Anda di halaman 1dari 26

TKS 4054 PRARANCANGAN PABRIK

Semester Ganjil 2010

PABRIK SURFAKTAN ESTER METIL SULFONAT

LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAK U LTAS T E K N I K
UNIVERSITAS RIAU
2010

1
TKS 4054 PRARANCANGAN PABRIK
Semester Ganjil 2010

PABRIK SURFAKTAN ESTER METIL SULFONAT

LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES

Pembimbing :
Sri Helianty, ST, MT

Kelompok X
Alfein Rahmad (0707112432)
Davit Tampubolon (0707120292)
Elfrida (0707120216)
Wahyu Noto Daniel (0707120285)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAK U LTAS T E K N I K
UNIVERSITAS RIAU
2010

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas akhir prarancangan pabrik yang berjudul
Prarancangan pabrik surfaktan Metil Ester Sulfonat.Tugas akhir ini merupakan rangkaian
akhir dari seluruh tugas kami dalam menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik , Universitas Riau.
Tugas akhir ini merupakan studi literatur tentang Prarancangan pabrik (preliminary
plant design) Surfaktan Metil Ester Sulfonat berbahan baku Metil Ester. Proses sulfonasi
merupakan proses dengan menggunakan pereaksi kimia yang mengandung gugus sulfat
atau sulfit. Pada proses pembentukan metil ester sulfonat, metil ester dapat direaksikan
dengan gas SO3.Kelayakan pendirian pabrik Surfaktan MES ini dikaji secara tekno-
ekonomi, meliputi pengoperasian rangkaian peralatan dan perkiiraan evaluasi ekonomi
melalui analisis profitabilitas.
Selama menyelesaikan tugas akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak.Untuk itu kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
terutama kepada pembimbing Ibu Sri Helianty,ST.MT.Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih pada rekan rekan yang telah banyak membantu.
Demi kesempurnaan tugas akhir ini lebih lanjut, kami mengharapkan saran dan
kritikan dari pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia.

Pekanbaru, September 2010


Tim Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................3
Daftar Isi............................................................................................................................4
Daftar Tabel.......................................................................................................................5
Daftar Gambar...................................................................................................................6
Daftar Lampiran.................................................................................................................7
Bab I.Pendahuluan.............................................................................................................8-15
Bab II.Deskripsi Proses...................................................................................................16-20
Daftar Pustaka.................................................................................................................21-22
Lampiran A......................................................................................................................23-25

4
DAFTAR TABEL

1.1 Perusahaan produksi surfaktan MES....................................................................10


1.2 Perhitungan GPM.................................................................................................10
1.3 Produksi Minyak Bumi dan Gas 1996 2008......................................................13
1.4 Tabel Hasil Proyeksi Minyak Nasional Tahun 2011............................................14

5
DAFTAR GAMBAR

1.1 Peta Lokasi Pabrik..................................................................................................13


1.2 Produksi Minyak Nasional 1996 2008................................................................14
2.1 Diagram Alir Proses Produksi Surfaktan MES..17

