Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Pencampuran (mixing) merupakan kegiatan yang menyebabkan bersatunya suatu bahan dan
dapat menyetarakan antara suhu, rasa, warna, dan lainnya. Pencampuran bisa digunakan untuk
membuat bahan yang awalnya heterogen bercampur menjadi homogen. Dalam sebuah pencampuran,
biasanya dibutuhkan sebuat alat lain, yaitu pengaduk. Pengaduk bisa membantu pencampuran lebih
maksimal. Gerak pengaduk ini memotong fluida dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke
seluruh sistem fluida tersebut. Maka dapat kita ketahui bahwa pengaduk merupakan bagian yang
paling penting dalam suatu operasi pencampuran fase cair dengan wadah tempat terjadinya
percampuran.

Pengadukan memiliki tujuan yaitu : (Sangrapu, 2017)


1. Mencampur dua cairan yang saling melarut

2. Melarutkan padatan dalam cairan

3. Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung

4. Mempercepat perpindahan panas fluida dengan koil pemanas dan jacket pada dinding bejana.
Proses pencampuran di dalam suatu tangki dapat terlaksana dengan baik apabila faktor-faktor
yang menentukan dari suatu proses pencampuran dipilih dengan benar. Banyak faktor yang
menentukan suatu performa dari suatu pengaduk yang digunakan, yaitu seperti banyaknya bilah yang
digunakan disuatu pengaduk, derajat kemiringan bilah, putaran pengaduk, jenis pengaduk yang
digunakan, serta fluida yang diaduk, oleh karena itu untuk menjaga performa dari suatu pengaduk
maka kita harus memilih suatu jenis pengaduk yang sesuai dengan fluida yang akan digunakan,
karena jika salah menggunakan suatu jenis pengaduk maka hal ini mempengaruhi dari hasil
pencampuran yang telah dilakukan, yaitu kemungkinan suatu proses pencampuran akan menjadi lebih
lama maupun hasil dari proses pencampuran menjadi kurang baik, sehingga pada akhirnya akan
berujung pada kurangnya efisien dari pengaduk itu sendiri. (Ii, 1999)

Perilaku dinamis adalah cara bagaimana suatu sistem merespon ketika terjadi perubahan
dalam inputnya. Input merupakan kuantitas fisik atau properti yang diukur, seperti tekanan, suhu,
konsentrasi, kecepatan, regangan, dan lain - lain. Sedangkan output merupakan harga dari perubahan
itu sendiri. Dalam analisa dinamika proses dan desain sistem pengendalian, mengetahui output proses
merespon perubahan input proses merupakan hal yang penting. Ada beberapa tipe perubahan input
yang digunakan pada industri baik untuk tujuan permodelan dan kontrol, diantaranya adalah :
(Sindhuwati, n.d.)

1. Step input
Dalam proses industri, seringkali terjadi perubahan input secara tiba-tiba. Sebagai contoh suatu
reaktor mungkin mengalami perubahan dari suatu supply ke supply yang lain, sehingga
menyebabkan perubahan variabel input yang penting, seperti konsentrasi dan suhu umpan.

2. Impulse Input
Pulse adalah suatu perubahan sementara dari variabel bebas ‘u’, jika durasi sangat singkat (dapat
diabaikan) dibandingkan dengan dinamika sistem, maka disebut impulse. Suatu penghentian
secara tiba-tiba dalam suatu pengukuran, pada waktu tertentu, memiliki amplitudo yang besar
dalam waktu singkat. Impulse input memberikan alternatif lain untuk mengetahui respon dari
sistem terhadap perubahan tersebut.

Untuk menunjukkan perubahan komposisi outlet ketika terjadi perubahan salah satu input, kita
menggunakan persamaan umum untuk orde satu sebagai berikut:

(S) K
= y (s) = output
(S) τS+1

u(s) = input

K = gain

τ = time constant

Untuk melihat response dari sistem orde satu yang terdiri dari tiga tangki yang tersusun secara seri
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

−t
τ
C=C 0 (1−e )

C = konsentrasi tangki pada waktu ‘t’ setelah perubahan step input

C0 = konsentrasi input

τ = time constant
Daftar Pustaka

Ii, B. A. B. (1999). (W.L, C. Smith, & E Jasjfi, 1999). Terdapat dua jenis.

Sindhuwati, C. (n.d.). Modul simulasi proses- periode 1.

Sangrapu. (2017). Mixing tank-1 Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai