Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKU
M MEKANIKA FLUIDA DAN PERPINDAHAN MASSA

DESTILASI PACKING

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 5
NAMA :
1. NUR AFNI 19 644 011
2. ADJI PRASETYO 19 644 027
3. IMAM FATWA KUSUMA 19 644 046
4. AGNESIA PULUNG LINTHIN 19 644 047
5. SYIFA SALSABILA ALFIANI 19 644 050

KELAS : 4A
PROGRAM STUDI : S1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal………………………2021

Mengesahkan dan Menyetujui


Dosen Pembimbing

Firman, S.T., M.Eng


NIP. 19741004 200112 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


 Mahasiswa dapat memisahkan campuran biner dengan
metode detilasi
 Mahasiswa dapat menghitung Neraca Massa pada destilasi
batch
 Mahasiswa dapat menentukan komposisi campuran hasil
destilasi

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Pengertian Destilasi
Destilasi adalah proses pemisahan dua atau lebih zat atau ba-
han kimia dalam suatu campuran dengan memanfaatkan perbedaan
titik didih zat. Penggunaan metode ini didasarkan pada teori bahwa
dalam larutan masing-masing komponennya menguap pada titik did-
ihnya. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya
sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali
disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang ter-
larut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih
cairan murni. Ada beberapa tahapan proses destilasi adalah sebagai
berikut :
1. Evaporasi atau memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan.
2. Pemisahan uap-cairan didalam kolom dan untuk memisahkan
komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah
menguap komponen lain yang kurang volatil.
3. Kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang
lebih volatil.

Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:


1. Destilasi sederhana
2. Destilasi bertingkat (fraksionasi)
3. Destilasi vakum
4. Destilasi uap
5. Destilasi azeotrop

Proses pemisahan dengan distilasi tidak hanya tergantung pa-


da sifat campuran yang akan didistilasi, tetapi juga tergantung pada
karakteristik kolom serta besaran-besaran operasi. Karakteristik ko-
lom mencakup jenis kolom (packed, plate, vigreaux) serta panjang
kolom. Sedangkan besaran-besaran operasi meliputi laju uap naik
atau cairan yang turun (reflux), luas permukaan kontak antara fase
gas dan cairan, serta koefisien perpindahan massa.

1.2.2 Destilasi Packing


Destiasi batch atau destilasi packing adalah teknik pemisahan
kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Packed kolom digunakan sebagai
peralatan kontak sistem uap-liquid dan sistem liquid-liquid. Packed
kolom adalah sebuah kolom yang dilengkapi packing untuk memper-
luas bidang kontak dan membuat turbulensi sehingga kontak lebih
sempurna. Prinsip kerjanya zat yang berbeda fase mengalir berla-
wanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu phase ke phase lain. Zat berfase cair mengalir dari atas dan
gas bawah sehingga terjadi kontak antara keduanya. Prinsip kerja
dari destilasi batch adalah pertama-tama umpan masuk melalui
bawah kolom (Feed). Setelah itu dipanaskan yang mana
menghasilkan gas yang akan naik keatas column. Cairan yang tidak
menguap akan tetap dibawah sampai pemanasan selesai. Gas hasil
pemanasan akan keluar dari column lalu dikondensasikan menjadi
cairan yang diinginkan (Destilat), sedangkan gas yang tidak dapat
terkondensai akan dikembalikan ke column (Bottom). Akan tetapi
has dari destilasi pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil desti-
lasi pertama dapat didestilasi kembali untuk mendapatkan produk
dengan kemurnian yang lebih tinggi dari produk sebelumnya. Pada
operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan
produknya dikeluarkan secara kontinu. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi diantaranya yaitu suhu atau pemanasan, tekanan, ke-
lelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain – lain. Faktor yang paling
berpengaruh dalam proses distilasi batch adalah suhu atau pema-
nasan. Jika pemanasan terlalu besar dikhawatirkan akan ter-
jadi flooding (banjir). Ciri dari flooding itu sendiri adalah terta-
hannya cairan di atas kolom, pada saat terjadi flooding transfer mas-
sa yang dihasilkan tidak maksimal. Ketika terjadi flooding, cairan
tidak dapat mengalir ke bawah lagi, tetapi akan terakumulasi atau
bahkan dapat ikut terbawa ke atas oleh uap, sehingga proses distilasi
harus segera dihenti

