Nomor : 03
Dikerjakan oleh :
Muhammad Farizan Praevia 14/363355/TK/41489
Sayoga Arifagalih Hidayatullah 14/363430/TK/41553
Dosen Pembimbing :
Prof. Ir. Wahyudi Budi Sediawan, S.U., Ph.D.
Nomor : 03
Dikerjakan oleh :
Muhammad Farizan Praevia 14/363355/TK/41489
Sayoga Arifagalih Hidayatullah 14/363430/TK/341553
Dosen Pembimbing :
Prof. Ir. Wahyudi Budi Sediawan, S.U., Ph.D.
i
Prarancangan Pabrik Heksametil Tetramin dari Formaldehid dan Amonia dengan
Kapasitas 20.000 Ton/tahun
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas PPK ini
disusun setelah melalui proses konsultasi sesuai aturan Depatemen Teknik
Kimia FT UGM, dan karenanya menyetujui untuk dikumpulkan.
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas PPK ini kami
tidak melakukan pemalsuan (fabricating) data dan tidak menjiplak karya orang lain.
Semua materi dalam laporan tugas PPK ini merupakan hasil karya kami sendiri,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Jika di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas PPK ini, maka
kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan.
PRAKATA
Puji syukur penyusun sampaikan ke hadirat Allah SWT., karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat meyelesaikan tugas perancangan pabrik
kimia dengan Judul Prarancangan Pabrik Heksametil Tetramin dari
Formaldehid dan Amonia dengan Kapasitas 20.000 Ton/tahun. Tugas
Perancangan Pabrik Kimia ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh
setiap mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, sebagai prasyarat menyelesaikan jenjang studi S-1.
Penyusun
DAFTAR ISI
INTISARI
ABSTRACT
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan manusia menyebabkan industri kimia
memegang peran vital dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya
perkembangan industri, terutama di Indonesia saat ini mengalami peningkatan
di segala bidang, terutama industri-industri yang bersifat padat modal dan
teknologi tinggi. Dengan cara itu, Indonesia diharapkan mampu bersaing
dengan negara negara maju lainnya (Ritonga, 2012). Perindustrian
menyebabkan perekonomian Indonesia berkembang pesat dan semakin baik,
sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Seiring
dengan perkembangan industri tersebut, maka kebutuhan bahan penunjang
atau bahan baku pada proses – proses dalam industri, bahan kimia dan tenaga
kerja akan meningkat. Salah satunya ialah pabrik Heksametil Tetramin
(HMTA) atau sering disebut sebagai hexamine, selama ini Indonesia masih
mengimpor hexamine untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Di Indonesia
hanya terdapat satu pabrik hexamine dengan kapasitas 8.000 ton/tahun, yakni
PT Intan Wijaya Internasional, Tbk yang berlokasi di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.
Hexamine, (CH2)6N4 merupakan salah satu produk industri kimia yang
sangat penting bagi kehidupan. Hexamine digunakan pada industri farmasi
sebagai bahan baku utama dan pada industri kimia sebagai bahan baku
intermediate (A. Alamdari, 2004). Hexamine pertama kali ditemukan oleh
Alexander Mikhaylovich Butlerov di Rusia pada tahun 1859. Hexamine mulai
digunakan sejak Perang Dunia ke II, hexamine digunakan untuk bahan baku
pembuatan cyclonite yang mempunyai daya ledak sangat tinggi. Setelah masa
Perang Dunia ke II selesai, hexamine masih diperlukan untuk keperluan
pertahanan, keamanan serta untuk industri pertambangan.
Secara luas kegunaan hexamine adalah sebagai berikut :
B. Tinjauan Pustaka
Hexamine merupakan senyawa kimia berbentuk kristal dan memiliki
kelarutan tinggi dalam air dan pelarut organik polar. Hexamine memiliki titik
lebur 280 °C dan bersifat mudah terbakar. Struktur kimia dari hexamine adalah
sebagai berikut.
C. Pemilihan Proses
Pemilihan proses merupakan bagian penting dalam perancangan pabrik
kimia karena proses produksi sangat menentukan performa pabrik kimia dan
nilai ekonomi dari pabrik kimia tersebut. Dari ketiga proses pembuatan
hexamine dari formaldehid dan amonia, dilakukan analisis terhadap kelebihan
dan kekurangan yang ditunjukkan oleh Tabel I.1.
dibandingkan dengan proses Leonard. Pabrik hexamine yang akan didirikan juga
tidak terintegrasi dengan pabrik formaldehid sehingga proses Meissner dengan
fase bahan baku gas-gas tidak dapat dipilih.
Pada bahan baku amonia dipilih jenis amonia murni atau disebut amonia
anhydrous. Amonia anhydrous ini digunakan karena akan mengurangi jumlah
air yang masuk kedalam reaktor (Kralj, 2013). Sehingga produk yang dihasilkan
akan lebih sedikit mengandung air dan yang mana akan mengurangi beban
evaporator.
D. Market Analysis
Properti Spesifikasi
% Kemurnian 98 - 99
% Air 0 - 0,30
% Abu 0 - 0,10
% NH3 (w/w max) 0,01
pH (larutan 10%, suhu 8-9
25 oC
Kadar besi, ppm 0,01
Suhu penyimpanan 0°C - 40°C
Berat mol (g/mole) 140,2
Kenampakan White Powder
Kelarutan di air ~ 45
(%massa)
Flash Point (closed ~ 482 oF
cup)
Harga $900 - $1500 /ton
30000
Jumlah Impor Hexamine (ton)
25000
10000
5000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
BAB II
URAIAN PROSES
BAB III
SPESIFIKASI BAHAN
Komposisi : NH3
Harga : $ 172 - $385/ ton (2018)
BAB IV
DIAGRAM ALIR
A. Diagram Alir Kualitatif
ke IPAL ke IPAL
CH 2O (gas)
CH 3OH (gas)
NH3 (gas) CH 2O (gas)
H 2O (gas) CH 3OH (gas)
NH3 (gas)
2 11 98
15 86
H 2O (gas)
ke IPAL
30
CH 2O (cair) H 2O (gas)
CH 3OH (cair) (CH 2)6N4 (cair-pada t)
H 2O (cair) 100 26 H 2O (cair)
7 30
35
Evaporator Evaporator Crystallizer 60
RATB (R)
16 atm, 35 ºC (EV 01) (EV 02) (CR-01) Centrifuge (CF-01)
6CH2O + 4NH3 (CH2)6N4 + 6H2O CH 2O (cair) 1 atm, 0,6 atm, Separator 1 atm, 60 ºC 1 atm, 60 ºC
CH 3OH (cair) 98 ºC 86 ºC
NH3 (cair)
(SEP-01) Kristal : 95 %
(CH 2)6N4 (cair) 1 atm, 100 ºC
3 H 2O (cair)
30
33 60 (CH 2)6N 4 (cair)
1 00 25 (CH 2)6N4 (cair-pada t) H 2O (cair)
NH3 (cair) H 2O (cair)
H 2O (cair) 98 10
purging
43
87
40
30 (CH 2)6N4 (pada t)
Silo Ball Mill (BM-01) H 2O (cair) Rotary Dryer (RD-01)
Screener (SC-01)
(S-01) 1 atm, 30º C 1 atm, 93 ºC
1 atm, 30º C (CH 2)6N 4 (pada t) Kristal : 99,93%
1 atm, 30º C 30 H 2O (cair)
ukuran ± 100 mesh 75
42 38
(CH 2)6N 4 (pada t)
H 2O (cair)
30
41
Gambar 4.1. Diagram Alir Kualitatif Pabrik Heksametil Tetramin dari Formaldehid dan Amonia
Gambar 4.2. Diagram Alir Kuantitatif Pabrik Heksametil Tetramin dari Formaldehid dan Amonia
BAB V
NERACA MASSA
Hexamine
Arus recycle
4. Crystalizer (CR-01)
5. Centrifuge (CF-01)
Output
Input (kg/jam)
No. Komponen (kg/jam)
Arus 41 Arus 44 Arus 42
1 Formaldehid - -
2 Metanol - -
3 Amonia - -
4 Hexamine (l) - -
5 Hexamine (s) 2498,26 25,23 2523,49
6 Air 1,77 - 1,77
Total 2525,26 2525,26
BAB VI
NERACA PANAS
Suhu referensi yang digunakan untuk seluruh neraca panas adalah 298 K (25oC)
1. Reaktor 1
Tabel 6.1. Data Perhitungan Neraca Panas di Reaktor 1
2. Reaktor 2
Tabel 6.2. Data Perhitungan Neraca Panas di Reaktor 2
3. Reaktor 3
Tabel 6.3. Data Perhitungan Neraca Panas di Reaktor 3
4. Heat Exchanger 1
Tabel 6.4. Data Perhitungan Neraca Panas di Heat Exchanger 1
5. Evaporator 1
Tabel 6.5. Data Perhitungan Neraca Panas di Evaporator 1
6. Evaporator 2
Tabel 6.6. Data Perhitungan Neraca Panas di Evaporator 2
7. Heat Exchanger 2
Tabel 6.7. Data Perhitungan Neraca Panas di Heat Exchanger 2
1 Formaldehid - -
2 Metanol - -
3 Amonia - -
4 Hexamine (l) 406300,59 554046,84
5 Hexamine (s) - -
6 Air 950233,23 6656700,92
Beban pemanas 5854213,93 -
Total 7210747,75 7210747,75
8. Heat Exchanger 3
Tabel 6.8. Data Perhitungan Neraca Panas di Heat Exchanger 3
9. Heat Exchanger 4
Tabel 6.9. Data Perhitungan Neraca Panas di Heat Exchanger 4
1 Formaldehid - -
2 Metanol - -
3 Amonia - -
4 Hexamine (l) - -
5 Hexamine (s) - -
6 Air 10429078,74 3754392,53
Beban pendingin - 6674686,21
Total 10429078,74 10429078,74
BAB VI
SPESIFIKASI ALAT
3. Reaktor (R-01/02/03)
Tugas : Mereaksikan larutan formaldehid sebanyak 9130,85
kg/jam dan amonia sebanyak 1277,90 kg/jam untuk
menghasilkan produk hexamine sebanyak 2523,4848
kg/jam.
Jenis : CSTR in series with coil
Kondisi operasi : P = 16 atm, T = 30-35 °C
Bahan konstruksi : Stainless Steel 3-16
Jumlah alat :3
Volume tiap reaktor : 194,18 L = 0,1942 m3
Spesifikasi : Diameter : 1,7618 ft = 0,537 meter
Tinggi : 3,5203 ft = 1,073 meter
Tebal shell : 7/16 in
Jenis head : Torispherical Flanged & Dished Head.
Tebal head : 7/16 in
Luas pendingin : 78,58 ft2
Harga satuan : $ 70.111
4. Evaporator (EV-01/02)
Tugas : Memekatkan Larutan Hexamine sebanyak 10408,7497
kg/jam
Jenis : Multi-effect evaporator, Feed forward type calandria
Kondisi operasi : EV-01 = P = 1 atm, T = 98 °C
EV-02 = P = 0,6 atm, T = 86 °C
Bahan konstruksi : Stainless Steel 3-16
Jumlah alat :2
Spesifikasi :
Luas EV-01 : 37,48 m2
Luas EV-02 : 37,42 m2
Nilai ekonomis : 1,55 kg uap/kg steam
Harga :
EV-01 : $ 148.991,79
EV-02 : $ 148.991,79
7. Crystallizer (CR-01)
Tugas : Mengkristalkan Hexamine sebanyak 4637,39 kg/jam
larutan hexamine pekat.
