Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RANGKUMAN PEMBELAJARAN
MATA KULIAH PERPINDAHAN MASSA DAN APLIKASINYA
CHAPTER 10:
STAGE AND CONTINUOUS GAS-LIQUID SEPARATION PROCESSES
SUB BAB 10.6 C & D

KELOMPOK 1
Anggota Kelompok:
1. GALIH AYU PRAMONO (2014906)
2. RAYYAN CAHYA ADIKURNIAWAN (2014907)
3. RILLA AGUSTINA (2014908)
4. EMA LINDRI YULIARTI (2014910)
5. BETTA ARIA KRISDANA (2014911)
6. MELIA AHSANUL LATIFA (2014912)
7. IFAN NIDA NUSHA NALAWAY (2014916)
8. ACHMAD ZAUZI RIFQI (2014917)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya, penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Perpindahan Massa dan Aplikasinya dengan
judul “Rangkuman Pembelajaran Chapter 10: Stage and Continuous Gas-Liquid Separation
Processes” yang merujuk buku karangan Christie J. Geankoplis dengan judul Transport
Processes and Unit Operations edisi ke-3.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Mata Kuliah Perpindahan Massa dan Aplikasinya, Ibu Ir. Harimbi Setyawati, M.T. yang telah
membimbing kami dalam perkuliahan sehingga kami dapat menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. iv
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 1
10.6 Absorpsi pada Menara yang Menggunakan Plate dan Packed ............................................ 1
10.6C Merancang Packed Tower pada Proses Absorpsi ....................................................... 1
10.6D Penyederhanaan Metode Perancangan pada Proses Absorbsi Campuran Gas
Terlarut di Packed Towers ............................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Theoretical Number of Trays for Absorption of SO2 pada contoh 10.6-1 ........................... 1
Gambar 2. Material Balance pada Counter Current Packed Absorption Tower.................................... 1
Gambar 3. Lokasi pada Operating Line: (a) Untuk Proses Absopsi zat A dari Aliran V ke L; (b)
Untuk Proses Stipping zat A dari Aliran L ke V ..................................................................................... 3
Gambar 4. Rasio Minimum liquid/gas pada Proses Absopsi................................................................. 3
Gambar 5. Operating line dan komposisi interface pada Packed Tower Untuk Proses Absorbsi Gas
Terlarut. ................................................................................................................................................... 9
Gambar 6. Lokasi dari Komposisi Interface pada Contoh Soal 10.6-2 ............................................... 10

iv
TINJAUAN PUSTAKA

10.6 Absorpsi pada Menara yang Menggunakan Plate dan Packed


10.6C Merancang Packed Tower pada Proses Absorpsi
1. Cara mendapatkan operating line
Pada kasus difusi zat A terlarut menjadi gas stagnant dan kemudian menjadi fuida
stagnant, maka neraca massa total komponen A untuk proses absorpsi dengan packed tower
seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah, sehingga diperoleh:
𝑥𝑥0 𝑦𝑦1 𝑥𝑥1 𝑦𝑦2
𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � � … … … … … … … (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 3)
1 − 𝑥𝑥2 1 − 𝑦𝑦1 1 − 𝑥𝑥1 1 − 𝑦𝑦2
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
dimana 𝐿𝐿′ memiliki satuan 𝑠𝑠
atau 𝑠𝑠×𝑚𝑚2
; 𝑉𝑉 ′ memiliki satuan
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑠𝑠
atau 𝑠𝑠×𝑚𝑚2
; 𝑦𝑦1 dan 𝑥𝑥1 adalah fraksi mol zat A yang berada di gas dan
liquid.

Gambar 1. Theoretical Number of Trays for Absorption of SO2 pada contoh 10.6-1

Gambar 2. Material Balance pada Counter Current Packed Absorption Tower

1
Aliran 𝐿𝐿′ dan 𝑉𝑉 ′ bernilai tetap sepnajang menara absorpsi, akan tetapi, aliran total L dan V
tidaklah tetap.

Kesetimbangan yang terjadi di sekeliling kotak putus-putus pada Gambar 2 di atas


memberikan persamaan operating line seperti berikut:
𝑥𝑥 𝑦𝑦1 𝑥𝑥1 𝑦𝑦
𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � � = 𝐿𝐿′ � � + 𝑉𝑉 ′ � � … … … … (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 4)
1 − 𝑥𝑥 1 − 𝑦𝑦1 1 − 𝑥𝑥1 1 − 𝑦𝑦

