Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RANGKUMAN PEMBELAJARAN
MATA KULIAH PERPINDAHAN MASSA DAN APLIKASINYA
CHAPTER 10:
STAGE AND CONTINUOUS GAS-LIQUID SEPARATION PROCESSES

KELOMPOK 1
Anggota Kelompok:
1. GALIH AYU PRAMONO (2014906)
2. RAYYAN CAHYA ADIKURNIAWAN (2014907)
3. RILLA AGUSTINA (2014908)
4. EMA LINDRI YULIARTI (2014910)
5. BETTA ARIA KRISDANA (2014911)
6. MELIA AHSANUL LATIFA (2014912)
7. IFAN NIDA NUSHA NALAWAY (2014916)
8. ACHMAD ZAUZI RIFQI (2014917)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya, penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Perpindahan Massa dan Aplikasinya dengan
judul “Rangkuman Pembelajaran Chapter 10: Stage and Continuous Gas-Liquid Separation
Processes” yang merujuk buku karangan Christie J. Geankoplis dengan judul Transport
Processes and Unit Operations edisi ke-3.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Mata Kuliah Perpindahan Massa dan Aplikasinya, Ibu Ir. Harimbi Setyawati, M.T. yang telah
membimbing kami dalam perkuliahan sehingga kami dapat menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, Maret 2021

Kelompok 1

ii
ABSTRAK
Proses pemisahan adalah metode yang digunakan untuk membuat suatu campuran atau
larutan zat kimia menjadi dua atau lebih campuran produk yang berbeda. Bahan proses kimia
dan zat biologis yang terbentuk, banyak dijumpai sebagai campuran berbagai komponen yang
berfase gas, cair, atau padat. Untuk memisahkan atau menghilangkan salah satu atau lebih
komponen dari campuran aslinya, zat tersebut harus dikontakkan dengan zat yang berbeda fase.
Kedua fase tersebut bisa berupa gas-liquid, gas-solid, liquid-liquid, atau liquid-solid. Selama
kontak antara kedua fase berlangsung, komponen pada campuran akan mendistribusikan
dirinya kembali di antara kedua fase tersebut. Beberapa contoh proses pemisahan yang
digunakan di dunia industri yaitu: Absorbsi, Distilasi, Ekstraksi Liquid-Liquid, Leaching,
Membran, Kristalisasi, dan adsorpsi.
Metode paling sederhana yang digunakan pada proses pemisahan berupa single-stage
process yang hanya melalui satu proses pemisahan. Namun, jika setelah fasa-fasa tersebut
dicampur dalam satu tahap, dipisahkan, kemudian dihubungi kembali dalam proses pemisahan
lanjutan, maka proses tersebut adalah multiple-stage process. Kedua metode ini dapat dilakukan
secara bertahap (batch) atau terus menerus (continuous). Untuk mengetahui persentase atau
jumlah suatu komponen yang telah dipisahkan, kita dapat menghitung atau memprediksinya
berdasarkan data seperti: temperatur, tekanan, flow rate, fraksi mol, Henry’s low constant saat
suatu campuran pada alat pemisahan telah mencapai kondisi ekuilibriumnya. Henry’s law
constant adalah rasio dari tekanan parsial suatu komponen di udara dengan konsentrasi
komponen tersebut pada air saat temperatur tertentu. Untuk mengetahui nilai dari Henry’s law
constant suatu senyawa, kita dapat menggunakan grafik hasil percobaan atau tabel yang telah
disediakan di berbagai literatur. Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu sebagai media
pembelajaran untuk memahami proses pemisahan di dunia industri serta contoh perhitungan
yang berkaitan dengan proses pemisahan.
Kata kunci: proses pemisahan, kondisi ekuilibrium, henry’s law, single stage separation.

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
5.1. Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3
2.1. Jenis dan Metode pada Proses Pemisahan .......................................................................... 3
2.1.1. Proses Pemisahan .......................................................................................................... 3
2.1.2. Tipe-Tipe pada Proses Pemisahan ............................................................................... 3
2.1.3. Metode pada Proses Pemisahan ................................................................................... 8
2.2. Hubungan Kesetimbangan Antara Fase ............................................................................. 8
2.2.1. Aturan pada Fase dan Kesetimbangan ....................................................................... 8
2.2.2. Kesetimbangan Gas-Liquid .......................................................................................... 8
2.3. Single dan Multiple Ekuilibrium pada Tahapan Kontak ................................................ 11
2.3.1. Kondisi Ekuilibrium pada Kontak Single-Stage ...................................................... 11
2.3.2. Kondisi Ekuilibrium pada Kontak Single-Stage Sistem Gas-Liquid ...................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 15
3.2. Saran..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Absorption Tower yang Digunakan Untuk Memisahkan CO2 dari Feed Gas pada
Treatment Industri LNG dengan Media Penyerapan (Absorbent) aMDEA. ........................................... 4
Gambar 2. Rangkaian Alat pada Distilasi Sederhana. ........................................................................... 4
Gambar 3. Skema Pemisahan dengan Metode Liquid-Liquid Extraction ............................................. 5
Gambar 4. Proses Leaching pada Pertambangan, Iron Removing pada Pemurnian Logam Tembaga. 5
Gambar 5. Metode Pemisahan Menggunakan Membran. ...................................................................... 6
Gambar 6. Proses Kristalisasi Sederhana. ............................................................................................. 7
Gambar 7. Metode Pemisahan dengan proses Adsorpsi. ....................................................................... 7
Gambar 8. Equilibrium Plot dari SO2-Water System pada Temperatur 293 K (20°C) ......................... 9
Gambar 9. Single-Stage Equilibrium Process...................................................................................... 11

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komponen Utama pada Udara ............................................................................................... 10
Tabel 2. Tabel Henry's Law Constants for Gases in Water (H x 10-4) ................................................. 13

