Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

UOB 2
MODUL WETTED WALL COLUMN

KELOMPOK 7
Maghfira Risang Khairiza 1506675705
Naufal Hafidzh 1506726441
Raiska Bani Pramadhanya 1506675674
Sanggadhatu 1406569913

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BIOPROSES
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I ........................................................................................................................................ 1
1.1 Tujuan Percobaan ......................................................................................................... 1
1.2 Skema Alat..................................................................................................................... 1
1.3 Prosedur Percobaan...................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
2.1 Difusi .............................................................................................................................. 3
2.2 Hukum Fick ................................................................................................................... 3
2.3 Perpindahan Massa pada WWC ................................................................................. 4
2.4 Konstanta pada WWC ................................................................................................. 4
BAB III..................................................................................................................................... 6
3.1 Data Hasil Percobaan ................................................................................................... 6
BAB IV ..................................................................................................................................... 7
4.1 Algoritma Pengolahan Data ................................................................................... 7
a. Laju Alir Udara vs Suhu ............................................................................................ 7
b. Laju Alir Udara vs Difusivitas ................................................................................... 9
c. Laju Alir Udara vs Koefisien Perpindahan Massa ................................................ 12
d. Menghitung bilangan Sh, Re, dan Sc untuk aliran Udara .................................... 17
BAB V .................................................................................................................................... 20
5.1. Analisis Percobaan ..................................................................................................... 20
5.2. Analisis Hasil .............................................................................................................. 20
5.3. Analisis Kesalahan ..................................................................................................... 22
BAB VI ................................................................................................................................... 23
6.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 23
REFERENSI.......................................................................................................................... 24

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan Wetted Wall Column adalah:
• Menentukan besarnya koefisien perpindahan massa rata-rata dari
lapisan tipis air ke dalam aliran udara, serta mengamati perpindahan
massa air-udara pada suatu dinding kolom nyang terbasahi.
• Mengamati dan memahami hubungan antara kelembaban udara relative
(HR) dan absolut (H) terhadap laju alir fluida di kolom dinding terbasahi
(Wetted Wall Column).
• Mengamati dan memahami laju alir fluida terhadap koefisien
perpindahan massa (kG) dari lapisn tipis air ke dalam aliran udara.
• Memahami hubungan antara bilangan Sherwood terhadap koefisien
perpindahan massa (kG) air ke udara dalam Wetted Wall Column.

1.2 Skema Alat

Gambar 1.1 Skema alat Wetted Wall Column (probe tidak termasuk)

1
Bagian utama dari alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari
kolom/column, input air dan gas, output air dan gas, serta probe. Probe terdiri dari
suhu udara masuk kering (Tin dry), suhu udara masuk basah (Tin wet), dan suhu udara
keluar (Tout). Input air dan udara dapat divariasikan dengan mengubah bukaan pada
valve. Air yang keluar ditampung ke dalam suatu tanki dan digunakan untuk
mengukur laju alir air, yang kemudian akan digunakan untuk mencari bilangan
Reynolds.

1.3 Prosedur Percobaan


1. Menghidupkan kompresor untuk mengisi persediaan udara pasokan.
2. Mengalirkan udara ke dalam kolom lalu mengatur kecepatan aliran yang sesuai
dengan menggunakan katup jarum. Mencatat temperatur, tekanan udara dalam
kolom.
3. Mengalirkan air ke dalam kolom sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Mengukur bilangan Reynolds dan jenis aliran (laminer, transisi, atau turbulen).
4. Membiarkan keadaan hingga kondisi tunak tercapai. Mencatat temperatur
udara masuk, udara keluar, air masuk, air keluar, dan kelembaban relatif udara
keluar.
5. Memberikan variasi pada laju alir udara. Kembali mencatat temperatur udara
masuk, udara keluar, air masuk, air keluar, dan kelembaban relatif udara
keluar.
6. Mengulangi percobaan dengan mengubah laju alir sebanyak dua kali yaitu
untuk aliran transisi dan turbulen, masing-masing dengan perubahan laju alir
udara.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Difusi
Difusi merupakan fenomena perpindahan massa dari konsentrasi komponen
tinggi ke konsentrasi komponen rendah. Perbedaan konsentrasi ini disebut gradien
konsentrasi, dan merupakan salah satu driving force dari fenomena perpindahan
massa. Proses difusi akan berlangsung sesuai dengan gradien konsentrasi dan
difusivitas suatu komponen, dan akan berhenti ketika keadaan setimbang.