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SIFAT KIMIA DAN FISIKA KOMPONEN SURFAKTAN MES...............25

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia menduduki posisi sebagai produsen sawit terbesar dunia. Luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 8,127 juta ha, dengan
total produksi CPO mencapai sekitar 23,199 juta ton. Dari total produksi CPO nasional
tersebut, sekitar 38,2% dikonsumsi untuk kebutuhan domestik dan sisanya sebesar 61,8%
diekspor dalam bentuk CPO [Amri, 2009]. Perkembangan CPO dunia diprediksi akan
semakin meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2015 produksi CPO diperkirakan mencapai
35 juta ton [Susila, 2005].
Surfaktan MES merupakan salah satu produk hilir sawit (CPO) yang sangat
potensial. Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) merupakan golongan baru dalam
kelompok surfaktan anionik yang telah mulai dimanfaatkan sebagai injection fluid untuk
EOR (Enhanced Oil Recovery) yang akan meningkatkan recovery minyak [Noviyanti, dkk,
2007]. Hal ini tentu menjadi menarik mengingat Indonesia termasuk negara penghasil
minyak berkapasitas besar di dunia.
Investasi surfaktan menjadi sangat menggiurkan karena harganya yang relatif tinggi.
Produk hilir turunan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) berupa surfaktan akan
memberi nilai tambah 20 kali lipat daripada harga CPO yang di pasaran dunia hanya sekitar
Rp7.175 per kg. Harga surfaktan mencapai US$16 per liter yang ke depan harganya terus
menanjak [LIPI, 2006]. Keberadaan pabrik surfaktan MES menjadi sangat menjanjikan
karena belum adanya kompetitor yang memproduksi produk yang sama.
Selama ini surfaktan MES masih diimpor karena tidak ada industri dalam negeri
yang berinvestasi di bidang ini. Ada lima industri besar Indonesia yang memproduksi
turunan CPO, namun hanya di area produksi pertengahan, berupa oleokimia dasar yang
memproses CPO sampai fatty alcohol, bukan turunan di bagian hilir seperti berbagai jenis
surfaktan. Oleh karena itu, dipandang perlu didirikan pabrik surfaktan MES di Indonesia.

8
1.2 Bahan baku dan Produk
1.2.1 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan antara lain; CPO, SO3, NaOH, MeOH, H2O2, Na2SO4,
dan N2. Pemilihan bahan baku utama sangat bergantung dari harga bahan baku yang
digunakan untuk memperkecil biaya produksi. Minyak Lauric (C12 dan C14) misalnya,
memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan Palmitics (C16 dan C18), yang
memiliki harga yang murah dan relatif stabil. Dari sudut pandang ekonomi, bahan baku
yang lebih menguntungkan adalah palm stearin, yang didapat dalam pengolahan minyak
sawit dan termasuk kategori non-edible [chemithon, 2006].
Data sifat kimia dan fisika serta harga bahan baku yang digunakan ditampilkan
dalam lampiran A.

1.2.2 Produk
Surfaktan MES yang merupakan golongan baru dalam kelompok surfaktan anionik
telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada produk-produk pencuci dan pembersih
(washing and cleaning products) (Hui, 1996e; Matheson, 1996), juga untuk EOR
(Enhanced Oil Recovery) [Noviyanti, dkk, 2007]. Aplikasi EOR ini beguna untuk
meningkatkan perolehan minyak dari reservoir.
Menurut Matheson (1996), metil ester sulfonat (MES) memperlihatkan karakteristik
dispersi yang baik, sifat deterjensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan
yang tinggi (hard water) dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C14, C16 dan C18
memberikan tingkat deterjensi terbaik, serta bersifat mudah didegradasi (good
biodegradability). Dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES menunjukkan
beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang lebih rendah daya
deterjensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat mempertahankan aktivitas enzim
yang lebih baik, toleransi yang lebih baik terhadap keberadaan kalsium, dan kandungan
garam (disalt) lebih rendah.
Sampai saat ini tercatat hanya 3 perusahaan yang memproduksi surfaktan MES.
Data lengkap produksi dapat dilihat dari tabel berikut

9
Tabel 1.1 Perusahaan produksi surfaktan MES
Negara Perusahaan Produksi
Amerika Serikat Huish Detergent USA 80000metric tons/ tahun
Jepang Lion Corporation of Japan 40000 metric tons/ tahun
Cina Lonkey Industry Co., Ltd 40000 ton/ tahun
Sumber : Chemiton, 2006
Produk samping dari pembuatan surfaktan MES adalah disalt, methanol, dimethyl
sulfate dan dimethyl ether. Produk samping yang paling banyak adalah disalt [Chemiton,
2006].

