Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016


MODUL

: Reverse Osmosis

PEMBIMBING

: Herawati Budiastuti, Ph.D

Tanggal Praktikum

: 26 Oktober

2015
Tanggal Penyerahan : 2
Oleh :
Kelompok

:3

Nama

: 1. Lulu Fauziyyah Arisa

131411041

2. Rifaldi Hadiansyah

131411046

3. Rizki Abi Karomi

131411048

4. Shafira Damayanti

131411051

Kelas

: 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
1) Mengetahui cara kerja alat reverse osmosis
2) Mengetahui pengaruh tekanan umpan air masuk terhadap volume, TDS, dan DHL
pada konsentrat dan permeat
3) Membuat kurva antara TDS, DHL, pH lawan waktu
4) Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (%Reject)

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Reverse Osmosis
Reverse Osmosis merupakan kebalikannya dari osmosis. Jika osmosis ialah perpindahan
molekul pelarut dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Maka reverse osmosis ialah
perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke rendah. Seperti terlihat pada gambar
di bawah, Reverse Osmosis pada suatu sistem yang di batasi oleh membran semi permeable
dan terdapat dua larutan dengan kandungan zat terlarut yang berbeda. Pada reverse Osmosis.
Air/Pelarut akan bergerak ke arah air yang konsentrasi pelarutnya lebih rendah.

Aplikasi Reverse Osmosis pada Pemurnian Air Minum


Teknologi Reverse Osmosis ini sangat baik digunakan untuk pemurnian air dari air ledeng
menjadi air siap minum. Karena dapat membuat air ledeng yang banyak kandungan zat
terlarutnya menjadi air murni atau Hampir tak ada zat terlarutnya. Dibawah ini terdapat
gambar bagan kerja rangkaian mesin Reverse Osmosis untuk pemurnian air minum.

sumber : brentpoynter.deviantart.com
Pada gambar diatas terlihat air dari kotor hingga siap minum. dengan langkah langkah
sebagai berikut:
1) Pertama tama air masuk (contaminatedd feed water)
2) Lalu di saring dengan carbon filter. Oleh karena itu carbon filter ini harus di ganti
secara berkala
3) Setelah inilah Air akan melalui Membran Reverse Osmosis. Air yang kotor (banyak
zat terlarut) dibuang, sedangkan air yang sudah bersih lanjut dialirkan
4) Air bersih sudah siap diminum dan di simpan dalam tangki penyimpanan untuk di
pakai jika perlu
Ada beberapa Cara Untuk Membuktikan keampuhan alat RO ini. Diantaranya dengan
menganalisa nilai Total Dissolve Solid (TDS) dan Daya Hantar Listrik (DHL) dari air
tersebut.
2.2 Total Dissolve Solid (TDS) dan Daya Hantar Listrik (DHL)
2.2.1 Total Dissolve Solid (TDS)
Pengertian TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik, seperti: garam, aluminium, besi, perak, seng, mangan, dll) yang terdapat
pada sebuah larutan. TDS merupakan tes untuk dapat mengetahui air dalam suatu daerah
yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan, makanan, dll). Pengukuran kadar zat terlarut dapat di ukur dengan
TDS meter.
2.2.2 Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya
berkaitan erat dengan nilai salinitas. kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang
dinyatakan dalam mhos/cm (S/cm).
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL) adalah gambaran numeric dari
kemampuan air untuk meneruskan listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam
terlarut yang dapat terionisasi, semakin banyak pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi,
dan kosentrasi ion-ion terlarut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai DHL. Senyawa organic
adalah penghantar listrik (konduktor) yang baik, sedangkan senyawa anorganik adalah
penghantar listrik (konduktor) yang lemah. Alat yang digunakan adalah SCT (SALINO
CONDUCTIVITY METER).
Pada umumnya air laut dapat menghantarkan Listrik sebesar 10.000 UMHOS/CM
dikarenakan senyawa-senyawa terlarut yang berupa garam lebih besar dibandingkan air
tawar, sehingga diperairan air Tawar nilai DHL nya adalah dibawah 10.000 UMHOS/CM,
yang idealnya 600 800 UMHOS/CM, 20 500 KURANG IDEAL.

BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan
Beaker glass 1 liter
Beaker glass 250mL
Beaker glass 100mL
TDS,DHL meter
pH meter
Alat Reverse osmosis
Air keran

Jumlah
3 buah
4 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 set

3.2 Skema Kerja


Ukur nilai parameter
TDS,DHL dan pH
umpan air masuk
Hubungkan pompa
alat RO dengan
sumber listrik
Buka keran air umpan
dengan bukaan
penuh
Ambil sample setiap
10 menit pada
konsentrat dan
permeat
Analisa dan catat nilai
TDS,DHL, dan pH
pada setiap sample

Ulangi tahapan
dengan bukaan keran
air yang berbeda

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Kondisi Umpan
Laju Alir
TDS
DHL
pH

: 7.75 ml/s
: 187.5 mg/l
: 0.2805 mS
: 6.6

4.2 Kondisi Operasi


Tekanan
Operasi
(psi)

Konsentrasi di Aliran
Waktu
(menit
)

Permeat

TDS
(mg/l DHL(mS) pH
)
14
0.0200
6.15
13
0.0200
6.30
12
0.0180
6.10
12
0.0175
6.55
13
0.0195
5.45
12
0.0190
5.40
12.5
0.0185
5.70
12.5
0.0180
5.80
13
0.0190
5.70
12
0.0180
5.70
Run 1

Run 2

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90

Konsentrat
Laju
Alir
(ml/s)
8.5
9.0
8.8
9.2
8.6
8.8
9.0
8.7
8.5
8.4

TDS
(mg/l)

DHL(mS)

pH

275
272
270
273
273.5
266
267
267
278.5
260.5

0.0200
0.4210
0.4175
0.3945
0.3975
0.4050
0.3955
0.4020
0.4180
0.4050

6.25
6.30
6.25
6.40
6.35
6.35
6.45
6.55
6.45
6.40

Laju
Alir
(ml/s)
6.3
6.5
6.6
6.6
6.4
6.4
6.4
6.5
6.7
6.8

Tekanan
Operasi
(psi)

Konsentrasi di Aliran
Waktu
(menit
)
0
10
20
30
40
50
60
70
80

Permeat
TDS
(mg/l
)
15
14
13
13.5
12.5
12.5
13
12.5
12.5

DHL(mS)

pH

0.021
0.0195
0.0185
0.0195
0.0185
0.0185
0.018
0.0185
0.0195

5.9
5.7
5.55
5.95
5.5
5.55
5.4
6
5.8

Konsentrat
Laju
Alir
(ml/s)
4.8
5.3
6.1
5.7
6
6.3
5
6.2
5.6

TDS
(mg/l)

DHL(mS)

pH

249.5
251
252.5
276
263
258
294.5
256
256

0.3835
0.3820
0.3850
0.4140
0.3835
0.3830
0.4500
0.3855
0.3770

6.4
6.4
6.35
6.4
6.35
6.35
6.3
6.45
6.4

0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

Laju
Alir
(ml/s)
7.1
7.4
8.4
8.5
8.8
8.1
7.7
8.7
8.2

0.5
0.5
0.64
0.65
0.64
0.64
0.65
0.64
0.62

90

15

0.0215

5.95

237.5

0.6930

6.4

7.3

4.3 Penentuan % Rejection


Run 1
Konsentrasi di Aliran

Waktu
(menit
)

Permeat
TDS
(mg/L)

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90

14
13
12
12
13
12
12.5
12.5
13
12

pH

TDS
(mg/L)

6.15
6.30
6.10
6.55
5.45
5.40
5.70
5.80
5.70
5.70

275
272
270
273
273.5
266
267
267
278.5
260.5

DHL
(mS/cm
)
0.0200
0.4210
0.4175
0.3945
0.3975
0.4050
0.3955
0.4020
0.4180
0.4050

%
Rejectio
n

0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

92.5333
93.0667
93.6000
93.6000
93.0667
93.6000
93.3333
93.3333
93.0667
93.6000

Tekanan
Operasi
(psi)

%
Rejectio
n

0.5
0.5
0.64
0.65
0.64
0.64
0.65
0.64
0.62
0.5

92.0000
92.5333
93.0667
92.8000
93.3333
93.3333
93.0667
93.3333
93.3333
92.0000

pH
6.25
6.30
6.25
6.40
6.35
6.35
6.45
6.55
6.45
6.40

Run 2
Konsentrasi di Aliran

Waktu
(menit
)

Permeat
TDS
(mg/L)

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90

DHL
(mS/cm
)
0.0200
0.0200
0.0180
0.0175
0.0195
0.0190
0.0185
0.0180
0.0190
0.0180

Konsentrat

Tekanan
Operasi
(psi)

