TEORI
Pada umumnya proses ini, kalah bersaing dengan proses yang menggunakan bahan
baku propilena dan amonia.
Tabel 2.2 Klasifikasi Pembuatan dengan Etilena Oksida dan Hidrogen Sianida
Fasa Dapat Berupa Cair dan Uap
Temperatur 20 oC pada fasa cair
250-350 (oC) pada fasa uap
Katalis Pada fasa uap menggunakan katalis alumina
1
Bahan Baku Etilena Oksida dan Hidrogen Sianida
Produk Pada fasa uap, produksi mencapai 90 %.
Proses dengan menggunakan bahan baku etilen oksida dan asam sianida
akan menghasilkan etilen sianohidrin. Etilen sianohidrin ini mengalami dehidrasi
menjadi akrilonitril.
Akan tetapi seiring perkembangannya ditahun 1950-1960-an, diperkenalkanlah yang
namanya rute komersial baru yang lebih efektif dan kompetitif, yakni:
Proses pembuatan akrilonitril dengan cara ini juga dikenal dengan proses amoksidasi
dengan hasil samping berupa asetonitril dan hidrogen sianida. Reaktor yang
digunakan adalah reaktor unggun fluidisasi (fluidized bed reaktor).
1.2 Kegunaan Akrilonitril
Akrilonitril merupakan salah satu produk kimia yang cukup luas pemanfaatannya bagi
kebutuhan umat manusia, penggunaan Akrilonitril yang paling utama adalah untuk
adiponitrile (38%), selain itu pemanfaatan produk ini juga untuk produksi plastik seperti
acrylonitrile- butadiene – styrene (ABS)/ styrene acrylonitrile (SAN) resins (22%), acrylic
fibers (17%), acrylamide (11%), nitrile elastomers (3 %), dan miscellaneous
termasuk polymers, polyols, nitrile barrier resin serta carbon fibers sebanyak 9 %.
Pemanfaatan ABS adalah untuk pipa dan pelengkapnya, perlengkapan otomotif dan
peralatannya. Sementara SAN banyak digunakan pada peralatan dan perlengkapan rumah
semacam gantungan, wadah es, dan peralatan lainnya. Nitrile rubbers digunakan pada bidang
keteknikkan dan proses industri karena sifatnya yang memiliki daya tahan terhadap bahan
kimia, minyak, pelarut, panas dan abrasi, sedangkan nitrile barrier resin banyak digunakan
2
pada industri makanan, kosmetik, minuman serta pengemasan bahan kimia lainnya.
Adiponitrile merupakan bahan antara industri nilon dan acrylamide.
Selain itu kegunaanakrilonitrildi America pada tahun 1971 adalah untuk:
- Pembuatan Acrylic Fibers 55%
- Stene co polimer 17%
- Karet Nitril 4%
- Export 10%
- Dan lain-lain 14%
3
BAB 2
PERHITUNGAN MKK
DAN PERTIMBANGAN PEMILIHAN
Asumsi : Bahwa air (H2O) dan Udara adalah sumber oksigen, yang keberadaanya
berada di alam sekitar yang diketahui tidak bernilai.
Analisa perhitungan dalam proses perencanaan pembuatan akrilonitril ini dapat dilihat
pada perhitungan berikut:
:[ 0,60) - - (0,35)]
4
:[ 0,60) + - (0,35) - ]
:[ 0,60) + - (0,04) - -
5
BAB 3
PENENTUAN LOKASI DAN PERTIMBANGAN
Pemilihan lokasi pabrik sangat penting di dalam perancangan pabrik karena hal ini
berhubungan langsung dari nilai ekonomis pabrik yang akan dibangun. Pabrik akrilonitril
ini direncanakan akan dibangun di Cilegon. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
untuk menentukan lokasi pabrik yang kita rancang agar secara teknis dan ekonomis
menguntungkan.
b. Pemasaran produk
Faktor yang perlu diperhatikan adalah letak wilayah pabrik yang membutuhkan
akrilonitril dan jumlah kebutuhannya. Daerah Cilegon merupakan daerah yang
6
strategis untuk pendirian suatu pabrik karena dekat dengan Jakarta sebagai pusat
perdagangan Indonesia.
c. Sarana Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan
baku dan pemasaran produk. Dengan adanya fasilitas jalan raya, rel kereta api, dan
pelabuhan laut yang memadai, maka pemilihan lokasi di Cilegon sangat tepat.
d. Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk menjalankan mesin-
mesin produksi. Dan tenaga kerja dapat direkrut dari daerah Cilegon, Jakarta, dan
sekitarnya.