1.2.3 Gross Profit Margin (GPM)


Kelayakan pendirian pabrik surfaktan MES diuji secara kasar melalui Gross Profit
Margin (GPM). Gross Profit Margin (GPM) merupakan perkiraan secara global mengenai
keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk utama dan produk samping dikurangi
dengan biaya bahan baku, tanpa melihat biaya peralatan dan biaya operasi.
Reaksi keseluruhan pembentukan surfaktan metil ester sulfonat:
3 RCH2COOCH3 (1) + 5 SO3 (2) + 4 NaOH (3) + CH3OH (4)
RCHSO3HCOOCH3 (5) + RCHSO3NaCOONa (6) + RCHSO3NaCOOCH3 (7) +
CH3OSO3Na (8) + CH3OSO3H (9) + 3 H2O (10)

Perhitungan GPM di dasarkan pada reaksi di atas. Berikut tabel perhitungan GPM.

Tabel 1.2 Perhitungan GPM


1 + 2 + 3 + 4 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mol 3 5 4 1 1 1 1 1 1 3
BM 284 80 40 32 342 312 304 136 115 18
Kg 852 400 160 32 342 312 304 136 115 54
kg/ kg MES (5) 2,49 1,17 0,46 0,09 1 0,91 0,88 0,39 0,33 0,16
Rp/ kg 8280 1755 2700 2700 20000 - 4275 3600 6300 -

10
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= [(kg produk/ kg MES) x harga produk] - [(kg bahan/ kg MES) x harga bahan]
= (1 x 20000) + (0,88 x 4275) + (0,39 x 3600) + (0,33 x 6300) -
{(2,49 x 8280) + (1,17 x 1755) + (0,46 x 2700) + (0,09 x 2700)}
= 29441,39 17283,15
= 1218,24/ kg
1.3 Prospek Industri dan Pemasaran
Sampai saat ini beberapa produk industri bahan kimia khusus yang berbasis CPO
sepenuhnya masih tergantung impor. Lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset-riset
mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang telah dikembangkan hingga
skala produksi pilot plant oleh lembaga riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan
keskala industri. Pendirikan pabrik surfaktan MES memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan salah satunya karena belum ada pabrik serupa di Indonesia. Padahal, produk
ini sangat diperlukan untuk meningkatkan recovery minyak yang Indonesia termasuk
negara penghasil minyak yang besar.
Surfaktan memiliki harga jual 20 kali lipat lebih tinggi. Nilai tambahnya pun bisa
meningkat delapan kali lipat, atau tertinggi dibandingkan produk turunan lain, seperti
minyak goreng yang hanya naik setengah kali. Tingginya harga surfaktan daripada CPO
akan menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi pada industri ini.
Pabrik surfaktan ini direncanakan akan di didirikan pada tahun 2012. Target awal
produksi pabrik surfaktan MES ini akan dijalankan sebulan setelah konstruksi pabrik.

1.4. Lokasi Pabrik


Pabrik surfaktan MES direncanakan didirikan di Kotamadya Dumai, Provinsi Riau
Daratan pada kawasan industri Lubuk Gaung. Pemilihan lokasi tersebut dengan
mempertimbangkan :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku utama untuk pembuatan surfaktan adalah asam stearat yang dapat
diperoleh industri CPO lokal.

11
2. Ketersediaan Utilitas
Pabrik didirikan di daerah yang memiliki sistem utilitas yang bagus. Sumber air
diperoleh dari fasilitas sumber air di kawasan industri yang berasal dari air tanah
sebanyak 600 liter/ detik [Regional Investmen, 2010]. Pada kawasan industri tersebut
juga tersedia listrik sebesar 3 MW.
3. Pemasaran Produk
Kota Dumai memiliki pelabuhan yang berskala internasional sehingga dapat
membantu dalam pemasaran produk.
4. Tenaga Kerja
Riau memiliki berbagai Universitas atau yang setara dengannya baik yang
negeri maupun swasta. Menggunakan mahasiswa/i yang berasal dari instansi tersebut
sangat membantu dalam pengoperasian suatu pabrik. Terutama tamatan yang memiliki
latar belakang pendidikan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dumai juga memiliki
10.691 tenaga kerja yang belum terserap yang siap diserap sebagai tenaga kerja pada
pabrik [Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010].
5. Keadaan Iklim dan Bencana Alam
Kota Dumai memiliki iklim yang stabil sepanjang tahun. Sesuai dengan garis
khatulistiwa yang berada pada iklim tropis. Selain itu, bencana alam seperti gempa,
longsor, badai dan lain-lain bisa dikatakan tidak pernah terjadi.
6. Transportasi
Kotamadya Dumai memiliki sarana transportasi yang sangat memadai. Jalan
raya yang sudah diaspal mempermudah pengangkutan produk/ bahan baku. Menurut
rencana dinas PU setempat akan dibangun jalan tol Dumai- Pekanbaru yang juga akan
mempermudah transportasi. Dumai juga memiliki pelabuhan Dumai yang dikelola PT
PELINDO I yang merupakan pelabuhan berskala Internasional. Transportasi udara juga
sangat memadai dengan adanya bandara Pinang Kampai.