Persamaan di atas, apabila diplotkan pada koordinat (x,y), akan memberikan kurva
garis seperti pada Gambar 3 di bawah. Persamaan (𝐸𝐸𝑞𝑞. 10.6 − 4) dapat juga ditulis dalam
𝑦𝑦1 𝑝𝑝
fungsi (batasan) tekanan parsial (𝑝𝑝1) dari A, dimana, (1−𝑦𝑦1 )
1
= (𝑃𝑃−𝑝𝑝 )
dan seterusnya.
1
Jika 𝑥𝑥 dan 𝑦𝑦 sangat kecil nilainya, maka (1 − 𝑥𝑥) dan (1 − 𝑦𝑦) biasa dianggap 1.0 dan
persamaan (𝐸𝐸𝑞𝑞. 10.6 − 4) menjadi:

𝐿𝐿′ 𝑥𝑥 + 𝑉𝑉 ′ 𝑦𝑦1 ≅ 𝐿𝐿′ 𝑥𝑥1 + 𝑉𝑉 ′ 𝑦𝑦 … … … … … … … … … … . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 5)


𝐿𝐿′
sehingga slope 𝑉𝑉 ′ dan operating line pada grafik dapat dianggap lurus.
Saat larutan berpindah dari 𝐿𝐿 ke aliran 𝑉𝑉, proses ini disebut stripping, pada saat
operating line terletak dibawah equilibrium line, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3b.
𝐿𝐿′
2. Membatasi dan Mengoptimasi Rasio 𝑉𝑉 ′
Dalam proses absorpsi, aliran gas masuk sebagai 𝑉𝑉1 (Gambar 2) dan komposisi 𝑦𝑦1 pada
umumnya nilainya telah ditentukan. Konsentrasi keluar berupa 𝑦𝑦2 biasanya juga ditentukan
oleh perancang. Sedangkan konsentrasi 𝑥𝑥2 pada liquid sering disesuaikan dengan keperluan
dari proses. Oleh karena itu, kita dapat memilih jumlah aliran liquid masuk 𝐿𝐿2 atau 𝐿𝐿′ .
Pada Gambar 4 di bawah, aliran 𝑉𝑉1 dan konsentrasi 𝑦𝑦2 , 𝑥𝑥2 dan 𝑦𝑦1 telah ditentukan.
Ketika operating line mempunyai slope minimum dan mengenai equilibrium line pada titik
𝑃𝑃, maka aliran liquid 𝐿𝐿′ akan minimum saat 𝐿𝐿′ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 . Nilai 𝑥𝑥1 maksimum pada 𝑥𝑥1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 saat
𝐿𝐿′ minimum. Pada titik P, driving force (𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 ∗; 𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 ; 𝑥𝑥 ∗ −𝑥𝑥; 𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥) semuanya nol.
Untuk menyelesaikan 𝐿𝐿′ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 , maka nilai 𝑦𝑦1 dan 𝑥𝑥1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 disubtitusi kedalam persamaan
operating line. Dalam beberapa kasus lain, jika kurava pada equilibrium line berbentuk
konkaf ke bawah, nilai 𝐿𝐿 minimum dapat dicapai dengan menghitung nilai tangensial dari
operational line yang memotong ke equilibrium line.
𝐿𝐿′
Pemilihan rasio yang optimum ini digunakan untuk merancang packed tower karena
𝑉𝑉 ′
meninjau dari kesetimbangan ekonomi. Pada proses absorbsi, diperlukan diameter tower yang
besar untuk sebuah aliran liquid yang besar sehingga sangat tinggi nilai atau biaya (value)
yang diperlukan. Biaya yang digunakan untuk recovering larutan dari liquid melalui proses
distilasi juga menjadi tinggi. Aliran liquid yang kecil menyebabkan tower yang tinggi
sehingga memakan biaya yang mahal. Sesuai pendekatan dari aliran, aliran liquid akan
optimum apabila menggunakan nilai sekitar 1,5 pada rasio dari rata – rata slope dari operating
line ke arah equilibrium line pada proses absorpsi tersebut. Nilai faktor ini dapat berubah,
tergantung pada nilai zat terlarut dan tipe towernya.

2
Gambar 3. Lokasi pada Operating Line: (a) Untuk Proses Absopsi zat A dari Aliran V ke L;
(b) Untuk Proses Stipping zat A dari Aliran L ke V

3. Film dan Koefisien Perpindahan Massa Total pada Packed Tower


Sebenarnya, sangat sulit untuk menghitung secara eksperimen area interfacial atau luas
antar permukaan (𝐴𝐴) 𝑚𝑚2 antara fasa 𝐿𝐿 dan 𝑉𝑉. Begitu juga dalam hal menghitung koefisien
film (𝑘𝑘𝑥𝑥´ , 𝑘𝑘𝑥𝑥𝑥𝑥