Jenis : Cylindrical Swenson-Walker Crystallizer
Jumlah :1
Kondisi operasi
Suhu larutan masuk = 100 oC
Suhu larutan keluar = 60 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi alat :
Luas transfer panas = 51,3113 m2
Panjang alat = 18 m
Waktu tinggal = 0,09 jam
Harga = $ 59.578,76
9. Centrifuge (CF-01)
Tugas : Memisahkan padatan hexamine ((CH2)6N4) sebanyak
4.637,39 kg/jam hasil dari crystallizer dan akan diumpankan
ke rotary dryer dan filtrat cairan dikembalikan lagi ke
crystallizer sebagai arus recycle.
Jenis : Continous centrifuge
Kondisi operasi : P = 1 atm, T = 30 °C
Kadar air dalam cake : 0,048
Tahanan cake : 1.719.304,96 ft
Spesifikasi : Panjang basket = 0,0133 meter
Diameter basket = 0,9144 meter
Efisiensi motor : 70%
Power motor : 10 HP
Jumlah alat :1
Harga satuan : $ 11.384
Jumlah :1
Harga satuan : $ 13.937,17
Shell Tube
Fluida Air pendingin Fluida Uap air dari SEP-01
Mass flow 53.235,5712 lb/hr Mass flow 6.521,4612 lb/hr
Pass 1 Pass 1
Dimensi ID = 17,25 in Dimensi OD = 1 in, ID = 0,902 in
Jumlah :1
Harga satuan : $ 14.681,91
BAB VIII
UTILITAS
A. Unit Utilitas
Unit utilitas merupakan unit pendukung pada suatu pabrik yang berfungsi
sebagai unit penyedia bahan penunjang pabrik. Perancangan unit utilitas
dilakukan untuk mendukung kelancaran sistem produksi pabrik. Bahan
penunjang ini seperti kebutuhan air, kebutuhan udara, kebutuhan steam, dan
kebutuhan bahan bakar. Unit utilitas juga berfungsi sebagai penyedia serta
pengatur energi yang digunakan peralatan di pabrik. Pada bagian ini, akan
dirancang beberapa unit utilitas pada perancangan pabrik hexamine dari
formaldehid dan amonia. Unit utilitas terdiri dari:
1. Unit penyediaan dan pengolahan air (Water System)
2. Unit pembangkit steam (Steam Generation System)
3. Unit penyedia udara instrumen (Instrument Air System)
4. Unit pembangkit dan pendistribusian listrik (Power Plant and Power
Distribution System)
5. Unit pengolahan limbah (Waste Treatment System)
Selanjutnya dapat diketahui kebutuhan air total yang berarti jumlah air laut
yang diambil sebagai berikut:
Daftar 8.3. Kebutuhan Air Total
NaOCl
Corrosion
inhibitor Brine
Kaporit
Air laut
PU-01
LC
PU-05
TU-01 VU-03
SCU-01 VU-01
TU-02 CFU-01
VU-02
PU-02 PU-03 PU-04 LC
ROU - Stage I ROU - Stage II
LC
Tangki Sanitasi
PU-06 VU-04
LC
Tangki Pemadam
VU-05
Kebakaran
LI
Udara Basah
CBU-01
PROSES
PENDINGINAN
L PU-09
C
VU-06
CTU-01
PU-10 TC
LI
HBU-01
PU-08 VU-07
Udara
Steam
Steam
PU-11 AEU-01
PROSES
LI PEMANASAN
VU-08 BU-01
DU-01 PU-13
CEU-01 TC
LC Dearated
Hydrazine PU-12 WaterTank TU-07
Fuel Oil
VU-09
Udara
devider
VU-10 Blowdown
RC
Gambar 8.1. Diagram Proses Pengolahan Air pada Unit Utilitas Pabrik
Unit ini bertugas untuk menghasilkan steam yang digunakan dalam proses
produksi pabrik Hexamine. Unit ini terdiri dari proses penyiapan Boiler Feed
Water (BFW) dan boiler penghasil steam. Hal ini dikarenakan air yang berasal
dari Tangki penampung filtered water (TU-02) belum dapat langsung
digunakan sebagai BFW, namun harus diproses lagai agar memenuhi standar
spesifikasi dari boiler. Secara garis besar proses yang ad pada unit ini terdiri
dari :
a) Proses Demineralisasi
Pada proses ini digunakan alat/unit bertugas untuk mengurangi
kandungan ion positif (+) dan ion negatif (-) dalam air karena akan
menghasilkan scale dalam boiler. Air yang masuk mengandung ion-ion yang
dapat membentuk garam-garam dalam air. Proses demineralisasi bertujuan
untuk mengeluarkan garam-garam tersebut menggunakan resin-resin penukar
ion yang ada di dalam alat penukar ion. Terdapat 2 jenis resin yaitu resin
kation dan resin anion. Resin kation adalah suatu material sintesis yang dapat
menukar ion-ion positif, sedangkan resin anion adalah suatu mineral sintesis
yang dapat menukar ion-ion negatif. Ion positif (kation) diantaranya : Ca++,
Mg++, Na+, K+ sedangkan ion-ion negatif misalnya SO4--, Cl-, NO3-, NO2.
Produksi air demin dilakukan secara terus menerus dan semakin lama
kemampuan resin kation dan anion menjadi berkurang dan akhirnya akan
jenuh sehingga mengakibatkan ion-ion lolos, ini ditandai dengan naiknya
konduktivitas dan lolosnya silika di monitor pada silica analizer. Untuk
mengaktifkan kembali resin tersebut, maka dilakukan regenerasi dengan
larutan HCl konsentrasi 5 % volum untuk resin kation, sedangkan untuk resin
anion diregenerasi dengan larutan NaOH konsentrasi 5 % volum. Hasil akhir
dari proses demineralisasi adalah air yang sudah bebas mineral (air demin).
Air demin selanjutnya ditampung pada Tangki Demin Water (TU-06).
dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS) walapun sudah
dilakukan pengolahan sebelumnya. Jika air umpan boiler dipanaskan, TDS
dan TSS tidak ikut menguap, sehingga jika dibiarkan terus-menerus akan
terjadi akumulasi di dalam boiler. Akumulasi TDS dan TSS dalam boiler
akan menyebabkan timbulnya kerak, sehingga dapat mengganggu laju aliran
air, menurunkan efisiensi boiler, dan heat carryover. Untuk menghindari
timbulnya kerak dilakukan dengan optimasi laju blowdown yaitu dengan
adalah membuang sebagian cairan untuk mencegah terjadinya akumulasi
padatan yang dibawa oleh air umpan boiler.
Power (Hp)
No. Alat Kode Jumlah
@ Total
1 Reaktor RATB R-01 3 3,00 9,00
2 Ball Mill BM-01 1 75,00 75,00
3 Belt Conveyor BC-01 1 1,00 1,00
4 Belt Conveyor BC-02 1 1,00 1,00
5 Belt Conveyor BC-03 1 1,00 1,00
6 Bucket Elevator BE-01 1 3,00 3,00
7 Pompa Batch BP-01 1 30,00 30,00
8 Pompa Batch BP-02 1 3,00 3,00
9 Pompa P-01 1 20,00 20,00
10 Pompa P-02 1 0,50 0,50
11 Pompa P-03 1 1,50 1,50
12 Pompa P-04 1 1,50 1,50
13 Pompa P-05 1 2,00 2,00
14 Pompa P-06 1 0,25 0,25
15 Pompa P-07 1 1,00 1,00
Total 149,75
Power (Hp)
No. Alat Kode Jumlah
@ Total
1 Reverse Osmosis SW ROU-01 1 15,00 15,00
2 Reverse Osmosis DW ROU-02 1 20,00 20,00
3 Cooling Tower (Fan) CTU 1 3,00 3,00
4 Air Compressor ACU-01 1 10,00 10,00
5 Pompa PU-01 1 10,00 10,00
6 Pompa PU-02 1 100,00 100,00
7 Pompa PU-03 1 0,50 0,50
8 Pompa PU-04 1 5,00 5,00
9 Pompa PU-05 1 0,25 0,25
10 Pompa PU-06 1 0,50 0,50
11 Pompa PU-07 1 0,25 0,25
12 Pompa PU-08 1 0,50 0,50
13 Pompa PU-09 1 1,00 1,00
14 Pompa PU-10 1 7,50 7,50
15 Pompa PU-11 1 0,50 0,50
16 Pompa PU-12 1 0,25 0,25
17 Pompa PU-13 1 0,75 0,75
Total 175,00
Sehingga jumlah kebutuhan listrik untuk alat proses dan utilitas adalah
sebesar 324,75 HP. Dengan angka keamanan sebesar 10%, diperoleh jumlah
kebutuhan listrik sebesar 357,23 HP. Jumlah kebutuhan listrik untuk alat
instrumentasi dan kontrol diperkirakan sebesar 10% dari kebutuhan listrik alat
proses dan utilitas, sehingga diperoleh kebutuhan listrik sebesar 35,72 HP.
Power
No. Kebutuhan
kW HP
1 Pos jaga, mushola, kantin 5 6,71
2 Ruang pertemuan, kantor 10 13,42
3 Utilitas 15 20,12
4 Area proses 20 26,83
5 Area tangki 3 4,02
6 Ruang parkir, klinik 6 8,05
7 Ruang kontrol 10 13,42
8 Laboratorium 10 13,42
9 Bengkel 8 10,73
10 Gudang 2 2,68
11 Halaman, jalan 5 6,71
12 Perumahan 100 134,15
13 Lain-lain 25 33,54
Total 293,79
Tabel 8.6. Kebutuhan Listrik untuk Keperluan Lain
Kapasitas listrik yang dimiliki oleh PLN Kota Bontang hanya 36 MW.
Jumlah listrik tersebut hanya untuk konsumsi masyarakat Kota Bontang dan
sekitarnya. Hal ini menuntut industri yang terdapat di Kawasan Industri
Bontang memiliki pembangkit listrik sendiri untuk mendukung proses
produksi pada pabrik. Dengan jumlah kebutuhan yang tergolong kecil,
pabrik hexamine yang dirancang, dapat membeli listrik secara langsung ke
PT Pupuk Kaltim. Listrik ditransmisikan dari power plant unit PT Pupuk
Kaltim dengan menggunakan kabel. Untuk cadangan, digunakan diesel
generator dengan daya sebesar 750 kVA. Adanya sistem pembangkit ini
Spesfikasi generator:
= 750 kW
= 750 J/s
Bahan bakar :
dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Pemerintah dalam
hal ini bertindak sebagai instansi yang menerbitkan izin pembuangan air limbah
menggunakan baku mutu air limbah yang diperoleh dari hasil kajian dokumen
lingkungan atau kajian pembuangan air limbah ke media air yang dibuat oleh
suatu industri.
Berdasarkan aturan tersebut, penanganan limbah pabrik hexamine dari
formaldehid dan amonia perlu dievaluasi. Limbah yang dibuang harus aman bagi
lingkungan serta penduduk di sekitar lokasi pendirian pabrik. Unit pengolahan
limbah umumnya diklasifikasi menjadi tiga, yaitu bahan buangan gas, cair, dan
sludge atau padatan.
1) Pengolahan Limbah Buangan Gas
Salah satu sumber emisi polutan adalah dari kegiatan pembakaran gas-
gas sisa operasi dari keseluruhan proses pada suatu pabrik. Dari
keseluruhan proses produksi hexamine, diidentifikasi terdapat limbah
berupa gas NH3, yang merupakan uap amonia yang lolos dari penjerapan
air pada kondensor. Uap amonia dikelola dengan dibakar pada flare
menggunakan udara menghasilkan NOx. Limbah buangan gas yang lain
yaitu terletak pada boiler (BU-01) di unit ulitilas. Boiler menggunakan gas
oil sebagai bahan bakar. Hasil pembakaran batubara menghasilkan gas
berupa CO2, CO, dan H2O.