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pemisahan adalah metode yang digunakan untuk membuat suatu campuran atau
larutan zat kimia menjadi dua atau lebih campuran produk yang berbeda. Dari proses pemisahan
tersebut, setidaknya sebuah produk hasil pemisahan akan memiliki konsentrasi komponen yang
semakin tinggi yang mana pada sisi aliran produk lainnya, konsentrasi komponen tersebut akan
berkurang. Secara ideal, proses pemisahan dapat membagi campuran menjadi komponen murni
sepenuhnya (terbebas dari pegotor, impurities). Peoses pemisahan memanfaatkan perbedaan
sifat kimia atau sifat fisik (seperti ukuran, bentuk, massa, kerapatan, atau afinitas kimiawi)
antara unsur-unsur atau komponen pada suatu campuran.
Suatu proses pemisahan sering diklasifikasikan berdasarkan perbedaan yang khusus
antara sifat-sifat pada unsur-unsur di dalam suatu campuran agar dapat dicapainya pemisahan
komponen tersebut, misal: pemanfaatan perbedaan titik didih antar unsur pada campuran agar
unsur-unsur pada campuran tersebut dapat dipisahkan dengan menggunakan proses
distilasi/fraksinasi. Jika tidak ada perbedaan tunggal yang dapat digunakan untuk mencapai
pemisahan yang diinginkan, beberapa operasi sering kali dapat digabungkan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Unsur atau senyawa yang tersedia di alam pada umumnya dalam keadaan yang tidak
murni. Hal tersebut yang menyebabkan bahan mentah ini harus melalui pemisahan sebelumnya
agar dapat digunakan secara produktif. Oleh karena itu, proses pemisahan sangatlah penting
pada industri modern saat ini.
Tujuan proses pemisahan dapat bersifat analitis, yaitu untuk mengetahui persentase unsur-
unsur pada suatu campuran dan preparatif, yaitu untuk menyiapkan sampel dari komponen yang
dapat disimpan. Proses pemisahan juga dapat dilakukan dalam skala kecil, skala laboratorium
untuk keperluan analitis atau preparatif, skala menengah atau skala besar seperti skala industri
untuk tujuan pengolahan bahan mentah. Untuk mengetahui persentase atau jumlah suatu
komponen yang telah dipisahkan, kita dapat menghitung atau memprediksinya berdasarkan
data seperti: temperatur, tekanan, flow rate, fraksi mol, Henry’s low constant saat suatu
campuran pada alat pemisahan telah mencapai kondisi ekuilibriumnya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses pemisahan?
2. Apa saja tipe-tipe pada proses pemisahan?
3. Apa saja metode pada proses pemisahan?
4. Apa yang dimaksud dengan Gas-Liquid Equilibrium?
5. Apa yang dimaksud dengan Henry’s law constant?
5.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses pemisahan.
2. Untuk mengerahui tipe-tipe pada proses pemisahan.
3. Untuk mengetahui metode pada proses pemisahan.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kondisi Gas-Liquid Equilibrium.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Henry’s law constant.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenis dan Metode pada Proses Pemisahan
2.1.1. Proses Pemisahan
Bahan proses kimia dan zat biologis yang terbentuk, banyak dijumpai sebagai campuran
berbagai komponen yang berfase gas, cair, atau padat. Untuk memisahkan atau menghilangkan
salah satu atau lebih komponen dari campuran aslinya, zat tersebut harus dikontakkan dengan
zat yang berbeda fase. Kedua fase yang berbeda tersebut dikontakkan satu sama lain agar zat
terlarut dapat berdifusi dari campuran asli ke media yang digunakan untuk proses pemisahan.
Kedua fase tersebut bisa berupa gas-liquid, gas-solid, liquid-liquid, atau liquid-solid. Selama
kontak antara kedua fase berlangsung, komponen pada campuran akan mendistribusikan
dirinya kembali di antara kedua fase tersebut. Tahapan tersebut kemudian dapat dipisahkan
dengan metode fisik sederhana. Dengan menentukan kondisi dan fase yang tepat, komponen
pada salah satu fase akan semakin banyak sedangkan pada fase lainnya akan berkurang.
2.1.2. Tipe-Tipe pada Proses Pemisahan
Pada proses pemisahan, terdapat berbagai tipe pemisahan yang dapat digunakan.
Pemilihan tipe pemisahan bergantung atas fase serta komponen yang ingin dipisahkan. Berikut
adalah tipe-tipe proses pemisahan pada proses industri:
1. Absorption
Absorption atau absorpsi (penyerapan) adalah proses pemisahan yang terjadi saat
suatu molekul, ion, atau zat berpindah dari campuran asli ke media pemisahan (absorbent).
Perbedaan antara absorption dengan adsorption adalah pada adsorption molekul atau zat
dari campuran asli akan berpindahan hanya menempati surface (permukaan) media
pemisahan sedangkan pada absorption melibatkan keseluruhan volume media penyerap
(absorbent).
a. Ketika dua buah fase yang saling berkontak adalah gas dan liquid, maka proses
pemisahan tersebut dinamakan absorption. Pada proses tersebut, zat terlarut akan
terserap dari campuran asli (berfase gas) kedalam fase liquid (media penyerapan,
absorbent). Salah satu contoh pengaplikasian pemisahan dengan metode absorption
adalah sebagai beriktu: Penyerapan Amonia dari Udara dengan cairan tertentu, yang
kemudian disuling guna mendapatkan ammonia murni.
b. Pengabsorbsian SO2 dari gas buang dengan cara mengontakkan gas buang tersebut
dengan larutan basa.
c. Pemisahan kandungan CO2 dari feed gas dengan cara mengontakkan feed gas dengan
aMDEA pada suatu bejana di industri LNG (Gambar 1).
Stripping atau Desorption adalah kebalikan dari proses absorption. Pada stripping,
Kita memanfaatkan temperatur tinggi guna menguapkan komponen pada larutan agar zat
terlarut dapat berpisah dari larutan. Ketika gas berupa udara murni dan cairannya adalah air
murni, prosesnya disebut humidifikasi. Dehumidifikasi melibatkan penghilangan uap air
dari udara.