Proses difusi dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu:


1. Molecular diffusion: fenomena terjadi pada fluida yang tidak mengalir;
2. Mass transfer diffusion: fenomena melibatkan perpindahan massa yang
menjadi driving force lain untuk proses ini.

2.2 Hukum Fick


WWC menggunakan perpindahan massa air dan udara sebagai driving force
untuk melangsungkan proses difusi. Perpindahan massa ini dihitung dalam hukum
Fick: Jika suatu molekul A bergerak dalam larutan B, maka laju
perpindahan massa dari A dalam arah z per satuan luas:

(1)

(Tanda negatif menunjukkan difusi terjadi pada arah dimana konsentrasinya


turun). DAB adalah difusifitas zat A melalui zat B.
Hukum Fick pertama didasarkan adanya pemahaman mengenai gradien
konsentrasi antara dua titik akibat terjadinya difusi molekular (molecular diffusion),
yang dapat didefinisikan sebagai proses perpindahan atau gerakan molekul-molekul
secara individual yang terjadi secara acak.

3
Hukum Fick 2: Jika komponen A dan komponen B bergerak, perpindahan
massa harus didefinisikan terhadap suatu posisi tertentu. Mekanisme perpindahan
massa konveksi diperhitungkan karena fluida mengalami pergerakan sehingga
mempengaruhi proses difusi.
Untuk gas ideal

↓ (2)

2.3 Perpindahan Massa pada WWC


Proses difusi berlangsung pada daerah interface antara aliran udara dan aliran
air. Aliran air yang menyusuri dinding kolom diusahakan membentuk lapisan tipis
atau film dan dikontakkan dengan aliran udara yang mengalir.
Neraca Massa: Laju perpindahan massa pada lokasi tertentu dapat dihitung
dengan mengintegrasikan dan mengatur ulang persamaan 6 dengan menganggap
NA = 0 karena diasumsikan tidak ada perpindahan massa dari udara ke air.

(3)

Perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti jenis fluida,


kecepatan fluida, dan waktu kontak.

2.4 Konstanta pada WWC


1. Bilangan Sherwood: Menyatakan gradien konsentrasi pada permukaan yang
dapat digunakan untuk menghitung konveksi.

(4)

4
2. Bilangan Schmidt: Membandingkan viskositas dan difusivitas massa

(5)

3. Bilangan Reynolds: Menentukan karakteristik aliran

(6)

5
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Data Hasil Percobaan


• Diameter kolom = 5 cm = 0.05 m
• Panjang kolom = 1,42 m
• Luas Area = 0.001964 m2
• Massa jenis air = 1000 kg/m3
• Viskositas air = 0.00089 Pas

Tabel 3.1 Data Pengamatan Percobaan


Tout
Jenis Aliran Delta H Tin-dry Q Air Humidity
Dry Wet

5 27.8 27.8 27.3 0.0100 70%

10 27.7 28 26.6 0.0095 68%


Laminar
15 27.8 28 26.5 0.0100 68%

20 27.1 28 26.5 0.0089 68%

5 28.4 28.5 28.5 0.0300 68%

10 28.3 28.3 28.4 0.0355 68%


Transisi
15 27.1 28.3 28.3 0.0215 68%

20 26.2 28.4 28.3 0.0310 67%

5 28.3 28.6 28.7 0.1420 68%

10 27.6 28.3 28.4 0.1160 68%


Turbulen
15 27.5 28.1 28.2 0.1320 68%

20 26.9 28.2 28.1 0.1150 68%

6
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Algoritma Pengolahan Data


Tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Laju Alir Udara vs Suhu


2. Laju Alir Udara vs Difusivitas
3. Laju alir udara vs Koefisien Perpindahan massa
4. Bilangan Reynold vs Schmidt

a. Laju Alir Udara vs Suhu


Untuk menentukan Q, dapat menggunakan kurva kalibrasi orifice meter (wwc)
dengan beda tinggi manometer ∆H (mm) sebagai sumbu x dan flowrate Q (L/s)
sebagai sumbu y.

