Anda di halaman 1dari 13

Nama : Firdaus Septiawan

NIM : 1407114797
Tugas Besar Desain Produk Industri

1. Acrylonitrile
1.1 Project Charter Acrylonitrile
Tabel 1.1 Project charter acrylonitrile

Project Name Acrylonitrile


Project Champions Business Director of the Green
Chemistry Acrylonitrile
Project Leader Firdaus Septiawan
Specific Goals Memproduksi acrylonitrile low cost yang
memenuhi kriteria green chemistry
Project Scope In-scope:
 Ammonia yang digunakan berasal dari
limbah cair kelapa sawit
 Oksigen yang digunakan berasal dari
udara pada kawasan yang bebas dari
polusi
 Memproduksi acrylonitrile
menggunakan proses ammoksidasi
propylen

Out-of-scope:
 Tidak memproduksi acrylonitrile
menggunakan proses dehidrasi etilen
sianohidrin, proses asetilen dan proses
ammoksidasi propana
Deliverables  Business opportunity assessment
 Technical feasibility assessment
 Manufacturing capability assessment
 Product life-cycle assessment
Time Line Prototipe produk akan diuji dalam pasar
selama 12 bulan
1. Business opportunity assessment
Acrylonitrile merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai bahan
baku pada berbagai industri. Acrylonitrile merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan serat akrilik yang berguna untuk membuat pakaian dan karpet; pembuatan
acrylonitrile butadiene styrene yang berguna untuk membuat komponen mobil, telepon
dan casing computer dan peralatan olahraga; dan pembuatan karet nitril yang
digunakan dalam pembuatan selang pompa bahan bakar. Biasanya acrylonitrile yang
digunakan untuk kegunaan diatas merupakan acrylonitrile technical grade.
Acrylonitrile juga bisa digunakan pada bidang kesehatan dan makanan. Pada
bidang kesehatan dan makanan, acrylonitrile digunakan untuk memproduksi plastic
yang kedap udara dan idealnya digunakan untuk membuat botol tahan remuk untuk
menyimpan bahan kimia dan kosmetik, blister pack untuk menjaga agar daging tetap
segar dan obat-obatan dalam keadaan steril. Biasanya acrylonitrile yang digunakan
untuk kegunaan tersebut merupakan acrylonitrile pharmaceutical grade untuk bidang
kesehatan dan acrylonitrile food grade untuk bidang makanan.
Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Saat ini
masih belum ada pabrik yang memproduksi acrylonitrile di Indonesia, akan tetapi ada
banyak perusahaan yang menggunakan acrylonitrile sebagai bahan baku pembuatan
produknya. Banyaknya kegunaan acrylonitrile pada berbagai bidang ini serta belum
adanya pabrik yang memproduksi acrylonitrile di Indonesia, menunjukkan bahwa
acrylonitrile memiliki peluang bisnis yang sangat bagus di pasaran. Harga acrylonitrile
di Asia merupakan harga yang tertinggi jika dibandingkan dengan harga acrylonitrile
di kawasan lain, dengan harga jualnya sebesar $1680/metric ton pada September 2017
(S&P Global Platts, 2017).

2. Technical feasibility assessment


Acrylonitrile dapat dihasilkan dari beberapa macam proses yaitu proses
amoksidasi propilen, proses amoksidasi propane, proses dehidrasi ethylene
cyanohydrin dan proses acetylene. Proses amoksidasi propilen atau yang lebih dikenal
dengan proses sohio merupakan proses produksi acrylonitrile menggunakan bahan
baku ammonia, propilen dan oksigen, dengan bantuan katalis Bismuth-Molybdenum
Oxide (Bi2O3.MoO3). Proses berlangsung pada tekanan atmosfer atau sedikit diatasnya
(2-3 atmosfer) dan suhu operasi yang digunakan pada proses ini sebaiknya pada rentang
420°C sampai 500°C, dengan tingkat konversi dari proses ammoksidasi propilen ini
mencapai 98%. Proses ammoksidasi propilen ini merupakan proses komersial yang
banyak digunakan karena lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya.
Flowsheet produksi acrylonitrile dari proses ammoksidasi propilen dapat dilihat pada
Gambar 1 (US Patent 6,143,915).