Jumlah CO dapat direduksi dengan mengatur jumlah excess air dimana
boiler. Pengaturan excess air bertujuan untuk menghasilkan pembakaran
sempurna pada gas oil. Karena gas CO2 dapat menyebabkan asfiksi bagi
sistem pernapasan manusia, maka pelepasan CO2 harus diatur sedemikian
rupa menyesuaikan dengan konsentrasi CO2 yang dilepas ke udara dan
kecepatan angin di daerah sekitar pabrik. Limbah gas CO2 dari hasil
pembakaran boiler dialirkan terlebih dahulu ke scrubber untuk mengurangi
emisinya dengan solven MDEA sebelum dilepas ke udara.
1. Limbah proses
Limbah proses adalah air buangan yang berasal dari proses produksi pada
pabrik. Dalam hal ini limbah produksi hexamine diperoleh pada alat
barometric well yang menampung larutan hasil pendinginan pada
kondensor uap campuran keluar evaporator. Campuran ini terdiri dari sisa
reaktan berupa formaldehid, metanol, dan amonia, serta air. Berikut
merupakan spesifikasi limbah proses pada produksi hexamine :
1. Screener (SCU-01)
Tugas : Menyaring partikel ukuran besar yang terkandung
dalam air laut sebelum dipompa menuju ke unit
utilitas.
Jenis Alat : Rake Screener
Kapasitas : 95.717,0964 kg/jam
Luas : 0,2862 ft2
Jumlah :1
Harga satuan : $ 2.660
2. Screener (SCU-01)
Tugas : Menyaring partikel berukuran kecil yang lolos dari
penyaringan screener pertama.
Jenis Alat : Fine Screener (rentang bukaan 0,2-1,2 mm)
Kapasitas : 95.717,0964 kg/jam
Luas : 0,1145 ft2
Jumlah :1
Harga satuan : $ 1.803
No. housing :4
Jumlah :1
Harga satuan : $ 55.749
BAB IX
TATA LETAK PABRIK
Layout tata letak pabrik dan alat proses ditunjukkan oleh Gambar 9.1 dan Gambar
9.2.
HE EV-01
-01 HE-02
EV-02
P-05 HE-03
P-06
CR-01 RD-01
BC-01
P-07 CF-01 BC-02
HE
-04 BM-01
SEP-01 Produk hexamine
dialirkan menuju ke
BC-03
Silo (S-01) pada Area
Penyimpanan.
Skala : 1:100
Gambar 9.2. Layout Alat Proses Pabrik Hexamine
Keterangan :
TP : Tangki Penyimpanan CR : Crystallizer
P : Pompa CF : Centrifuge
R : Reaktor RD : Rotary Dryer
EV : Evaporator BM : Ball Mill
HE : Heat Exchanger SL : Silo
BAB X
PERTIMBANGAN ASPEK KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN
LINGKUNGAN
1. Safety
Safety dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang terbebas
dari kecelakaan atau bahaya baik yang dapat menyebabkan kerugian secara
material dan spiritual. Indsutri kimia harus mampu menerapkan dan
menjadimin adanya budaya safety. Penerapan budaya Safety atau safety
behaviour ini, menjadi salah satu strategi penting dalam pengelolaan hazard
untuk mencegah terjadinya konsekuensi. Safety behaviour tercipta apabila pekerja
juga dilengkapi dengan kompetensi yang memadai dan pembiasaan dari
lingkungan tempat bekerja.
2. Health
Aspek kesehatan dalam suatu industri kimia harus diperhatikan. Hal ini
berkaitan dengan potensi resiko yang dimiliki dari industri kimia seperti paparan
bahan kimia. Paparan bahan kimia dapat menimbulkan masalah kesehatan
kesehatan baik bagi pekerja maupun masyarakat disekitar lokasi pabrik. Maka
dari itu, analisis mengenai dampak yang dapat ditimbulkan serta berapa batas
paparan yang aman diterima manusia (pekerja dan masyarakat disekitar) perlu
dilakukan.
3. Environment
Aspek lingkungan yang meliputi pengelolaan dan pembuangan limbah juga
merupakan hal yang penting. Limbah pabrik yang dibuang ke lingkungan harus
memenuhi standar baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal
ini dilakukan agar limbah yang buang tidak mencemari lingkungan dan berbahaya
bagi makhluk hidup di sekitar pabrik.
Selain ketiga aspek yang telah dijelaskan, dalam manajemen SHE terdapat 12
elemen process safety management untuk me-manage peralatan, teknologi, dan
personal dalam suatu proses. Elemen-elemen dari manajemen SHE tersebut antara
lain:
1. Process safety information
Dokumentasi tertulis untuk keselamatan proses meliputi hazard dan sifat
semua bahan yang digunakan, PFD, daftar dan sepsifikasi peralatan (termasuk
hazard yang dimiliki), dan kegiatan pekerja yang disediakan dengan akurat
dan lengkap.
2. Process hazard analysis
Melakukan analisis hazard secara rutin untuk menemukan potensi
hazard dan konsekuensi dari suatu peristiwa. Departemen SHE melakukan
analisis hazard pada awal pendirian pabrik dan setiap kali ada perubahan
dalam pabrik, termasuk faktor eksternal yang mungkin berdampak pada
operasi pabrik. Dari analisis hazard, teknik pencegahan dan evaluasi sistem
dapat dikembangkan.
3. Operating procedures
Menyediakan standard operating procedure untuk setiap alat proses dan
kegiatan pekerja. SOP yang disusun harus dilaksanakan oleh semua orang
yang beraktivitas di dalam lingkungan pabrik. SOP ini termasuk tugas-tugas
yang harus dilakukan, kondisi operasi yang harus dijaga, data yang harus
dicatat, aturan penggunaan alat perlindungan diri (APD), dan panduan untuk
keadaan berbahaya. SOP dievaluasi secara rutin sesuai dengan perubahan-
perubahan yang ada di dalam pabrik.
4. Employee training
Salah satu faktor penting cara untuk meningkatakan kompetensi pekerja
adalah dengan dengan mengadakan training. Training program merupakan
langkah penting untuk meningkatkan safety behaviour pekerja. Hal ini
meliputi initial training, refresher training secara berkala, dan dokumentasi
kegiatan untuk mengidentifikasi apakah pekerja dapat menerima materi
dengan baik.
5. Contractors
Memastikan kontraktor dan karyawan kontrak melakukan standar SHE yang
diterapkan dalam lingkungan pabrik serta menjamin kontraktor dan karyawan
kontrak memperoleh informasi dan training yang sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan pabrik.
6. Pre-startup safety review
Melakukan review pada peralatan yang baru maupun pada peralatan yang baru
dimodidikasi.
7. Mechanical integrity of equipment
Melakukan pengecekan terhadap peralatan untuk memastikan bahwa peralatan
yang didesain dan ter-install dengan tepat sesuai dan bekerja sesuai yang
diharapkan, serta mendapat perawatan yang sesuai.
8. Non-routine work authorizations
Adanya prosedur untuk mendapatkan izin kerja tertuntu seperti, Hot work
permit, cold work permit, bekerja dalam ruang tertutup, dan izin kerja kondisi
khusus (bekerja dengan bahan hazardous, tegangan tinggi, dll).
9. Management of change
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
Bahan Baku
1. Digunakan larutan 1. Menjauhkan bahan dari
formaldehid (dengan sumber api atau panas.
impurities metanol : 1%, 2. Menjauhkan bahan dengan
air : 62%). oxidizing agents, reducing
2. Bersifat irritant pada mata. agents, asam, dan basa.
3. Bersifat flammable. 3. Disimpan pada suhu
(LFL : 6%, UFL : 36,5% , lingkungan dan pada
dalam hal ini komponen tempat yang tertutup,
metanol) antikorosi, sejuk, dan
1. Formaldehid
Flash point closed cup : 50 sistem ventilasi yang baik.
˚C, open cup : 60 ˚C. 4. Karyawan dilengakpi
Auto ignition temp. : 430 dengan PPE seperti
˚C goggles, gloves, boots,
4. Bersifat eksplosif dalam vapor respirator, dan
bentuk uap. coverall.
5. Bersifat reaktif terhadap
oxidizing agents, reducing
agents, asam, dan basa.
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
1. Merupakan impurities dari 1. Menjauhkan proses dan
bahan baku larutan strorage dari sumber api
formaldehid (jumlah 1%). atau panas.
2. Secara umum tidak 2. Disimpan pada suhu
bewarna. lingkungan dan tempat
3. Bersifat irritant terhadap yang sejuk dan sistem
kulit, saluran pernapasan, ventilasi yang baik.
dan mata. 3. Menjauhkan bahan dengan
2. Metanol 4. Bersifat flammable. oxidizing agents, logam,
(LFL : 6%, UFL : 36,5%) dan asam.
Flash point closed cup : 12
˚C, open cup : 16 ˚C.
Auto ignition temp. : 464
˚C
5. Bersifat reaktif terhadap
oxidizing agents, logam,
dan asam.
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
1. Fase cair dengan 1. Disimpan dalam tangki
kemurnian amonia sebesar tertutup rapat , kering di
30%. tempat yang sejuk dan
2. Memiliki fasa gas pada kering.
kondisi lingkungan (30 °C, 2. Untuk menjaga dalam fasa
1 atm) cair, bahan disimpan pada
3. Bersifat irritant terhadap suhu rendah atau tekanan
kulit dan mata. tinggi.
4. Bersifat korosif terhadap 3. Karyawan dilengakpi
logam seperti zinc, copper, dengan PPE seperti goggles,
3. Amonia, anhydrous dan aluminum. gloves, boots, vapor
5. Bersifat reaktif terhadap respirator, dan coverall.
logam, asam, dan oxidizing
agents.
6. Bersifat toxic.
Acute oral toxicity (LD50):
350 mg/kg [Rat].
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
Produk
1. Fase padat. 1. Disimpan dalam tempat
2. Bersifat irritant terhadap yang kering, sejuk dan
mata, kulit, dan saluran sistem ventilasi yang baik.
pernapasan. 2. Karyawan dilengkapi
Heksametil tetramin 3. Bersifat higroskopis. dengan PPE seperti
4. 4. Bersifat flammable. goggles, gloves, boots, dust
(hexamine)
Flash point closed cup : respirator, dan coverall.
250 ˚C, 3. Menjauhkan bahan dari
5. Bersifat reaktif terhadap sumber api atau panas.
oxidizing agents dan asam
kuat.
Utilitas
1. Fase cair. 1. Disimpan di tempat yang
2. Reaktif terhadap logam, sejuk, kering, di dalam
6. Larutan Asam Klorida 5% oksidator, alkali. tangki tertutup yang tahan
3. Irritant terhadap mata dan korosi.
kulit.
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
1. Korosif terhadap logam, 1. Larutan NaOH harus
seperti alumunium dan disimpan di storage tank
carbon steel. kering, sejuk, dan tertutup.
2. Korosif terhadap kulit dan 2. Pekerja yang berhadapan
7. Larutan NaOH 5% mata dan rongga dengan NaOH harus
pernafasam. menggunakan coverall,
3. Bersifat mutagenic gloves, splash goggles, serta
terhadap sel somatic vapor respirator.
mamalia.
1. Bersifat korosif dan 1. Disimpan dalam tempat
irritant pada kulit penyimpanan yang tertutup,
2. Karsinogenik terhadap dingin dan berventilasi baik.
manusia. 2. Setiap orang yang
3. Bersifat sangat toxic LC50 berhubungan dengan bahan
8. Hydrzine (N2H4) :570 ppm ini diharuskan
4. Karsinogenik klasifikasi menggunakan alat
2B (possibly carsinogenic pelindung diri seperti
to human) respiratory protection,
5. Bersifat sangat flamable, goggles, wearpack, dan
LFL= 2,9%, UFL= 98 % gloves.