Peta lokasi pabrik surfaktan MES dari gas sintesis yang akan didirikan dapat dilihat
pada gambar 1.1 berikut.

12
Sumber: www. Regionalinvestment.com, 2010
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pabrik
1.5 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi pabrik surfaktan MES yang akan dibangun direncanakan paralel
dengan jumlah produksi minyak bumi Indonesia karena fokus utama penjualan produk
adalah untuk keperluan recovery minyak nasional. Berikut data produksi minyak bumi
nasional tahun 1996 2008.
Tabel 1.3 Produksi Minyak Bumi dan Gas 1996 - 2008
Minyak Mentah Kondensasi Gas Alam
Tahun
(barel) (barel) (barel)
1996 485 573, 8 63 074, 5 3 164 016, 2
1997 484 340, 6 59 412, 0 3 166 034, 9
1998 480 109, 7 54 782, 3 2 978 851, 9
1999 440 461, 6 54 181, 4 3 068 349, 1
2000 434 368, 8 50 024, 5 2 845 532, 9
2001 432 588, 0 47 528, 1 3 762 828, 5
2002 351 949, 6 45 358, 9 2 279 373, 9
2003 339 100, 0 44 600, 0 2 142 605, 0
2004 354 351, 9 50 641, 0 3 026 069, 3
2005 341 202, 6 46 450, 9 2 985 341, 0
2006 313 037, 2 44 440, 2 2 948 021, 6
2007 305 137, 4 43 210, 6 2 805 540, 3
2008 314 221, 7 44 497, 0 2 790 988, 0
Sumber : BPS, 2009

13
Proyeksi produksi minyak nasional sampai tahun 2011 dilakukan dengan linearisasi
data produksi di atas. Proyeksi produksi minyak tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 dan
tabel 1.3.

Sumber :
Diolah dari BPS, 2009
Gambar 1.2 Produksi Minyak Nasional 1996 2008

Tabel 1.4 Tabel Hasil Proyeksi Minyak Nasional Tahun 2011


Minyak Mentah
Tahun
(barel)
1996 485 573, 8
1997 484 340, 6
1998 480 109, 7
1999 440 461, 6
2000 434 368, 8
2001 432 588, 0
2002 351 949, 6
2003 339 100, 0
2004 354 351, 9
2005 341 202, 6
2006 313 037, 2
2007 305 137, 4
2008 314 221, 7
2009 269 588, 84
2010 252 315, 31
2011 235 042, 14
2012 217 768, 97
Sumber : Diolah dari data BPS, 2008

14
Berdasarkan data proyeksi di atas, surfaktan MES yang diproduksi akan digunakan
untuk me-recovery minyak sebanyak 217 768, 97 barel. Data penelitian menunjukkan
bahwa surfaktan sebanyak 19 870 ribu ton akan me-recovery minyak sebanyak 80% dari
total sumber minyak (US Patent 4, 018, 278). Surfaktan MES sebanyak 19 870 ribu ton
baru akan me-recovery minyak sebanyak 174 215,176 barel minyak, sehingga untuk
memproduksi 217 768, 97 barel minyak diperlukan 24 837, 5 ribu ton surfaktan MES
(perbandingan linear).
Berdasarkan asumsi perhitungan di atas dan mempertimbangkan faktor dinamika
produksi minyak yang tidak sama setiap serta juga untuk untuk mengantisipasi jika terjadi
lonjakan produksi minyak nasional maka pabrik surfaktan MES yang akan didirikan
dirancang dengan kapasitas 27 ribu ton/ tahun.