Fluid-bedreactor Absorber Menara Fraksionasi


Crude acrylonitrile
Hidrogen sianida
Acetonitrile Acrylonitrile
Off gas

R-101

Udara
Ammonia
Propylene air By-product

Gambar 1. Flowsheet produksi acrylonitrile menggunakan proses amoksidasi


propylene

Pada proses ammoksidasi propane, bahan baku yang digunakan yaitu propane,
ammonia dan oksigen. Kondisi prosesnya sama dengan proses ammoksidasi propilen.
Proses ini merupakan alternative proses produksi acrylonitrile yang dikembangkan dari
proses ammoksidasi propilen, karena harga propana sedikit lebih murah dibandingkan
harga propilen. Proses ini belum layak secara komersial karena penggunaan energi
yang besar, serta proses produksi yang tidak ramah lingkungan (Cespi dkk, 2014).

Pada proses dehidrasi ethylene cyanohydrin, ethylene cyanohydrin didehidrasi


menggunakan panas dengan bantuan katalis garam logam alkali dan garam magnesium
dari asam organik contohnya sodium format, potassium asetat, kalsium oleat dan
sodium stearate. Suhu operasi yang digunakan biasanya berkisar antara 200°C sampai
dengan 240°C. Proses ini tidak layak secara komersial karena biaya produksinya mahal
serta prosesnya terdiri dari banyak tahapan (multistep process). Flowsheet produksi
acrylonitrile menggunakan proses dehidrasi ethylene cyanohydrin dapat dilihat pada
Gambar 2 (US patent 2,461,492).

Acrylonitrile

Condensor

Menara
Separator Reactor Dekanter
Distilasi

Steam
Water

Vaporizer

Ethylene cyanohydrine
Water Mixer

Gambar 2. Flowsheet produksi acrylonitrile menggunakan proses dehidrasi ethylene


cyanohydrin
Pada proses acetylene, bahan baku yang digunakan yaitu asetilen dan hydrogen
sianida dengan bantuan katalis cair cuprous chloride. Berdasarkan US Patent
3,114,764; Proses berlangsung pada tekanan atmosfer dan suhu operasinya berkisar
antara 70°C sampai 150°C dengan tingkat konversi sebesar 64%. Proses ini tidak layak
secara komersial karena tingkat konversinya yang terlalu rendah, serta perlu dilakukan
penambahan larutan HCl agar tidak terjadi reaksi samping, tentunya hal ini sangat tidak
ekonomis.

3. Manufacturing capability assessment


Pada proses produksi acrylonitrile menggunakan proses ammoksidasi, ammonia
diperoleh dari limbah cair industri kelapa sawit, sementara oksigen diambil dari udara
yang berasal dari kawasan bebas polusi, sehingga hal ini dapat mengurangi biaya
produksi dan produk acrylonitrile yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang
murah untuk memenuhi customer value. Pada proses ini ammonia, udara dan propilen
diumpankan ke fluid-bed reactor, hasil reaksi berupa crude acrylonitrile, air dan gas
buang (off gas) dialirkan ke absorber untuk menghilangkan off gas, setelah itu crude
acrylonitrile dimurnikan. Pada teknologi yang digunakan terdapat 4 alat distilasi.
Distilasi pertama untuk memisahkan crude acrylonitrile dari acetonitrile dan air, pada
distilasi kedua acetonitrile yang mempunyai nilai jual dipisahkan dari air, pada distilasi
ketiga hydrogen sianida yang terdapat di dalam crude acrylonitrile dipisahkan dan pada
distilasi keempat acrylonitrile dipisahkan dari produk sampingnya berupa asam akrilik.

