LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES
1
TKS 4054 PRARANCANGAN PABRIK
Semester Ganjil 2010
LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES
Pembimbing :
Sri Helianty, ST, MT
Kelompok X
Alfein Rahmad (0707112432)
Davit Tampubolon (0707120292)
Elfrida (0707120216)
Wahyu Noto Daniel (0707120285)
2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas akhir prarancangan pabrik yang berjudul
Prarancangan pabrik surfaktan Metil Ester Sulfonat.Tugas akhir ini merupakan rangkaian
akhir dari seluruh tugas kami dalam menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik , Universitas Riau.
Tugas akhir ini merupakan studi literatur tentang Prarancangan pabrik (preliminary
plant design) Surfaktan Metil Ester Sulfonat berbahan baku Metil Ester. Proses sulfonasi
merupakan proses dengan menggunakan pereaksi kimia yang mengandung gugus sulfat
atau sulfit. Pada proses pembentukan metil ester sulfonat, metil ester dapat direaksikan
dengan gas SO3.Kelayakan pendirian pabrik Surfaktan MES ini dikaji secara tekno-
ekonomi, meliputi pengoperasian rangkaian peralatan dan perkiiraan evaluasi ekonomi
melalui analisis profitabilitas.
Selama menyelesaikan tugas akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak.Untuk itu kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
terutama kepada pembimbing Ibu Sri Helianty,ST.MT.Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih pada rekan rekan yang telah banyak membantu.
Demi kesempurnaan tugas akhir ini lebih lanjut, kami mengharapkan saran dan
kritikan dari pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia.
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................3
Daftar Isi............................................................................................................................4
Daftar Tabel.......................................................................................................................5
Daftar Gambar...................................................................................................................6
Daftar Lampiran.................................................................................................................7
Bab I.Pendahuluan.............................................................................................................8-15
Bab II.Deskripsi Proses...................................................................................................16-20
Daftar Pustaka.................................................................................................................21-22
Lampiran A......................................................................................................................23-25
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
1.2 Bahan baku dan Produk
1.2.1 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan antara lain; CPO, SO3, NaOH, MeOH, H2O2, Na2SO4,
dan N2. Pemilihan bahan baku utama sangat bergantung dari harga bahan baku yang
digunakan untuk memperkecil biaya produksi. Minyak Lauric (C12 dan C14) misalnya,
memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan Palmitics (C16 dan C18), yang
memiliki harga yang murah dan relatif stabil. Dari sudut pandang ekonomi, bahan baku
yang lebih menguntungkan adalah palm stearin, yang didapat dalam pengolahan minyak
sawit dan termasuk kategori non-edible [chemithon, 2006].
Data sifat kimia dan fisika serta harga bahan baku yang digunakan ditampilkan
dalam lampiran A.
1.2.2 Produk
Surfaktan MES yang merupakan golongan baru dalam kelompok surfaktan anionik
telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada produk-produk pencuci dan pembersih
(washing and cleaning products) (Hui, 1996e; Matheson, 1996), juga untuk EOR
(Enhanced Oil Recovery) [Noviyanti, dkk, 2007]. Aplikasi EOR ini beguna untuk
meningkatkan perolehan minyak dari reservoir.
Menurut Matheson (1996), metil ester sulfonat (MES) memperlihatkan karakteristik
dispersi yang baik, sifat deterjensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan
yang tinggi (hard water) dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C14, C16 dan C18
memberikan tingkat deterjensi terbaik, serta bersifat mudah didegradasi (good
biodegradability). Dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES menunjukkan
beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang lebih rendah daya
deterjensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat mempertahankan aktivitas enzim
yang lebih baik, toleransi yang lebih baik terhadap keberadaan kalsium, dan kandungan
garam (disalt) lebih rendah.
Sampai saat ini tercatat hanya 3 perusahaan yang memproduksi surfaktan MES.
Data lengkap produksi dapat dilihat dari tabel berikut
9
Tabel 1.1 Perusahaan produksi surfaktan MES
Negara Perusahaan Produksi
Amerika Serikat Huish Detergent USA 80000metric tons/ tahun
Jepang Lion Corporation of Japan 40000 metric tons/ tahun
Cina Lonkey Industry Co., Ltd 40000 ton/ tahun
Sumber : Chemiton, 2006
Produk samping dari pembuatan surfaktan MES adalah disalt, methanol, dimethyl
sulfate dan dimethyl ether. Produk samping yang paling banyak adalah disalt [Chemiton,
2006].
Perhitungan GPM di dasarkan pada reaksi di atas. Berikut tabel perhitungan GPM.
