation of arsenic compounds by
Tilapia mossambica, Chemosphere, 46, 325-331 (2002).
5. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Biotransformation of Arsenite in the freshwater food
chain models, Applied Organometallic Chemistry, 15, 277-284 (2001).
6. Suhendrayatna, A. Ohki, T. Nakajima, and S. Maeda, Metabolism and organs distribution of
arsenic in the the freshwater fish Tilapia mossambica, Applied Organometallic Chemistry, 15,
566-571 (2001).
7. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Studies on the accumulation and transformation of
arsenic in freshwater organisms: III. Accumulation and transformation of arsenic compounds by
freshwater shrimp, Neocaridina denticulata, Chemosphere (2003) under review.
8. Suhendrayatna, M. Zaki, Faisal, Pengolahan limbah industri dengan menggunakan upflow
anaerobic reactor kombinasi sludge bed dan filter bed, Proceedings HEDS SST 96 Seminar on
Science and Technology 96, 135-138 (1996).
9. Suhendrayatna, The future aspect of bioaccumulation of arsenic by freshwater green microalgae,
Chlorella Sp., Proceedings of Symposium Tekno 98, Indonesian Studens Forum For Science and
Technology in Japan, Nagaoka-Japan, ISSN 0853-7747, pp. 242-245 (1998).
10. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Bioaccumulation and toxicity of arsenic compounds on
D. magna, Proc. the 7th Scientific Meeting (Osaka) ISSN 0918-7685, pp. 206-209 (1999).
11. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Accumulation of arsenic compounds by freshwater
shrimp, Proc. the 8th Scientific Meeting (Hiroshima), ISSN 0918-7685, pp. 261-264.
12. Suhendrayatna, A. Ohki and S. Maeda, Bioaccumulation of arsenic in D. magna fed a diet of
arsenous freshwater algae, Proc. the 9th Scientific Meeting (Hamamatsu) ISSN 0918-7685, pp.
193-196 (2000).
13. A.T. Sugiarto, A. Haryono, D. Sudiana dan Suhendrayatna, Peranan Pemerintah, Pengusaha
dan Masyarakat dalam Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup. Proceeding of Agri-Biosche
2000, March 5, Chiba University, Japan (2000).
14. Suhendrayatna, Bioremoval of Heavy Metals by Microorganisms, Proceedings of Indonesian
Scientific Meeting on Science and Technology 1998, ISSN 1343-2451, Indonesian Student
Association in Japan Korda Kyushu, 25-35 (1999)
15. Suhendrayatna, Muhammad Zaki and A. Ohki, Bioakumulasi senyawa arsen oleh Yeast,
Saccharomyces serevisiae, Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 1, 7-12 (2002).
16. Suhendrayatna, Akumulasi Senyawa Arsen oleh C. vulgaris, Proc. Seminar Computational
Mechanics and Numerical Analysis, April 2002, pp. 87-92, Banda Aceh (2002)
23. Suhendrayatna, Moesa S., Faisal, Supriyanto, Sulaiman S., Boiran, Uji Toxicity Characteristic
Bahan Kuliah Operasi Teknik Kimia 3
Disusun oleh : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng

Leaching Prosedure dan Lethal Dose 50 Percent dari Sludge di LL-KK/PLM Pertamina DOH
Rantau, PPLH-Unsyiah (2002).
24. Suhendrayatna, Faisal, dan Huzaimi, A., Pengujian Bahan Beracun dan Berbahaya pada Copper
Slag PT. SAI-Lhoknga Aceh Besar, Fakultas Teknik Unsyiah (2002).