4. Product life-cycle assessment


Acrylonitrile tidak dapat kembali ke bentuk semula setelah diolah menjadi
produk industri serta produk yang terbuat dari acrylonitrile juga tidak dapat terurai
oleh mikroba karena acrylonitrile tidak memiliki sifat biodegradable. Umumnya
acrylonitrile diolah menjadi serat sintetis untuk membuat pakaian. Pakaian bekas yang
telah usang dan tidak layak pakai dapat di daur ulang sehingga tidak menimbulkan
dampak negative terhadap lingkungan. Baru-baru ini Japan airline sedang
mengembangkan suatu teknologi untuk mengolah pakaian bekas menjadi bahan bakar
jet, sehingga dapat dipastikan acrylonitrile ini merupakan produk ramah lingkungan.
1.2 Innovation Map Acrylonitrile

Customer-Value
Proposition Harga produk Kemurnian yang
Green Chemistry tinggi
murah

Products
Acrylonitrile Acrylonitrile Acrylonitrile Acrylonitrile

Technical
Differentiation Biaya produksi murah Konversi 98% Multistep process, katalis Katalis cair cuprous
Suhu operasi 420°C-500°C Katalis Bi2O3.MoO3 garam magnesium, suhu chloride, konversi 64%,
operasi 200°C-240°C suhu operasi 70°C-150oC
(US Patent 6,143,915) (US Patent 6,143,915) (US Patent 2,461,492) (US Patent 3,114,764)

Process
Technology Proses dehidrasi
Proses Amoksidasi Proses Amoksidasi
Ethylene Proses Acetylene
Propilen Propana
cyanohidrin

Material
Technology Propilen, Propana, Ethylene Acetylene,
ammonia, udara ammonia, cyanohidrin hydrogen sianida
udara
1.3 Stage Gate Product-Development Process (SGPDP)
Tabel 1.2 SGPDP produk acrylonitrile
Concept Feasibility Development Manufacturing Product Introduction
Goals
Acrylonitrile Technical Bahan baku ammonia Produksi acrylonitrile
Grade yang harganya diperoleh dari limbah menggunakan proses Peluncuran produk disertai upaya
Pematangan konsep
murah, kemurnian tinggi cair pabrik kelapa sawit ammoxidation propylene pemasaran ke industri-industri
produk
dan memenuhi kriteria dan oksigen berasal dari dalam pembuatan berbahan baku acrylonitril
green chemistry udara acrylonitrile
Deliverables
Proses di scale-up Produk akan diproduksi dalam
berdasarkan detail proses jumlah yang kecil untuk diuji
Acrylonitrile yang Proses produksi
yang telah dirancang. dipasaran. Setelah uji minat pasar
dihasilkan pada proyek acrylonitrile dilakukan
Penggunaan bahan baku Proses berlangsung pada dilakukan harga produk
ini diharapkan memiliki terlebih dahulu dalam
yang berasal dari limbah suhu 420°-500°C pada ditetapkan dengan
kemurnian yang tinggi, skala pilot plant,
serta memanfaatkan tekanan atmosfer. Apabila mempertimbangkan daya beli
dapat dijual dengan harga dengan tujuan
oksigen yang terdapat di tekanan terlalu tinggi akan konsumen, serta harga produk
murah tetapi tetap mematangkan konsep
dalam udara tentunya terjadi pembentukan yang sama di pasaran. Setelah itu,
menguntungkan dan produk serta
akan mengurangi biaya produk samping yang dokumentasi dilakukan dan
memenuhi kriteria green menentukan faktor-
produksi sehingga tentunya tidak diinginkan. perusahaan membuat spesifikasi
chemistry. Acrylonitrile faktor yang dapat
produk yang dihasilkan Waktu kontak optimalnya produk. Produk siap diproduksi
memiliki banyak menghambat proses
dapat dipasarkan dengan 1-15 detik, dimana reaksi dalam jumlah yang besar dan
kegunaan pada berbagai produksi. Setelah
harga yang lebih murah berlangsung pada fasa gas. dipasarkan ke konsumen.
bidang industri, sehingga pengujian dalam skala
tetapi tetap Operasi berlangsung Promosi dilakukan untuk
acrylonitrile memiliki pilot plant dilakukan,
menguntungkan secara kontinyu dengan meningkatkan penjualan, baik
peluang yang bagus perancangan detailed
produk yang dihasilkan melalui media elektronik, brosur
dipasaran proses dilakukan.
keluar dari reaktor dalam maupun promosi langsung ke
fasa gas industri pengguna acrylonitrile
2. Allyl Chloride
2.1 Project Charter Ally Chloride
Project Name Allyl Chloride
Project Champions Business Director of the Advanced Allyl
Chloride
Project Leader Firdaus Septiawan
Specific Goals Memproduksi allyl chloride dengan harga
jual relatif murah dan kemurnian tinggi
Project Scope In-scope:
 Memproduksi allyl chloride menggunakan
proses chlorinasi propylene

