“Sedimentasi”
LEMBAR PENGESAHAN
“SEDIMENTASI”
GRUP : C
1. Nella Putri Syarifah 1531010161
2. Dhayu Nitratama 1531010157
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “ SEDIMENTASI“.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 27
Februari 2017 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti, MT selaku Kepala Laboratorium Operasi
Teknik Kimia dan Ibu Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen
pembimbing pratikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang sempurna, kecuali
yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dengan rendah hati,
penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh asisten dosen yang turut
membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap
penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.
Surabaya, 28 Februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
sedimentasi dan laju pengendapannya
2. Untuk menghitung laju pengendapan slurry suatu campuran
3. Untuk mengetahui dan merancang continous thickener dari data sedimentasi
batch
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami hubungan antara laju pengendapan dengan
konsentrasi campuran
2. Agar praktikan dapat menghitung luas penampang dan kedalaman suatu
thickener
3. Agar praktikan dapat memahami proses serta jenis-jenis sedimentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cara Batch
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi
batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah.
(Budi, 2011)
Pada awal sedimentasi batch konsentrasi padatan sepanjang silinder sama.
Segera setelah proses dimulai seluruh partikel suspensi padat jatuh bebas melalui
fluida pada kecepatan maksimum di bawah kondisi hindered settling yang ada.
Partikel-partikel padat jatuh bebas pada kecepatan yang sama dan membentuk
garis pembatas tajam antara cairan bening supernatan (zona A) dan slurry (zona
B). Di salam slurry yang mengandung partikel –partikel yang lebih besar dan
mengendap lebih cepat, garis pembatas tidak tajam, dan cairan supernatan
mungkin terlihat kabur atau seperti susu. Dalam kasus lain partikel-partikel yang
dekat dengan dasar tabung mulai menumpuk di dasar, membentuk sludge pekat
(zona D). Mungkin tidak ada batas yang jelas yang memisahkan zona B dan zona
D tapi dalam semua kasus, sludge pekat mebangun sebuah proses sedimentasi.
Selama dua pembatas itu berjatuhan pada kecepatan maksimum konstan dan tidak
ada perubahan pada laju sedimentasi, yang diamati densitas atau konsentrasi
padatan di dalam suspensi yang dekat dengan pembatas atas tetap konstan.
Zona B mempertahankan komposisi konstan sampai batas antara zona A
dan B mencapai batas antara zona B dan D. Selagi batas bagian atas bergerak
mendampingi dan mendekati sludge terbentukdi bagian bawah , densitas dan
viskositas suspensi dikellilingi partikel yang jatuh meningkat dengan penurunan
kecepatan settling yang sesuai. Kecepatan ini terus berkurang selama periode
transisi, setelah itu settling slurry nampak sama dengan sludge kental (zona D),
zona B telah menghilang. Proses sedimentasi sejak saat itu hanya terdiri dari
kelanjutan pemadatan lambat padatan di zona D. Selama pemadatan sludge, cairan
mungkin akan dianggap mengalir melalui sebuah celah penurunan permeabilitas.
Tinggi akhir suspensi yang dicapai mempresentasikan pemadatan maksimum dari
padatan ketika cairan yang diberikan.
2. Cara Semi‑Batch
Pada sedimentasi semi‑batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
gambar berikut :
Keterangan :
A = cairan bening
2. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika
ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dam
volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Hal ini disebabkamn
gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin
menurun.
3. Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Densitas partikel yang
semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya
gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan
penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin besar
pula. Ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar.