10
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= [(kg produk/ kg MES) x harga produk] - [(kg bahan/ kg MES) x harga bahan]
= (1 x 20000) + (0,88 x 4275) + (0,39 x 3600) + (0,33 x 6300) -
{(2,49 x 8280) + (1,17 x 1755) + (0,46 x 2700) + (0,09 x 2700)}
= 29441,39 17283,15
= 1218,24/ kg
1.3 Prospek Industri dan Pemasaran
Sampai saat ini beberapa produk industri bahan kimia khusus yang berbasis CPO
sepenuhnya masih tergantung impor. Lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset-riset
mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang telah dikembangkan hingga
skala produksi pilot plant oleh lembaga riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan
keskala industri. Pendirikan pabrik surfaktan MES memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan salah satunya karena belum ada pabrik serupa di Indonesia. Padahal, produk
ini sangat diperlukan untuk meningkatkan recovery minyak yang Indonesia termasuk
negara penghasil minyak yang besar.
Surfaktan memiliki harga jual 20 kali lipat lebih tinggi. Nilai tambahnya pun bisa
meningkat delapan kali lipat, atau tertinggi dibandingkan produk turunan lain, seperti
minyak goreng yang hanya naik setengah kali. Tingginya harga surfaktan daripada CPO
akan menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi pada industri ini.
Pabrik surfaktan ini direncanakan akan di didirikan pada tahun 2012. Target awal
produksi pabrik surfaktan MES ini akan dijalankan sebulan setelah konstruksi pabrik.
11
2. Ketersediaan Utilitas
Pabrik didirikan di daerah yang memiliki sistem utilitas yang bagus. Sumber air
diperoleh dari fasilitas sumber air di kawasan industri yang berasal dari air tanah
sebanyak 600 liter/ detik [Regional Investmen, 2010]. Pada kawasan industri tersebut
juga tersedia listrik sebesar 3 MW.
3. Pemasaran Produk
Kota Dumai memiliki pelabuhan yang berskala internasional sehingga dapat
membantu dalam pemasaran produk.
4. Tenaga Kerja
Riau memiliki berbagai Universitas atau yang setara dengannya baik yang
negeri maupun swasta. Menggunakan mahasiswa/i yang berasal dari instansi tersebut
sangat membantu dalam pengoperasian suatu pabrik. Terutama tamatan yang memiliki
latar belakang pendidikan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dumai juga memiliki
10.691 tenaga kerja yang belum terserap yang siap diserap sebagai tenaga kerja pada
pabrik [Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010].
5. Keadaan Iklim dan Bencana Alam
Kota Dumai memiliki iklim yang stabil sepanjang tahun. Sesuai dengan garis
khatulistiwa yang berada pada iklim tropis. Selain itu, bencana alam seperti gempa,
longsor, badai dan lain-lain bisa dikatakan tidak pernah terjadi.
6. Transportasi
Kotamadya Dumai memiliki sarana transportasi yang sangat memadai. Jalan
raya yang sudah diaspal mempermudah pengangkutan produk/ bahan baku. Menurut
rencana dinas PU setempat akan dibangun jalan tol Dumai- Pekanbaru yang juga akan
mempermudah transportasi. Dumai juga memiliki pelabuhan Dumai yang dikelola PT
PELINDO I yang merupakan pelabuhan berskala Internasional. Transportasi udara juga
sangat memadai dengan adanya bandara Pinang Kampai.
Peta lokasi pabrik surfaktan MES dari gas sintesis yang akan didirikan dapat dilihat
pada gambar 1.1 berikut.
12
Sumber: www. Regionalinvestment.com, 2010
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pabrik
1.5 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi pabrik surfaktan MES yang akan dibangun direncanakan paralel
dengan jumlah produksi minyak bumi Indonesia karena fokus utama penjualan produk
adalah untuk keperluan recovery minyak nasional. Berikut data produksi minyak bumi
nasional tahun 1996 2008.
Tabel 1.3 Produksi Minyak Bumi dan Gas 1996 - 2008
Minyak Mentah Kondensasi Gas Alam
Tahun
(barel) (barel) (barel)
1996 485 573, 8 63 074, 5 3 164 016, 2
1997 484 340, 6 59 412, 0 3 166 034, 9
1998 480 109, 7 54 782, 3 2 978 851, 9
1999 440 461, 6 54 181, 4 3 068 349, 1
2000 434 368, 8 50 024, 5 2 845 532, 9
2001 432 588, 0 47 528, 1 3 762 828, 5
2002 351 949, 6 45 358, 9 2 279 373, 9
2003 339 100, 0 44 600, 0 2 142 605, 0
2004 354 351, 9 50 641, 0 3 026 069, 3
2005 341 202, 6 46 450, 9 2 985 341, 0
2006 313 037, 2 44 440, 2 2 948 021, 6
2007 305 137, 4 43 210, 6 2 805 540, 3
2008 314 221, 7 44 497, 0 2 790 988, 0
Sumber : BPS, 2009
13
Proyeksi produksi minyak nasional sampai tahun 2011 dilakukan dengan linearisasi
data produksi di atas. Proyeksi produksi minyak tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 dan
tabel 1.3.