Out-of-scope:
 Tidak memproduksi allyl chloride
menggunakan proses oxychlorination dan
proses thermal dehidrochlorination
Deliverables  Business opportunity assessment
 Technical feasibility assessment
 Manufacturing capability assessment
 Product life-cycle assessment
Time Line Prototipe produk akan diuji di pasaran selama
12 bulan
1. Business opportunity assessment
Allyl chloride merupakan senyawa kimia yang memiliki banyak aplikasi pada
berbagai bidang, contohnya untuk pembuatan polimer resin dan material plastic
lainnya, surfaktan untuk meningkatkan produksi minyak, pembuatan dan modifikasi
katalis (katalis ziegler), pembuatan pestisida, adhesives, flame retardants, agen
pengelat (chelating agent), deterjen, pewarna buatan, penguat rasa pada makanan,
pencerah logam (metal brightener), parfum, pharmaceutical dan urethane.
Allyl chloride berperan sebagai starting material untuk allyl ether resin, allylic
ester, bisphenol A, novolak phenolic resin, sodium allyl sulfonate, dan polyallyl
chloride. Allyl chloride juga berperan sebagai senyawa intermediate pada berbagai
industri kimia. Allyl chloride merupakan senyawa intermediet pada produksi
epichlorohydrin yang berguna untuk membuat resin epoxy, karet sintetis
(epichlorohydrin rubber), resin penukar ion pada unit pengolahan air, serta surfaktan
untuk deterjen, pasta gigi, serta sabun cuci piring. Allyl chloride juga merupakan
senyawa intermediet pada proses produksi alkylsilanes yang berfungsi sebagai filler
pada polyolefins untuk memperkuat sifatnya dan memberi warna yang menarik.
Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Saat ini
masih belum ada pabrik yang memproduksi allyl chloride di Indonesia, akan tetapi ada
banyak perusahaan yang menggunakan allyl chloride sebagai bahan baku pembuatan
produknya. Banyaknya kegunaan allyl chloride pada berbagai bidang ini serta belum
adanya pabrik yang memproduksi allyl chloride di Indonesia, menunjukkan allyl
chloride memiliki peluang bisnis yang sangat bagus di pasaran. Harga allyl chloride di
Asia merupakan harga yang tertinggi jika dibandingkan dengan harga allyl chloride di
kawasan lain, dengan harga jualnya sebesar $1357/metric ton pada November 2017
(S&P Global Platts, 2017).

2. Technical feasibility assessment


Allyl chloride dapat dihasilkan dari beberapa macam proses yaitu proses
chlorinasi propylene, thermal dehidrochlorination, dan oxychlorination. Proses
chlorinasi propylene merupakan proses produksi allyl chloride dengan menggunakan
bahan baku propilen dan gas klorin tanpa menggunakan bantuan katalis. Proses dapat
berlangsung pada rentang tekanan 1 –3 atmosfer, dan suhu operasi yang digunakan
pada proses ini sebaiknya pada rentang 425°C sampai 480°C, dengan tingkat konversi
gas klorin >90% dengan cara mengumpankan propilen dalam kondisi berlebih. Proses
chlorinasi propylene ini merupakan proses komersial yang banyak digunakan karena
lebih ekonomis dari segi biaya produksi, serta produk yang dihasilkan memiliki
kemurnian yang tinggi (bebas dari deposisi karbon). Flowsheet produksi allyl chloride
dari proses chlorinasi propylene dapat dilihat pada Gambar 3 (US Patent 4,319,062).