15
14
13
13.5
12.5
12.5
13
12.5
12.5
15

DHL
(mS/cm
)
0.021
0.0195
0.0185
0.0195
0.0185
0.0185
0.018
0.0185
0.0195
0.0215

Konsentrat
pH

TDS
(mg/L)

5.9
5.7
5.55
5.95
5.5
5.55
5.4
6
5.8
5.95

249.5
251
252.5
276
263
258
294.5
256
256
237.5

DHL
(mS/cm
)
0.3835
0.3820
0.3850
0.4140
0.3835
0.3830
0.4500
0.3855
0.3770
0.3465

pH
6.4
6.4
6.35
6.4
6.35
6.35
6.3
6.45
6.4
6.4

4.4 Hubungan TDS, DHL, dan pH pada Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap
Waktu
4.4.1 TDS pada Run 1

0.5

TDS (m/l)

Permeat
Konsentrat

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100
Waktu (menit)

Grafik 4.4.1 Hubungan TDS Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu
4.4.2

TDS pada Run 2

TDS (m/l)

Permeat
Konsentrat

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100
Waktu (menit)

Grafik 4.4.2 Hubungan TDS Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu

4.4.3

DHL pada Run 1


0.4500
0.4000
0.3500
0.3000
0.2500
DHL (mS) 0.2000
0.1500

Permeat
Konsentrat

0.1000
0.0500
0.0000
0

10

30
20

50
40

70
60

80

90
100

Waktu (menit)

Grafik 4.4.3 Hubungan DHL Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu
4.4.4

DHL pada Run 2


0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
DHL (mS) 0.25
0.2

Permeat
Konsentrat

0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100
Waktu (menit)

Grafik 4.4.4 Hubungan DHL Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu
4.4.5

pH pada Run 1

7.00
6.00
5.00
4.00
pH

3.00

Permeat
Konsentrat

2.00
1.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Grafik 4.4.5 Hubungan pH Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu


4.4.6

pH pada Run 2
6.6
6.4
6.2
6
5.8
pH 5.6

Permeat

5.4

Konsentrat

5.2
5
4.8
0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Grafik 4.4.6 Hubungan pH Aliran Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu


4.5 Hubungan persen zat terlarut yang ditolak (% Rejection) terhadap Waktu

94.000
93.500
93.000
%R 92.500

Run 1

92.000

Run 2

91.500
91.000
0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Grafik 4.5 Hubungan %Rejection terhadap Waktu

5.3 Oleh Rizki Abi Karomi (131411048)


Pada praktikum ini dilakukan pengolahan air dengan menggunakan alat Reverse
Osmosis (RO). Reverse osmosis dapat memisahkan padatan terlarut (TDS) dalam air. Prinsip
dari reverse osmosis kebalikan dari osmosis yaitu perpindahan molekul pelarut dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Metoda Reverse osmosis sendiri merupakan proses
pemyaringan dengan membrane yang akan menahan dan memisahkan padatan terlarut pada
air umpan.
Tahapan tahapan pada pemurnian air dengan metode Reverse Osmosis yaitu pertama
adalah tahap penyaringan padatan tersuspensi. Tahap penyaringan awal ini bertjuan agar
membrane pada alat reverse osmosis tidak bekerja begitu berat. Setelah proses penyaringan
padatan tersuspensi, air dialirkan menuju membrane. Pada membrane ini terjadi proses
pemisahan antara padatan terlarut misalnya ion ion positif seperti Mg 2+ ataupun Ca2+ atau ion
ion terlarut lain akan tertahan pada membrane dan kemudian dialirkan menuju keluaran yang
disebut dengan konsentrat. Sedangkan air yang telah tersaring melewati membrane akan
memiliki nilai TDS dan DHL yang akan lebih rendah karena padatan terlarut yang ada dalam
air sudah terpisah dan nilai TDS akan berbanding lurus dengan nilai DHL.
Pada percobaan ini dilakukan dua kali run percobaan dengan perbedaan tekanan pada
run 1 dan run 2. Tekanan yang terukur pada run 1 (tekanan 0,7 kg/cm 2) sedangkan pada run 2
(tekanan 0,6 kg/cm2). Pada table data kondisi operasi pada run 1 dan run 2, nilai TDS dan
DHL pada permeat menunjukan angka yang cukup sama atau mendekati. Tetapi volume yang
didapat pada run 2 lebih sedikit dibandingkan run 1 dan nilai % rejection pada table
penentuan %rejection terdapat beberapa kali penurunan dalam rentang 92%. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi tekanan maka produk pada permeat yang dihasilkan akan
semakin baik dan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa
driving force dari reverse osmosis adalah tekanan operasinya. Semakin tinggi tekanan umpan
atau kondisi operasinya maka akan semakin baik hasil permeat yang akan didapat.
Pada run 2 dengan tekanan kurang lebih sekitar 0.6 kg/cm2 terlihat beberapa kali
terjadi penurunan tekanan yang cukup jauh yaitu pada menit 23 terjadi penurunan tekanan
menjadi 0.4 kg/cm2. Hal ini disebabkan laju alir air umpan masuk berkurang sehingga terjadi
penurunan tekanan dan proses penyaringan pada membrane semakin terhambat karena
driving force yang diberikan cukup kecil sehingga menyebabkan tekanan menjadi turun pada
menit tersebut.
Pada grafik TDS terhadap waktu pada run 1 dan 2 pun terlihat nilai TDS pada run 2
sedikit lebih tinggi dibandingkan pada run 1. Hal ini menunjukan kurang optimalnya proses
reverse osmosis yang terjadi. pada grafik pH terhadap waktu terlihat rentang pH air pada
konsentrat dan permeat memiliki kecenderungan pH diantara 6-7. Dan pada grafik %rejection
terhadap waktu terlhat bahwa run 1 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan run 2. Nilai
% rejection merupakan nilai zat terlarut yang ditolak. Semakin besar nilai dari %rejection
maka semakin baik pula permeat yang didapat karena memiliki nilai TDS yang rendah.