3
Gambar 1. Absorption Tower yang Digunakan Untuk Memisahkan CO2 dari Feed Gas
pada Treatment Industri LNG dengan Media Penyerapan (Absorbent) aMDEA.
(sumber: Operation Manual Book Badak LNG)

2. Distillation
Distilasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih, komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan lebih dahulu menguap saat temperatur campuran mencapai
titik didih tersebut yang mengakibatkan komponen tersebut terpisah dari campuran asli.
Contohnya adalah distilasi larutan etanol-air, etanol memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada air, pada temperatur sekitar 78°C, etanol akan menguap dan terpisahkan dari
campuran etanol-air, sedangkan air tidak akan menguap. Dalam penyulingan minyak bumi,
berbagai fraksi, seperti bensin, minyak tanah, dan minyak pemanas dipisahkan
menggunakan distilasi bertingkat.

Gambar 2. Rangkaian Alat pada Distilasi Sederhana.


(sumber: https://www.scienceabc.com/wp-content/uploads/2020/01/Distillation-Apparatus-DiagramudaixS.jpg)

4
3. Liquid-Liquid Extraction
Ketika proses pemisahan terjadi antara dua liquid, zat terlarut akan berpindahah dari
satu fase cair ke fase cair lainnya, proses tersebut disebut ekstraksi cair-cair. Salah satu
contohnya adalah ekstraksi asam asetat dari larutan air dengan isopropil eter. Dalam industri
farmasi, antibiotik dalam larutan fermentasi kadang-kadang dihilangkan dengan ekstraksi
dengan pelarut organik.

Gambar 3. Skema Pemisahan dengan Metode Liquid-Liquid Extraction


(sumber: https://chem.libretexts.org/@api/deki/files/126153/Nichols_Screenshot_4-4-4.png?revision=1)
4. Leaching
Jika suatu proses pemisahan memanfaatkan fluida cair untuk memisahkan zat terlarut
dari padatan, maka proses tersebut dinamakan leaching. Terkadang, proses ini disebut juga
ekstraksi. Contohnya adalah pencucian tembaga dari bijih padat dengan asam sulfat dan
pencucian minyak nabati dari kedelai padat dengan pelarut organik seperti heksana.

Gambar 4. Proses Leaching pada Pertambangan, Iron Removing pada Pemurnian


Logam Tembaga.

5
5. Membrane Processing
Pemisahan molekul dengan menggunakan membran adalah operasi pemisahan yang
relatif baru. Membran padat yang relatif tipis akan mengontrol laju pergerakan molekul
antara dua fase. Metode ini dapat digunakan untuk menghilangkan garam dari air,
memurnikan gas, pada pengolahan makanan, dan sebagainya.

Gambar 5. Metode Pemisahan Menggunakan Membran.

(sumber: https://www.solidrop.net/photo-7/100gpd-ro-membrane-sheet-for-housing-residential-water-filter-ro-
membrane-reverse-osmosis-system-with-nsf-ansi-standerd.jpg)

6. Crystallization
Komponen zat terlarut pada suatu larutan dapat dihilangkan dengan menyesuaikan
kondisi larutan tersebut, berupa temperatur atau konsentrasi larutan. Kelarutan pada
komponen zat terlarut akan terlampaui sedemikian sehingga mengkristal menjadi fase
padat. Contoh proses pemisahan ini adalah kristalisasi gula dari larutan gula dan kristalisasi
garam logam dalam pengolahan larutan bijih logam.

6
Gambar 6. Proses Kristalisasi Sederhana.
(sumber: https://cdn1.byjus.com/chemistry/wp-content/uploads/2016/01/crystallisation.png)

7. Adsorption
Dalam proses adsorpsi, satu atau lebih komponen pada aliran yang berfase cair atau
gas akan berpindah ke permukaan atau dalam pori-pori adsorben yang berfase padat
sehingga terjadi proses pemisahan. Contohnya yaitu penghilangan senyawa organik dari air
yang tercemar, pemisahan parafin dari aromatik, dan penghilangan pelarut dari udara.

Gambar 7. Metode Pemisahan dengan proses Adsorpsi.

(sumber: https://www.researchgate.net/figure/Schematic-illustration-of-adsorption-process-
and-CrVI-determination-experiments_fig1_327339880)

7
2.1.3. Metode pada Proses Pemisahan
Beberapa metode pemrosesan digunakan dalam pemisahan seperti yang telah disebutkan
di atas. Pada proses pemisahan yang melibatkan dua buah fase, seperti gas dan cair, atau cair
dan cair, kedua fase tersebut akan dicampur bersama di dalam bejana dan kemudian akan
dipisahkan sehingga diperoleh produk yang bersih dari pengotor. Proses paling sederhana pada
pemisahan berupa single-stage process yang hanya melalui satu proses pemisahan. Namun, jika
setelah fasa-fasa tersebut dicampur dalam satu tahap, dipisahkan, kemudian dihubungi kembali
dalam proses pemisahan lanjutan, maka proses tersebut adalah multiple-stage process. Kedua
metode ini dapat dilakukan secara bertahap (batch) atau terus menerus (continuous). Selain itu,
kedua fase tersebut juga dapat dihubungkan secara terus menerus dalam suatu packed column.
2.2. Hubungan Kesetimbangan Antara Fase
2.2.1. Aturan pada Fase dan Kesetimbangan
Untuk memprediksi konsentrasi zat terlarut pada kedua buah fase yang dalam kondisi
ekuilibrium, data percobaan ekuilibrium harus tersedia. Selain itu, jika kedua fasa tidak berada
pada kondisi ekuilibrium, maka laju perpindahan massa antara dua fase tersbut akan sebanding
dengan gaya penggeraknya (driving force). Kondisi ekuilibrium selalu melibatkan dua fase,
seperti gas-cair atau cair-cair. Variabel penting yang mempengaruhi kondisi ekuilibrium pada
zat terlarut adalah temperatur, tekanan, dan konsentrasi. Keseimbangan antara dua fase dalam
situasi tertentu dibatasi oleh aturan fase:

𝐹𝐹 = 𝐶𝐶 − 𝑃𝑃 + 2 Eq. 2-1

Dimana P adalah jumlah fase pada kesetimbangan, C adalah jumlah total komponen dalam dua
fase saat tidak ada reaksi kimia yang terjadi, dan F adalah jumlah varian atau derajat kebebasan
pada sistem. Misalnya, fase pada sistem berupa gas-liquid dengan komponen yaitu CO2-udara-
air, sehingga terdapat dua fasa dan tiga komponen (udara dianggap sebagai satu komponen
inert). Kemudian, dengan Persamaan. (Eq. 2-l),

𝐹𝐹 = 𝐶𝐶 − 𝑃𝑃 + 2 = 3 − 2 + 2 = 3

Artinya terdapat 3 derajat kebebasan. Jika tekanan total dan suhu diketahui, maka hanya ada
satu variabel tersisa yang dapat ditentukan nilainya. Jika komposisi fraksi mol 𝑥𝑥𝐴𝐴 dari CO2 (A)
dalam fasa cair ditentukan nilainya, maka komposisi fraksi mol 𝑦𝑦𝐴𝐴 atau tekanan 𝑃𝑃𝐴𝐴 dalam fasa
gas dapat ditentukan secara otomatis. Aturan fase ini tidak memberi tahu kita nilai tekanan
parsial 𝑃𝑃𝐴𝐴 pada kesetimbangan saat kita menentukan nilai 𝑥𝑥𝐴𝐴 . Nilai 𝑃𝑃𝐴𝐴 harus ditentukan secara
eksperimental. Kedua fase tersebut tentu saja bisa berupa gas-cair, cair-padat, dan seterusnya.
Misalnya, distribusi kesetimbangan pada asam asetat yang berada antara fasa air dan fasa
isopropil eter telah ditentukan secara eksperimental untuk berbagai kondisi.
2.2.2. Kesetimbangan Gas-Liquid
Kesetimbangan Gas-Liquid adalah suatu kondisi dimana fase liquid dan gas suatu
senyawa berada pada kesetimbangan antara satu sama lain, kondisi dimana kecepatan evaporasi
sama dengan kecepatan kondensasi pada level molekuler. Suatu substansi yang berada pada
kesetimbangan uap-cair umumnya disebut fluida jenuh.

8
1. Data kesetimbangan gas-cair.
Untuk mengilustrasikan perolehan data ekuilibrium fase gas-cair yang dilakukan
secara eksperimental, sistem yang terdiri atas SO2-udara-air akan dipertimbangkan.
Sejumlah gas S02, udara, dan air dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan diguncang
berulang kali pada temperatur tertentu hingga mencapai kesetimbangan. Sampel gas dan
cairan tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh nilai tekanan parsial 𝑃𝑃𝐴𝐴 dalam satuan
atm zat SO2 (A) dalam gas dan fraksi mol 𝑥𝑥𝐴𝐴 dalam cairan. Gambar 3 dibawah menunjukkan
plot data yang diambil dari Appendix A.3. Gambar tersebut menyatakan nilai tekanan
parsial 𝑃𝑃𝐴𝐴 dari SO2 dalam uap pada kondisi ekuilibrium dan fraksi mol 𝑥𝑥𝐴𝐴 dari SO2 dalam
cairan pada temperatur 293 K (20 °C).

Gambar 8. Equilibrium Plot dari SO2-Water System pada Temperatur 293 K (20°C)

2. Hukum Henry
Hukum Henry adalah hukum mengenai gas yang menyatakan bahwa jumlah gas
terlarut pada suatu liquid sebanding dengan tekanan parsial pada sisi atas liquid. Seringkali
hubungan kesetimbangan antara 𝑃𝑃𝐴𝐴 dalam fasa gas dan 𝑥𝑥𝐴𝐴 dapat dinyatakan dengan
menggunakan straight-lien Henry’s law equation pada kondisi konsentrasi rendah. Henry’s
law constant adalah rasio dari tekanan parsial suatu komponen di udara dengan konsentrasi
komponen tersebut pada air saat temperatur tertentu.

𝑃𝑃𝐴𝐴 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴 Eq. 2-2


𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
dimana H adalah konstanta dari hukum Henry yang dinyatakan dengan satuan 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
pada sistem yang diberikan. Jika kedua ruas pada persamaan (Eq. 2-2) dibagi dengan
tekanan total P dengan satuan atm,

𝑦𝑦𝐴𝐴 = 𝐻𝐻′𝑥𝑥𝐴𝐴 Eq. 2-3

9
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
dimana H´ adalah konstanta hukum Henry yang dinyatakan dengan satuan 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐻𝐻
dan sama dengan 𝑃𝑃
. Dapat dilihat bahwa H´ nilainya bergantung pada tekanan total,
sedangkan H tidak. Data pada Gambar 3 di atas, mengikuti kaidah hukum Henry hingga
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
konsentrasi 𝑥𝑥𝐴𝐴 berkisar 0.005, di mana diperoleh 𝐻𝐻 = 29.6 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
. Secara umum, nilai
H tidak akan terpengaruh oleh nilai P hingga tekanan total sekitar 5 x 105 Pa (5 atm). Data
untuk beberapa gas umum dengan air lainnya dapat dilihat pada Appendix A.3.
CONTOH SOAL (10.2-1, Geankoplis)
Berapa konsentrasi oksigen terlarut dalam air pada temperatur 298 K jika larutan berada dalam
kesetimbangan dengan udara pada tekanan total 1 atm? Konstanta hukum Henry adalah
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
4.38 × 104 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚.

Diketahui:
• 𝑇𝑇 = 298 𝐾𝐾
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
• 𝐻𝐻 = 4.38 × 104 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑃𝑃 = 1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
• Larutan pada kondisi ekuilibrium denga udara pada 1 atm.
Ditanya:
• 𝑥𝑥𝐴𝐴 = ⋯ ?
Jawab:
1. Mencari tekanan partial dari oksigen pada kondisi di atas, 𝑇𝑇 = 298 𝐾𝐾, 𝑃𝑃 = 1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎.
Pada umumnya udara mengandung komponen sebagai berikut:
Tabel 1. Komponen Utama pada Udara

Komponen Utama pada Udara


Gas Konsentrasi
N2 78.08%
O2 20.95%
Etc 0.97%
(sumber: Air - Composition and Molecular Weight (engineeringtoolbox.com))

Partial Pressure adalah tekanan yang diberikan oleh setiap gas dalam suatu campuran yang
besarnya berbanding lurus dengan persentase kandungan gas tersebut dalam campuran gas
total.
𝑃𝑃 (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒) = 𝑃𝑃𝑁𝑁2 + 𝑃𝑃𝑂𝑂2 + 𝑃𝑃𝐶𝐶𝐶𝐶2 + ⋯

Maka, tekanan partial dari O2 adalah 𝑃𝑃𝑂𝑂2 = 20.95% × 1 atm = 0.2095 atm ≈ 0.21 atm.

Dengan menggunakan persamaan Eq. 2-2, maka:

𝑃𝑃𝐴𝐴 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴

10
0.21 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴 = 4.38 × 104 𝑥𝑥𝐴𝐴
0.21 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑥𝑥𝐴𝐴 = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 4.79 × 10−6 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓.
4.38 × 104
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Jadi, Terdapat 4.79 × 10−6 mol O2 yang terlarut dalam 1 mol air ber-oksigen.
2.3. Single dan Multiple Ekuilibrium pada Tahapan Kontak
2.3.1. Kondisi Ekuilibrium pada Kontak Single-Stage
Pada berbagai macam pengoperasian pabrik industri kimia dan proses lainnya, terjadi
perpindahan massa dari satu fase ke fase lainnya. Perpindahan massa tersebut biasanya disertai
dengan pemisahan komponen campuran, hal tersebut dikarenakan satu atau lebih komponen
pada campuran asli akan ditransfer ke fase lainnya yang mengakibatkan komponen pada fase
lainnya tersebut menjadi lebih banyak sedangkan komponen pada campuran asli berkurang
hingga mencapai titik kesetimbangan.

V1 V2

L0 L1

Gambar 9. Single-Stage Equilibrium Process

Single-stage process merupakan proses di mana dua fase yang berbeda dikontakan satu
sama lain dan kemudian akan dipisahkan. Selama waktu kontak, terjadi pencampuran antara
kedua fase yang menyebabkan komponen berdifusi dan terdistribusi di antara dua fase tersebut.
Jika waktu kontak cukup lama, komponen tersebut akan pada kondisi ekuilibrium pada kedua
fase setelah mengalami pemisahan. Proses tersebut dinamakan single-stage process.
Kondisi single equilibrium stage dapat direpresentasikan seperti pada Gambar 9 di atas.
Dua buah aliran (L0 dan V2) memasuki suatu bejana (tempat berkontak, stage) yang jumlah dan
komposisinya telah diketahui. Pada bejana tersebut, terjadi pencampuran dan kesetimbangan,
dua aliran lainnya (L1 dan V1) meninggalkan bejana pada kondisi ekulibrium antara satu sama
lain. Diperoleh total mass balance sebagai berikut:
Eq. 3-1
𝐿𝐿0 + 𝑉𝑉2 = 𝐿𝐿1 + 𝑉𝑉1 = 𝑀𝑀

dimana L dalam satuan massa, V dalam satuan massa, dan M adalah total massa. Dengan asumsi
terdapat tiga buah komponen yaitu: A, B, dan C terdapat pada aliran sehingga diperoleh
keseimbangan komponen A dan C sebagai berikut:

𝐿𝐿0 𝑥𝑥𝐴𝐴0 + 𝑉𝑉2 𝑦𝑦𝐴𝐴2 = 𝐿𝐿1 𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 𝑉𝑉1 𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 𝑀𝑀𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 Eq. 3-2

𝐿𝐿0 𝑥𝑥𝐶𝐶0 + 𝑉𝑉2 𝑦𝑦𝐶𝐶2 = 𝐿𝐿1 𝑥𝑥𝐶𝐶1 + 𝑉𝑉1 𝑦𝑦𝐶𝐶1 = 𝑀𝑀𝑥𝑥𝐶𝐶𝐶𝐶 Eq. 3-3

11
Persamaan untuk komponen B tidaklah diperlukan, karena dengan mengetahui nilai komponen
A dan C, maka nilai komponen B dapat diketahui (𝑥𝑥𝐴𝐴 + 𝑥𝑥𝐵𝐵 + 𝑥𝑥𝐶𝐶 = 1). Untuk menyelesaikan
ketiga persamaan tersebut, hubungan kesetimbangan antar komponen harus diketahui.
2.3.2. Kondisi Ekuilibrium pada Kontak Single-Stage Sistem Gas-Liquid
Dalam sistem gas-cair, zat terlarut A yang berada dalam fase gas V bersama dengan udara
inert B dan dalam fase cair L bersama dengan air inert C. Dengan mengasumsikan bahwa udara
pada dasarnya tidak dapat larut dalam fase cair dan air tersebut tidak menguap menjadi fase
gas, maka fase gas adalah biner A-B dan fase cair adalah biner A-C. Dengan menggunakan
satuan pecahan antara mol dan mol, maka persamaan. (Eq. 3-1) dapat digunakan pada single-
stage process untuk mengetahui keseimbangan material total. Karena komponen A adalah satu-
satunya komponen yang tersebar di antara kedua fase, keseimbangan pada komponen A dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑥𝑥𝐴𝐴0 𝑦𝑦𝐴𝐴2 𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1
𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � � Eq. 3-4
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴0 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1

dengan 𝐿𝐿′ adalah mol air inert C dan 𝑉𝑉 ′ adalah mol udara inert B. Baik 𝐿𝐿′ dan 𝑉𝑉 ′ adalah konstan
dan biasanya diketahui. Untuk mengatasi Persamaan. (10.3-4), hubungan antara 𝑦𝑦𝐴𝐴1 dan 𝑥𝑥𝐴𝐴1
dalam kesetimbangan merujuk hukum Henry.

𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 𝐻𝐻′𝑥𝑥𝐴𝐴1 Eq. 3-5


CONTOH SOAL (10.3-1, Geankoplis)
Campuran gas pada tekanan 1 atm absolut mengandung udara dan CO2 (A). Campuran gas
tersebut dikontakkan di single-stage mixer secara kontinu dengan air murni pada temperatur
293 K. Dua buah aliran keluar berupa gas dan liquid pada kondisi ekuilibrium. Gas memasuki
mixer dengan laju alir sebesar 100 kg mol/jam dengan komposisi CO2 sebesar 0.20 (𝑦𝑦𝐴𝐴2 ). Liquid
memasuki mixer dengan laju alir sebesar 300 kg mol air/jam. Hitunglah jumlah dan komposisi
pada kedua aliran keluaran mixer! Asumsikan bahwa air tidak mengalami penguapan.
Diketahui:

100 kg mol/jam
300 kg mol air/jam

𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝐿𝐿´ = 𝐿𝐿0 = 300 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
(𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖)
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑉𝑉 = 100 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• 𝑦𝑦𝐴𝐴2 = 0.20
• 𝑃𝑃 = 1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

12
Ditanya:
• 𝐿𝐿1 = ⋯ ?
• 𝑉𝑉1 = ⋯ ?
• 𝑥𝑥𝐴𝐴1 = ⋯ ?
• 𝑦𝑦𝐴𝐴1 = ⋯ ?
Jawab:
1. Menghitung udara pada kondisi inertnya dengan rumus berikut:

𝑉𝑉´ = 𝑉𝑉(1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 ) Eq. 3-6

Maka, aliran udara masuk pada kondisi inert dapat dihitung sebagai berikut:
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉´ = 𝑉𝑉2 (1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 ) = 100(1 − 0.20) = 80
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
2. Kesetimbangan komponen CO2 (A)

𝑥𝑥𝐴𝐴0 𝑦𝑦𝐴𝐴2 𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1


𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � �
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴0 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1
0 0.20 𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1
300 � � + 80 � � = 300 � � + 80 � �
1−0 1 − 0.20 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1
𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1
20 = 300 � � + 80 � � Eq. 3-7
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1
Tabel 2. Tabel Henry's Law Constants for Gases in Water (H x 10-4)

T
K °C CO2 CO C2H6 C2H4 He H2 H2S CH4 N2 O2
273.2 0 0.0728 3.52 1.26 0.552 12.9 5.79 0.0268 2.24 5.29 2.55
283.2 10 0.1040 4.42 1.89 0.768 12.6 6.36 0.0367 2.97 6.68 3.27
293.2 20 0.1420 5.36 2.63 1.020 12.5 6.83 0.0483 3.76 8.04 4.01
303.2 30 0.1860 6.20 3.42 1.270 12.4 7.29 0.0609 4.49 9.24 4.75
313.2 40 0.2330 6.96 4.23 12.1 7.51 0.0745 5.20 10.40 5.35

Pada saat temperatur 293 K, dengan merujuk pada Appendix A.3-18 (Geankoplis, pg. 884).
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Diperoleh nilai konstanta Henry gas CO2, 𝐻𝐻 = 0.142 × 104 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚. Sehingga, dapat
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝐻𝐻 0.142×104 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
diperoleh 𝐻𝐻´ = 𝑃𝑃
= = 0.142 × 104 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

Maka,

𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 𝐻𝐻′𝑥𝑥𝐴𝐴1

𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 0.142 × 104 𝑥𝑥𝐴𝐴1 Eq. 3-8

13
Dengan mensubstitusikan 𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 0.142 × 104 𝑥𝑥𝐴𝐴1 ke persamaan di atas (Eq. 3-7), maka
diperoleh:
𝑥𝑥𝐴𝐴1 1420𝑥𝑥𝐴𝐴1
20 = 300 � � + 80 � �
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 1420𝑥𝑥𝐴𝐴1

300𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 1420𝑥𝑥𝐴𝐴1 ) + 113600𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )


20 = � �
(1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )(1 − 1420 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )

20 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )(1 − 1420 𝑥𝑥𝐴𝐴1 ) = 300𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 1420𝑥𝑥𝐴𝐴1 ) + 113600𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )

20 (1 − 1419𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 1420 𝑥𝑥𝐴𝐴1 ) = 300𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 426000 𝑥𝑥𝐴𝐴12 + 113600𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 113600 𝑥𝑥𝐴𝐴12

20 − 28380 𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 1420𝑥𝑥𝐴𝐴12 = 113900 𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 312400 𝑥𝑥𝐴𝐴12

0 = 284000 𝑥𝑥𝐴𝐴12 + 142280 𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 20


Atau dapat disederhanakan menjadi

14200𝑥𝑥𝐴𝐴12 + 7114𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 1 = 0

Sehingga diperoleh nilai 𝑥𝑥𝐴𝐴1 = 0.000141 = 1.41 𝑥𝑥 10−4


Maka:
𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 0.142 × 104 (1.41 × 10−4 ) = 0.20
Untuk menghitung aliran gas dan liquid keluaran mixer, diperoleh:
𝐿𝐿´ 300 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐿𝐿1 = = = 300
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − (1.41 × 10−4 ) 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑉𝑉´ 80 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉1 = = = 100
1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1 1 − 0.20 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Proses pemisahan adalah metode yang digunakan untuk membuat suatu campuran atau
larutan zat kimia menjadi dua atau lebih campuran produk yang berbeda. Untuk
memisahkan atau menghilangkan salah satu atau lebih komponen dari campuran
aslinya, zat tersebut harus dikontakkan dengan zat yang berbeda fase. Kedua fase yang
berbeda tersebut dikontakkan satu sama lain agar zat terlarut dapat berdifusi dari
campuran asli ke media yang digunakan untuk proses pemisahan. Kedua fase tersebut
bisa berupa gas-liquid, gas-solid, liquid-liquid, atau liquid-solid.
2. Pada proses pemisahan, terdapat berbagai tipe pemisahan yang dapat digunakan.
Pemilihan tipe pemisahan bergantung atas fase serta karakteristik komponen yang ingin
dipisahkan. Beberapa contoh proses pemisahan yang digunakan di dunia industri yaitu:
Absorbsi, Distilasi, Ekstraksi Liquid-Liquid, Leaching, Membran, Kristalisasi, dan
adsorpsi.
3. Metode paling sederhana yang digunakan pada proses pemisahan berupa single-stage
process yang hanya melalui satu proses pemisahan. Namun, jika setelah fasa-fasa
tersebut dicampur dalam satu tahap, dipisahkan, kemudian dihubungi kembali dalam
proses pemisahan lanjutan, maka proses tersebut adalah multiple-stage process. Kedua
metode ini dapat dilakukan secara bertahap (batch) atau terus menerus (continuous).
4. Kesetimbangan Gas-Liquid adalah suatu kondisi dimana fase liquid dan gas suatu
senyawa berada pada kesetimbangan antara satu sama lain, kondisi dimana kecepatan
evaporasi sama dengan kecepatan kondensasi pada level molekuler. Suatu substansi
yang berada pada kesetimbangan uap-cair umumnya disebut fluida jenuh.
5. Henry’s law constant adalah rasio dari tekanan parsial suatu komponen di udara dengan
konsentrasi komponen tersebut pada air saat temperatur tertentu.
3.2. Saran
1. Hati-hati dalam membaca tabel Henry’s Law Constants for Gases in Water. Pada tabel,
nilai yang tertera adalah 𝐻𝐻 × 10−4. Sehingga nilai H yang sebenarnya adalah
(𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 × 104 .
2. Untuk menghitung nilai fraksi uap (𝑦𝑦) atau cair (𝑥𝑥) suatu komponen saat pada kondisi
ekuilibrium pada persamaan dibawah:
𝑥𝑥𝐴𝐴0 𝑦𝑦𝐴𝐴2 𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1
𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � �
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴0 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1
Hasil hitung akan berupa persamaan kuadrat, untuk menghitung akar-akar dari
persamaan kuadrat tersebut dapat dengan cara menggunakan persamaan:
−𝑏𝑏 ± √𝑏𝑏 2 − 4𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑥𝑥1,2 = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑎𝑎𝑥𝑥 2 + 𝑏𝑏𝑏𝑏 + 𝑐𝑐 = 0
2𝑎𝑎
Pastikan menggunakan sifat perhitungan matematika yang benar atau dapat juga
menggunakan metode Goal Seek pada software Microsoft Excel.

15
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Processes and Unit Operations. Edisi ke-3.
New Jersey: Prentice Hall.

16
LAMPIRAN
LATIHAN SOAL
1. Tekanan parsial dari CO2 pada udara sebesar 1.333 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃. Fase gasnya berada pada
kondisi ekuilibrium dengan larutan air pada temperatur 303 K. Berapakah nilai 𝑥𝑥𝐴𝐴
senyawa CO2 pada larutan saat kondisi ekuilibrium tersebut?
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐶𝐶𝐶𝐶
2. Pada temperatur 303 K, konsentrasi CO2 di air sebesar 0.90 × 10−4 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎2. Dengan
menggunakan Henry’s law constant, berapakah tekanan parsial dari senyawa CO2 yang
dijaga/dibutuhkan pada gas agar mencegah senyawa CO2 menguap dari larutan air?
3. Suatu campuran gas pada tekanan total sebesar 2.026 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃 mengandung komponen
udara dan SO2. Campuran tersebut dikontakan di sebuah single-stage equilibrium mixer
dengan air murni pada temperatur 293 K. Tekanan parsial dari SO2 pada gas asli sebesar
1.52 × 104 𝑃𝑃𝑃𝑃. Aliran gas masuk mengandung 5.70 total kg mol dan total aliran air yang
masuk ke mixer sebanyak 2.20 kg mol. Aliran gas dan cair yang keluar mixer pada kondisi
ekuilibrium. Hitunglah jumlah dan komposisi dari aliran keluaran mixer! Gunakan data
pada Fig 10.2-1, Geankoplis.
PENYELESAIAN
1. Diketahui:
• 𝑃𝑃𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 1.333 × 104 𝑃𝑃𝑃𝑃 = 0.13156 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 1.01325 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃,
Appendix A.1-8, Geankoplis)
• Fase Gasnya berada pada kondisi ekuilibrium denga larutan air saat 𝑇𝑇 = 303 𝐾𝐾
Ditanya:
• 𝑥𝑥𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = ⋯ ?
Jawab:
• Berdasarkan Appendix 3-18, pada temperatur 303 K, maka nilai H yang diperoleh
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
sebesar 0.186 × 104 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶
2
𝑃𝑃𝐴𝐴
• 𝑃𝑃𝐴𝐴 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥𝐴𝐴 = 𝐻𝐻
0.13156
𝑥𝑥𝐴𝐴 = = 7.07 × 10−5 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶2
0.186 × 104
2. Diketahui:
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐶𝐶𝐶𝐶
• 𝑥𝑥𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 0.90 × 10−4 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎2
• 𝑇𝑇 = 303 𝐾𝐾
Ditanya:
• 𝑃𝑃𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = ⋯ ? (𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒)
Jawab:
• Berdasarkan Appendix 3-18, pada temperatur 303 K, maka nilai H yang diperoleh
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
sebesar 0.186 × 104 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶
2
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐶𝐶𝐶𝐶
• 𝑥𝑥𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 0.90 × 10−4 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎2