Sumber :
Diolah dari BPS, 2009
Gambar 1.2 Produksi Minyak Nasional 1996 2008
14
Berdasarkan data proyeksi di atas, surfaktan MES yang diproduksi akan digunakan
untuk me-recovery minyak sebanyak 217 768, 97 barel. Data penelitian menunjukkan
bahwa surfaktan sebanyak 19 870 ribu ton akan me-recovery minyak sebanyak 80% dari
total sumber minyak (US Patent 4, 018, 278). Surfaktan MES sebanyak 19 870 ribu ton
baru akan me-recovery minyak sebanyak 174 215,176 barel minyak, sehingga untuk
memproduksi 217 768, 97 barel minyak diperlukan 24 837, 5 ribu ton surfaktan MES
(perbandingan linear).
Berdasarkan asumsi perhitungan di atas dan mempertimbangkan faktor dinamika
produksi minyak yang tidak sama setiap serta juga untuk untuk mengantisipasi jika terjadi
lonjakan produksi minyak nasional maka pabrik surfaktan MES yang akan didirikan
dirancang dengan kapasitas 27 ribu ton/ tahun.
15
BAB II
DESKRIPSI PROSES
16
Exaust
SO3 Methyl Ester Gas Effluent Gas
ME Feed Sulfonation Treatment
Sulfonic
Acid
Methyl ester
sulfonic acid
digestion
Patented chemithon
Methanol methyl ester Methanol Methanol
Water
50% H2O2 sulfonic acid Recovery
bleaching
Methanol/
water
Chemithon
50% NaOH Neutralization Turbo Tube
Stripper/ Dryer
MES
MES Product
Finishing
17
1. Tahap Sulfonasi
Proses sulfonasi merupakan proses dengan menggunakan pereaksi kimia yang
mengandung gugus sulfat atau sulfit. Dimana pada proses pembentukan metil ester
sulfonat, metil ester dapat direaksikan dengan gas SO3, leum atau asam sulfat.
MES diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester dengan campuran SO3/udara.
Reaksi pengontakkan SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu falling film reactor.
Gas dan organik mengalir di dalam tube secara co-current dari bagian atas reaktor pada
temperatur 45oC dan keluar reaktor pada temperatur sekitar 30oC. Proses pendinginan
dilakukan dengan air pendingin yang berasal dari cooling tower. Air pendingin ini mengalir
pada bagian shell dari reaktor. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi
akibat reaksi eksoterm yang berlangsung di dalam reaktor.
Agar campuran MESA mencapai waktu yang tepat dalam reaksi sulfonasi yang
sempurna, MESA harus dilewatkan kedalam digester yang memilki temperature konstan
(~80oC) selama kurang lebih satu jam. Efek samping dari MESA digestion adalah
penggelapan warna campuran asam sulfonat secara signifikan. Sementara itu, gas-gas yang
meninggalkan reaktor menuju sistem pembersihan gas buangan (waste gas cleaning
system).
3. Tahap Netralisasi
Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi bersifat tidak stabil dan mudah
terhidrolisis. Oleh karena itu, pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan aliran
basa dibutuhkan dalam proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi kenaikan pH dan
temperatur yang dapat mengakibatkan reaksi hidrolisis yang berlebih. Neutralizer
beroperasi secara kontinu, mempertahankan komposisi dan pH dari pasta secara otomatis.
18
4. Tahap Pengeringan
Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke dalam sistem TurboTubeTM Dryer
dimana metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan untuk menghasilkan pasta
terkonsentrasi atau produk granula kering MES, dimana produk ini tergantung pada berat
molekul MES dan target aplikasi produk. Langkah akhir adalah merumuskan dan
menyiapkan produk MES dalam komposisi akhir, baik itu dalam bentuk cair, batangan
semi-padat atau granula padat, dengan menggunakan teknologi yang tepat.
2.3.3 pH netralisasi
19
Pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan aliran basa dibutuhkan
dalam proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi kenaikan pH dan temperatur yang dapat
mengakibatkan reaksi hidrolisis.
DAFTAR PUSTAKA
20
Chemithon, 2006, Methyl Ester Sulfonates, available at: http://www.chemithon.com, 19
september 2010.