T in dry : Suhu udara kering sebelum bereaksi dengan air

T out dry : Suhu udara kering setelah berinteraksi dengan air

T wet : Suhu yang dianggap mewakili keadaaan dengan kelembaban relatif


100%.

7
30
29
28
27
Temperature (C) 26
Tin dry
25
Tout dry
24
Tout wet
23
22
21
20
0 0,5 1 1,5 2
Qudara (L/s)
Grafik 4.1 Perbandingan laju alir udara dengan temperature pada aliran laminar

29
28
27
Temperature (C)

26
25
Tin Dry
24
Tout dry
23
Tout wet
22
21
20
0 0,5 1 1,5 2
Qudara (L/s)

Grafik 4.2 Perbandingan laju alir udara dengan temperature pada aliran transisi

8
30
29
28
27
Temperatur (C) 26
25 Tin dry
24 Tout dry
23 Tout wet
22
21
20
0 0,5 1 1,5 2
Qudara (L/s)

Grafik 4.3 Perbandingan laju alir udara dengan temperature pada aliran turbulen

b. Laju Alir Udara vs Difusivitas

PCA .PCB 0.5


2.334
 Tint   1 1 
0.5
4
 3.64 x10   .TCA .TCB  
2.5
D AB . 
 TCA.TCB  Pt M A M B 

dengan:

TCA = temperatur kritis air = 647.35 K

TCB = temperatur kritis udara = 132.45 K

PCA = tekanan kritis air = 218.29 atm

PCB = tekanan kritis udara = 37.2465 atm

Pt = tekanan total (atm)

9
• Mencari Tbulk dan Tint, persamaan yang digunakan:

• Menghitung kelembaban absolut aliran udara masuk (HA0), kelembaban


absolut aliran udara keluar (HAL) dan kelembaban absolut aliran udara pada
suhu interface (Hint).

Tabel 4.1 Pengolahan Data Suhu Percobaan

Tin- Tout
Tbulk
dry Dry Wet Tint
27.8 27.8 27.3 27.8 27.54924
27.7 28 26.6 27.85 27.22022
Laminar
27.8 28 26.5 27.9 27.19399
27.1 28 26.5 27.55 27.0216
28.4 28.5 28.5 28.45 28.47499
28.3 28.3 28.4 28.3 28.34997
Transien
27.1 28.3 28.3 27.7 27.99893
26.2 28.4 28.3 27.3 27.797
28.3 28.6 28.7 28.45 28.57482
27.6 28.3 28.4 27.95 28.1744
Turbulen
27.5 28.1 28.2 27.8 27.99952
26.9 28.2 28.1 27.55 27.82409

10
Tabel 4.2 Pengolahan Data Difusivitas Percobaan

Q
Delta H DAB
udara
5 22530642422 1
10 22473115214 1.3
Laminar
15 22468534060 1.65
20 22438429701 1.8
5 22692951808 1
10 22670993083 1.3
Transien
15 22609401427 1.65
20 22574016060 1.8
5 22710493682 1
10 22640176771 1.3
Turbulen
15 22609505787 1.65
20 22578761772 1.8

Dari pengolahan data di atas, maka didapat grafik perbandingan antara laju alir
udara dengan difusivitas antara air dan udara seperti:

11
2,275E+10

2,27E+10

2,265E+10
DAB(cm/s)
2,26E+10
Laminar
2,255E+10
Transien
2,25E+10 Turbulen

2,245E+10

2,24E+10
0 0,5 1 1,5 2
Q (l/s)