15
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Teknologi Proses


Proses produksi surfaktan Metil Ester Sulfonat dilakukan dengan mereaksikan metil
ester dengan pereaksi sulfonasi. Menurut Ghazali (2002), pereaksi tersebut antara lain
oleum (larutan SO3 di dalam H2SO4) dan sulfur trioksida (SO3). Untuk menghasilkan
kualitas produk terbaik, beberapa faktor yang perlu di perhatikan adalah rasio mol, waktu
netralisasi, suhu reaksi, konsentrasi gugus sulfat yang ditambahkan , jenis dan konsentrasi
katalis, serta pH dan suhu netralisasi.
Jika proses ini dilakukan pada skala laboratorium (500 ml), maka di gunakan
reaktor untuk mereaksikan metil ester minyak inti sawit sebagai bahan baku utama dengan
reaktan natrium bisulfit. Selanjutnya proses produksi dilakukan secara batch, dengan rasio
mol metil ester dan natrium bisulfit 1:1,5, suhu reaksi 100C dan lama reaksi 4,5 jam.
Proses dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan methanol 30% pada suhu 50C dengan
lama reaksi 1,5 jam. Proses yang terakhir adalah netralisasi menggunakan NaOH 20%
(Pore, 1976) dan modifikasi (Hidayat, 2005). Namun, yang harus diperhatikan setelah
proses netralisasi dengan NaOH adalah terbentuknya produk samping reaksi sulfonasinya
yang akan menghasilkan garam alkali sehingga dapat menurunkan biodegradabilitas dari
surfaktan MES ini.
Diagaram alir blok produksi Surfaktan MES dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

16
Exaust
SO3 Methyl Ester Gas Effluent Gas
ME Feed Sulfonation Treatment

Sulfonic
Acid
Methyl ester
sulfonic acid
digestion

Patented chemithon
Methanol methyl ester Methanol Methanol
Water
50% H2O2 sulfonic acid Recovery
bleaching
Methanol/
water
Chemithon
50% NaOH Neutralization Turbo Tube
Stripper/ Dryer

MES

MES Product
Finishing

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Produksi Surfaktan MES

2.2 Uraian Proses


Produksi metil ester sulfonat dalam skala industri terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu:
.1 tahap sulfonasi,
.2 tahap pemucatan,
.3 tahap netralisasi, dan
.4 tahap pengeringan.

17
1. Tahap Sulfonasi
Proses sulfonasi merupakan proses dengan menggunakan pereaksi kimia yang
mengandung gugus sulfat atau sulfit. Dimana pada proses pembentukan metil ester
sulfonat, metil ester dapat direaksikan dengan gas SO3, leum atau asam sulfat.
MES diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester dengan campuran SO3/udara.
Reaksi pengontakkan SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu falling film reactor.
Gas dan organik mengalir di dalam tube secara co-current dari bagian atas reaktor pada
temperatur 45oC dan keluar reaktor pada temperatur sekitar 30oC. Proses pendinginan
dilakukan dengan air pendingin yang berasal dari cooling tower. Air pendingin ini mengalir
pada bagian shell dari reaktor. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi
akibat reaksi eksoterm yang berlangsung di dalam reaktor.
Agar campuran MESA mencapai waktu yang tepat dalam reaksi sulfonasi yang
sempurna, MESA harus dilewatkan kedalam digester yang memilki temperature konstan
(~80oC) selama kurang lebih satu jam. Efek samping dari MESA digestion adalah
penggelapan warna campuran asam sulfonat secara signifikan. Sementara itu, gas-gas yang
meninggalkan reaktor menuju sistem pembersihan gas buangan (waste gas cleaning
system).