2. Faktor Sekunder
a. Perluasan areal pabrik
Cilegon memiliki kemungkinan untuk perluasan pabrik karena masih mempunyai areal
yang cukup luas. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan semakin meningkatnya
permintaan produk akan menuntut adanya perluasan pabrik.
b. Kemasyarakatan
Dengan masyarakat yang akomodatif tehadap perkembangan industri dan tersedianya
fasilitas umum untuk hidup bermasyarakat, maka lokasi di Cilegon dirasa tepat.
c. Karakteristik lokasi
Karakteristik lokasi ini menyangkut iklim di daerah tersebut, kemungkinan terjadinya
banjir, serta kondisi sosial masyarakatnya. Dalam hal ini, Cilegon sebagai kawasan
industri adalah daerah yang telah ditetapkan menjadi daerah industri sehingga
pemerintah memberikan kelonggaran hukum untuk mendirikan suatu pabrik di daerah
tersebut.
BAB 4
TINJAUAN DAN PENENTUAN REAKTOR
7
(Anonim, 1994)
dimana, k : konstanta kecepatan reaksi (detik-1)
R : konstanta gas ideal = 1,987 cal/mol. K
T : Suhu (K)
Persamaan kecepatan reaksi dapat menunjukkan pengaruh temperatur dan katalis terhadap
reaksi.
Temperatur masuk = 440 °C 713 °K
Temperatur Keluar = 440 °C 713 °K
P = 2 atm 200 kPa
Laju alir mol masuk = 100 mol/jam 0,1 mol/jam
T reaktor = 60 menit 1 jam
Konversi Propilen 100 % : Laju Propilen = 0,72 kmol/jam
CAO = = = 0,0681 kmol/m3
FAO = Vo. Co
Vo =
t=
V= t . Vo
= 1 jam . 1,4684 m3/jam
EA =
Konversi Propilen 80 %
t = CAo
– rA = CAO (XA – 0)
-rA =
Pengaruh temperatur
8
Jika temperatur meningkat, maka kecepatan reaksi berlangsung semakin cepat karena
harga konstanta kecepatan reaksi (k) semakin besar dan sebaliknya.
Pengaruh katalis
Adanya katalis mempengaruhi energi aktivasi (E). Energi aktivasi reaksi tanpa katalis
akan lebih besar dari pada energi aktivasi reaksi dengan katalis. Sehingga dengan adanya
katalis, reaksi akan berjalan lebih cepat.
Δ G° = -RT ln K
9
Sehingga Δ Gf° = Δ Gf° produk - Δ Gf° reaktan
= 195,31-(74,7-16,6)
= 137,21 KJ/mol
ln K298 = - Δ Gf°
RT
ln K298 = - (137,21 KJ/mol)
0.08314 KJ/mol 298 K
ln K298 = -5,538083252
K298 = 3,93406 x10 -3
Maka nilai K pada T (K) dapat dihitung dengan meninjau persamaan kesetimbangan
dibawah ini:
ln =( ( )
Dengan:
ΔH298 = ΔH produk - ΔH reaktan
= -185-(20,2 – 45,92) KJ/mol
= -210,72 KJ/mol
Sehingga harga K pada suhu 420 °C dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
ln =( ( )
ln =( ( )
ln K2 = -0,0190714
K2 = 0,98
Karena nilai K2 pada suhu 420 °C tidak terlalu besar, maka reaksi bersifat dapat balik.
10
Tekanan
Tekanan tidak terlalu berpengaruh pada reaksi. (US Patent,1981). Tekanan masuk
reaktor sebesar 3 atm agar reaksi tetap berjalan dalam fase cair.
11
BAB 5
PROSES PEMISAHAN
12
kemudian didalam tangki destilasi 2 tadi senyawa yang berfasa liquid akan dialirkan melalui
stream 9 dan kemudian disimpan dalam tangki storage.
Prinsip dari tangki destilasi itu sendiri adalah umpan masuk bahan dipanaskan dengan
suhu optimum, kemudian bahann yang memiliki titik didih terendah akan menguap terlebih
dahulu, kemudian bahan yang menguap tadi didinginkan agar terjadi proses pengembunan,
sehingga dapat dihasilkan produk berrupa liquid.