Grafik 4.4 Grafik Perbandingan laju alir udara dengan difusivitas

c. Laju Alir Udara vs Koefisien Perpindahan Massa


• Menghitung fraksi mol uap air (yA0, yAL, yAi)

Persamaan yang digunakan:

H
MA
y
H  1
MA MB

dengan :

y : fraksi mol uap air

H : kelembaban absolut A (untuk yA0 digunakan HA0, yAL


digunakan HAL, dan yAi digunakan HAi)

MA : massa molekul relatif air (18 g/mol)

MB : massa molekul relatif udara (29 g/mol)

12
• Menghitung tekanan parsial (PA0, PAL, PAi)
Persamaan yang digunakan:

H .M B .Pt
P
M A  H .M B
P : tekanan parsial
H : kelembaban absolut A
MB : massa molekul relatif udara (29 g/mol)
MA : massa molekul relatif air (18 g/mol)
Pt : tekanan total (atm)

• Menghitung densitas udara,udara


Persamaan yang digunakan:
P.M B
 
R.T

dengan :
Suhu yang digunakan pada perhitungan densitas adalah Tin dry.
Tekanan yang digunakan pada perhitungan densitas adalah tekanan total,
Pt. Disini diasumsikan Pt dapat digunakan karena perubahan tekanan yang
terjadi adalah kecil.

• Menghitung laju alir udara, v


Persamaan yang digunakan:

Q
v
A
dengan :
v : laju alir udara (cm/detik)

13
Q : debit (laju alir volumetrik) (cm3/detik)
A : luas penampang (cm2)

• Menghitung laju alir massa udara (G) dalam satuan gmol/detik


Persamaan yang digunakan :

 .Q
G
MB
dengan :
G : laju alir massa (gmol/detik)
ρ : densitas (g/cm3)
Q : laju alir volumetrik (cm3/detik)
MB: massa molekul relatif udara (29 g/mol)

• Menghitung koefisien perpindahan massa (kG)


Persamaan yang digunakan:

G  y  y A0  1  y AL 
kG  ln i  
(1  y i ).Pt . As  y i  y AL  1  y A0 

14
Tabel 4.3 Pengolahan data algoritma
Delta Humidity IN OUT INT y P
H Tin Hao Tout HAL Tint Hint yAo yAL yint Pt Pao PAL pai
dry dry
5 70% 27.8 0.01649 27.8 0.01648 27.54924 0.01624 0.02588 0.025864 0.025497 1.037055 0.026839 0.026253 0.000679
10 68% 27.7 0.01591 28 0.0162 27.22022 0.01544 0.024992 0.025436 0.024272 1.07411 0.026844 0.026262 0.000668
15 68% 27.8 0.01601 28 0.0162 27.19399 0.01544 0.025145 0.025436 0.024272 1.111165 0.027941 0.027335 0.000695
20 68% 27.1 0.01535 28 0.0162 27.0216 0.01527 0.024134 0.025436 0.024011 1.14822 0.027711 0.02711 0.00069
5 68% 28.4 0.01659 28.5 0.01669 28.47499 0.0166 0.026033 0.026185 0.026048 1.037055 0.026997 0.026422 0.000692
10 68% 28.3 0.01649 28.4 0.01653 28.34997 0.01659 0.02588 0.025941 0.026033 1.07411 0.027798 0.027203 0.000706
15 68% 27.1 0.01535 28.3 0.01649 27.99893 0.01619 0.024134 0.02588 0.025421 1.111165 0.026817 0.026241 0.000679
20 67% 26.2 0.01432 28.4 0.01634 27.797 0.01576 0.022551 0.02565 0.024762 1.14822 0.025893 0.02534 0.00065
5 68% 28.3 0.01649 28.6 0.01679 28.57482 0.0167 0.02588 0.026338 0.026201 1.037055 0.026839 0.026269 0.000692
10 68% 27.6 0.01582 28.3 0.01649 28.1744 0.01639 0.024854 0.02588 0.025727 1.07411 0.026696 0.026123 0.000676
15 68% 27.5 0.01572 28.1 0.0163 27.99952 0.0162 0.024701 0.025589 0.025436 1.111165 0.027447 0.026854 0.000687
20 68% 26.9 0.01516 28.2 0.01639 27.82409 0.0162 0.023842 0.025727 0.025436 1.14822 0.027376 0.026786 0.000689