) dan koefisien total (𝐾𝐾𝑥𝑥´ , 𝐾𝐾𝑥𝑥𝑥𝑥

). Biasanya perhitungan atau pengukuran secara
eksperiment dalam packed tower diambil dari yield pada koefisien perpindahan massa
volumetrik yang digabung dengan area interfacial dan koefisien perpindahan massa. Dapat
𝑚𝑚2
didefinisikan bahwa 𝑎𝑎 sebagai area interfacial dalam satuan , volume dari
𝑚𝑚3 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
packing yang dinyatakan pada tinggi 𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑚𝑚) seperti pada Gambar 2 di atas adalah 𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 dan
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑 … … … … … … … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 6)

Gambar 4. Rasio Minimum liquid/gas pada Proses Absopsi

3
dimana S dalam satuan 𝑚𝑚2 pada cross sectional area suatu menara. Volumetric film dan
keseluruhan koefisien transfer mass dapat dinyatakan sebagi berikut:
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑘𝑘𝑦𝑦´ 𝑎𝑎 = ; 𝑘𝑘𝑥𝑥´ 𝑎𝑎 = (𝑆𝑆𝑆𝑆)
𝑠𝑠. 𝑚𝑚3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑠𝑠. 𝑚𝑚3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐾𝐾𝑦𝑦´ 𝑎𝑎 = ; 𝐾𝐾 ´
𝑥𝑥 𝑎𝑎 = (𝑆𝑆𝑆𝑆)
𝑠𝑠. 𝑚𝑚3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑠𝑠. 𝑚𝑚3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑐𝑐𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑘𝑘𝑦𝑦´ 𝑎𝑎 = ; 𝑘𝑘𝑥𝑥´ 𝑎𝑎 = (𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸ℎ)
ℎ. 𝑓𝑓𝑓𝑓 3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 ℎ. 𝑓𝑓𝑓𝑓 3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓

4. Metode Perancangan pada Packed Towers


Pada proses absorpsi 𝐴𝐴 dari 𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠, persamaan operating line (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 4).
Untuk diferensial dari tinggi tower 𝑑𝑑𝑑𝑑 yang terlihat pada Gambar 2 di atas, jumlah
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐴𝐴 meninggalkan aliran 𝑉𝑉 seimbang dengan jumlah mol memasuki aliran 𝐿𝐿.
𝑑𝑑(𝑉𝑉𝑉𝑉) = 𝑑𝑑(𝐿𝐿𝐿𝐿) … … … … … … … … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 7)
dimana 𝑉𝑉 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔/𝑠𝑠, 𝐿𝐿 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔/𝑠𝑠 dan 𝑑𝑑(𝑉𝑉𝑉𝑉) = 𝑑𝑑(𝐿𝐿𝐿𝐿) =
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔/𝑠𝑠 pada ketinggian 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑚𝑚.
𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔/𝑠𝑠 dari (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 7) harus seimbang dengan 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔/𝑠𝑠
dari persamaan perpindahan massa untuk 𝑁𝑁𝐴𝐴 . Persamaan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 8) di bawah,
memberikan aliran 𝑁𝑁𝐴𝐴 dengan menggunakan koefisien film pada gas dan liquid.
𝑘𝑘´𝑦𝑦 𝑘𝑘´𝑥𝑥
𝑁𝑁𝐴𝐴 = (𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 ) = (𝑥𝑥 − 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 ) … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.4 − 8)
(1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐴𝐴𝐴𝐴 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐴𝐴𝐴𝐴
dimana (1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 dan (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 dinyatakan pada (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.4 − 6) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.4 − 7),
Geankoplis. Dengan mengalikan ruas kiri pada (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.4 − 8) dengan 𝑑𝑑𝑑𝑑 dan kedua ruas
kanan dengan 𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑 dari (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 6), dapat diperoleh:
𝑘𝑘´ 𝑎𝑎 𝑘𝑘´ 𝑎𝑎
𝑁𝑁𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (1−𝑦𝑦𝑦𝑦 (𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (1−𝑥𝑥𝑥𝑥 (𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 − 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 8)
𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
dimana 𝑁𝑁𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐴𝐴 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏ℎ/𝑠𝑠 pada ketinggian 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑚𝑚 � ℎ𝑟𝑟
�.
Dengan menyamakan persamaan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 7) 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 8) dengan
menggunakan 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 sebagai bulk gas phase dan 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 sebagai bulk liquid phase, maka diperoleh:
𝑘𝑘´𝑦𝑦 𝑎𝑎
𝑑𝑑(𝑉𝑉𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 ) = (𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 9)
(1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑘𝑘´𝑥𝑥 𝑎𝑎
𝑑𝑑(𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴𝐴𝐴 ) = (𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 − 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 10)
(1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑉𝑉 ´
Karena 𝑉𝑉 ´ = 𝑉𝑉(1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 ) atau 𝑉𝑉 = (1−𝑦𝑦 ; maka:
𝐴𝐴𝐴𝐴 )
𝑉𝑉 ´ 𝑦𝑦 𝑉𝑉 ´ 𝑑𝑑𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴
𝑑𝑑(𝑉𝑉𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 ) = 𝑑𝑑 �(1−𝑦𝑦 𝑦𝑦 � = 𝑉𝑉 ´ 𝑑𝑑 �(1−𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 )� = (1−𝑦𝑦
) 𝐴𝐴𝐴𝐴 2…………
(𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 11)
𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴 )
𝑉𝑉 ´
Substitusikan 𝑉𝑉 = (1−𝑦𝑦 ke (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 11) kemudian setarakan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 11) ke
𝐴𝐴𝐴𝐴 )
(𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 9), maka diperoleh:
𝑉𝑉𝑉𝑉𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑘𝑘´𝑦𝑦 𝑎𝑎
= (𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 12)
1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴𝐴𝐴 (1 − 𝑦𝑦𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐴𝐴𝐴𝐴