17
0.90 × 10−4
𝑥𝑥𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 44 = 3.682 × 10−5 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶2
0.90 × 10−4 1
+ 18
44
• 𝑃𝑃𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑃𝑃𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = �0.186 × 104 � (3.682 × 10−5 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶2 ) = 0.0685 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶2
Atau 𝑃𝑃𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶2 = 6.9408 × 103 𝑃𝑃𝑃𝑃 (1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 1.01325 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃, Appendix A.1-8,
Geankoplis)
3. Diketahui:

5.70 kg mol/jam
2.20 kg mol air/jam

𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝐿𝐿´ = 𝐿𝐿0 = 2.20 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
(𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖)
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑉𝑉 = 5.70 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• 𝑃𝑃 = 2.026 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃 ≈ 2 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 1.01325 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃, Appendix A. 1 −
8, Geankoplis)
• 𝑃𝑃𝐴𝐴2 𝑆𝑆𝑆𝑆2 = 1.52 × 104 𝑃𝑃𝑃𝑃
• 𝑥𝑥𝐴𝐴0 = 0
• Gunakan data pada Fig. 10.2-1 Geankoplis.

Data dapat digunakan untuk 0 ≤ 𝑥𝑥𝐴𝐴0 ≤ 0.005 ; 𝑃𝑃𝐴𝐴 = 𝐻𝐻𝑥𝑥𝐴𝐴 = 29.6𝑥𝑥𝐴𝐴


Ditanya:
• 𝐿𝐿1 = ⋯ ?
• 𝑉𝑉1 = ⋯ ?
• 𝑥𝑥𝐴𝐴1 = ⋯ ?

18
Jawab:
• Menghitung 𝑦𝑦𝐴𝐴2
𝑃𝑃𝐴𝐴2 1.52 × 104 𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑦𝑦𝐴𝐴2 = = = 0.075
𝑃𝑃 2.026 × 105 𝑃𝑃𝑃𝑃
• Menghitung 𝑦𝑦𝐴𝐴1
𝑦𝑦𝐴𝐴 = 𝐻𝐻′𝑥𝑥𝐴𝐴
𝐻𝐻
𝐻𝐻 ′ = 𝑃𝑃
maka
𝐻𝐻
𝑦𝑦𝐴𝐴 = 𝑥𝑥
𝑃𝑃 𝐴𝐴
𝑃𝑃𝐴𝐴2 29.6𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗, 𝑦𝑦𝐴𝐴1 = =
𝑃𝑃 2 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1

• Menghitung udara pada kondisi inertnya dengan rumus berikut:

𝑉𝑉´ = 𝑉𝑉(1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 )

• Maka, aliran udara masuk pada kondisi inert dapat dihitung sebagai berikut:
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉´ = 𝑉𝑉2 (1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 ) = 5.70(1 − 0.0750) = 5.272
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

• Kesetimbangan komponen SO2 (A)

𝑥𝑥𝐴𝐴0 𝑦𝑦𝐴𝐴2 𝑥𝑥𝐴𝐴1 𝑦𝑦𝐴𝐴1


𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � �
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴0 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴2 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1
0 0.075 𝑥𝑥𝐴𝐴1 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1
2.20 � � + 5.272 � � = 2.20 � � + 5.272 � �
1−0 1 − 0.075 1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1
2.20𝑥𝑥𝐴𝐴1 78.0256𝑥𝑥𝐴𝐴1
0.42746 = � �+� �
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1
2.20𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 ) + 78.0256𝑥𝑥𝐴𝐴1 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )
0.42746 =
(1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 )(1 − 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 )

2.20𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 32.56𝑥𝑥𝐴𝐴1 2 + 78.0256𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 78.0256𝑥𝑥𝐴𝐴1 2


0.42746 =
(1 − 15.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 2 )

0.42746(1 − 15.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 14.8𝑥𝑥𝐴𝐴1 2 ) = 80.2256𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 110.5856𝑥𝑥𝐴𝐴1 2

0.42746 − 6.7539𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 6.3264𝑥𝑥𝐴𝐴1 2 = 80.2256𝑥𝑥𝐴𝐴1 − 110.5856𝑥𝑥𝐴𝐴1 2

116.912𝑥𝑥𝐴𝐴1 2 − 86.9795𝑥𝑥𝐴𝐴1 + 0.42746 = 0

Sehingga diperoleh nilai 𝑥𝑥𝐴𝐴1 = 0.00495

Maka:
𝑦𝑦𝐴𝐴1 = 14.8(0.00495 ) = 0.0733

19
Untuk menghitung aliran gas dan liquid keluaran mixer, diperoleh:
𝐿𝐿´ 2.20 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐿𝐿1 = = = 2.21
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴1 1 − 0.00495 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑉𝑉´ 5.272 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉1 = = = 5.69
1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴1 1 − 0.0733 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

20

Anda mungkin juga menyukai