Keterangan :
V1 : Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Z1 : Tinggi larutan suspensi (cm)
Z2 : Tinggi slurry dan supernatant (cm)
t1 : Waktu (menit)
(Rosita, 2013)
2. Tepung tapioka
A. Sifat Fisika
1. Berbentuk amorf
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : (C6H10O5)x
2. Berat molekul : 162.14 gr /mol
3. Specific gravity : 1.5
4. Kelarutan : Tidak larut dalam air, alkohol dan eter
(Perry, 1997)
II.3. Hipotesa
Semakin lama wktu pengendapan, semakin banyak slurry yang
didapatkan. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin cepat laju
pengendapannya.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. Aquadest
2. Tepung tapioka
III.2. Alat
1. Gelas ukur
2. Beaker glass
3. Neraca analitik
4. Spatula
1. Beaker glass
2. Spatula
3. Gelas ukur
4. Neraca analitik
Keterangan :
1 1. Gelas ukur
2. Slurry
III.5. Prosedur
1. Buat slurry dari campuran tepung tapioka dan aquadest dengan konsentrasi
3%, 4%, 5%, dan 6%
2. Aduk hingga homogen, masukkan ke dalam gelas ukur hingga volume 500
ml
3. Catat tinggi permukaan slurry dan air setiap selang waktu 30, 40, 50 dan
60 menit hingga dicapai tinggi permukaan slurry yang konstan
4. Catat pula tinggi slurry setelah selang waktu tersebut hingga terjadi critical
settling point
5. Buat grafik hubungan antara tinggi permukaan slurry dengan waktu
pengendapan dan juga grafik antara konsentrasi slurry dengan laju
pengendapannya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pengamatan
Tabel 1.Konsentrasi 3% ( 15 gr )
t ( menit ) Zl ( cm ) Z0 ( cm ) Zi (cm)
30 2,45 22,55 25
40 2,5 22,5 25
50 2,6 22,4 25
60 2,65 22,35 25
t ~ 110 2,7 22,3 25
Tabel 2.Konsentrasi 4 %( 20 gr )
t ( menit ) Zl ( cm ) Z0 ( cm ) Zi (cm)
30 3,1 21,9 25
40 3,2 21,8 25
50 3,35 21,65 25
60 3,5 21,5 25
t ~ 100 3,5 21,5 25
Tabel 3.Konsentrasi 5 % ( 25 gr )
t ( menit ) Zl ( cm ) Z0 ( cm ) Zi (cm)
30 3,5 21,50 25
40 3,6 21,40 25
50 3,64 21,36 25
60 3,7 21,30 25
t ~ 90 3,8 21,2 25
Tabel 4.Konsentrasi 6 % ( 30 gr )
t ( menit ) Zl ( cm ) Z0 ( cm ) Zi (cm)
30 4,70 20,30 25
40 4,75 20,25 25
50 4,85 20,15 25
60 4,90 20,10 25
t ~ 90 4,90 20,10 25
2.7
2.65
y = 0.007x + 2.235
Tinggi slurry (Z1, cm)
R² = 0.98
2.6
2.55
Series1
2.5 Linear (Series1)
2.45
2.4
0 20 40 60 80
Waktu pengendapan slurry (t, menit)
Pada grafik diatas, diperoleh tinggi slurry pada menit ke-30 sebesar 2,45
cm. Pada menit ke-40 diperoleh tinggi slurry 2,5 cm. Sedangkan pada menit ke-50
tinggi slurry sebesar 2,6 cm dan menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 2,65 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka
semakin pula tinggi endapan yang didapatkan, sedangkan untuk tinggi cairan
bening akan semakin kecil.
3
Laju Pengendapan (V, cm/menit)
2.5
y = -44.39x + 13.633
2 R² = 0.5919
1.5
Series1
1 Linear (Series1)
0.5
0
0.24 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29
Konsentrasi slurry (C1, gr/ml)
3.55
3.5
3.45 y = 0.0135x + 2.68
Tinggi slurry (Z1, cm)
3.4 R² = 0.9918
3.35
3.3
Series1
3.25
3.2 Linear (Series1)
3.15
3.1
3.05
0 20 40 60 80
Waktu pengendapan slurry (t, menit)
Grafik 3. Hubungan antara Waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi fluida (Z0,
cm) untuk konsentrasi 4%
Pada grafik diatas, diperoleh tinggi slurry pada menit ke-30 sebesar 3,1
cm. Pada menit ke-40 diperoleh tinggi slurry 3,2 cm. Sedangkan pada menit ke-50
tinggi slurry sebesar 3,35 cm dan menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 3,5 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka
semakin pula tinggi endapan yang didapatkan, sedangkan untuk tinggi cairan
bening akan semakin kecil.