6. Bangat reaktif terhadap 3. Hydrazine release ke udara
Radioactive
Flammable
No Bahan Keterangan Pengelolaan
Corrosive
Explosive
Oxidizing
Irritant
Toxic
senyawa asam harus segera ditangani
sebab bahan ini sangat
flammable dan toxic.
4. Hydrazine harus dijauhkan
dari sumber api, karena
dapat mengakibatkan
kebakaran.
1. Sangat mudah terbakar Fuel harus disimpan di tempat
9. Fuel oil yang tertutup, sejuk, terhindar
dari sumber panas, dan
terhindar dari sumber nyala api
Disimpan di tempat yang
10. Oli Pelumas tertutup, sejuk, terhindar dari
sumber panas, dan terhindar
dari sumber nyala api.
Pembentukan Smog
Kerusakan Ekologi
Pemanasan Global
Pengikisan Ozon
Hujan Asam
No Emisi Sumber Keterangan Pengelolaan
Toksik
Uap yang amonia yang
1 NH3 Kondesnsor mungkin lolos dari Dibakar di flare dengan udara
penjerapan di kondensor
Gas hasil pembakaran dari Dibakar di flare dengan udara untuk
3 CO Boiler
Boiler. menghasilkan gas CO2
Gas dari pengunaan Efisiensi bahan bakar dengan pengaturan
Boiler,
4 CO2 bahan bakar berupa fuel flow udara.
flare
oil.
Pembentukan Smog
Kerusakan Ekologi
Pemanasan Global
Pengikisan Ozon
Hujan Asam
No Emisi Sumber Keterangan Pengelolaan
Toksik
Efisiensi bahan bakar, gas dilewatkan pada
Gas hasil pembakaran dari gas stack dilengkapi adsorben berupa
5 NOx Boiler, flare
Boiler dan flare. karbon aktif sebelum dibuang ke
lingkungan.
Efisiensi bahan bakar, gas dilewatkan pada
Gas hasil pembakaran dari gas stack dilengkapi adsorben berupa
6 SO2 Boiler
Boiler. karbon aktif sebelum dibuang ke
lingkungan.
Mencemari Sumber
Meracuni Biota Air
Merusak Ekologi
Mendegradasi
Kualitas Air
No Limbah Cair Sumber Keterangan Pengelolaan
Toksik
Air
Dialirkan ke unit pengolahan limbah.
1 Larutan Amonia Kondensor Diolah dengan metode biodegredasi oleh
mikroba.
Dialirkan ke unit pengolahan limbah.
Larutan
2 Kondensor Diolah dengan metode biodegredasi oleh
Formaldehid
mikroba.
Dialirkan ke unit pengolahan limbah.
3 Larutan Metanol Kondensor Diolah dengan metode biodegredasi oleh
mikroba.
Dialirkan ke Unit Pengolahan Limbah dan
Unit
4 Larutan NaOH dilakukan penetralan pH supaya man
Demineralisasi
untuk dibuang ke lingkungan.
Mencemari Sumber
Meracuni Biota Air
Merusak Ekologi
Mendegradasi
Kualitas Air
No Limbah Cair Sumber Keterangan Pengelolaan
Toksik
Air
Dialirkan ke Unit Pengolahan Limbah dan
Unit
5 Larutan HCl dilakukan penetralan pH supaya man
Demineralisasi
untuk dibuang ke lingkungan.
Dialirkan ke Unit Pengolahan Limbah
Perkantoran dan
6 Air sanitasi untuk ditreatment dengan lumpur aktif,
perumahan
aerasi, dan injeksi klorin.
Dialirkan ke Unit Pengolahan Limbah
Boiler dan
7 Blowdown untuk ditreatment dengan lumpur aktif,
Cooling Tower
aerasi, dan injeksi klorin.
Mencemari Sumber
Merusak Ekologi
Radioaktif
Lain-lain
No Limbah Padat Sumber Keterangan Pengelolaan
Toksik
Air
Dipisahkan dari udara pembawa dengan
1 Debu Hexamine Rotary Dryer Mudah terbakar cyclone dan dipasang bag filter untuk
mencegah lolos kelingkungan.
Unit Utilitas
2 Sludge pengolahhan Pembuatan Landfill
limbah
Unit Dibuang ke tempat yang sudah ditentukan
3 Resin Bekas
Demineralisasi sesuai dengan peraturan yang ada.
Endapan hasil Unit Pengolahan
4 Pembuatan Landfill
netralisasi Limbah
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Tangki tertutup dilengkapi dengan sistem
Pressure Relief Valve untuk menjaga ketika
terjadi penguapan berlebih karena hal-hal
Tangki Penyimpanan Formladehid P= 1 atm tertentu.
1. 2. Diletakkan jauh dari sumber api.
(T-01) T= 30 oC 3. Pemasangan level controller.
4. Pemasangan water/foam sprinkler.
5. Pembuatan tanggul untuk mencegah bila
terjadi kebocoran.
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Tangki dilengkapi temperature controller
untuk menjaga suhu.
Tangki Penyimpanan Amonia P=16 atm 2. Tangki dilengkapi pressure controller
2. untuk menjaga tekanan.
(T-02) T=30 oC 3. Tangki dipasang Pressure Relief Valve
untuk mengatasi over pressure dan
dihubungkan dengan scrubber dan flare.
4. Pemasangan level controller.
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Dilengkapi temperature controller untuk
menjaga suhu.
2. Tangki dilengkapi pressure controller
P=16 atm untuk menjaga tekanan.
3. Reaktor (R-01/R-02/R-03) 3. Tangki dipasang Pressure Relief Valve
T=35 oC untuk mengatasi over pressure dan
dihungkan dengan scrubber dan flare.
4. Pemasangan dumping tank.
5. Pemasangan level controller untuk menjaga
ketinggian cairan agar tidak overflow.
EV-01: 1. Pemasangan temperature controller
terintegrasi dengan steam valve.
4. Evaporator (EV-01/EV-02) P=1 atm 2. Pemasangan isolasi.
T=98 oC
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
EV-02:
P=0,6 atm
T=86,5 oC
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
P=1 atm 1. Pemasangan flow controller untuk
8. Centrifuge (CF-01) mengatur jumlah cairan slurry yang masuk
T=35 oC
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Pemasangan temperature controller
terintegrasi dengan steam valve.
10. Condensor Barometric (CB-01) P=0,6atm 2. Pemasangan isolasi.
3. Peletakan pada ketinggian memperhatikan
T= 82,5oC pondasi dan keamanan dalam perawatan
untuk karyawan.
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
2. Pemasangan isolasi untuk mencegah
keluarnya udara panas dari sistem.
3. Pemasangan ratio controller untuk
mengatur jumlah udara kering yang masuk.
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Silo dirancang dengan bahan konstruksi
P= 1 atm yang kuat (baja beton bertulang).
14. Silo Produk Hexamine (SL-01)
T= 30 oC 2. Pekerja diwajibkan menggunakan PPE
lengkap saat berada disekitar alat.
Peralatan Proses
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
1. Dilakukan grounding pada alat.
P= 1 atm
16. Bucket Elevator (BE-01) 2. Pekerja diwajibkan menggunakan PPE
T= 30 oC
lengkap saat berada disekitar alat.
Peralatan Utilitas
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
P = 1 atm
1. Bak Ekualisasi (TU-01) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 C o ketinggian cairan agar tidak overflow.
P = 1 atm
3. Filtered Water Tank (TU-02) Pemasangan level controller untuk menjaga
o
T = 30 C ketinggian cairan agar tidak overflow.
Peralatan Utilitas
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
P = 1 atm
5. Tangki Sanitasi (TU-03B) Pemasangan level controller untuk menjaga
o
T = 30 C ketinggian cairan agar tidak overflow.
P = 1atm
6. Hot Basin (HBU-01) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 40 C o ketinggian cairan agar tidak overflow.
P = 1 atm
7. Cold Basin (CBU-01) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 oC ketinggian cairan agar tidak overflow.
Peralatan Utilitas
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
P = 1 atm
9. Tangki NaOCl (TU-09) Pemasangan level controller untuk menjaga
ketinggian cairan agar tidak overflow.
T = 30 oC
P = 1 atm
10. Cation Ion Exchanger (CEU-01) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 C o ketinggian cairan agar tidak overflow.
P = 1 atm
11. Anion Ion Exchanger (AEU-01) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 C o ketinggian cairan agar tidak overflow.
P = 1 atm
12. Tangki Demin Water (TU-06) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 oC ketinggian cairan agar tidak overflow.
Peralatan Utilitas
Hazard
Komposisi
Kuantitas
Tekanan
Putaran
Elevasi
Suhu
T = 30 oC 2. Pemasangan pressure controller untuk
menjaga tekanan dalam sistem.
3. Pemasangan pressure relief valve.
P = 1 atm
13. Deaerated Tank (TU-08) Pemasangan level controller untuk menjaga
T = 30 oC ketinggian cairan agar tidak overflow.
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
Hazard
G. Process Hazard Analysis (PHA) Dengan Metode Hazard And Operability (HAZOP)
Pada bagian ini contoh Process Hazard Analysis (PHA) dilakukan pada alat dinilai paling
hazardous, yaitu Reakotor-1 (R-01). Identifikasi hazard pada reaktor dilakukan sebelum
merekomendasikan pemasangan safety guard. Identifikasi hazard yang dilakukan pada
prarancangan ini adalah dengan metode Hazard and Operability (HAZOP). Sesuai dengan
hazard and operability (HAZOP), berasal dari kata Hazard yang berarti segala kondisi yang
berkaitan dengan peralatan, tindakan, dan material yang berpotensi menyebabkan kejadian
yang tidak diinginkan. Sedangkan Operatability memiliki arti segala sesuatu desain yang
apabila bermasalah akan menyebabkan terganggunya peroses sehingga dapat mengakibatkan
kejadian yang tidak diinginkan. Reaktor (R-01) dipilih sebagai contoh analisis hazard untuk
pemasangan safety guard dan dianggap salah satu yang sangat hazardous kerena :
1. Bekerja pada kondisi 16 atm, 35 oC.
2. Reaksi eksotermis dan cepat, memungkinkan terjadi runaway reaction.
3. Bahan dalam reaktor dapat menguap apabila tejadi kenaikan suhu.
4. Terdapat bahan bersifat mudah terbakar, baik dalam bentuk cairan maupun uapnya.
5. Reaktor memiliki pengaduk yang berputar.
Berdasarkan hal tersebut maka reaktor 1 (R-01) dipilih untuk contoh analisis PHA. Berikut
gambar Reaktor 1 (R-01) sebelum dipasang safety guard.
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
kosong berhenti/terganggu - Pemasangan
indicator
- Reaksi berjalan - Pemasangan
tidak sesuai target, pompa
Pompa rusak / produksi terganggu cadangan
kemampuan - Perubahan kondisi - Pengecekan
turun operasi pada dan perawatan
peralatan berkala
selanjutnya
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
- Reaksi berjalan - Pemasangan
tidak sesuai desain flow controller
- Terjadi - Pemasangan
peningkatan Pompa
kecepatan reaksi, cadangan
peningkatan suhu (switch saat
reaktor kondisi tidak
More More flow Eror pada pompa dapat
ditoleransi)
- Pembuatan arus
recycle
- Pembuatan
ratio controller
- Perawatan
berkala
- Pengotoran / - Pemasangan
pemcemaran pipa check valve
dan komponen
Tekanan reaktor- saluran amonia
Reverse - Reaksi diluar
Reverse 1 (R-01), lebih
flow reaktor mungkin
tinggi
terjadi
- Kerusukan
peralatan seperti
pompa, pipa.