C.Wulff et al, 1969, Process for the Production of Light Colored Surface Active Esters of
Sulfo Fatty Acids and Salts Thereof US Patent 3,485,856
Hovda, K., 1996, The Challenge of Methyl Ester Sulfonation, US Patent 5,587,500
Indriany, Dwike dan Jelita Alamanda, Pembuatan Metil Ester Sulfonat dari CPO untuk
Surfactant Flooding, Penulisan Laporan dan Seminar, Institut Teknologi Bandung,
2006
Info Sawit, 2010, Kelapa Sawit, available at: http://www.infosawit.com, 20 september
2010.
LIPI, 2006, LIPI manfaatkan sawit sebagai pengganti petrokimia, available at:
http://www.LIPI.go.id, 20 september 2010
Majari Magazine, 2010, Produksi Metil Ester Sulfonat Untuk Surfaktan, available at:
http://majarimagazine.com/2008/05/produksi-metil-ester-sulfonat-untuk-surfaktan/,
19 september 2010.
Noviyanti dan Wicaksono, 2007, Pengembangan Proses Produksi Surfaktan Untuk EOR
(Enhanced Oil Recovery) Melalui Sulfonasi Metil Ester, Institut Teknologi
Bandung,Bandung.
Raka Dewanto dkk, 2010, Studi Pembentukan Metil Ester Dengan Transesterifikasi
Sebagai Emulsifier Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit, Institut Teknologi
Sepuluh November.
Sheats, W.B., MacArthur, B.W., 2002, Methyl Ester Sulfonate Products, available at:
http://www.chemithon.com, 15 september 2010.
Peluang Investasi Kota Dumai, 2010, available at: http://www.regionalinvestment.com,
23 september 2010.
Russel D Shupe, 1977, Surfactant Oil Recovery Process Usable In High Temperature
Formation, US Patents 4,018,278.
http://www.alibaba.com/product, 30 september 2010.
21
http://www.merk-chemical.com/all_products , 30 september 2010.
22
LAMPIRAN A
SIFAT KIMIA DAN FISIKA KOMPONEN SURFAKTAN MES
1. Soda caustic
Rumus kimia HNaO
Formulasi kimia NaOH
Kelarutan di dalam air 1090 g/l (20 C)
Titik leleh 323 C
Massa molar 40.00 g/mol
Densitas 2.13 g/cm3 (20 C)
Angka pH 14 (50 g/l, H2O, 20 C)
Titik didih 1390 C (1013 hPa)
Tekanan uap (20 C)
Harga 1 kg Rp 2.700
2. Sodium sulfate
Rumus kimia Na2O4S
Formula kimia Na2SO4
Massa molar 142.04 g/mol
Kelarutan di dalam air 200 g/l (20 C)
Titik leleh 888 C
Massa molar 142.04 g/mol
Densitas 2.70 g/cm3 (20 C)
Bulk density 1400 - 1600 kg/m3
Angka pH 4 - 7 (200 g/l, H2O, 20 C)
Harga 1 kg Rp 316.000
23
3. Hydrogen Peroxide 30%
Formula kimia H2O2
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh -26 C
Densitas 1.11 g/cm3 (20 C)
Angka pH 2 - 4 (H2O, 20 C)
Titik didih 107 C
Tekanan uap 18 hPa (20 C)
Harga1L Rp 1,413,000
4. Methanol
Rumus kimia CH4O
Formulasi kimia CH3OH
Temperatur penyalaan 455 C
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh -98 C
Massa molar 32.04 g/mol
Densitas 0.792 g/cm3 (20 C)
Angka pH (H2O)
Titik didih 64.5 C (1013 hPa)
Tekanan uap 128 hPa (20 C)
Batasan ledakan 5.5 - 36.5 %(V)
Titik nyala 15.6 C
Indeks Refraktif 1.33
Penyerapan air 1000 g/kg
Harga 1L Rp 2700
24
5. Sulfuric acid fuming 65% SO3
Rumus kimia H2O4S*SO3 (1:2)
Formulasi kimia H2SO4*SO3 (1:2)
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh 1 C
Massa molar 258.20 g/mol
Densitas 1.99 g/cm3 (20 C)
Angka pH < - 1 (100 g/l, H2O, 20 C)
Titik didih 64 C
Tekanan uap 105 hPa (20 C)
Harga 1 kg Rp 1755
6. Sodium Metil Sulfate
Harga1 kg Rp 3600
7. Carboxylic Acid
Harga 1 kg Rp -
8. MES
Harga 1 kg Rp 20000
9. Metil Bisulfit
Harga 1 kg Rp 6300
10. Sodium -sulfo metil ester
Harga 1 kg Rp 4275
25
26