Pada proses thermal dehidrochlorination, bahan baku yang digunakan yaitu


dichloropropane. Prinsip kerja proses ini yaitu melepaskan beberapa molekul hydrogen
yang terdapat pada dichloropropane sehingga diperoleh allyl chloride. Biasanya
dehydrochlorinator dioperasikan pada suhu 480°C, dan tekanan operasi yang
digunakan biasanya berkisar antara 1-2 atmosfer, dengan konversi yang diperoleh
sebesar 85%. Proses ini tidak layak secara komersial karena jumlah allyl chloride yang
diperoleh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan proses chlorinasi propylene
dengan kondisi operasi yang tidak jauh beda (US Patent 3,865,886).

Pada proses oxychlorination, bahan baku yang digunakan yaitu oksigen,


hydrogen klorida, dan propilen dengan bantuan katalis copper chloride yang akan
mengendap dengan bantuan senyawa inert. Katalis ini lebih dikenal dengan sebutan
deacon catalyst yang telah digunakan pada percobaan produksi klorin dari hydrogen
klorida dan udara. Berbagai macam garam dapat dicampurkan dengan copper chloride
untuk meningkatkan keefektivannya contohnya potassium klorida, ferric chloride dan
lead chloride. Biasanya reaksi berlangsung di dalam suatu molten salt reactor,
fluidized bed reactor atau shell and tube reactor , suhu reaktor dijaga pada rentang
suhu 200°C sampai 375°C, operasi berlangsung pada tekanan atmosfer dan tingkat
konversi propylene <90%. Proses ini tidak layak secara komersial karena jumlah allyl
chloride yang dihasilkan lebih sedikit apabila dibandingkan dengan proses chlorinasi
propylene (US Patent 4,899,000).
3. Manufacturing capability assessment
Pada proses produksi allyl chloride menggunakan proses chlorinasi propilen,
sebagian klorin diperoleh dari pabrik industri tekstil dan kertas sebagai limbah setelah
proses bleaching dilakukan pada pulp, sehingga hal ini dapat mengurangi biaya
produksi dan produk allyl chloride yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang
murah untuk memenuhi customer value, serta dapat membantu mengurangi
pencemaran udara yang terjadi, sehingga dapat dikatakan allyl chloride yang dihasilkan
termasuk dalam kriteria green chemistry. Pada proses ini umpan berupa propilen dan
gas klorida diumpankan ke dalam reaktor klorinasi, keluaran reaktor diperoleh allyl
chloride dan beberapa produk samping serta intermediet. Senyawa intermediet yang
terbentuk di etherifikasi menggunakan alkohol dan kemudian dipirolisis sehingga
diperoleh allyl chloride. Pada teknologi proses yang digunakan terdapat 3 alat distilasi.
Distilasi pertama untuk memisahkan allyl chloride dari acetonitrile dan air, pada
distilasi kedua acetonitrile yang mempunyai nilai jual dipisahkan dari air, pada distilasi
ketiga hydrogen sianida yang terdapat di dalam crude acrylonitrile dipisahkan dan pada
distilasi keempat acrylonitrile dipisahkan dari produk sampingnya berupa asam akrilik.

4. Product life-cycle assessment


Allyl chloride tidak dapat kembali ke bentuk semula setelah diolah menjadi
produk industri tetapi produk yang terbuat dari allyl chloride dapat terurai oleh mikroba
karena allyl chloride memiliki sifat biodegradable. Umumnya allyl chloride diolah
menjadi epichlorohydrin untuk membuat deterjen biodegradable. Deterjen
biodegradable yang digunakan dapat terurai oleh mikroba karena sifat biodegradable
yang dimiliki oleh allyl chloride
1.2 Innovation Map Allyl Chloride

Customer-Value
Proposition Harga produk Kemurnian yang Produk ramah
murah tinggi lingkungan

Products

Allyl chloride Allyl chloride Allyl chloride

Technical
Differentiation
Chlorinasi propylene Thermal Oxychlorination
dehidrochlorination
(US Patent 4,319,062) (US Patent 3,865,886) (US Patent 4,899,000)

Process
Technology Chlorination

Material
Technology Propilen, dan klorin

Anda mungkin juga menyukai