13
BAB 6
JARINGAN PENUKAR PANAS DAN UTILITAS
Create Table
∆Tm = 10 °C
Interval
H1 H2 C1 C2
250
240
200
190
150
80
40
30
1 2 2 3
14
Basic Flowchart Of Heat Exchanger
Q Stream
Residual Final Pacs
250
150 Hot Utility
1 H1= (1)(250-240) = 10 10
240
190
30
∆Tm = 10 °C
HOT COLD
15
Formasi HEN
6.2 Utilitas
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar
jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi suatu pabrik. Berdasarkan
kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan akrilonitril adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan uap (steam)
Uap digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas. Dalam hal ini pada proses pembuatan
akrilonitril kebutuhan uap panas digunakan pada fluidized bed reaktor berupa Boiler Feed
Water, yang digunakan agar kondisi proses di reaktor tetap terjaga dengan suhu 420° C.
Steam yanng diperlukan dalam proses dapat dibangkitkan dengan memanfaatkan panas gas
keluar reaktor, sehingga steam yang perlu disediakan hanya pada saat start-up saja.
2. Kebutuhan air
Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan proses maupun
kebutuhan domestik. Kebutuhan air pada pabrik pembuatan akrilonitril bersumber dari daerah
aliran sungai.
Kebutuhan air pendingin:
- Pada alat HE :
= 119,91 + 90
= 209,1
Sebagai pembangkit listrik digunakan generator, dan untuk keamanan digunakan generator
dengan kapasitas 500 Kwatt.
17
BAB 7
PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau atmosfer
karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat membahayakan alam
sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup, maka setiap pabrik
harus mempunyai unit pengolahan limbah.
Proses pengolahan limbah dari produksi akrilonitril didapatkan produk samping berupa
HCN (Hidrogen Sianida) dan Asetonitril, dari kedua produk samping tersebut pada masing
masingnya memiliki treatment (perlakuan) yang berbeda-beda sebagai peminimalisir
terjadinya pencemaran lingkungan dari dampak adanya bahan kimia tersebut.
a. Proses pengolahan limbah HCN (Hidrogen Sianida).
Ada banyak kemungkinan metode untuk treatment limbah yang mengandung sianida.
Beberapa di antaranya lebih pro-lingkungan daripada yang lain. Berikut adalah metode
treatmennya:
- Klorinasi Alkali
Klorinasi Alkali adalah proses kimia tertua untuk pengolahan limbah sianida.
Dalam klorinasi alkali ion hipoklorit mengoksidasi sianida untuk membentuk CO2 dan
gas N2 sesuai reaksi berikut:
CN- + H + + ClO-→ CNCl + OH- (1)
CNCl + 2OH- → CNO- + Cl- + H2O (2)
2CNO- + H2O + 3ClO-→ 2CO2 (g) + N2 (g) + + 2OH- + 3Cl- (3)
Salah satu kelemahan utama dari metode ini adalah potensi untuk membentuk
senyawa organik diklorinasi, misalnya cyanogen (CN)2 yang bahkan lebih berbahaya
dan beracun dari sianida itu sendiri. Oleh karena itu, pH dalam proses harus
dikendalikan dengan hati-hati.
- Oksidasi Elektrolit
Oksidasi elektrokimia adalah proses alternatif untuk menghancurkan ion sianida pada
anoda dan mengumpulkan logam berat dari katoda. Sianida bebas, sianida kompleks
dan larutan sianida dapat ditangani dengan metode oksidasi elektrokimia.
18
Berikut menunjukkan anoda dan katoda reaksi untuk larutan yang mengandung
sianida perak.
Anode
CN- + 2OH- → CNO - + H2O + 2e-
[Ag(CN)3]2- + 6OH- → Ag 2+ + 3CNO- + 3H2O + 5e-
Cathode
Ag2+ + 2e-→ Ag(s)
Anode
2CNO- + 4OH- → 2CO 2(g) + N2(g) + 2H2O + 6e-
Sianida
Pertama dan cyanocomplexes menjadi teroksidasi untuk membentuk ion cyanate pada
anoda. Ion-ion ini kemudian diuraikan menjadi karbon dioksida dan gas nitrogen.
Kation metal terdissosiasi dikurangi di katode tersebut.
Proses oksidasi elektrokimia tergantung pada pH, tegangan dan larutan elektrolit.
Anoda dan katoda bahan dan kandungan logam dari larutan juga memiliki efek pada
reaksi kinetik. Metode elektrokimia adalah cara yang sangat ekonomis dan pro-
lingkungan untuk mengolah limbah sianida. Semua logam dapat dikumpulkan dari
katoda (pemanfaatan eco-efektif logam mulia) dan sianida akan diubah menjadi CO 2
tidak beracun dan gas N2
- Biodegradasi sianida
19
reaksi dan kinetika. Senyawa sianida dapat terurai dalam kondisi aerob dan anaerob.