25. Suhendrayatna, Toksisitas dan Metabolisme Logam Arsen Pentavalen pada Udang Galah,
Macrobrachium rosenbergii, Jurnal Rona Lingkungan Hidup, ISSN: 1412-7709, Vol. 1, No. 2, 2936 (2002).
26. Suhendrayatna, Aisyah, C., Iswandi, dan Fadli, Immobilisasi Senyawa Khromium Hexavalent
pada Semen, Proceeding of National Conference on Chemical Engineering Sciences and
Applications 2003, 272-278 (2003).
27. Suhendrayatna dan Zaki M., Prospek Aplikasi Proses Bioakumulasi Senyawa Arsen Oleh
Mikroalgae, C. vulgaris, Proceeding of National Conference on Chemical Engineering Sciences and
Applications 2003, 62-65 (2003).
28. Suhendrayatna, Viena, V., dan Sarah, S., Isolasi Bakteri Yang Memiliki Daya Tahan Terhadap
Logam Berat Timbal dan Merkuri dari Tanah Terkontaminasi, Proceeding of National Conference
on Chemical Engineering Sciences and Applications 2003, 148-154 (2003).
29. Suhendrayatna, Iswandi, dan Fadli, Penambatan Logam Khromium pada Briket Semen Dalam
Upaya Penanganan Limbah Khromium di Lingkungan, Jurnal Rona Lingkungan Hidup, ISSN:
1412-7709, Vol. 2, No. 1, 26-31 (2003).
30. Suhendrayatna, Huzaimi, A., Sarah, S., dan Viena, V., Karakteristik Bakteri Hasil Isolasi dari
Tanah Tanah Terkontaminasi Logam Berat: Studi Pendahuluan Bioremediasi Tanah
Terkontaminasi, Jurnal Rona Lingkungan Hidup, ISSN: 1412-7709, Vol. 2, No. 2, 26-35(2003).
31. Suhendrayatna, Zaki, M., Hakim, A.R., Al-Harist, Bioakumulasi dan Toksisitas Logam Timbal
Terhadap Ikan Plati (Oryzias latipes), Jurnal Reaksi, ISSN: 1693-248X, Vol. 1 No.2, 7-15 (2003).
32. Suhendrayatna, Afnizar Huzaimi, Raihanah, dan Nurmala Dewi, Pengaruh Toksid Tanah
Terkontaminasi Logam Berat dan Hidrokarbon Terhadap Kehidupan Cacing Tanah Merah
(Allobophora caliginosa), Jurnal Rona Lingkungan Hidup, ISSN: 1412-7709, Vol. 3, No. 1, 19(2004).
33. Suhendrayatna, Saifullah Ramli, Marlina, dan Lismawarni, Toleransi dan Pengambilan Logam
Khromium Oleh Ikan Plati (Oryzias latipes), 2004, Jurnal Rona Lingkungan Hidup, ISSN: 14127709, Vol. 3, No. 2, 26-35(2004).
34. Suhendrayatna, Mukhtaruddin, Fatmawati, Rismayati, dan Kamalia Fauzi, Bioakumulasi Logam
Khromium Oleh Yeast, Saccharomyces cerevisiae, 2004, Jurnal Teknologi Terpakai, Volume 2,
Nomor 1, 17-22, 2004
35. Suhendrayatna dan Elvitriana, Pendugaan Nilai LC50 Logam Timbal Terhadap Ikan Plati (Oryzias
latipes) Dengan Metode Probit Busvine Nash, Proc. Seminar Computational Mechanics and
Numerical Analysis, Juli 2002, pp. 39-45, Banda Aceh (2004)
IV. Pengalaman Keprofesian
1. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Banda Aceh, Anggota (1990 sekarang)
2. Japan Arsenic Scientist Society, Anggota (1998 sekarang)
3. Editor pada Proceedings of Indonesian Scientific Meeting on Science and Technology 1998
4.
5.
6.
7.
8.

1999.

Editor
Editor
Editor
Editor
Editor

pada Proceedings of Seminar Computational Mechanics and Numerical Analysis (CMNA)


pada Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan (2002 sekarang)
pada Jurnal Reaksi (2003 sekarang)
pada Jurnal Rona Lingkungan (2002 sekarang)
pada Proceedings of National Conference on Chemical Engineering Science and Application

(2003 sekarang)

Darussalam, 22 Juli 2004

Dr. Ir. Suhendrayatna, M. Eng

Bahan Kuliah Operasi Teknik Kimia 3


Disusun oleh : Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng

Anda mungkin juga menyukai