15
Dari pengolahan data di atas dapat menghitung koefisien perpindahan massa,

Tabel 4.4 Pengolahan data koefisien perpindahan massa

rho udara Q udara V udara G kg


1.218685 1 0.004153 0.035761 6E-07
1.262649 1.3 0.005399 0.04815 9.17E-06
1.305775 1.65 0.006853 0.063221 6.97E-06
1.352465 1.8 0.007476 0.071269 6.48E-05
1.21626 1 0.004153 0.035761 3.23E-05
1.260136 1.3 0.005399 0.04815 9.76E-06
1.308819 1.65 0.006853 0.063221 2.5E-05
1.356531 1.8 0.007476 0.071269 2.4E-05
1.216664 1 0.004153 0.035761 1.25E-05
1.263069 1.3 0.005399 0.04815 3.33E-05
1.307078 1.65 0.006853 0.063221 3.8E-05
1.353367 1.8 0.007476 0.071269 4.5E-05

Sehingga, dari hasil yang diperoleh, akan didapat grafik hubungan antara laju
alir udara dengan koefisien perpindahan massa, seperti di bawah ini:

16
0,0001

0,00008

0,00006
KG

laminar
0,00004 transisi
turbulen
0,00002

0
0 0,5 1 1,5 2
Q

Grafik 4.5 Grafik hubungan laju alir udara dengan koefisien perpindahan massa

d. Menghitung bilangan Sh, Re, dan Sc untuk aliran Udara


Bilangan Sh, Re, dan Sc dapat diperoleh dengan persamaan

𝜌𝑣𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇

𝜇
𝑆𝑐 =
𝜌𝐷𝐴𝐵

Sehingga, didapatkan pengolahan data sebagai berikut:

17
Tabel 4.5 Pengolahan data bilangan Sh, Re, dan Sc

PBM Sh Re Sc log Sh log Re log Sc


Laminar 1.024 2.97E- 2784 6.74E- -17.5275 3.444642 -17.1715
18 18
1.061 4.50E- 3750 6.52E- -16.3471 3.573977 -17.1858
17 18
1.097 3.41E- 4922 6.31E- -16.4668 3.692103 -17.2003
17 18
1.134 3.16E- 5561 6.10E- -15.5003 3.745149 -17.2149
16 18
Transisi 1.023 1.64E- 2778 6.70E- -15.7851 3.443777 -17.1737
16 18
1.060 4.94E- 3742 6.48E- -16.3062 3.573112 -17.1887
17 18
1.098 1.25E- 4933 6.25E- -15.9023 3.693114 -17.204
16 18
1.135 1.20E- 5578 6.04E- -15.9209 3.746453 -17.2189
16 18
Turbulen 1.024 6.34E- 2779 6.70E- -16.1976 3.443922 -17.1742
17 18
1.061 1.68E- 3751 6.47E- -15.7758 3.574121 -17.1891
16 18
1.097 1.91E- 4926 6.26E- -15.7196 3.692536 -17.2034
16 18
1.134 2.24E- 5565 6.05E- -15.6489 3.745439 -17.2179
16 18

18
Dari pengolahan data tersebut, dapat dihubungkan menggunakan grafik
perbandingan antara bilangan Reynolds dengan bilangan Schmidt seperti:

-17,16
3,4 3,45 3,5 3,55 3,6 3,65 3,7 3,75 3,8
-17,17

-17,18

-17,19 laminar
Sc

Transisi
-17,2
turbulen
-17,21

-17,22

-17,23
Re

Grafik 4.6 Perbandingan hubungan bilangan Re dengan Sc

19
BAB V
ANALISIS

5.1. Analisis Percobaan


Percobaan Wetted Wall Column bertujuan untuk menentukan besarnya
koefisien perpindahan massa rata-rata dari lapisan tipis air yang mengalir secara
turbulen ke dalam aliran udara dan mengamati karakteristik perpindahan massa
air-udara pada suatu dinding kolom yang terbasahi. Fluida yang digunakan untuk
dikontakkan satu sama lain adalah air dan udara. Udara dan air dipilih karena
mudah didapat. Variabel bebas yang diubah adalah besar perbedaan tekanan (ΔP)
dengan tujuan untuk melihat pengaruh laju perpindahan massa. Perbedaan tekanan
udara membuat kecepatan aliran yang dihasilkan berbeda sehingga mempengaruhi
laju perpindahan massa. Pengaturan tekanan dilakukan dengan mengatur
perbedaan ketinggian cairan dalam manometer. Kompresor dinyalakan yang
berfungsi untuk mengalirkan udara ke kolom dari bawah dan air dialirkan dari atas
kolom hingga melapisi seluruh dinding kolom secara merata dan membentuk suatu
lapisan film pada kolom. Pengaturan bukaan dari valve air dilakukan untuk
mengukur volume air yang keluar per detik. Volume air yang didapat digunakan
untuk mengukur laju alir air. Laju alir dapat dihitung dengan membagi volume air
yang dihasilkan per 10 detik dengan pengukuran yang dibantu oleh gelas beker
100 ml dan gelas ukur 100 ml. Laju alir air digunakan untuk menentukan nilai
bilangan Reynold. Bilangan Reynold (Re) merupakan parameter untuk
mengetahui jenis aliran air.

5.2. Analisis Hasil


Pada pengolahan data dan grafik laju alir air terhadap suhu, Secara teori: Tin
> Tout dry > Tout wet (pada Δh yang sama). Tout dry akan lebih kecil dari pada Tin karena
kalor yang ada pada udara masuk akan diserap oleh air di kolom dan kandungan
uap air yang dikandung udara meningkat sehingga suhu keluaran lebih kecil. Twet
akan memiliki nilai yang paling kecil karena termometer dengan ujung kapas yang

20
dibasahi menunjukkan suhu dimana keadaan udara yang jenuh akan uap air. Hal
ini menyebabkan akan lebih banyak lagi kalor dari udara yang diserap oleh air.
Nilai Δh adalah nilai yang menggambarkan laju alir udara yang masuk ke dalam
kolom dan juga menggambarkan beda tekanan pada orifice antara kompresor dan
kolom. Semakin besar nilai Δh, maka semakin banyak udara yang mengalir ke
kolom. Dengan aliran air yang konstan, maka semakin besar nilai Δh, nilai Tout wet
yang didapatkan akan semakin rendah. Hal ini karena waktu tinggal untuk proses
perpindahan massa semakin singkat sehingga kalor yang diserap lebih sedikit.
Dari data percobaan yang didapat, ada beberapa variasi data yang
menunjukkan Tout dry lebih besar daripada Tin, baik dalam keadaan aliran laminar,
transisi, maupun turbulen. Hal ini diduga karena proses perpindahan kalor yang
terjadi bersama dengan perpindahan massa pada kolom belum mencapai kondisi
steady state, sehingga data yang didapat menyimpang dari teori yang ada.
Pada pengolahan data dan grafik yang menunjukkan laju alir air terhadap
difusivitas, semakin besar laju alir udaranya konstanta difusifitasnya semakin
kecil. Dengan meningkatnya kecepatan udara maka waktu kontak antara udara
dengan air semakin cepat sehingga menyebabkan semakin sedikitnya air yang
akan berdifusi ke udara dan menyebabkan konstanta difusivitas yang semakin
kecil.
Pada pengolahan data dan grafik yang menunjukkan laju alir air terhadap
koefisien perpindahan massa, (seharusnya) semakin meningkat laju alir maka
perpindahan massa yang terjadi akan semakin besar. Dalam hal ini perpindahan
massa terjadi karena adanya gradien konsentrasi antara air dengan udara.
Perpindahan massa yang besar berarti gradien terdapat konsentrasi yang besar.
Artinya konsentrasi air lebih besar dibandingkan konsentrasi udara, sehingga
konsentrasi bergeser dari tinggi (air) ke rendah (uap). Dengan laju alir yang besar
ini mengakibatkan jumlah air yang berpindah ke udara akan lebih banyak
(koefisien perpindahan massa lebih besar). Namun, pada aliran laminar dan
transisi, terjadi fluktuasi nilai koefisien perpindahan massa padahal laju alir air

