TINJAUAN PUSTAKA
C1
Absorber stipper
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut;
1. Gas CO2
2. Indikator phenolphthalein (pp)
3. Larutan standar NaOH 0,1 N
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan absorpsi adalah sebagai
berikut dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Run I (Flowrate CO2 2 L/menit dan Air 3 L/menit)
Waktu Flowrate air Flowrate Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(menit) (L/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(L/menit)
0 3 2 0,25 0,11 0%
10 3 2 0,45 0,198 44,56%
20 3 2 0,65 0,286 62,50%
30 3 2 0,75 0,33 50%
40 3 2 0,90 0,396 38,46%
(Sumber: Praktikum Absorpsi CO2 Dengan Air, 2021)
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Run II (Flowrate CO2 3 L/menit dan Air 3 L/menit)
Waktu Flowrate air Flowrate Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(menit) (l/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(l/menit)
0 3 3 0,25 0,11 0%
10 3 3 0,65 0,286 62,50%
20 3 3 0,90 0,396 38,46%
30 3 3 1,05 0,462 31,25%
40 3 3 1,15 0,506 27,78%
(Sumber: Praktikum Absorpsi CO2 Dengan Air, 2021)
4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali run. Pada run pertama flowrate
air yang digunakan sebanyak 3 L/menit dan flowrate CO2 yang digunakan
sebanyak 2 L/menit. Pada run kedua flowrate air yang digunakan sebanyak 3
L/menit dan flowrate CO2 yang digunakan sebanyak 2 L/menit. Menggunakan
kolom packing dengan variasi waktu yang sama yaitu 10, 20, 30, dan 40 menit
dan dilakukan secara kontinyu dengan isian packing Rasching rings.
4.2.1 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air Terhadap Kadar
CO2 yang diserap
Adapun hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap kadar
CO2 yang dapat diserap dapat dilihat pada gambar 4.1.
1.2
1
Kadar CO2 (ppm)
0.8
Run I : (Laju alir
0.6 air 2 L/menit. Laju
alir CO2 3 L/menit)
0.4 Run II : (Laju alir
air 3 L/menit. Laju
0.2 alir CO2 3 L/menit)
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap Kadar
CO2 yang Terabsorpsi
Pada run 1 (flowrate air 3 L/menit & CO2 2 L/menit) kadar CO2 pada
waktu 0 menit atau disebut dengan kadar blanko adalah 0,11 ppm. Pada waktu 10,
20, 40 menit kadar CO2 yang didapatkan mengalami kenaikkan yaitu 0,198 ppm,
0,286 ppm, 0,396 ppm. Kemudian pada waktu 30 menit kadar CO2 yang
didapatkan mengalami penurunan yaitu 0,33 ppm. Pada waktu 40 menit
mengalami kenaikan maksimal yaitu 0,396 ppm.
Pada run 2 (flowrate air 3 L/menit & CO2 3 L/menit) kadar CO2 pada
waktu 0 menit atau disebut dengan kadar blanko adalah 0,11 ppm. Penambahan
flowrate pada run II sangat berpengaruh teradap jumlah kadar CO2. Dimana
jumlah kadar CO2 meningkat dibandingkan pada run I. Grafik naik dimana pada
waktu 10, 20, 30 dan 40 menit mengalami kenaikan yaitu, 0,286 ppm, 0,396 ppm,
0,462 ppm dan 0,506 ppm.
Dalam percobaan ini run II lebih besar penyerapan kadar CO2
dibandingkan dengan run I. Penyebab dari tingginya run II adalah faktor flowrate
lebih besar. Hal ini sesuai dengan jurnal Parameter Kga – Enhancement Factor
Dalam Sistem Absorbsi CO2 Dengan Larutan NaOH. Dalam jurnal menyatakan
bahwa flowrate mampu meningkatkan penyerapan CO2 ( Hadiyanto, 2001).
Penyebab dari turunnya kadar adalah hal ini disebabkan air yang
digunakan sebagai solvent atau sebagai media penyerap gas CO2 di recycle
kedalam tabung absorben. Hal ini menyebabkan kadar CO2 yang diserap oleh air
tersebut mengalami penurunan dan mengakibatkan efisiensi air dalam menyerap
gas CO2 mengalami penurunan. Penyebab dari naiknya kadar dikarenakan kinerja
pada alat absorpsi telah mengalami distribusi sempurna, sehingga packing
didalam absorpsi mengalami kontak antara air dan CO2 yang membuat air
menyerap CO2 dengan menghasilkan efisiensi maksimum yang dicapai.
Dalam percobaan yang dilakukan volume titran juga berpengaruh
terhadap penyerapan CO2. Semakin besar volume titran maka kadar penyerapan
CO2 semakin tinggi. Pada data terlihat kadar penyerapan CO 2 paling tinggi
terdapat pada waktu 40 menit, yaitu 0,396 pada run I dan 0,506 pada run II.
Penyebab dari naik nya kadar dikarenakan kinerja pada alat absorpsi telah
mengalami distribusi sempurna, sehingga packing didalam absorbsi mengalami
kontak antara air dan CO2 yang membuat air menyerap CO2 dengan menghasilkan
efisiensi maksimum yang dicapai.