4
𝐿𝐿´
Lakukan hal yang sama untuk (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 10), dimana 𝐿𝐿 = (1−𝑥𝑥 , sehingga diperoleh:
𝐴𝐴𝐴𝐴 )

𝐿𝐿𝐿𝐿𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑘𝑘´𝑥𝑥 𝑎𝑎
= (𝑥𝑥 − 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 )𝑆𝑆 𝑑𝑑𝑑𝑑 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 13)
1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴𝐴𝐴 (1 − 𝑥𝑥𝐴𝐴 )𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐴𝐴𝐴𝐴
Dengan mengabaikan 𝐴𝐴, 𝐺𝐺, dan 𝐿𝐿 kemudian integrasikan, persamaan terakhir yang diperoleh
dengan menggunakan koefisien film adalah sebagai berikut:
𝑧𝑧 𝑦𝑦1
𝑉𝑉 𝑑𝑑𝑑𝑑
� 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑧𝑧 = � ´
… … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 14)
0 𝑦𝑦2 𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑎𝑎𝑎𝑎
(1 − 𝑦𝑦)(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦1 )
(1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑧𝑧 𝑥𝑥1
𝐿𝐿 𝑑𝑑𝑑𝑑
� 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑧𝑧 = � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 15)
0 𝑥𝑥2 𝑘𝑘´𝑥𝑥 𝑎𝑎𝑎𝑎
1 (1 − 𝑥𝑥)(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥)
(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖
Dengan cara yang sama, persamaan akhir dapat diturunkan menggunakan koefisiensi
keseluruhan, sehingga diperoleh:
𝑦𝑦1
𝑉𝑉 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � ´
… … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 16)
𝑦𝑦2 𝐾𝐾𝑦𝑦 𝑎𝑎𝑎𝑎
(1 − 𝑦𝑦)(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦∗ )
(1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑥𝑥1
𝐿𝐿 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 17)
𝑥𝑥2 𝐾𝐾´𝑥𝑥 𝑎𝑎𝑎𝑎
(1 − 𝑥𝑥)(𝑥𝑥∗ − 𝑥𝑥)
(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖
Pada kasus umum, untuk equilibrium dan operating line biasanya berbentuk kurva,
𝑘𝑘𝑥𝑥´ 𝑎𝑎,
𝑘𝑘𝑦𝑦´ 𝑎𝑎, 𝐾𝐾𝑥𝑥´ 𝑎𝑎, dan 𝐾𝐾𝑦𝑦´ 𝑎𝑎 memiliki berbagai variasi dengan total aliran gas dan liquid.
Kemudian (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 14) hingga (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 17) harus diintegralkan secara grafik.
Metode yang dilakukan untuk konsentrasi campuran akan dibahas pada sesi 10.7
(Geankoplis). Metode untuk dilute gas akan diterangkan pada sesi selanjutnya.

10.6D Penyederhanaan Metode Perancangan pada Proses Absorbsi Campuran Gas


Terlarut di Packed Towers
Dengan memperhatikan persentasi proses absorbsi meliputi proses absorbsi gas terlarut
𝐴𝐴, permasalahan ini akan dipertimbangkan dengan menggunakan penyederhanaan prosedur
perancangan.
Kosentrasi bisa dianggap rendah (cair) dengan tujuan desain teknik ketika fraksi mol 𝑦𝑦
dan 𝑥𝑥 dalam gas dan liquid kurang dari 0.10 atau 10%. Aliran akan bervariasi dari yang kurang
dari 10% dan koefisien transfer massa yang kurang dari 10% ini juga. Sebagai hasilnya, nilai
rata-rata dari aliran 𝑉𝑉 dan 𝐿𝐿 dan koefisien transfer massa pada bagian atas dan bawah tower
(1−𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖 (1−𝑦𝑦).𝑀𝑀 (1−𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖 (1−𝑥𝑥).𝑀𝑀
diambil sebagai batas integral. Demikian juga, bentuk , , ,dan dapat
(1−𝑦𝑦) (1−𝑦𝑦) (1−𝑥𝑥) (1−𝑥𝑥)
diambil sebelah luar dan harga rata-rata dari harga pada batas atas dan bawah untuk tower yang
digunakan (seringkali bentuk ini dibatasi dengan nilai 1.0 dan dapat keluar bersamaan). Maka
(𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 14) hingga (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 17) akan menjadi:
𝑦𝑦1
𝑉𝑉 (1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � ′ × � � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 18)
𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 − 𝑦𝑦) 𝑦𝑦 𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑎𝑎𝑎𝑎 2