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
- Reaksi tidak - Pengecekan
Perubahan
berjalan sesuai dan analisis
More konsentrasi pada
More desain, produksi laboraturium
Concentration tangki
terganggu sampel
penyimpanan
feedstock
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
- Reaksi berjalan - Pemasangan
Pompa rusak / tidak sesuai target, pompa
kemampuan produksi terganggu cadangan
turun - Perubahan kondisi - Pengecekan
operasi pada dan perawatan
peralatan berkala
selanjutnya
- Reaksi berjalan - Pengecekan
tidak sesuai target, dan perbaikan
produksi terganggu berkala
- Perubahan kondisi - Pemasangan
operasi pada alat deteksi
Kebocoran pipa peralatan dini, flow
selanjutnya indicator /
Less Less flow pressure
indicator
terhubung
ruang kontrol
- Reaksi berjalan - Pengecekan
tidak sesuai target, dan perbaikan
produksi terganggu berkala
- Perubahan kondisi - Pemasangan
operasi pada alat deteksi
Penyumbatan
peralatan dini, flow
Pipa
selanjutnya indicator /
pressure
indicator
terhubung
ruang kontrol
- Reaksi berjalan - Pemasangan
tidak sesuai desain flow controller
- Terjadi - Pemasangan
peningkatan Pompa
More More flow Eror pada pompa kecepatan reaksi, cadangan
peningkatan suhu (switch saat
reaktor kondisi tidak
dapat
ditoleransi)
- Pembuatan arus
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
recycle
- Pembuatan
ratio controller
- Perawatan
berkala
- Pengotoran / - Pemasangan
pemcemaran pipa check valve
dan komponen
saluran amonia
Reverse Tekanan reaktor - Reaksi diluar
Reverse
flow lebih tinggi reaktor mungkin
terjadi
- Kerusukan
peralatan seperti
pompa, pipa.
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
berkala
- Pengecekan dan
More Eror pada motor - Pada skala tertentu
More perawatan
agitation (malfungsi) dapat merusak seal berkala
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
- Pengecekan dan
- Sistem perbaikan
pendinginan tidak berkala
Penyumbatan berjalan dengan - Pemasangan
pada koil baik. alat deteksi dini,
pendingin - Reaktor akan flow indicator /
mengalami perssure
overheating indicator
- Pengecekan dan
Kebocoran pada - Sistem perbaikan
pipa koil pendinginan tidak berkala
pendingin berjalan dengan - Pemasangan
baik. flow indicator
- Pemasangan
pompa back up
Kegagalan pada
(cadangan)
valve ataupun - Suhu operasi - Pengecekan dan
More More Flow pompa arus reaktor menurun perawatan
pendingin masuk - Produk off spec berkala
reaktor
- Pemasangan
flow indicator
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
- Sistem
pendinginan tidak - Pemasangan
Suhu fluida berjalan dengan temperature
Higher
Higher pendingin terlalu baik. indicator
Temperature
tinggi - Reaktor akan - Pengecekan
mengalami berkala
overheating
Guide Action
Deviation Possible Causes Consequences
Word Required
terganggu
- Peningkatan level
Tekanan pada pada Reaktor 1 - Pemasangan
reaktor lebih - Reaksi terganggu check valve
rendah - Proses terganggu /
Reverse Reverse flow terhenti
- Peningkatan level
Peningkatan pada Reaktor 1 - Pemasangan
tekanan pada alat - Reaksi terganggu check valve
yang dituju, R-02 - Proses terganggu /
terhenti
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
- Menurunkan - Pressure
jumlah flow indicator
- Kavitasi pada
pompa
- Mengganggu - Pengecekan dan
jumlah arus perawatan
keluar, dapat berkala
terjadi
Penyumbatan penumpukan
pipa cairan pada
reaktor
More
More - Pressure drop
Pressure
pada bagian
setelah
penyumbatan
- Terjadi reverse - Pengecekan dan
Peningkatan
flow perawatan
tekanan pada alat
- Pemasangan
yang dituju, R-02
indicator
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
Kegagalan pada - Reaksi tidak - Pengecekan dan
salah satu arus berjalan, produksi perbaikan berkala
umpan masuk berhenti/terganggu. - Pemasangan level
reaktor controller
- Terdapat produk - Pemasangan level
serta reaktan indicator
terbuang, kerugian - Pengecekan
Less Less Level
material secara berkala dan
Kebocoran pada - Penurunan level maintenance
reaktor cairan - Pemasangan
- Proses produksi tanggul di
terganggu sekeliling reaktor
- Pelepasan bahan
berbahaya
kelingkungan.
- Jumlah cairan terus - Pemasangan level
meningkat (over controller dengan
Kegagalan pada flow), akan terjadi mengatur jumlah
salah satu atau flooding pada cairan keluar
kedua arus umpan reaktor. reaktor.
masuk reactor - Konversi menjadi
kecil
More More Level - Tekanan reaktor
meningkat
- Jumlah cairan terus - Pemasangan level
meningkat (over indikator/ level
Reverse flow dari flow), akan terjadi controller
arus keluar flooding pada - Pemasangan
reaktor. check valve pada
- Tekanan reaktor arus keluar
meningkat
Guide
Deviation Possible Causes Consequences Action Required
Word
menggunakan
flare.
- Pembuatan
dumping tank
Gambar X.2. Reaktor (R-01) Setelah Dilakukan Process Hazard Analysis (PHA)
Berdasarkan gambar diatas, proses dibagi ke dalam beberapa layer atau tingkat
pengamanan berlapis. Penjelasan mengenai layer yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Layer Pertama
Layer pertama merupakan langkah preventif atau antisipasi bahaya yang
ditimbulkan. Langkah preventif dilakukan dengan tujuan agar reaktor
beroperasi sesuai dengan desain dan kondisi operasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Pemasangan Level Controller
Pemasangan level controller bertujuan untuk mengatur
2. Layer Kedua
Layer kedua ini dipersiapkan dengan tujuan untuk jika seketika terdpat
insiden yang tidak dapat dihindari. Layar kedua ini bertujuan untuk
menanggulangi bahaya yang terjadi. Dengan langkah penanggulangan ini,
hazard baik bahan maupun proses dari reaktor tidak langsung membahayakan
lingkungan sekitar. Langkah ini dilakukan dengan sistem yang juga terdiri
tingkatan level secara berlapis. Dengan tujuan meminimalisir hazard yang
ditimbulkan, dipasang alat tambahan pada reaktor. Upaya ini dilakukan
dengan cara :
a. Pemasangan Pressure Relief System
Pemasangan Pressure Relief System berkaitan untuk
menghindarkan bahaya rapture atau reaktor meledak ketika terjadinya
3. Layer Ketiga
Layer ketiga ini merupakan bagian pengaman tingkat akhir apabila
reaktor mengalami rupture atau kerusakan parah dimana terjadi release
hazardous chemical. Layer tiga terdiri dari :
a. Pemasangan Double-Wall disertai oleh pendirian tanggul di sekeliling
reaktor.
b. Pemasangan Water/foam Sprinkler di sekeliling reaktor.
c. Pelaksanaan proses evakuasi hingga radius aman, berdasarkan standar
SOP yang ada.
BAB XI
ORGANISASI PERUSAHAAN
Direktur Utama
KaBag KaBag
KaBag Proses dan KaBag KaBag Riset dan KaBag Aset KaBag KaBag KaBag Sumber KaBag Hubungan
KaBag Pemasaran Emergency Keselamatan
Utilitas Infrastruktur Pengembangan Perusahaan Lingkungan Administrasi Daya Manusia Luar Perusahaan
Responses Kerja (KK)
KepSi Listrik dan KepSi Penelitian dan KepSi Perencanaan dan KepSi Pemasaran KepSi Health Kepsi Pencegahan KepSi KepSi Hubungan
KepSi Utilitas Pengendalian Keuangan KepSi Security Pencemaran KepSi Personalia
Instrumentasi Pengembangan Produk Occupation Pengembangan Perserikatan
Gambar 11.1. Diagram Organisasi Secara Umum Pabrik Hexamine dari Formaldehid dan Amonia
a) 2 orang Dokter
b) 5 orang Staff II (D3 K3/Ilmu Lingkungan)
c) 3 orang perawat ( SMA/SMK Keperawatan)
c. Kepala Bagian Lingkungan
Tugas : Bertugas dan bertanggung jawab atas pengendalian
tingkat pencemaran dan usaha pengendalian
lingkungan perusahaan.
Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia
Jumlah : 1 orang
Kepala Bagian Lingkungan membawahi 2 Kepala Seksi, yaitu :
Kepala Seksi Pengendalian Mutu Lingkugan
Tugas : Bertugas menganalisis limbah yang dihasilkan
proses pada pabrik dan menetapkan standar yang
aman bagi lingkungan
Pendidikan : S1-Teknik Lingkungan
Jumlah : 1 orang
Bawahan : 4 orang, yang terdiri dari :
a) 1 orang Engineer ( S1- Teknik
Lingkungan/Kimia)
b) 3 orang Analisis ( SMA/SMK)
Kepala Seksi Pencegahan Pencemaran
Tugas : Bertugas melakukan analisis dan melakukan upaya
dalam pencegahan pencemaran perusahaan
Pendidikan : S1-Teknik Lingkungan
Jumlah : 1 orang
Bawahan : 4 orang, yang terdiri dari :
a) 1 orang Engineer ( S1- Teknik
Lingkungan/Kimia)
b) 3 orang Analisis ( SMA/SMK)
Jumlah : 1 orang
Bawahan : 6 orang, yang terdiri dari :
a) 4 orang Staff I (S1 Psikologi)
b) 2 orang Staff III ( SMK Administrasi)
b. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia
Tugas : Bertanggung jawab terhadap usaha peningkatan
produktivitas dan rekruitmen karyawan
Pendidikan : Sarjana Psikologi
Jumlah : 1 orang
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia membawahi 2 Kepala Seksi,
yaitu:
Kepala Seksi Perekrutan
Tugas : Bertanggung jawab dan bertugas melaksanakan
perekrutan karyawan baru
Pendidikan : Sarjana Psikologi
Jumlah : 1 orang
Bawahan : 4 orang, yang terdiri dari:
a) 1 orang Staff I (Sarjana Psikologi)
b) 2 orang Asisten Staff II ( Sarjana Psikologi)
c) 1 orang Administrator ( SMA/SMK)
Kepala Seksi Pengembangan
Tugas : Bertugas dan bertanggung jawab atas
pengembangan sumber daya manusia
Pendidikan : Sarjana Psikologi
Jumlah : 1 orang
Bawahan : 4 orang, yang terdiri dari :
a) 1 orang Staff I (Sarjana Psikologi)
b) 2 orang Asisten Staff II (Sarjana Psikologi)
c) 1 orang Administrator ( SMA/SMK)
Gaji /Orang,
Jabatan Jumlah Gaji Total, Rp/Tahun
Rp/bulan
Direktur Utama 1 80.000.000 960.000.000
Direktur 4 50.000.000 2.400.000.000
Kepala Bagian 11 20.000.000 2.640.000.000
Kepala Seksi 23 12.500.000 3.450.000.000
Engineer 14 9.500.000 1.596.000.000
Staff I 42 7.000.000 3.528.000.000
Staff II 21 6.000.000 1.512.000.000
Staff III 50 4.500.000 2.700.000.000
Operator 60 4.500.000 3.240.000.000
Teknisi 24 4.000.000 1.152.000.000
Analis 19 4.000.000 912.000.000
Kepala Security 1 3.500.000 42.000.000
Security 30 3.000.000 1.080.000.000
Tenaga Kebersihan 15 2.750.000 495.000.000
Total 315 25.707.000.000
Grup/ Hari
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Kamis
Kamis
Kamis
Kamis
Jumat
Jumat
Jumat
Jumat
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
Sabtu
Sabtu
Sabtu
Sabtu
Senin
Senin
Senin
Ssnin
Rabu
Rabu
Rabu
Rabu
Gr
A L L L M M P P S S S L L M M P P P S S L L M M M P P S S
B M M M P P S S L L L M M P P S S S L L M M P P P S S L L
C P P P S S L L M M M P P S S L L L M M P P S S S L L M M
D S S S L L M M P P P S S L L M M M P P S S L L L M M P P
Keterangan :
A : Grup A L : Libur
B : Grup B M : Shift pagi
C : Grup C P : Shift siang
D : Grup D S : Shift malam
Dengan skema jadwal tersebut, setiap grup mendapatkan libur selama 3 hari pada weekend setiap 28 hari. Dengan adanya waktu libur
untuk karyawan shift ini maka karyawan dapat beristirahat dan produktivitasnya dapat terjaga.