1.2.3 Neraca Massa


Penentuan kapasitas peralatan pabrik serta kebutuhan energi
suatu pabrik,diperlukan perhitungan salah satunya neraca massa
yang masuk dan keluar dari suatu peralatan. Neraca massa ini sangat
diperlukan dalam penentuan spesifikasi setiap peralatan proses.
Neraca massa merupakan penerapan dari pada prinsip kekekalan
massa pada satuan proses. Hukum kekekalan massa menyatakan
bahwa “massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan
tetapi dapat dirubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain”. Peru-
bahan dapat terjadi bila terjadi perubahan energi, tetapi dalam reaksi
kimia perubahan massa kecil sekali sehingga prinsip kekekalan mas-
sa dapat diberlakukan.

 Neraca Massa Total


Neraca massa total atau neraca massa over all yaitu dimana
semua komponen input dan output dihitung dengan memandang
proses awal sampai akhir merupakan suatu unit.
Neraca massa total dapat dirumuskan:

F=D+B

Dimana: F : Feed
D : Desilat
B : Bottom

 Neraca Massa Komponen


Semua komponen input dan output diperhitungkan pada setiap
peralatan industri kimia yang digunakan.

Neraca massa komponen dapat dirumuskan:

F.XF = D.XD + B.XB

Dimana : Xf : Fraksi mol pada aliran Feed


Xd : Fraksi mol pada aliran Destilat
Xb : Fraksi mol pada aliran Bottom
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
 Termometer
 Satu Set Alat Destilat
 Piknometer
 Labu Ukur
 Gelas Ukur
 Erlenmeyer
 Neraca Anilitik/Neraca Digital
 Botol Semprot
 Pipet Ukur
 Gelas Kimia
 Heat Mantel
 Batu didih
 Buret
 Klam dan statif
 Waterbath

2.1.2 Bahan yang digunakan :


 Etanol 96%
 Aquades

2.2 Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan campuran etanol dan air dengan konsentrasi
35% sebanyak 250 mL;
2. Menjalankan air pendingin pada kondensor;
3. Melakukan proses destilasi pada titik didih etanol;
4. Ketika sedang menunggu proses destilasi, membuat larutan
etanol 20%, 40%, 60%, dan 80%, serta menentukan densit-
asnya;
5. Membuat grafik antara konsentrasi % berat etanol (sumbu
tegak) dengan densitas (sumbu datar);
6. Mengambil sampel hasil destilat setiap saat, lalu mengukur
volume dan densitasnya;
7. Setelah proses destilasi selesai, mengambil bottom lalu
mengukur volume dan densitasnya;
8. Menentukan komposisi hasil destilasi dan bottom dengan
memplotkan pada grafik larutan standar.
2.3 Diagram Alir Percobaan
Menyiapkan alat dan bahan
5%

Membuat campuran eta- Membuat larutan etanol


nol dan air konsentrasi standar 20 %, 40%,
35% dalam 250 ml 60%, 80%

Merakit alat destilat Penentuan densitas


masing-masing etanol

Menyalakan waterbath
dan menjalankan air Pembuatan kurva
pendingin pada kondensor kalibrasi dan kurva
kesetimbangan

Melakukan proses desti-


lasi pada titik didih etanol Menganalisa hasil
dan mencatata hasil perhitungan
pengamatan setiap 5
menit
selesai
Mengambil hasil destilasi
lalu mengukur volum dan
densitasnya

Mengukur volum dan


densitas bottom Plot data komposisi
destilat dan bottom

Menentukan komposisi
hasil destilasi dan bottom
2.4 Gambar Peralatan

6
5 7 9

8 10
11

12
3 13
14
2
1

Gambar 1. Rangkaian Alat Destilasi

Keterangan :
1. Heat Mantel
2. Campuran Biner (Etanol-Air)
3. Labu Destilasi
4. Packing Dang Packed Coloum
5. Sambungan
6. Aliran Keluar Air Pendingin
7. Kondensor
8. Aliran Masuk Air Pendingin
9. Adaptor
10. Klem Dan Statif
11. Erlenmeyer
12. Thermocouple
13. Thermometer
14. Waterbath
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengamatan


3.1.1 Table 1. Suhu Destilasi
Data Pengamatan
0
t T ( C)
Keterangan
( menit) T1 T2 T3
0 31.2 30.6 27.6 Tidak terjadi apa-apa
5 42.4 40.2 28,2
10 55.6 65 28,6 Mulai terlihat gelembung
(mendidih)
15 75 84 28.4 Pada menit ke 13 campuran
mendidih
20 80 85 65.3 Pada menit ke 17 mulai
menguap dan menit ke 18
mulai menetes
25 75.3 86 65.3 Destilat menetes secara
konstan
30 75.8 86 65.5 Destilat pertama ditimbang
dengan berat jenis
35 74.4 87 73.4
40 72.6 88 56.2 Destilat tertampung di
erlenmeyer
45 67 87.5 44.8 Tidak ada tetesan
50 69.4 88 64,6 Destilat menetes kembali
55 74,5 89 64,5
60 70.1 90 65.1
65 73,3 92 64,6 Destilat kedua ditimbang
70 75,1 94 65,1
75 80,8 94 65,5
80 66.6 96 64,9 Destilat menetes secara
perlahan
85 74,6 96,5 50,1
90 73,9 97 42,2 Tetesan sudah berhenti

3.1.2 Table 2. Volume Dan Berat Jenis Sandar


Massa
Massa
piknome- Massa Volume Berat
% piknome-
No. ter etanol piknom jenis
etanol ter terisi
kosong (gram) eter (gr/mL)
(gram)
(gram)
1 20 22,9846 10,0938 1,00938
2 40 22,6752 9,7844 0,97844
3 60 22,2693 9,3785 0,93785
4 80 12,8908 21,6523 8,7615 10 0,87615
5 Feed 22,7638 9,873 0,9873
6 Destilat 21,0669 8,1761 0,8176
7 Bottom 22,8122 9,9214 0,99214

3.1.3 Table 3. Berat Jenis Destilat


Massa piknometer Massa etanol Berat jenis
No
(gram) (gram) (gr/mL)
1 21,0733 8,1825 0,81825
2 21,0693 8,1785 0,81785
3 21,0582 8,1674 0,81674

3.1.4 Table 4. Berat Jenis Dan Volume Feed, Destilat, Dan


Bottom
No Keterangan Volume Massa Massa Berat
(ml) piknometer etanol jenis
terisi (gr) (gr) (gr/ml)
1 Feed 250 22,7638 9,873 0,9873
2 Destilat 46 21,0669 8,1761 0,8176
3 Bottom 177 22,8122 9,9214 0,99214
3.1.5 Tabel 5 . Neraca Massa
Konsentrasi Massa
No Komponen Massa (g)
(%) total (g)
Etanol 35 86,389
1.
Feed Air 65 160,436 246,825
Etanol 93,06 35
2.
Destilat Air 6,94 2,61 37,61
Etanol 32,01 58,02
3.
Bottom Air 67,99 123,23 181,25

3.2 Kurva kalibrasi

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini menggunakan destilasi packing dengan
sistem operasi batch. Dimana proses destilasi pada praktikum ini
dapat dipengaruhi oleh perbedaan titik didih dari tiap-tiap komponen
dalam larutan biner (Etanol-Air). Pratikum ini bertujuan untuk mem-
isahkan campuran biner dengan metode destilasi, dapat menghitung
nerasa massa pada destilasi batch dan dapat menentukan komposisi
campuran hasil destilasi.
3.2.1 Pengaruh temperatur terhadap proses destilasi
Penggunaan metode pada pemisahan etanol dari campuran
biner (etanol-air) didasarkan pada teori bahwa dalam larutan masing-
masing komponennya menguap pada titik didihnya. Dimana titik
didih air adalah 100 oC dan titik didih etanol adalah 78,37 oC
sehingga diusahakan suhu destilasi tidak mencapai atau melebihi
titik didik air agar air tidak ikut menguap. Proses pendidihan mulai
terlihat pada suhu 65 oC kemudian mulai menguap pada menit ke 17
dan mulai menetes pada menit ke 18 dengan suhu 85 oC. Kemudian
tetesan terakhir berhenti pada suhu 97 oC pada waktu 90 menit.