5
𝑥𝑥1
𝐿𝐿 (1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � ′ × � � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 19)
𝑘𝑘𝑥𝑥 𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 − 𝑥𝑥) 𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥2 𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥
𝑦𝑦1
𝑉𝑉 (1 − 𝑦𝑦).𝑀𝑀 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � ′ × � � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 20)
𝐾𝐾𝑦𝑦 𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 − 𝑦𝑦) 𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 ∗
𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑦𝑦2
𝑥𝑥1
𝐿𝐿 (1 − 𝑥𝑥).𝑀𝑀 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑧𝑧 = � × � � … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 21)
𝐾𝐾𝑥𝑥′ 𝑎𝑎𝑎𝑎 (1 − 𝑥𝑥) 𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑥𝑥2 𝑥𝑥 ∗ − 𝑥𝑥

Dikarenakan larutan tersebut cair, garis operasi pada dasarnya akan lurus. Asumsi garis
kesetimbangan yang kira-kira jaraknya lebih lurus dari konsentrasi yang digunakan (𝑦𝑦 – 𝑦𝑦𝑖𝑖 )
variasi linear dengan 𝑦𝑦 dan juga dengan 𝑥𝑥.
𝑦𝑦 – 𝑦𝑦𝑖𝑖 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 𝑏𝑏 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 22)
dimana nilai 𝑘𝑘 dan 𝑏𝑏 adalah tetap. Maka, intergral pada (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 18) dapat ditulis sebagai
berikut:
𝑦𝑦1
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦2
� = … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 23)
𝑦𝑦2 𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 (𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀

dimana (𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 adalah log mean driving force.


(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 ) − (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦𝑖𝑖2 )
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 = … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 24)
(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 )
ln � �
(𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦𝑖𝑖2 )
(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦1∗ ) − (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦2∗ )
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 ∗ )𝑀𝑀 = … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 25)
(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦1∗ )
ln � �
(𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦2∗ )
(1−𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖
Apabila bentuk (1−𝑦𝑦)
dianggap bernilai 1.0, maka substitusikan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 23) ke
(𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 18) begitu juga dengan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 19) hingga (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 21), maka
diperoleh:
𝑉𝑉
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦2 ) = 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎𝑎𝑎(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 26)
𝑆𝑆 1
𝐿𝐿
(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥2 ) = 𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎𝑎𝑎(𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥)𝑀𝑀 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 27)
𝑆𝑆 1
𝑉𝑉
(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦2 ) = 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎𝑎𝑎(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 ∗ )𝑀𝑀 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 28)
𝑆𝑆
𝐿𝐿
(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥2 ) = 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎𝑎𝑎(𝑥𝑥 ∗ − 𝑥𝑥)𝑀𝑀 … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 29)
𝑆𝑆 1
dimana pada sisi kiri ialah 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑟𝑟𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏/𝑠𝑠. 𝑚𝑚2 (𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚/ℎ. 𝑓𝑓𝑓𝑓 2 ) dari kesetimbangan
material dan sisi kanannya ialah laju persamaan untuk trasfer massa. Harga 𝑉𝑉 adalah rata-rata
(𝑉𝑉1 + 𝑉𝑉2 )/2 dan L adalah (𝐿𝐿1 + 𝐿𝐿2 )/2.

6
Persamaan (10.6 − 26) sampai (10.6 − 29) dapat digunakan pada jalan yang agak
berbeda. Langkah umum pembahasan dibawah ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah.
1. Garis operasi (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 4) diplotkan sebagaimana dalam Gambar 6 di bawah sebagai
garis yang lurus. Hitunglah 𝑉𝑉1 , 𝑉𝑉2 dan 𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎 = (𝑉𝑉1 + 𝑉𝑉2 )/2, juga dihitung𝐿𝐿1 , 𝐿𝐿2 dan 𝐿𝐿𝑎𝑎𝑎𝑎 =
(𝐿𝐿1 + 𝐿𝐿2 )/2.
2. Harga rata-rata percobaan dari koefisien film 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 dan 𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎 yang didapat atau yang
dihasilkan dari hubungan empiris. Antara komposisi yi1 dan xi1 pada poin y1, x1 dalam
tower dihitung dari garis plot P1M1 dimana slope dihitung dari persamaan (10.6 − 30):
𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎
(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑘𝑘𝑥𝑥 𝑎𝑎
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 = − = − … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 30)
𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑎𝑎
(1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎
(1 − 𝑥𝑥1 )
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ≅ − … … … … … … … . . (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 31)
𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎
(1 − 𝑦𝑦1 )