2. Tahap Pemucatan (Bleaching)


Untuk mengurangi warna sampai sesuai dengan spesifikasi, digested MESA harus
diukur didalam sistem kontinu acid bleaching, dimana dicampurkan dengan laju alir
metanol yang terkontrol dan hidrogen peroksida sesudahnya. Reaksi bleaching lalu
dilanjutkan dengan metanol reflux dan pengontrolan temperatur yang presisi.

3. Tahap Netralisasi
Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi bersifat tidak stabil dan mudah
terhidrolisis. Oleh karena itu, pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan aliran
basa dibutuhkan dalam proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi kenaikan pH dan
temperatur yang dapat mengakibatkan reaksi hidrolisis yang berlebih. Neutralizer
beroperasi secara kontinu, mempertahankan komposisi dan pH dari pasta secara otomatis.

18
4. Tahap Pengeringan
Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke dalam sistem TurboTubeTM Dryer
dimana metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan untuk menghasilkan pasta
terkonsentrasi atau produk granula kering MES, dimana produk ini tergantung pada berat
molekul MES dan target aplikasi produk. Langkah akhir adalah merumuskan dan
menyiapkan produk MES dalam komposisi akhir, baik itu dalam bentuk cair, batangan
semi-padat atau granula padat, dengan menggunakan teknologi yang tepat.

1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses


2.3.1 Temperatur reaksi
Berdasarkan (Satsuki,1992), reaksi sulfonasi merupakan reaksi yang bersifat
eksotermik. Oleh karena itu,temperatur reaksi akan cenderung meningkat ketika ester metil
direaksikan dengan reaktan pensulfonasi. Pada temperatur input reaktan pensulfonasi yang
lebih tinggi, kenaikan temperatur yang terjadi makin tinggi pula. Kenaikan temperatur ini
perlu dikendalikan agar produk yang dihasilkan tetap memenuhi spesifikasi, terutama
warnanya. Temperatur reaksi di bawah 70oC merupakan pilihan yang baik untuk
mensulfonasi ester metil.

2.3.2 Waktu reaksi


Waktu reaksi akan mempengaruhi derajat sulfonasi (US Patent 3,485,856). Setiap
reaksi tentunya mempunyai waktu optimum untuk berlangsungnya suatu reaksi, begitu pula
dengan reaksi sulfonasi. Jika waktu reaksi terlalu lama, hal tersebut akan mempengaruhi
wujud dari produk yang dihasilkan. Variasi waktu reaksi sulfonasi yang optimum sehingga
tidak terjadi proses karbonisasi adalah di bawah 2 jam.

2.3.3 pH netralisasi

19
Pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan aliran basa dibutuhkan
dalam proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi kenaikan pH dan temperatur yang dapat
mengakibatkan reaksi hidrolisis.

2.3.4 Panjang rantai karbon ester


Untuk membentuk ester metil sulfonat, panjang rantai karbon ester cukup
berpengaruh dalam menentukan keberhasilan terbentuknya senyawa MES. Hal ini sesuai
dengan US Patent 3,485,856 yang menyebutkan bahwa ester metil yang sesuai untuk di
sulfonasi memiliki atom karbon pada rentang 6 hingga 28.