Dalam kondisi oksigen konten aerobik adalah faktor utama. Jika kandungan oksigen
terlalu rendah, pasokan oksigen harus dipastikan oleh aeration.12, 13,14,15,20
Sianida dapat ditreatment secara biologis dalam reaktor dan mudah dikontrol.
Biasanya, organisme membentuk biofilm pada bahan pendukung reaktor, dan biofilm
ini mendegradasi sianida menjadi senyawa kurang beracun. Proses biodegradasi
umumnya sederhana dalam desain dan proses pengendalian cukup minim. Biaya
reagen yang sangat rendah, tetapi biaya modal bisa sangat tinggi. Suhu memiliki efek
lebih besar pada proses biodegradasi dibandingkan dengan metode lainnya, operasi
pengolahan limbah harus berada di dalam ruangan, karena sistem dioperasikan pada
suhu dingin, di luar ruangan diatur oleh kinetika reaksi lambat.
Disisi lain dari beberapa pertimbangan proses pengolahan limbah dari kedua produk
samping diatas, (Hidrogen Sianida dan Asetonitril) diputuskan untuk dijual kembali karena
memiliki nilai ekonomis selain itu juga jika limbah dibuang maka proses pengolahannya
memerlukan biaya yang tinggi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN A
SIFAT FISIK DAN KIMIA BAHAN
Akrilonitril (C3H3N)
Sifat Fisika
Berat molekul 53,064 gr/gmol
Densitas 0,806 g/cm3 (20°C)
Titik beku -83,5 °C
Kenampakan Jernih, cairan berbau menyengat
Kelarutan dalam air (20°C) 7,3 wt %
Volatilitas (78°C) 99%
pH (5% larutan air) 6,0-7,5
Titik didih 1 atm 77,3 °C
Tekanan Uap 11,5 kPa (20°C)
Tekanan kritis 3,54 Mpa
Temperatur kritis 246 °C
Volume kritis 3,798 cm3/g
Densitas kritis 0,2503 g/cm3
Viscositas 0,34 cP (25°C)
Titik Nyala 0°C
Panas pembentukan cair 150 kJ/mol (25°C)
Energi bebas pembentukan gas 195 kJ (25°C)
Kapasitas panas molar, cair 2,09 kJ/(kg°K)
Sifat Kimia
Akrilonitril (C3H3N) merupakan molekul tak jenuh yang memiliki karbon-karbon
dengan ikatan rangkap konjugasi dengan golongan nitril
Akrilonitril merupakan molekul polar karena adanya nitrogen heteratom.
Hidrolisa dengan asam sulfat menjadi akrilamid sulfat (C3H5NO.H2SO4)
dan dapat berubah menjadi akrilamid dengan netralisasi menggunakan basa.
Hidrolisis total menghasilkan asam akrilat dengan menggunakan asam
mineral/basa.
Hirdrolisis parsial menghasilkan akrilamid dengan menggunakan katalis tembaga
maupun biokatalisator.
Adisi Diels-Alder membentuk produk senyawa aiklis.
Hidrogenasi dengan menggunakan katalis metal menghasilkan propionitrile
(C3H5N) dan propilamina (C3H9N).
Hidrodimerisasi menghasilkan adi ponitrile
(Othmer,1978)
Propilen (C3H6)
Sifat Fisika
Fase Cair jenuh
Berat molekul 42,0804 kg/kmol
Titik beku -185 oC
22
Titik didih pada 748 mmHg - 48oC
Suhu Kritis 91,4oC
Tekanan kritis 45,6 atm
Densitas cair pada 223 K 0,612 g/cc
Entalpi pembentukan standar 62,72 kj/mol
Indeks bias 1,3567
Sifat Kimia
Memiliki satu ikatan rangkap dan atom hidrogen pada rumus bangun propilen
Ammonia (NH3)
Sifat Fisika
Kenampakan Gas, tidak berwarna, mudah menguap, berbau
vinegar
Kadar ammonia 99.5% berat (minimum)
Kadar air 0.5% berat (maksimum)
Minyak 5 ppm (b/b) (maksimum)
Tekanan 1.25 atm
Temperature Kritis 207,5 oC
Volume kritis 72,5 cm3/gmol
Berat Molekul 17,03 kg/kmol
Titik Beku (0C) -77,07
Titik didih (0C) Fase gas = -33,35
Fase cair = (30%NH3, 70% H2O) = 36
Densitas (g/mL) 0,817 (80 0C)
Viskositas (cP) 0,255
Panas Pembentukan (kJ/mol) 46,2 (18 0C)
Panas Penguapan (kJ/mol) 23,3 (-33,3 0C)
Panas spesifik (J/g 0C) 2,225
Sifat Kimia
Ammonia anhydrous dalam bentuk cair maupun gas merupakan bahan kimia
yang menyebabkan iritasi yang kuat pada kulit, mata dan saluran pearnapasan.