Jika bentuk (1 – x)iM dan (1 – y)iM digunakan, prosedurnya adalah trial dan error,
sebagaimana contoh 10.4-1. bagaimanapun, ketika penyelesaiannya cair, bentuk (1 – x1)
dan (1 – y1) dapat digunakan dalam persamaan (10.6 − 31) tanpa trial dan error dan
dengan error yang kecil dalam slope. Jika koefisien kya dan kxa kira-kira jarak konsentrasi,
maka dapat digunakan, yaitu bentuk (1 – x)iM dan (1 – y)iM. Untuk garis P2M2 pada tower
terakhir yang lain, harga dari yi2 dan xi2 dihitung dengan menggunakan persamaan (10.6 −
30) atau (10.6 − 31) dan y2 dan x2.
3. Jika koefisien keseluruhan 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 telah digunakan, maka 𝑦𝑦1∗ dan 𝑦𝑦2∗ telah ditentukan seperti
yang terlihat pada Gambar 6 di bawah. Apabila 𝐾𝐾𝑥𝑥′ 𝑎𝑎 yang telah digunakan maka nilai 𝑥𝑥1∗
dan 𝑥𝑥2∗ didapatkan.
4. Hitung log rata-rata driving force (𝑦𝑦 – 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 dari persamaan (10.6 − 24) jika 𝑘𝑘′𝑦𝑦 𝑎𝑎
digunakan. Untuk 𝐾𝐾′𝑦𝑦 𝑎𝑎, (𝑦𝑦 – 𝑦𝑦 ∗ )𝑀𝑀 dihitung dari persamaan (10.6 − 25). Gunakan
koefisien cairan, dihitung driving force yang cocok.
5. Hitung tinggi kolom 𝑧𝑧 𝑚𝑚 dengan mensubtitusi ke bentuk yang cocok dari
persamaan (10.6 − 26) hingga (10.6 − 29).

7
CONTOH SOAL (10.6-2, Geankoplis)
Aceton diabsorbsikan dari air dalam packed tower yang mempunyai daerah cross-sectional
0,186 m2 pada 293 K dan 101,32 kPa (1 atm). Udara yang masuk mengandung 2,6 % mol
aceton dan yang keluar 0,5 %. Aliran gas 13,65 kgmol udara inert/h (30,1 lb mol/h). Aliran air
yang masuk adalah 45,36 kg mol air/h (100 lb mol/h). Koefisien film untuk aliran yang
diberikan dalam tower k’ya = 3,78 x 10-2 kg mol/s.m3.fraksi mol (8,50 lb mol/h.ft3.fraksi mol)
dan k’xa = 6,16 x 10-2 kg mol/s.m3.fraksi mol (13,85 lb mol/h.ft.fraksi mol). Data
kesetimbangan diberikan dalam Appendix A.3.
a. Hitung tinggi tower dengan menggunakan k’ya
b. Ulangi dengan menggunakan k’xa.
c. Hitung k’ya dan tinggi tower.
Diketahui:
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑉𝑉´ = 13.65 ℎ𝑟𝑟
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝐿𝐿´ = 45.36 ℎ𝑟𝑟
• 𝑇𝑇 = 293 𝐾𝐾
• 𝑃𝑃 = 101.32 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎)
• 𝑦𝑦1 = 2.6% = 0.026
• 𝑦𝑦2 = 0.5% = 0.005
• 𝑥𝑥2 = 0
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 = 3.78 × 10−2 𝑠𝑠.𝑚𝑚3.𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎 = 6.16 × 10−2 𝑠𝑠.𝑚𝑚3.𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
Ditanya:
a) Hitung tinggi tower dengan menggunakan 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎.
b) Ulangi dengan menggunakan 𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎.
c) Hitung 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 dan tinggi tower.
Jawab:
Berdasarkan Appendix A.3, untuk aseton-water dengan kondisi di atas, diperoleh:
• 𝑥𝑥𝐴𝐴 = 0.0333 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
30
• 𝑃𝑃𝐴𝐴 = 760 = 0.0395 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
• 𝑦𝑦𝐴𝐴 = 0.0395 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Karena ekuilibrium line adalah 𝑦𝑦𝐴𝐴 = 𝑚𝑚𝑥𝑥𝐴𝐴 atau 0.0395 = 𝑚𝑚(0.0333), maka 𝑦𝑦 = 1.186𝑥𝑥.
Equilibrium line ini telah ditempatkan pada Gambar 7 di bawah.