BAB XII
EVALUASI EKONOMI
(12.1)
250
200
150
100
50
0
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000
Tahun
(12.2)
Berdasarkan data di atas diperoleh nilai CEPCI pada tahun 2020 adalah
sebesar 499,776. Secara umum harga alat diperoleh pada tahun 2002 dan 2014,
dengan metode ekstrapolasi tersebut diketahui juga nilai CEPCI untuk tahun
2002 dan 2014 masing-masing sebesar 409,707 dan 469,746.
Keterangan :
1. Impor* adalah pembelian alat dari luar Indonesia, sementara Lokal**
pembelian alat cukup di Indonesia.
2. Diketahui nilai kurs: $ 1.00 = Rp 14.000 (data pada 16 Mei 2018)
3. Total Purchased Equipment Cost (UEC)
= $ 3.914.929,47 + Rp 12.660.383 = $ 3.915.833,78
b. Bahan Utilitas
Tabel 12.6. Raw Material Utilitas
E. Analisis Keuntungan
Sales ( Sa ) = Rp 428.708.159.371,97
Total Production Cost ( TPC ) = Rp 373.447.622.402,67
Profit before tax ( Pb ) = Sales – Total Production Cost
= $ 3.947.181,21
= Rp 55.260.536.969,30
Taxes, 50% Pb = $ 1.973.590,61
= Rp 27.630.268.484,65
Profit after tax ( Pa ) = Profit before tax –Taxes
= $ 1.973.590,61
= Rp 27.630.268.484,65
F. Analisis Kelayakan
Sebelum melakukan analisis kelayakan pendirian pabrik,terlebih dahulu
dilakukan pemilihan kategori pabrik berdasarkan aspek resiko pada pabrik.
Menurut Aries and Newton, 1955 suatu pabrik dikategorikan beresiko rendah
(low risk) jika jenis usahanya sudah established dan komersial. Sementara
suatu pabrik dikategorikan high risk jika jenis usahanya benar-benar baru,
dimana usaha tersebut perlu eksploitasi besar ke skala pabrik dan dalam
kondisi pasar yang tidak pasti. Pabrik hexamine dengan bahan baku
formaldehid dan amonia dikategorikan sebagai pabrik yang low risk. Hal ini
dikarenakan :
1. Sudah terdapat pabrik yang memproduksi hexamine di Indonesia dan
beberapa di dunia. Produk digunakan sebagai bahan baku dalam industri
farmasi dan polimer.
2. Kondisi operasi pada peralatan proses masih dapat dikontrol dengan mudah
( misal : dilengkapi alat kendali proses)
3. Reaktor beroperasi pada 35 oC dan tekanan 16 atm.
Prb = (12.3)
Pra = (12.4)
dengan, Prb : ROI sebelum pajak, dinyatakan dalam desimal
Pra : ROI setelah pajak, dinyatakan dalam desimal
Pb : Keuntungan sebelum pajak persatuan produksi
Pa : Keuntungan setelah pajak persatuan produksi
= 23,44%
= 15,24%
Untuk kategori low risk chemical industry, minimum acceptable ROI
before tax adalah sebesar 11% (Aries and Newton, 1955). Sehingga,
pabrik hexamine yang akan didirikan ini masih masuk dalam batas ROI
before tax yang disyaratkan, yaitu 23,44%.
POT b = (12.5)
POT a = (12.6)
masih masuk dalam batas POT before tax yang disyaratkan, yaitu 4,6
tahun.
Finance Rp 58.859.488.882,49
Sales Expense Rp 12.861.244.781,16
Research Rp 12.861.244.781,16
Ra Rp 146.469.650.561,79
c. Annual Variable Expense ( Va )
Raw material Rp 126.100.618.532,61
Royalties & patent Rp 8.574.163.187,44
Packaging & shipping Rp 21.435.407.968,60
Utilities Rp 42.339.828.495,70
Va Rp 198.450.018.184,35
5. Faktor LANG
Faktor LANG merupakan suatu nilai (faktor) yang digunakan untuk
mengestimasi fixed capital dengan cara cepat tanpa harus menghitung
biaya-biaya yang tergolong modal tetap. Nilai fixed capital bisa didapat
dengan persamaan :
(12.9)
dengan, IF = Fixed Capital
E = Purchased Equipment Cost (PEC)
L = Faktor LANG
Sehingga, faktor LANG dapat dihitung :
L = 3,82
Faktor LANG untuk pabrik yang mengoperasikan bahan berupa solid-
fluid adalah sebesar 3,63. Berdasarkan hal tersebut, faktor LANG yang
didapat oleh pabrik hexamine dari formaldehid dan amonia ini sudah
mendekati nilai yang diijinkan dan lebih besar dari 3,63 (Aries and
Newton, 1955), sehingga sudah memenuhi syarat untuk pabrik yang
mengoperasikan bahan berupa solid-fluid.
1 1 1 1 WC SV
FC WC C .... (12.10)
(1 i) (1 i) (1 i) (1 i)10 (1 i)10
2 3
7. Sensitivity Analysis
Sensitivity Analysis bertujuan untuk mengetahui hasil dari analisa ekonomi
apabila terjadi perubahan dalam salah satu faktor yang berpengaruh pada
perhitungan. Faktor perubah yang digunakan dalam analisis sesitivitas ini
adalah:
a) Nilai fixed capital mengalami peningkatan hingga +40% dan
penurunan hingga -40% dari kondisi normal.
b) Nilai harga produk (product price) mengalami peningkatan hingga
+40% dan penurunan hingga -40% dari kondisi normal.
c) Nilai harga bahan baku (raw material price) +40% dan penurunan
hingga -40% dari kondisi normal.
Setiap varibel yang berubah dievaluasi terhadap nilai DCFRR sebagai
parameter pada setiap kondisi. Pengambilan parameter dapat menggunakan
POT, ROI, ataupun parameter lainnya. Namun umumnya digunakan
DCFRR sebagai parameter sensitivitas. Nilai faktor perubah dievaluasi
dengan kondisi tiap +10% dan -10%. Dengan memasukkan nilai-nilai
perubahan akan menghasilkan data DCFRR yang ditunjukkan oleh Tabel
12.
Data pada Daftar di atas kemudian dibuat spider plot sebagai berikut:
50%
45%
40%
35%
30% Keterangan :
DCFRR
BAB XIII
KESIMPULAN
Nilai ROI dan POT telah memenuhi nilai yang ditetapkan untuk low risk
chemical plant dengan nilai ROI minimum 11% dan POT maksimum 5 tahun.
Selain itu, berdasarkan nilai BEP yang didapat, investasi untuk mendirikan pabrik
hexamine ini menarik dari segi ekonomi karena nilai BEP berada di antara 40% -
60%. Hal ini juga didukung dengan nilai DCFRR yang memiliki nilai lebih dari
1,5 bunga Bank Indonesia yaitu sebesar 2,32.
Melalui evaluasi ekonomi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pabrik
Hexamine dari Formaldehid dan Amonia yang dirancang dengan kapasitas 20.000
ton/tahun layak dan menarik untuk didirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aries, R. S. and Newton, R. D., 1955, Chemical Engineering Cost Estimation, pp.
1-16; 52; 77-78; 97-119; 163-164; 177; 185-197; 203-209, McGraw-Hill
Book Company, Inc., New York.
Badan Pusat Statistik kota Bontang, 2016, Statistik Daerah Kota Bontang. Bontang:
Badan Pusat Statistik kota Bontang
Brown, G.G., Katz, D., Foust A.S., and Schneidewind, R., 1950, “Unit
Operations”, John Wiley and Sons, Tokyo.
Brownell, L.E. and Young, E.H., 1959, “Process Equipment Design”, Wiley
Eastern, Ltd., New Delhi.
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1960, “Chemical Engineering Design”, 3 ed.,
Vol 6, Elsevier Butterworth-Heinemann, Oxford.
Evans, F. L., 1979, Equipment design handbook for refineries and chemical plants,
Book Division Gulf Pub.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1998, Encyclopedia of Chemical Technology, 4th ed.,
John Wiley and Sons, Singapore
Occupational Safety and Health Act. 2000. Process Safety Management. U.S.
Department of Labor.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1998. “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 7th
ed., McGraw-Hill Book Co., New York.
Peters, M. S. and Timmerhaus, K. D., 1991, Plant Design and Economics for
Chemical Engineers, 4th ed., pp. 150-209; 618-686; 708-713, McGraw-Hill
Book Company, Inc., New York.
Rase, H.F. and Holmes, J. R., 1977, “Chemical Reaktor Design for Process Plant,
Volume One : Principles and Techniques”, John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Speight, J. G., 2002, Chemical and Process Design Handbook. New York:
McGraw-Hill.
Smith, J.M., and H.C. Van Ness, 1996, “Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics”, 5th ed., Mc. Graw Hill Book Co., New York.
Treybal, R.E., 1981, “Mass Transfer Operations”, 3rd ed., McGraw-Hill Kogakusha
Ltd., Tokyo.
Vatavuk, William M., 2002, Updating the CE Plant Cost Index, www.che.com,
New York
LAMPIRAN
I. Persamaan Reaksi
Reaksi pembentukan hexamine dengan menggunakan bahan baku
amonia cair dan formaldehid menghasilkan produk hexamine, (CH2)6N4
dan air ditunjukkan oleh persamaan (1) berikut:
6CH2O + 4NH3 (CH2)6N4 + 6H2O (1)
1. Tinjauan Termodinamika reaksi
Tinjauan termodinamika dilakukan untuk mengetahui sifat reaksi
pembentukan hexamine tergolong reversible atau ireversible. Penentuan
tersebut dilakukan dengan menggunakan konstanta kesetimbangan (K)
dengan evaluasi nilai energi bebas Gibbs pada reaktan dan produk.
(Yaws, 1999)
Persamaan :
ΔGof = ∑(nΔGof)produk - ∑( nΔGof)reaktan
ΔGof = - RT ln K
K = exp (-ΔGo/RT)
Dengan :
ΔGo : Energi bebas Gibbs standard (kJ/mol)
T : Temperatur (K)
R : Tetapan gas (8,314 x 10-3 kJ/mol K)
K : Konstanta kesestimbangan pada suhu 298 K
Maka :
CA = konsentrasi amonia (
CB = konsentrasi formaldehid (
(3)
Selain itu nilai panas reaksi untuk reaksi pembentukan hecamine dapat
didekati dengan menggunakan persamaan berikut ini :
(4)
(kermode, 1965)
3. Reaksi eksotermis, dengan konversi total yang diinginkan adalah 96%
amonia terkonversi (XA) dan suhu akhir 35 oC.
(5)
Dengan nilai :
CA1 = CAO(1-XA1)
CC1 = CBO-1.5XA1CAO
CD1 = 0.25XA1CAO
CB1 = 1.5XA1CAO
τ =
(6)
Dengan,
(7)
600000,00
500000,00
Harga reaktor, $ US
400000,00
300000,00
200000,00
100000,00
0,00
0 2 4 6 8
Jumlah reaktor, n
Gambar 2. Hasil Optimasi Jumlah Reaktor RATB terhadap Harga Total
Reaktor, $ US
(9)
0,8086 psig
P.Dt
t C (11)
2 f .E P
OD
icr b A
OA
sf
B
ID t
r
a
(13)
(14)
Menurut Tabel 5.6 (Brownell dan Young, 1959), ukuran standar tebal
head yang mendekati hasil perhitungan adalah 0,4375 in atau 0,011 m.