4.2.2 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air terhadap
Effisiensi penyerapan Kadar CO2
Adapun hubungan waktu kontak dan flowrate Air terhadap effisiensi kadar
CO2 yang dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
0.5
0.45
0.4
Efisiensi kadar CO2 (ppm)
0.35
0.3
Run I : (Laju alir air 2
0.25 L/menit. Laju alir CO2 3
0.2 L/menit)
0.15 Run II : (Laju alir air 3
L/menit. Laju alir CO2 3
0.1 L/menit)
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Hubungan waktu kontak dan flowrate Air terhadap effisiensi kadar
CO2.
Gambar 4.2 diatas menunjukkan hubungan antara waktu absorpsi dengan
besarnya efisiensi penyerapan CO2 yang diserap oleh air. Efisiensi penyerapan
CO2 terhadap waktu adalah ketepatan air sebagai solvent untuk menyerap gas CO2
berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Pada run 1 (flow rate air 3 L/menit &
CO2 2 L/menit) kadar CO2 Pada waktu 10 menit efisiensi penyerapan CO2 yang
didapatkan yaitu 44,56 %. Kemudian pada waktu 20 menit efisiensi penyerapan
CO2 mengalami kenaikan menjadi 62,50 %. Selanjutnya pada waktu 30 menit
efisiensi penyerapan CO2 mengalami penurunan menjadi 50 %. Pada waktu 40
menit mengalami penurunan yaitu 38,46 %. Semakin besar laju alir NaOH , maka
jumlah CO2 terserap semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada operasi absorpsi
dengan laju besar, waktu kontak antara NaOH dengan CO2 untuk jumlah molekul
yang sama akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan jurnal Absorbsi Gas
Karbondioksida (CO2) dalam Biogas dengan Larutan NaOH secara Kontinyu 4.
Menyatakan waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa menjadi
lebih sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit (Fuad, 2004).
Kemudian Pada run 2 (flowrate air 3 L/menit & CO2 3 L/menit) kadar CO2
pada waktu 10 menit efisiensi penyerapan CO2 yaitu 62,50 %, pada waktu 20
menit mengalami penurunan yaitu 38,46 %. Pada waktu 30 menit mengalami
penurunan menjadi 31,25 % dan mengalami penurunan lagi pada waktu 40 menit
27,78 %. Penyebab penurunan efesiensi disebabkan karena air yang digunakan
sebagai solvent atau sebagai media penyerap gas CO2 di recycle kedalam tabung
absorben mengalami kejenuhan. Akibatnya efisiensi atau ketepatan air tersebut
dalam mengabsorpsi CO2 mengalami penurunan.
Terlihat pada grafik diatas, pada run I didapatkan titik tertinggi dalam
efisiensi penyerapan CO2 terletak pada waktu 20 menit sebesar 62,50% dan pada
run II berada pada waktu 10 menit sebesar 62,50%. Hal ini dikarenakan kinerja
pada alat absorpsi telah mengalami distribusi sempurna.Sehingga packing didalam
absorpsi mengalami kontak antara air dan CO 2 yang membuat air menyerap CO2
dengan menghasilkan efisiensi maksimum yang dicapai. Kemudian penurunan
efisiensi CO2, dikarenakan telah mengalami keadaan titik jenuh untuk efisiensi
penyerapannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Semakin lama waktu kontak maka akan semakin banyak CO 2 yang akan
terserap, dimana CO2 yang terserap terbanyak pada waktu 40 menit
sebesar 0,396 ppm pada run I dan 0,506 pada run II.
2. Semakin kecil kadar CO2 yang terserap maka akan semakin besar efesiensi
yang diperoleh, dimana terbukti pada waktu 20 menit run I kadar CO2
yang terserap yaitu 0,286 ppm dan 0,286 ppm pada waktu 10 menit run II
dengan efesiensi 62,50%.
3. Semakin besar flowrate maka kadar CO2 yang terserap akan sedikit dan
berbanding terbalik dengan efesiensi, dimana terbukti pada run II flowrate
3 liter CO2 yang terserap dan efesiensi lebih tinggi dari run I yang
memiliki flowrate 2 liter.
4. Volume titran yang tinggi kadar CO2 yang terserap juga tinggi, dimana
kadar CO2 tertinggi memiliki volume titran 0,90 ml pada run I dan 1,15 ml
pada run II.
5.2 Saran
Adapun saran dalam melakukan percobaan ini adalah untuk mencoba
menggunakan absorben yang berbeda dan packing yang lebih bervariasi sehingga
dapat untuk melihat hasil yang bervariasi dan juga sebagai perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, 1995. Transpor Process and Separation Process Principles. Edisi ke-4.
New jersey: prentice Hell.
Fuad. 2004. Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas dengan Larutan
NaOH secara Kontinyu 4.
Mc. Cabe and Smith and Harriot, E. Josifi. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid I
dan II serta III Edisi Ke-4.
Paryanto dkk, 2015. Simulasi Absorbs gas disertai reaksi kimia irreversible orde
dua pada packed column dalam kondisi nonisothermal, Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. UNDIP: Semarang.
No Nama Fungsi
.
1. Sebagai alat untuk mengukur volume
larutan, mulai dari volume 10ml
hingga 2L.
Gelas Ukur
2. Untuk mencampur, mengukur dan
menyimpan cairan.
Erlenmeyer
3. Untuk memindahkan volume cairan
yang telah terukur.
Pipet Tetes
4. Untuk memindahkan larutan secara
terukur sesuai dengan volume.
Pipet Volume
5. Alat yang digunakan untuk proses
absorbsi
Alat Absorpsi