Dalam keadaan normal (tekanan 1 atm) berupa gas, tidak berwarna, berbau tajam
dan lebih ringan di udara.
NH3 dapat membentuk campuran mudah terbakar dengan udara pada ambang
batas (16-25% volume).
Bahaya ledakan NH3 akan semakin meluas apabila kontak langsung dengan
23
oksigen pada temperatur serta tekanan yang tinggi.
Molekul amonia terbentuk dari ion nitrogen bermuatan negatif dan tiga ion
hidrogen bermuatan positif dengan rumus kimia NH3. Amonia dapat terjadi
secara alami atau diproduksi secara sintetis. Amonia yang terdapat di alam (di
atmosfer) berasal dari dekomposisi bahan organik. Produksi amonia buatan
melibatkan serangkaian proses kimia untuk menggabungkan ion nitrogen dan
hydrogen.
Oksigen (O2)
Sifat Fisika
Kapasitas Kalor 29,379 J/ mol K
Kalor Penguapan 6,82 kJ/mol
Kalor Peleburan 0,444 kJ/mol
Berat Molekul 32 gram/gmol
Titik Leleh (0C) -218,79
Titik didih (0C) -182.95
Densitas (g/mL) 1,429 gr/L
Sifat Kimia
24
25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN NERACA MASSA
b’b
d’
d
a’ a
cc’
1
2
Perhitungan Neraca Massa
Reaktor
Basis Umpan Masuk Reaktor 100 mol/jam, dengan komposisi C3H6 10%, NH3 12%, O2
16,38%, N2 61,62%
C3H6 10 10 0
NH3 12 10 2
O2 16,38 15 1,38
Terlihat bahwa C3H6 habis bereaksi terlebih dahulu dibanding reaktan yang lain, maka C3H6
adalah reaktan pembatas.
Karena reaktan pembatasnya adalah C3H6, maka konversi 30% adalah konversi C3H6.
1
C3H6 yang bereaksi = 0,3.10 = 3 mol
C3H6 10 3 10-3=7
NH3 12 3 12-3=9
N2 61,62 0 61,62
C3H3N 0 3 3
H2O 0 ( 3. 3) = 9 9
NH3 9 9 0
O2 11,88 9 2,88
N2 61,62 0 61,62
H2O 0 ( 2. 9) = 18 18
NH3 0 0
O2 2,88 2,97%
N2 61,62 63,53%
C3H3N 3 3,09%
2
H2O 18 18,56%
TOTAL 97 100%
Scrubber
Dari neraca massa di reaktor didapat jumlah mol N 2 mula-mula 61,62 kmol/jam, mol C3H6
mula-mula 2,5 kmol/jam dan mol O2 mula-mula 2,88 kmol/jam. Kebutuhan H2O untuk reaksi
di scrubber sebesar 4,21 kmol/jam. Disini gas yang mengalir dari bagian bawah Scrubber
akan melintas dari lubang-lubang yang ada pada setiap pelat yang digenangi oleh aliran air
yang mengalir dari bagian atas scrubber berupa propilen, oksigen dan nitrogen yang bersisa.
Yang selanjutnya gas tersebut akn dibakar di incinerator. Dan pada aliran bawah akan
didapatkan hasil berupa asetonitril, akrilonitril dan HCN.
F4 = 101,21 kmol/jam(30%)
= 30,363 kmol/jam
F5 = 101,21 kmol/jam(70%)
3
= 70,847 kmol/jam
Menara Destilasi – 01
Pada menara distilasi 01 akan dipisahkan hidogen sianida dengan akrilonitril dan asetonitril.
Komposisi Hidrogen Sianida yang dipisahkan sebesar 40%.
Menara Destilasi – 02
4
Pada menara destilasi 02 akan dipisahkan akrilonitril dan asetonitril. Komposisi Akrilonitril
yang diinginkan sebesar 90%.