Maka, digunakan sf = 3,5 in (antara 1 in – 3,5 in).
Dari kedua persamaan diatas diperoleh nilai tebal head minimum yang
sama. Untuk menghitung dimensi overall dapat menggunakan persamaan
berikut:
(15)
(16)
(17)
Dengan, OA = overall dimension, in
th = tebal head, in
b = depth of dish (inside), in
sf = straight flange, in
rc = radius of dish, in
icr = inside corner radius, in
OD = diameter luar reaktor, in
ID = diameter dalam head, in
(20)
V. Perancangan Pengaduk
A. Pemilihan jenis pengaduk
Dalam proses homogenitas larutan, dipilih small blade high speed
agitator dengan tipe yang umum digunakan adalah six-blade turbine
(Holland, 1995). Flat blade turbine digunakan untuk pencampuran cairan
dalam tangki yang dilengkapi dengan baffle yang menghasilkan pola aliran
radial yang utamanya tegak lurus dengan tangki.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk:
- Membuat larutan menjadi homogen
- Mendapatkan keseragaman suhu
Data pengaduk yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jenis pengaduk : Flat Blade Turbine
Jumlah blade :6
Jumlah baffle : 4 (terpisah 90o satu dengan lainnya)
Konfigurasi umum yang digunakan adalah sebagai berikut:
Di/ID = 1/3
zi/Di = 1/3
lebar baffle (wb) = ID/10
lebar pengaduk (L) = Di/4
ZL Zr
L
H
Di
Zi
Dt
No. Komponen C1 C2 C3 C4 C5
1 CH2O -11,2400 751,69 -0,0246 - -
2 CH3OH -25,3170 1789,20 2,0690 - -
3 NH3 -6,7430 598,30 -0,7341 - 10
4 H2O -52,8430 3703,60 5,8660 - 10
(Perry, 1998)
Untuk turbin dengan 6 blade dan Hi = Di/5 serta untuk Re > 104,
digunakan persamaan berikut:
0.93.ID
NQR
Di
Dilakukan pengecekan nilai Re terlebih dahulu:
Re = 1.19. 105 artinya Re > 104 sehingga persamaan NQR diatas berlaku.
Hasil pengecekan,
QR / Fv = 144,74 m3/jam / 10,08 m3/jam = 14,46 nilainya lebih besar
dari 10 sehingga pengadukan dapat dikatakan sempurna.
Sehingga dapat diperoleh neraca Mol dari reaktor R-01 sebagai berikut
Dimana:
T = suhu sistem, K
Tref = suhu referensi, 298 K
∫ Cp dT = panas sistem, kJ/jam
Berikut merupakan data lain yang digunakan untuk perhitungan neraca panas:
Untuk nilai kapasitas panas hexamine cair digunakan rumus empiris berikut.
Cp (l) = ∑Ni Δcpi (Perry, 1998) (26)
Rumus kimia hexamine adalah (CH2)6N4, sehingga diperoleh data untuk
menghitung kapasitas panas hexamine cair.
Tabel 12. Data Perhitungan Cp (l) Hexamine (kJ/kmol)
Komponen (i) ∆cp Kontribusi (N)
-CH2- 30 6
N- 31 4
(Perry, 1998)
Cp (l) = ∑Ni Δcpi
Cp hexamine(l) = (30x6) + (31x4) = 307,80 kJ/kmol
Diperoleh kapasitas panas hexamine cair yaitu 307,80 kJ/kmol. Sementara
nilai kapasitas panas hexamine padat berdasarkan (Perry, 1998) adalah sebesar
152,29 kJ/kmol.
Panas yang harus dikeluarkan agar reaksi tetap berjalan pada 35oC :
Hr = Hin – Hout + Hr = -1685469,41 kJ/jam
Maka panas total yang diterima pendingin:
Qtotal = - Qpendingin kJ/jam = 1685469,41 kJ/jam = 1605208,96 Btu/jam
Neraca panas pada reaktor adalah sebagai berikut:
Rate of heat input – Rate of heat output ± Rate of heat reaction = 0
Q reaktor = Hin – Hout – n.∆H˚r (27)
Dimana panas yang dihasilkan reaktor sama dengan panas yang diserap
oleh pendingin.
Qreaktor = Qpendingin (28)
Diketahui arus masuk reaktor memiliki suhu 30 ˚C terdiri atas komponen
larutan formaldehid, metanol, amonia cair, dan air. Sedangkan arus keluar reaktor
berada pada suhu 35˚C. Air pendingin yang digunakan diasumsikan pada suhu
masuk 5˚C dan arus keluar pendingin pada suhu 25˚C.
Thermal Conductivity dapat dicari dengan data pada Perry, 1998 dengan
persamaan sebagai berikut :
k = C1 + C2T + C3T2 + C4T3 + C5T4
dengan k dalam W/m.K dan T dalam Kelvin.
No. Komponen C1 C2 C3 C4 C5
Formaldehid,
1 4,E-01 -6,50E-04 - - -
CH2O
Methanol,
2 2,84E-01 -2,81E-04 - - -
CH3OH
Amonia,
3 1,17E+00 -2,31E-03 - - -
NH3
4 Air, H2O -4,32E-01 5,73E-03 -8,08E-06 1,86E-09 -
(Perry, 1998)
k per fraksi
No Komponen k (W/m K) massa (W/m
K)
1 Formaldehid 0,174715 0,007940
2 Metanol 0,1978545 0,001736
3 Amonia 0,462073 0,007938
4 Hexamine (l) 0,6 0,13
6 Air 0,616240223 0,438410
μ per fraksi
No Komponen μ (Pa.s)
massa (Pa.s)
1 Formaldehid 0,000199812 9,07952E-06
2 Metanol 0,000987608 8,66357E-06
3 Amonia 0,000189824 3,26108E-06
4 Air 0,003003712 0,00213691
B. Pemilihan Pendingin
Pada reaktor ini digunakan sistem pendingin dengan koil. Dibandingkan
dengan jaket, koil memiliki beberapa keuntungan antara lain: memiliki
pressure drop yang kecil, harga operasional dan maintenance yang lebih
murah, serta potensi fouling lebih kecil. Karena ukuran reaktor yang cukup
kecil untuk memenuhi luas transfer panas maka tipe koil yang digunakan
adalah tipe koil helikal ganda.
Pendingin yang digunakan adalah chill water karena suhu reaktor
beroperasi pada 35OC.
Tipe pendingin = koil tipe helikal ganda (double helix)
Pendingin = chill water
Suhu masuk air = 5oC = 41oF
Suhu keluar air = 20oC = 59oF
Sifat fisis air diambil pada suhu rata-rata air yaitu 10oC:
ρair = 999.97 kg/m3
F. Menentukan hi
Diketahui data larutan campuran:
Ρcampuran = 65,2779 lb/ft3
μcampuran = 1,7 lb/ft/jam
k = 0,3734 Btu/ft2.jam. oF
Cp = 1,1094 Btu/lb.oF
dengan demikian, diperoleh:
0,592 (9060)(65, 278)
Re 119854,85
1, 7
1,1094(1, 7)
Pr 5, 051
0,3734
μ/μw = 1 (asumsi)
Dengan menggunakan data Reynolds dan dimasukkan pada Fig. 20.2 Kern
(1965), diperoleh:
JH jaket = 900
JH koil = 2000
Nilai JH jaket lebih besar sehingga dipilih menggunakan koil karena akan
menghasilkan nilai Ud yang lebih besar dibandingkan jaket.
G. Menentukan nilai ho
Untuk tangki berpengaduk yang dilengkapi baffle dan koil, maka koefisien
perpindahan panas dari koil dihitung dengan persamaan 20-4 Kern (1965):
2/3 0.4
k Lp .N . Cp.
2 1/ 3
ho 0.87
D k w
Untuk data yang digunakan telah dihitung/ditentukan pada perhitungan
sebelumnya sebagai berikut:
μ/μw = 1 (asumsi)
dengan demikian, diperoleh:
Maka, nilai ho dapat dihitung sebagai berikut:
ho = 727,7 Btu/(j.ft2.oF)
Larutan
Larutan masuk = 86 oF
Larutan keluar = 95 oF
Nilai TLMTD dapat dihitung dengan
t1 t2
TLMTD 40,33o F
t
ln 1
t2
Besarnya luas transfer panas adalah sebagai berikut:
Qtotal 1605208,96 Btu / jam
A 78,58 ft 2
U D.TLMTD Btu o
506,53 j. ft 2 .o F (40,33 F )
Dari spesifikasi pipa koil sebelumnya dengan NPS 1/2 inch, diketahui data
surface per lin ft (a”), sehingga dapat ditentukan panjang pipa koil sebagai
berikut:
A 89.89 ft 2
Lpipa koil 357,31 ft
a " 0.2199 ft 2 / ft
Dc
C
x
A B
AC ( AB ) 2 ( BC ) 2
AC ( Dc) 2 ( x) 2
Busur AB = 0.5πDc
Busur AC = 0.5 πAC
Diambil x = 0.5 ODkoil
Sehingga x = 0,42 in = 0,035 ft
Keliling dua lingkaran lengkungan koil, Klilitan adalah:
Kliliran = 0.5π(Dc) + 0.5π(AC)
Klilitan = 0.5 π(Dc) + 0.5 π((Dc)2+x2)1/2
Klilitan luar = 4,59 ft
Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai keliling pada koil bagian
dalam:
Nilai Dc koil luar didekati dengan:
Dcluar = 16,59 in = 1,38 ft
Klilitan dalam = 4,3 ft
Sehingga banyaknya lilitan dalam reaktor:
Lpipa koil
Nlili tan 40
Klili tan total
Tinggi tumpukan koil = (Nlilitan – 1)x+NlilitanOD = 2,5 ft = 0,76 m
Dengan adanya koil dapat dipastikan bahwa tinggi cairan dalam tangki
meningkat, sehingga perlu dievaluasi ulang tinggi cairan sesungguhnya.
Sehingga,
Q = Fin/ ρumpan = (10408,75kg/jam)/(855,211 kg/m3)
= 12.17 m3/jam = 0.1194 ft3/s
Digunakan pipa carbon steel karena harganya yang relatif murah dan
cocok bahan yang cenderung tidak korosif serta mudah untuk diperoleh.
Asumsi awal diambil bahwa aliran merupakan aliran turbulen, sehingga
diameter pipa optimum dapat diperkirakan dengan persamaan yang
diambil dari Peters & Timerhous (1980):
= 2.51 in = 0.06 m
Berdasarkan Tabel 11 Kern (1965), digunakan pipa dengan standard
dengan spesifikasi sebagai berikut:
NPS = 3 in
Sch No. = 40
OD = 3.5 inch = 8.89 cm
ID = 3.068 inch = 7.79 cm
A = 7.38 in2 = 0.00476 m2
Kemudian kecepatan aliran fluida dalam pipa dihitung:
v = Q/A = (12.17 m3/jam)/(0,00476 m2) = 2556,93 m/jam
= 0.7102 m/s = 71,02 cm/s
Terlihat bahwa Re > 2100, dengan demikian aliran yang terjadi adalah
turbulen, sehingga persamaan yang digunakan untuk memperkirakan
diameter optimum pipa dapat digunakan.
Digunakan pipa carbon steel karena harganya yang relatif murah dan
cocok bahan yang korosif serta mudah untuk diperoleh. Asumsi awal
diambil bahwa aliran merupakan aliran turbulen, sehingga diameter pipa
optimum dapat diperkirakan dengan persamaan yang diambil dari Peters &
Timerhous (1980):
Terlihat bahwa Re > 2100, denga demikian aliran yang terjadi adalah
turbulen, sehingga persamaan yang digunakan untuk memperkirakan
diameter optimum pipa dapat digunakan.