3
Laju Pengendapan (V, cm/menit)
2.5
y = -42.45x + 13.055
2 R² = 0.5832
1.5
Series1
1 Linear (Series1)
0.5
0
0.24 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29
Konsentrasi slurry (C1, gr/ml)
3.75
3.7
y = 0.0064x + 3.322
Tinggi slurry (Z1, cm)
R² = 0.966
3.65
3.6
Series1
3.55 Linear (Series1)
3.5
3.45
0 20 40 60 80
Waktu pengendapan slurry (t, menit)
Grafik 5. Hubungan antara Waktu Pengendapan (t, menit) dengan Tinggi Fluida
(Z0, cm) untuk konsentrasi 5%
Pada grafik diatas, diperoleh tinggi slurry pada menit ke-30 sebesar 3,5
cm. Pada menit ke-40 diperoleh tinggi slurry 3,6 cm. Sedangkan pada menit ke-50
tinggi slurry sebesar 3,64 cm dan menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 3,7 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka
semakin pula tinggi endapan yang didapatkan, sedangkan untuk tinggi cairan
bening akan semakin kecil.
3
Laju Pengendapan (V, cm/menit)
2.5
y = -42.35x + 14.274
2 R² = 0.5944
1.5
Series1
1 Linear (Series1)
0.5
0
0.27 0.28 0.29 0.3 0.31 0.32
Konsentrasi slurry (C1, gr/ml)
4.95
4.85
4.8
Series1
4.75 Linear (Series1)
4.7
4.65
0 20 40 60 80
Waktu pengendapan slurry (t, menit)
Pada grafik diatas, diperoleh tinggi slurry pada menit ke-30 sebesar 4,7
cm. Pada menit ke-40 diperoleh tinggi slurry 4,75 cm. Sedangkan pada menit ke-
50 tinggi slurry sebesar 4,80 cm dan menit ke-60 diperoleh tinggi slurry 4,9 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka
semakin pula tinggi endapan yang didapatkan, sedangkan untuk tinggi cairan
bening akan semakin kecil.
2.5
Laju Pengendapan (V, cm/menit) y = -35.991x + 10.769
R² = 0.2646
2
1.5
Series1
1
Linear (Series1)
0.5
0
0.235 0.24 0.245 0.25 0.255 0.26 0.265
Konsentrasi slurry (C1, gr/ml)
Pada grafik tersebut, ketika konsentrasi 0,26 gr/ml pada menit ke-30
didapatkan laju pengendapannya sebesar 0,677 cm/menit. Pada konsentrasi 0,26
gr/ml pada enit ke-40 didapatkan laju pengendapannya sebesar 2,025 cm/menit.
Pada konsentrasi 0,25 gr/ml pada menit ke-50 dan 60, laju pengendapannya
masing-masing 2,015 cm/menit dan 2,010 cm/menit. Sehingga dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi slurry mempengaruhi laju pengendapan,
yakni semakin besar konsentrasi slurry, maka semakin kecil laju pengendapannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Endapan paling tinggi sebesar 4,9 cm didapatkan pada larutan tepung
tapioka 6% dengan waktu pengendapan selama 60 menit , sedangkan
endapan paling rendah sebesar 3,1 cm pada larutan tepung tapioka 3%
dengan waktu pengendapan 30 menit.
2. Semakin besar konsentrasi pada tepung tapioka, maka semakin cepat laju
pengendapannya.
3. Semakin lama waktu pengendapan, maka slurry yang didapatkan semakin
banyak.
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menghitung tinggi slurry.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menimbang berat tepung tapioka.
3. Sebaiknya praktikan memahami prosedur serta perhitungan sebelum
mengikuti praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
APENDIX
4 𝑥𝐴 4 𝑥22,84
𝐷= √ = √ = 5,39 𝑐𝑚
𝜋 3,14
9. Perhitungan tinggi
𝑐𝑚3
𝑄 𝑥 ∆𝑡 16,67 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐻= = = 21,90 𝑐𝑚
𝐴 22,84 𝑐𝑚2