Dari gambar 2. Grafik waktu vs temperatur, dapat dilihat


bahwa waktu juga berpengaruh terhadap perubahan T1,T2 dan T3.
Dimana T2 semakin bertambahnya waktu perbedaan temperaturnya
tidak terlalu jauh. Pada T1 dan T3 seiring bertambahnya waktu
perbedaan temperaturnya menjadi tidak stabil hal ini terjadi karena
pada proses destilasi dibutuhkan pemanas dimana pemanas tersebut
dapat diubah-ubah temperaturnya sehingga mampu mempertahankan
suhu agar tetap berada diatas 78 oC dan tidak melebihi 100 oC. untuk
mendapatkan etanol pada destilat dengan konsentrasi yang tinggi,
saat suhu di labu didih sudah mencapai titik didih etanol, etanol akan
menguap dan melewati tumpukan rasching rings lalu menuju kon-
densor dan terkondensasi menjadi liquid (fase berubah dari gas ke
cair) lalu ditampung di Erlenmeyer sebagai destilat. Pada pratikum
ini menggunakan larutan etanol 35% sebanyak 250 mL dan
mendapatkan hasil destilat dengan volume sebesar 46 mL dan vol-
ume bottom sebesar 177 mL. Total volume destilat dan bottom yang
didapat sebesar 223 mL.
Gambar 2. Grafik waktu vs Temperatur
3.2.2 Kurva kesetimbangan

Gambar 3. Grafik kurva kesetimbangan

Perbandingan data aktual dengan grafik kurva kesetimbangan


terdapat pada titik didih feed pada data 85 °C sedangkan pada kurva
kesetimbangan didapat pada suhu 83,8°C. Kemudian untuk suhu
titik didih destilat dan titik embun yaitu 78,2°C. dari data dilihat
temperatur hasil percobaan lebih tinggi dari temperatur grafik kurva
kesetimbangan, hal ini disebabkan karena kadar bahan etanol yang
digunakan pada percobaan adalah etanol 35% sedangkan pada
literatur (kurva kesetimbangan) menggunakan etanol absolut,
dimana kadar etanol mempengaruhi titik didih atau adanya kesalahan
dalam pembuatan larutan.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan biner (etanol-air) dari
destilat dan bottom yang dihasilkan oleh proses destilasi maka perlu
membuat kurva kalibrasi terlebih dahulu. Pada pratikum ini,kurva
kalibrasi larutan standar antara %mol dengan densitas yang diregresi
dan didapatkan persamaan linear y = -392.16x + 404.64. Konsentrasi
larutan standar yang digunakan, yaitu 20%; 40%; 60%; dan 80%;
Dari larutan standar itu didapat nilai berat jenis berturut-turut yaitu
1,00938 g/mL; 0,97844 g/mL; 0,93785 g/mL; dan 0,87615 g/mL.
Berat jenis etanol pada destilat 0,8176 g/mL dan pada bottom
0,99214 g/mL.

3.2.3 Neraca massa


Perhitungan neraca massa dilakukan dengan membuat kurva
kalibrasi terlebih dahulu agar dapat mengetahui konsentrasi larutan
biner(etanol-air) dari destilat dan bottom yang dihasilkan dari proses
destilasi.

Komposisi campuran pada destilat yaitu 93,06% etanol dan


6,94% air. Komposisi campuran pada bottom yaitu 32,01% etanol
dan 67,99% air. Sedangkan komposisi pada feed yaitu 35% etanol
dan 65% air. Komposisi etanol lebih besar pada hasil destilat dikare-
nakan proses destilasi memisahkan etanol dari air berdasarkan
perbedaan titik didih. Sehingga komposisi air pada destilat lebih
sedikit, sedangkan pada bottom komposisi etanol yang lebih kecil
dari feed karena etanol hanya sebagai sisa residu (etanol yang tidak
menguap) sehingga komposisi air pada bottom lebih banyak.

Berdasarkan perhitungan neraca massa, massa total teoritis


yang masuk sebanyak 246,825 gram. Massa total komponen di
destilat sebesar 37,61 gram dan massa total komponen pada bottom
sebesar 181,25 gram. Dari hasil perhitungan neraca massa total dapat
dilihat bahwa jumlah massa yang masuk tidak sama dengan jumlah
massa yang keluar (tidak balance). Hal ini terjadi karena pada saat
penampungan destilat kemungkinan terjadi kebocoran pada bagian
tutup erlenmeyer yang menyebabkan sebagian destilat menguap.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pemisahan campuran biner etanol-air dilakukan dengan
proses destilasi packing dan volume yang didapat pada
destilat sebesar 46 mL dan pada bottom sebesar 177 mL.
2. Massa total komponen yang berada pada aliran feed sebe-
sar 246,825 g, aliran pada destilat 37,61 g dan aliran pada
bottom sebesar 181,25 g.
3. Berdasarkan perhitungan neraca massa komponen massa
etanol dan air yang didapat pada masing-masing aliran ada-
lah:
a) Feed
 Etanol= 82,439 g
 Air=153,101 g
b) Destilat
 Etanol=35,851 g
 Air=0,389
c) Bottom
 Etanol=19,101 g
 Air=158,249 g

4.2 Saran
1. Agar tidak terjadi kebocoran pada penampungan destilat
yang menggunakan erlenmeyer makan dapat menggunakan
corong pisah sehinggan input dan output balance.
LAMPIRAN

I. Perhitungan
A. % Rendemen

% Rendemen =
=
= 18,4 %
B. Pembuatan Larutan

1. Konsentrasi 35%

4. Konsentrasi 60%

2. Konsentrasi 20%

5. Konsentrasi 80%

3. Konsentrasi 40%
C. Perhitungan Berat Jenis
Data yang diketahui :
 Berat pikno kosong = 12,8908 gram
 Berat pikno + standar 20% = 22,9846 gram
 Berat pikno + standar 40% = 22,6752 gram
 Berat pikno + standar 60% = 22,2693 gram
 Berat pikno + standar 80% = 21,6523 gram
 Berat pikno + destilat 1 = 21,0733 gram
 Berat pikno + destilat 2 = 21,0693 gram
 Berat pikno + destilat 3 = 21,0582 gram
 Berat pikno + destilat total = 21,0669 gram
 Berat pikno + bottom = 22,8122 gram
 Berat pikno + feed = 22,7638 gram
 Volume pikno =10

( ) ( )

( )
=

( )
=

( )
=

( )
=

( )
=
( )
=

( )
=

( )
= 0,8176

( )
= 0,99214 gram / mL

( )
= 0,9873 gram / m

D. Perhitungan Persen Mol (%mol)


 Persen mol standar 20%
Massa etanol =10,0938 gram
Massa air =
BM etanol = 46 gram/mol
BM air = 18 gram/mol

 Persen mol standar 40%


Massa etanol = 9,7844 gram
Massa air =
 Persen mol standar 60%
Massa etanol = 9,3785 gram
Massa air =

 Persen mol standar 80%


Massa etanol = 8,7615 gram
Massa air =
E. Perhitungan Persen Mol (%mol)
 Persen mol standar 20%
Massa etanol =10,0938 gram
Massa air =
BM etanol = 46 gram/mol
BM air = 18 gram/mol

 Persen mol standar 40%


Massa etanol = 9,7844 gram
Massa air =

 Persen mol standar 60%


Massa etanol = 9,3785 gram
Massa air =

 Persen mol standar 80%


Massa etanol = 8,7615 gram
Massa air =

F. Perhitungan Neraca Massa


D = 46 ml = 37,61 gr
Etanol = 93,06%
Air = 6,94%

F = 250 mL = 246,825 gr
Etanol = 35%
Air = 65%

B = 177 ml = 181,25 gr
Etanol = 32,01 %
Air = 67,99 %

 Perhitungan Massa
 Konsentrasi etanol dan air pada destilat
Persamaan regresi yang didapat : y = -392.16x + 404.64
R² = 0.9999
x = berat jenis destilat = gram/mL

Konsentrasi % mol destilat

= -392.16 ( ) + 404.64 = 84,01 %mol

n etanol =

n air =

Massa air =

% Massa etanol di destilat

% Massa air di destilat = 100% - 93,06 % = 6,94 %

 Konsentrasi etanol dan air pada bottom


Persamaan regresi yang didapat : y = -392.16x + 404.64
R² = 0.9999
x = berat jenis bottom = gram/mL

Konsentrasi %mol bottom


= -392,16 (0,99214) + 404.64 = 15,56 %
n etanol =

n air =

Massa air =

% massa etanol pada bottom

% massa air pada bottom = 100% - 32,01% = 67,99%

 Neraca Massa Total


F=D+B
246,825 gram = (37,61 + 181,25) gram
246,825 gram = 218,86 gram ( Tidak Balance)

 Neraca Massa Komponen Etanol


( ) ( )
( )
( )

 Neraca Massa Komponen Air


( ) ( )
( )
( )

Anda mungkin juga menyukai