DAFTAR PUSTAKA

20
Chemithon, 2006, Methyl Ester Sulfonates, available at: http://www.chemithon.com, 19
september 2010.
C.Wulff et al, 1969, Process for the Production of Light Colored Surface Active Esters of
Sulfo Fatty Acids and Salts Thereof US Patent 3,485,856
Hovda, K., 1996, The Challenge of Methyl Ester Sulfonation, US Patent 5,587,500
Indriany, Dwike dan Jelita Alamanda, Pembuatan Metil Ester Sulfonat dari CPO untuk
Surfactant Flooding, Penulisan Laporan dan Seminar, Institut Teknologi Bandung,
2006
Info Sawit, 2010, Kelapa Sawit, available at: http://www.infosawit.com, 20 september
2010.
LIPI, 2006, LIPI manfaatkan sawit sebagai pengganti petrokimia, available at:
http://www.LIPI.go.id, 20 september 2010
Majari Magazine, 2010, Produksi Metil Ester Sulfonat Untuk Surfaktan, available at:
http://majarimagazine.com/2008/05/produksi-metil-ester-sulfonat-untuk-surfaktan/,
19 september 2010.
Noviyanti dan Wicaksono, 2007, Pengembangan Proses Produksi Surfaktan Untuk EOR
(Enhanced Oil Recovery) Melalui Sulfonasi Metil Ester, Institut Teknologi
Bandung,Bandung.
Raka Dewanto dkk, 2010, Studi Pembentukan Metil Ester Dengan Transesterifikasi
Sebagai Emulsifier Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit, Institut Teknologi
Sepuluh November.
Sheats, W.B., MacArthur, B.W., 2002, Methyl Ester Sulfonate Products, available at:
http://www.chemithon.com, 15 september 2010.
Peluang Investasi Kota Dumai, 2010, available at: http://www.regionalinvestment.com,
23 september 2010.
Russel D Shupe, 1977, Surfactant Oil Recovery Process Usable In High Temperature
Formation, US Patents 4,018,278.
http://www.alibaba.com/product, 30 september 2010.

21
http://www.merk-chemical.com/all_products , 30 september 2010.

22
LAMPIRAN A
SIFAT KIMIA DAN FISIKA KOMPONEN SURFAKTAN MES

1. Soda caustic
Rumus kimia HNaO
Formulasi kimia NaOH
Kelarutan di dalam air 1090 g/l (20 C)
Titik leleh 323 C
Massa molar 40.00 g/mol
Densitas 2.13 g/cm3 (20 C)
Angka pH 14 (50 g/l, H2O, 20 C)
Titik didih 1390 C (1013 hPa)
Tekanan uap (20 C)
Harga 1 kg Rp 2.700

2. Sodium sulfate
Rumus kimia Na2O4S
Formula kimia Na2SO4
Massa molar 142.04 g/mol
Kelarutan di dalam air 200 g/l (20 C)
Titik leleh 888 C
Massa molar 142.04 g/mol
Densitas 2.70 g/cm3 (20 C)
Bulk density 1400 - 1600 kg/m3
Angka pH 4 - 7 (200 g/l, H2O, 20 C)
Harga 1 kg Rp 316.000

23
3. Hydrogen Peroxide 30%
Formula kimia H2O2
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh -26 C
Densitas 1.11 g/cm3 (20 C)
Angka pH 2 - 4 (H2O, 20 C)
Titik didih 107 C
Tekanan uap 18 hPa (20 C)
Harga1L Rp 1,413,000

4. Methanol
Rumus kimia CH4O
Formulasi kimia CH3OH
Temperatur penyalaan 455 C
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh -98 C
Massa molar 32.04 g/mol
Densitas 0.792 g/cm3 (20 C)
Angka pH (H2O)
Titik didih 64.5 C (1013 hPa)
Tekanan uap 128 hPa (20 C)
Batasan ledakan 5.5 - 36.5 %(V)
Titik nyala 15.6 C
Indeks Refraktif 1.33
Penyerapan air 1000 g/kg
Harga 1L Rp 2700

24
5. Sulfuric acid fuming 65% SO3
Rumus kimia H2O4S*SO3 (1:2)
Formulasi kimia H2SO4*SO3 (1:2)
Kelarutan di dalam air (20 C)
Titik leleh 1 C
Massa molar 258.20 g/mol
Densitas 1.99 g/cm3 (20 C)
Angka pH < - 1 (100 g/l, H2O, 20 C)
Titik didih 64 C
Tekanan uap 105 hPa (20 C)
Harga 1 kg Rp 1755
6. Sodium Metil Sulfate
Harga1 kg Rp 3600
7. Carboxylic Acid
Harga 1 kg Rp -
8. MES
Harga 1 kg Rp 20000
9. Metil Bisulfit
Harga 1 kg Rp 6300
10. Sodium -sulfo metil ester
Harga 1 kg Rp 4275

25
26

Anda mungkin juga menyukai