5.1.

Oleh Lulu Fauziyyah Arisa (131411041)


Reverse osmosis (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat menyaring zatzat terlarut dan ion-ion terlarut dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada
larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).
Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan
sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu
harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau
bagian lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul
berukuran besar dan ion-ion. Osmosis adalah sebuah fenomena alam yang terjadi dalam
sel makhluk hidup dimana molekul "solvent" (biasanya air) akan mengalir dari daerah
berkonsentrasi rendah ke daerah Berkonsentrasi tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran
apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
"solvent" berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi
membran.
Parameter yang dicari untuk menentukan keberhasilan proses Reverse Osmosis ini
adalah nilai DHL (Daya Hantar Listrik), TDS (Total Disolved Solids) dan pH. Sampel
diambil setiap 10 menit selama 90 menit dengan variasi tekanan 0,7 kg/cm 2 dan 0,6
kg/cm2.
Dari hasil yang didapat TDS, DHL dan pH pada aliran permeat cenderung stabil, baik
pada run 1 (tekanan 0,7 kg/cm2) maupun run 2 (tekanan 0,6 kg/cm2). Begitu pula pada
TDS di aliran konsentrat, namun DHL dan pH mengalami fluktuasi (tidak stabil).
Seharusnya TDS dan DHL berbanding lurus, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya zat
pengotor dalam sampel atau kesalahan praktikan dalam membaca alat. Sampel diukur
secara duplo untuk meminimalisir kesalahaan pengukuran. Pada saat memvariasikan
tekanan 0,6 kg/cm2, alat reverse osmosis mengalami penurunan tekanan menjadi 0,4
kg/cm2 pada menit ke 23. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh laju
alir umpan yang tidak konstan sehingga tekanan mengalami penurunan. Nilai pH pada
aliran permeat cenderung asam, seharusnya pH=7 dalam keadaan netral. Namun aliran
permeat ini dialirkan ke tempat penampungan aquades yang menyebabkan terjadinya
kontak dengan udara. Udara mengandung banyak oksida asam diantaranya, CO 2, NO2,
SO2 yang apabila kontak walaupun dalam jumlah sedikit dengan air akan menghasilkan
asam.
Nilai TDS dan DHL pada aliran permeat lebih kecil dibandingkan dengan nilai TDS
dan DHL pada aliran umpan dan aliran konsentrat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ionion telah tersaring oleh membran akan mengalir keluar disebut aliran konsentrat yang
kandungan ion-ion terlarutnya banyak sementara hasil saringan akan mengalir keluar
disebut aliran permeat yang ion-ion terlarutnya sedikit.
Persen reject nilai TDS membuktikan bahwa proses pemisahan dengan reverse
osmosis berjalan dengan baik dan partikel yang dapat tertahan lebih dari 90%. Persen
reject nilai TDS yang dperoleh berkisar antara 92-94 %.

Anda mungkin juga menyukai