8
Gambar 5. Operating line dan komposisi interface pada Packed Tower Untuk Proses Absorbsi Gas Terlarut.

Substitusikan data yang telah diketahui ke (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 3) untuk semua material balance
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
menggunakan satuan laju alir ℎ𝑟𝑟
.

0 0.026 𝑥𝑥1 0.005


45.36 � � + 13.65 � � = 45.36 � � + 13.65 � �
1−0 1 − 0.026 1 − 𝑥𝑥1 1 − 0.005
45.36𝑥𝑥1
0 + 0.3644 = � � + 0.0686
1 − 𝑥𝑥1
45.36𝑥𝑥1
� � = 0.2958
1 − 𝑥𝑥1
45.36𝑥𝑥1 = (1 − 𝑥𝑥1 )0.2958

45.36𝑥𝑥1 = (0.2958 − 0.2958𝑥𝑥1 )

45.6558𝑥𝑥1 = 0.2958

𝑥𝑥1 = 0.00648

Titik (𝑥𝑥1 , 𝑦𝑦1 ) dan (𝑥𝑥2 , 𝑦𝑦2 ) diletakkan pada Gambar 7 di bawah, kemudian dibuatlah garis lurus
sebagai operating line. Dengan menggunakan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.6 − 31), nilai rata-rata dari slope pada
titik (𝑥𝑥1 , 𝑦𝑦1 ) adalah sebagai berikut:
𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎 6.16 × 10−2
(1 − 𝑥𝑥1 ) (1 − 0.00648)
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ≅ − ′ =− = −1.60
𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑎𝑎 3.78 × 10−2
(1 − 𝑦𝑦1 ) (1 − 0.026)

Tempatkan garis tersebut melalui titik (𝑥𝑥1 , 𝑦𝑦1 ), garis tersebut akan memotong equilibrium line
pada 𝑦𝑦𝑖𝑖1 = 0.0154 dan 𝑥𝑥𝑖𝑖1 = 0.0130 serta 𝑦𝑦1∗ = 0.0077. Dengan menggunakan persamaan
(10.6 − 31), agar memperoleh nilai slope yang lebih akurat, maka nilai 𝑥𝑥𝑖𝑖1 dan 𝑦𝑦𝑖𝑖1 akan
digunakan pada penyelesaian secara trial dan error. Substitusikan pada persamaan (10.4 − 6):

9
(1 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 ) − (1 − 𝑦𝑦1 )
(1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖 =
(1 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 )
ln � �
(1 − 𝑦𝑦1 )
(1 − 0.0154) − (1 − 0.026)
(1 − 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖 = = 0.929
(1 − 0.0154)
ln � �
(1 − 0.026)

Dengan menggunakan persamaan (10.4 − 7) diperoleh:


(1 − 𝑥𝑥1 ) − (1 − 𝑥𝑥𝑖𝑖1 )
(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖 =
(1 − 𝑥𝑥1 )
ln � �
(1 − 𝑥𝑥𝑖𝑖1 )
(1 − 0.00648) − (1 − 0.0130)
(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖 = = 0.993
(1 − 0.00648)
ln � �
(1 − 0.0130)

Gambar 6. Lokasi dari Komposisi Interface pada Contoh Soal 10.6-2

Substitusikan ke persamaan (10.6 − 30), sehingga diperoleh:


6.16 × 10−2
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 = − 0.993 = −1.61
3.78 × 10−2
0.929
Karena, estimasi nilai slope dan interface cukup akurat. Maka, untuk nilai slope pada titik
(𝑥𝑥2 , 𝑦𝑦2 ) adalah sebgai berikut:
𝑘𝑘𝑥𝑥′ 𝑎𝑎 6.16 × 10−2
(1 − 𝑥𝑥2 ) (1 − 0)
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ≅ − ′ =− = −1.62
𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑎𝑎 3.78 × 10−2
(1 − 𝑦𝑦2 ) (1 − 0.005)

Slope pada tower mengalami sedikit perubahan. Tempatkanlah garis yang terdiri atas titik
𝑥𝑥𝑖𝑖2 = 0.0018, 𝑦𝑦𝑖𝑖2 = 0.0020 dan 𝑦𝑦2∗ = 0.

10
Dengan mensubstitusikan nilai di atas ke persamaan (10.6 − 24), maka diperoleh:
(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 ) − (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦𝑖𝑖2 )
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 =
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖1 )
ln � 1 �
(𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦𝑖𝑖2 )
(0.026 − 0.0154) − (0.005 − 0.0020)
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀 = = 0.00602
(0.026 − 0.0154)
ln � �
(0.005 − 0.0020)
𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Untuk menghitung total molar flow rate dalam 𝑠𝑠
, maka:

𝑉𝑉 ′ 13.65⁄3600 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚


𝑉𝑉1 = = = 3.893 × 10−3
1 − 𝑦𝑦1 1 − 0.026 𝑠𝑠
𝑉𝑉 ′ 13.65⁄3600 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉2 = = = 3.811 × 10−3
1 − 𝑦𝑦2 1 − 0.005 𝑠𝑠
𝑉𝑉1 + 𝑉𝑉2 (3.893 × 10−3 ) + (3.811 × 10−3 ) 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎 = = = 3.852 × 10−3
2 2 𝑠𝑠
45.36 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐿𝐿′ ≅ 𝐿𝐿1 ≅ 𝐿𝐿2 ≅ 𝐿𝐿𝑎𝑎𝑎𝑎 = = 1.260 × 10−2
3600 𝑠𝑠
Untuk jawaban soal (a), substitusikan nilai 𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎 ke persamaan (10.6 − 26) sehingga diperoleh
𝑉𝑉
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦2 ) = 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎𝑎𝑎(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦𝑖𝑖 )𝑀𝑀
𝑆𝑆 1
3.852 × 10−3
(0.0260 − 0.005) = (3.78 × 10−2 )𝑧𝑧(0.00602)
0.186
Maka diperoleh nilai 𝑧𝑧 = 1.9110 𝑚𝑚 atau 6.27 ft.

Untuk jawaban soal (b), gunakan persamaan (10.6 − 24) sehingga diperoleh
(𝑥𝑥𝑖𝑖1 − 𝑥𝑥1 ) − (𝑥𝑥𝑖𝑖2 − 𝑥𝑥2 )
(𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥)𝑀𝑀 =
(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥1 )
ln � 𝑖𝑖1 �
(𝑥𝑥𝑖𝑖2 − 𝑥𝑥2 )
(0.0130 − 0.00648) − (0.0018 − 0)
(𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥)𝑀𝑀 = = 0.00368
(0.0130 − 0.00648)
ln � �
(0.0018 − 0)

Substitusikan (𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥)𝑀𝑀 ke persamaan (10.6 − 27), sehingga diperoleh:

1.260 × 10−2
(0.00648 − 0) = (6.16 × 10−2 )𝑧𝑧(0.00368)
0.186
𝑧𝑧 = 1.9360 𝑚𝑚, nilai ini mendekati dengan nilai 𝑧𝑧 pada jawaban soa (a)

11
Untuk jawaban soal (c), substitusikan (𝐸𝐸𝐸𝐸. 10.4 − 25) untuk titik (𝑥𝑥1 , 𝑦𝑦1 ), diperoleh:
(1 − 𝑦𝑦1∗ ) − (1 − 𝑦𝑦1 ) (1 − 0.0077) − (1 − 0.026)
(1 − 𝑦𝑦).𝑀𝑀 = = = 0.983
(1 − 𝑦𝑦1∗ ) (1 − 0.0077)
ln � � ln � �
(1 − 𝑦𝑦1 ) (1 − 0.026)

Koefisien perpindahan mass secara keseluruhan 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 pada titik (𝑥𝑥1 , 𝑦𝑦1 ) dapat dihitung dengan
mensubstitusikan ke persamaan (10.4 − 24).
1 1 𝑚𝑚′
= + ′
𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎⁄(1 − 𝑦𝑦).𝑀𝑀 𝑘𝑘𝑦𝑦′ 𝑎𝑎⁄(1
− 𝑦𝑦)𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑘𝑘𝑥𝑥 𝑎𝑎⁄(1 − 𝑥𝑥)𝑖𝑖𝑖𝑖
1 1 1.186
= +
𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎⁄0.983 3.78 × 10 ⁄0.979 6.16 × 10−2 ⁄0.993
−2

𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Maka diperoleh 𝐾𝐾𝑦𝑦′ 𝑎𝑎 = 2.1830 × 10−2 𝑠𝑠. 𝑚𝑚3 . 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Substitusikan nilai tersebut ke pesamaan (10.6 − 25)


(𝑦𝑦1 − 𝑦𝑦1∗ ) − (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦2∗ )
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 )𝑀𝑀 =
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦1∗ )
ln � 1 �
(𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦2∗ )
(0.0260 − 0.0077) − (0.0050 − 0)
(𝑦𝑦 − 𝑦𝑦 ∗ )𝑀𝑀 = = 0.01025
(0.0260 − 0.0077)
ln � �
(0.0050 − 0)

Terakhir, substitusikan nilai di atas ke persamaan (10.6 − 28)

3.8520 × 10−3
(0.0260 − 0.0050) = (2.1830 × 10−2 )𝑧𝑧(0.01025)
0.186
Maka nilai 𝑧𝑧 = 1.9440 𝑚𝑚

Nilai 𝑧𝑧 pada soal (c) hampir mendekati nilai 𝑧𝑧 pada soal (a) dan (b).

12
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J. 1997. Transport Processes and Unit Operations. Edisi ke-3.
New Jersey: Prentice Hall.

13

Anda mungkin juga menyukai