21
meningkat. Diduga, hal ini terjadi karena kondisi perpindahan massa antara air dan
gas di dalam kolom belum dalam keadaan steady state.
Pada pengolahan data dan grafik yang menunjukkan bilangan Reynolds dan
bilangan Schmidt, Bilangan Schmidt berbanding lurus dengan Re namun
berbanding terbalik dengan koefisien difusivitas. Bilangan Schmidt menunjukkan
hubungan karakteristik fluida dengan kemampuannya berdifusi. Ketika aliran
udara semakin cepat maka waktu kontak antara air dan udara semakin sedikit
sehingga kemampuan berdifusi air ke udara semakin kecil. Dari data hasil
percobaan pula, semakin besar laju alir udara akan meningkatkan nilai bilangan
Schmidt dan berlaku juga sebaliknya. Dengan meningkatnya bilangan Reynold
dan Schmidt maka bilangan Sherwoodnya juga akan semakin meningkat sehingga
dapat diketahui dengan meningkatnya laju alir udara, bilangan Sherwoodnya juga
akan cenderung semakin meningkat, begitupun sebaliknya.

5.3. Analisis Kesalahan


Selama pelaksanaan praktikum, beberapa kesalahan yang mungkin terjadi di
antaranya:
• Ada kemungkinan kondisi steady state pada saat pengambilan data belum
tercapai sehingga kondisi setimbang belum tercapai dan proses difusi
belum selesai.
• Adanya indikasi kebocoran pada selang aliran gas. Walaupun
kebocorannya tidak seberapa, namun tetap akan memengaruhi data yang
didapat.
• Kapas yang tidak benar-benar basah mengakibatkan Tout wet yang dihasilkan
tidak begitu akurat.

22
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan Wetted Wall Column yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tout dry akan lebih kecil dari pada Tin karena kalor yang ada pada udara masuk
akan diserap oleh air di kolom dan kandungan uap air yang dikandung udara
meningkat sehingga suhu keluaran lebih kecil Semakin besar laju alir udara
akan meningkatkan nilai bilangan Schmidt.
2. Semakin besar nilai Δh, maka semakin banyak udara yang mengalir ke kolom.
3. Meningkatnya bilangan Reynold dan Schmidt akan meningkatkan bilangan
Sherwoodnya sehingga dapat diketahui dengan meningkatnya laju alir udara,
bilangan Sherwoodnya juga akan cenderung semakin meningkat, dan
begitupun sebaliknya.
4. Semakin besar laju alir udaranya konstanta difusifitasnya semakin kecil.
5. Semakin meningkat laju alir maka perpindahan massa yang terjadi akan
semakin besar.

23
REFERENSI

Perry, Robert H. dan Don W. Green. 1999. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7th
ed. New York: McGraw-Hill.
R.B. Bird, W.E. Stewart, and E.N. Lightfoot. 2007. Transport Phenomena, Second
Edition. New York: Wile.
T. H. Chilton and A.P. Colburn. 1934. Ind. Eng. Chem. 26, 1183-1187
T.K. Sherwood, R.L. Pigford, and C.R. Wilke. 1975. Mass Transfer. New York:
McGraw-Hill
Treybal, Robert E. 1981. Mass Transfer Operation 3rd ed. Tokyo: McGraw-Hill.

24

Anda mungkin juga menyukai