ROTARY DRYER
(RD – 01)
I. INTRODUCTION
Jenis rotary dryer yang dipilih untuk menuruntkan kadar air pada produk
hexamine adalah proses kontinyu direct contact. Hal ini karena proses direct
contact lebih ekonomis dan sederhana dalam hal konstruksi. Selain itu untuk
jenis free flowing particle seperti hexamine dengan suhu yang tidak terlalu
tinggi, proses ini tepat. Efisiensi panas rotary dryer cukup besar karena udara
panas langsung dikontakkan dengan padatan.
Secara garis besar rotary dryer dapat dibagi ke dalam tiga zona yaitu zona
1, 2, dan 3 (Gambar 1). Zona 1 merupakan zona dimana suhu padatan
mengalami peningkatan hingga mencapai suhu wet bulb. Zona 2 adalah zona
dimana penguapan solven dari padatan ke udara terjadi, sedangkan zona 3
adalah zona pemanasan lanjut agar suhu keluar padatan sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
Udara
Y1, T1
Y2, T2
Zone 1 Zone 2 Zone 3
Padatan
X2, t2
X1, t1
T1 Tw
t1
Output (kg/jam)
No. Komponen Input (kg/jam)
Padatan (kg/jam) Uap (kg/jam)
1 Hexamine 2523.4848 2523.4848 0.0000
2 Air 126.1742 1.7664 124.4078
Total 2649.6591 2525.2513 124.4078
C. PERSAMAAN PERANCANGAN
Langkah perancangan diawali dengan memodelkan persamaan yang
diperoleh dari penurunan neraca massa dan neraca panas rotary dryer.
Persamaan perancangan untuk rotary dryer dipilih aliran counter current,
dimana fluida pemanas masuk dari arah yang berlawanan dengan aliran
padatan masuk. Berikut merupakan ilustrasi rotary dryer dengan aliran
counter current :
G, Y0, Tg0 G, Y, Tg
S, X0, Ts0 S, X, Ts
∆
Z
Gambar 2. Aliran Umpan Masuk di dalam Rotary Dryer dengan Aliran
Counter Current
I. Neraca Massa
A. Neraca massa air dalam fase padatan
Rate of mass input – rate of mass output = rate of mass accumulation
SX Z SX Z Z
kya D Z Y Y * 0
SX Z
SX Z Z
kya D Z Y * Y 0
SX SX
lim Z Z Z
kya D Y * Y
Z 0 Z
kya D Y * Y
dX
S
dZ
dX kya D Y Y *
(1)
dZ S
X Xo
S
Y Yo (2)
G
G, Y0, Tg0 G, Y, Tg
∆
Z
A. Neraca Panas dalam Padatan
Neraca panas dalam padatan di dalam elemen volume dapat dituliskan
dengan :
Rate of heat input – Rate of heat output = Rate of heat accumulation
Digunakan Elemen Volum : A Z
lim
S Cps S X Cpa Ts Tr Z Z S Cps S X Cpa Ts Tr Z
Z 0 Z
+ Ua A Tg Ts - kya A Y * Y Cpag Tg Tr =0
S Cpa Ts Tr
dX
(5)
dz
S
dX
Cpag Tg Tr (6)
dz
- Ua A Z Tg Ts = 0
Dengan memisalkan,
Q1 S Cps S X Cpa
dTs
dz (15)
(18)
(19)
D dalam ft
Lb
Ga dalam
hr ft 2
2. Data Perhitungan
a. Jumlah padatan kering = 0,700968 kg/detik
b. Xin = 0,0476 kg air/kg padatan kering
c. Xout = 0,0007 kg air/kg padatan kering
d. Suhu padatan masuk = 60 oC
e. Suhu udara panas masuk = 95 oC dengan kelembaban relatif 20%
f. Kadar air dalam udara masuk = 0,00547 kg air/kg udara kering
g. Air mass velocity = 2 kg /m2s (22.619,4671 kg/jam)
h. Diameter Rotary = 2 meter
i. Suhu referensi = 25 oC
function rotary_ku
clear;clc;
format short e
global S GA D AC G PT Z0 X0 X Xout XL Y0 TS0 TG0 TS TG
POA0 BMA Y BMU Yst0 Lamda
%Data flowrate
S=0.700968; %jumlah padatan masuk, kg/s
GA=2; %kg/m2/s dipilih antara 0,5 - 5,
dipilih 2 kg/m2/s
D=2; %meter, dipilih 0,3 - 3 meter, dipilih
2 meter
AC=pi/4*(D^2);
G=GA*AC
PT=760;
figure(1)
plot(X,Z(:,2),X,Z(:,3)),grid on
legend('suhu padatan','suhu udara panas')
title('Profil Suhu')
xlabel('Panjang Rotary Dryer,m')
ylabel('Suhu,Kelvin')
figure(2)
plot(X,Z(:,1),X,Z(:,4)),grid on
legend('air di padatan','air di udara pengering')
title('Profil Cairan')
xlabel('Panjang Rotary Dryer,m')
ylabel('Moisture')
end
function dXTSTGdZ=dry(Z,y)
global S GA D AC G PT Z0 X0 X Xout XL Y0 TS0 TG0 TS TG
POA0 BMA BMU Yst0 Y Lamda
X=y(1);
TS=y(2);
TG=y(3);
Y=y(4);
CpA=(-34.3535+0.70211*TS-0.00061154*TS^2)/18*1000; %Cp
air dalamjoule/kg.K sumber Yaws
CpS=2195.435; %Cp padatan
Joule/Kg/K
CpG=1009.5; %Cp
udara Joule/Kg/K
CpAG=461.88*(3.47+(1.45e-3.*TG)-(0.121e5./TG^2));
TR=298; %Suhu
refernesi, Kelvin
Lamda=40655.88312/18*1000;
Y=Y0+S./G.*(X0-X);
Ua=237.*(GA^0.67)/D;
if X>0.08
Kya=Ua./(CpG+Y*CpAG);
else
Kya=Ua./(CpG+Y*CpAG)*X/0.08;
end
POA=exp(18.3036-3816.44./(TS-46.13));
Yst=POA./(PT-POA).*BMA./BMU;
%perhitungan dxdz
dXdZ=(1/S).*(-Kya*D.*(Yst-Y));
dYdZ=(S/G).*dXdZ;
%perhitungan dTsdz
beta=Ua*D.*(TG-TS);
alfa=-S*CpA.*(TS-TR).*dXdZ;
gamma=S.*dXdZ.*(CpAG.*(TG-TR)+Lamda);
dTSdZ=(beta+alfa+gamma)./((S*CpS)+(S.*X.*CpA));
%perhitungan dTgdz
Q1=((S.*CpS)+(S.*X.*CpA)).*dTSdZ;
Q2=(-CpAG.*(TG-TR)-Lamda+CpA.*(TS-TR)).*S.*dXdZ;
dTGdZ=(Q1+Q2)./((G.*CpG)+(G.*Y.*CpA));
Gambar 3. Profil Suhu dari Padatan dan Udara Panas setiap Panjang
Rotary Dryer
Gambar 4. Profil Moisture dalam Padatan dan Gas setiap Panjang Rotary
Dryer
Bahan kontruksi untuk perancangan rotary dryer dipilih Carbon Steel SA-283
Grade D yang memiliki
Allowable stress (f) = 12650 psi
E = 0,8
C allowance = 0,125 in
Ketebalan plat minimum dapat dihitung dengan menggunaak persamaan :
Koefisien perpindahan
Panas konveksi alamiah
Jenis Kisaran Ra
W
ho
m 2 o C
ho 0,19 T
1
Turbulent 10 9 – 10 13 3
Dengan,
L3 . 2 . .g.t
Gr
2 (25)
1
(26)
Tf
Ra = bilangan Rayleigh = Pr Gr
Pr = Prandtl number
Gr = Grashoff number
∆T = Selisih suhu dinding Rotary Dryer luar dengan suhu udara
lingkungan, Kelvin
L = Panjang ekivalen, karena bentuk dari rotary dryer adalah silinder
horizontal, maka L ekivalen dengan diameter rotary dryer, meter
ρ = Densitas udara, kg/m3
μ = Viskositas udara, kg/m/s
g = Percepatan gravitasi, 9,81 m/s2
β = Koefisien pengembangan, K
Koefisien perpindahan panas secara radiasi diabaikan karena
diasumsikan sangat kecil
Q
Tg Tu (27)
ln R2
1 R1 1
hi Ai 2 K1 L ho. Ao
Q
Tg To (28)
ln R2
1 R1
hi Ai 2 K1 L
dengan,
Contoh Trial 1 :
1. To = 346 Kelvin
2. Diperoleh nilai Tf dari persamaan yaitu 324,5 Kelvin
ho, Tu
hi, Ti
T
o
Q
Tg Tu (29)
ln R2 ln 3
R
1 R1 R2 1
hi Ai 2 K1 L 2 K 2 L ho Ao
Q
Tg To (30)
ln R2 ln 3
R
1
1 R R2
hi Ai 2 K1 L 2 K 2 L
dengan,
hr = Koefisien perpindahan panas radiasi , Watt
m 2 oC
Contoh Trial 1 :
1. To = 323 Kelvin
2. Diperoleh nilai Tf dari persamaan yaitu 313 Kelvin
3. Nilai Gr diperoleh dari persamaan yaitu 2,73x1010
4. Nilai Ra dihitung dengan mangalikan nilai Gr dengan nilai Pr,
maka diperoleh nilai Ra = 1,92x1010 . hasil pembacaan tabel
di Datar I diperoleh jenis aliran yang turbulen, maka ho
4. Flights
6. Waktu tinggal ( )
Hold-up padatan berkisar 5 -15 % ( Perry, 1997 )
Diambil harga 5 %
0.6085
K … (34)
S d p1 / 2
Dengan :
s = slope kemiringan drier, m/m
N = kecepatan putaran drier = 0,066288 rps
K = faktor koreksi = 0,0300
G = kecepatan aliran massa gas
dp = diameter butir padatan, m = 0,001 m
Ss = 0,007675 kg/m2/s
Hold up padatan = 0,05
Hold up tanpa adanya aliran gas (ΦD0) = 0,07962
Slope kemiringan drier (s) = 0,00369 m/m range (0-0,08 m/m)
8. Perhitungan Power
Menurut Perry (1997), power pemutar rotary dryer dihitung dengan persamaan :
N4.75dw 0.1925DW 0.33W
bhp … (35)
100000
dengan :
bhp = brake horse power yang diperlukan (1 bhp = 0,75 kW)
N = kecepatan putar dyer, rpm
W = (w + beban material + 0,3xberat shell), lb
w = jumlah padatan masuk, lb
D = riding ring diameter, ft = (d+2) ft
d = diameter dryer, ft
W = 25626,26218 lb
d = 7,8744 ft
D = d+2 = 9,8744 ft
Berdasarkan persamaan (20)
N 4.75dw 0.1925DW 0.33W
bhp = 11,6 Hp
100000
Efisiensi motor = 75 %
Sehingga power untuk penggerak = 15,47 Hp
Digunakan motor dengan power = 20 Hp
Kesimpulan
Jenis : Direct contact rotary dryer, counter current
Kondisi operasi : P = 1 atm ;
Suhu padatan masuk : 60 oC; Suhu padatan keluar : 75oC
Suhu udara masuk : 95 oC; Suhu udara keluar : 82oC
Air mass velocity : 2 kg/m2s, (22.619,4671 kg/jam)
Spesifikasi : Diameter (D) = 2,4 meter = 94,4882 in
Panjang (L) = 16,9 meter = 55,1208 in
3
Volume rotary : 40,7314 m
Waktu tinggal : 1,125 jam
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-283 Grade D
Tebal isolasi : 0,25 meter