Jumlah hammer : 2 x 48
37
Progam Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Cara Kerja :
Alat ini berfungsi untuk menggiling material yang keras. Prinsip kerjanya
adalah material yang dihancurkan oleh pengaruh impact dari hammer dan breaker
plate.
Penggilingan terjadi dengan 3 cara :
a. Pukulan (impact) antara impeller bar dengan umpan crusher
b. Pukulan dari material terhadap breaker plate
c. Tumbukan diantara material itu sendiri
Fungsi : Alat ini digunakkan untuk memperkecil ukuran material sand dan clay.
Didalam alat ini terjadi proses penggilingan.
Spesifikasi Alat :
Cara Kerja :
Bongkahan tanah liat (clay) dan silica sand dimasukkan ke dalam hopper
dengan bantuan appron feeder dan meluncurkan diantara dua buah roll yang
berputar dengan menggunakkan V-belt. Crusher diputar melalui motor lift dengan
kecepatan konstant. Salah satu dari roll ini ditekan dengan pegas sehingga
material akan tergiling dan pecah. Pegas ini juga berfungsi untuk menjaga apabila
ada benda asing yang masuk, maka jarak roll akan bergeser secara otomatis
sehingga kerusakan terhadap roll itu sendiri dapat dihindari. Material yang diatur
oleh alur atau gigi secara melintang atau memanjang dari double roll crusher
diterima oleh belt convayer untuk kemudian diangkut ketempat penyimpanan.
Spesifikasi alat :
Jenis/ jumlah : Air Flow Classifier / 1 buah
Diameter : 9,5 m
Cara Kerja :
Dari grinding mill material masuk kedalam grif separator karena
adanya hisapan udara dari fan. Akibat dari sirkulasi ruang yang berbentuk
cone maka material akan berputar dan mengalami gaya sentrifugal,
material akan menghantam dinding dan impact cone ( menggantung di
bawah inner tube) sehingga material akan kehilangan kecepatanya.Pada
saat itu material kasar mengalami gaya gravitasi sehingga akan jatuh dan
keluar melalui outlet separator. Partikel kasar dikembalikan ke bucket
elevator untuk diteruskan ke turbo separator, sedangkan material halus
akan terbawa aliran udara masuk ke EP yang selanjutnya akan dipisahkan
dan kuluar sebagai produk masuk silo.
terlempar dan menghantam dinding sehingga akan kecepatan. Pada saat itu
material akan ditarik oleh gaya gravitasi sehingga akan jatuh ke tabung
dalam yang berbentuk kerucut sebagai tailing yang akan digiling kembali.
Partikel halusnya akan terikut oleh udara ke outer cone.
a. Suspension Preheater
Fungsi : Untuk pemanasan awal dan prekalsinasi raw meal sebelum masuk
kiln.
Spesifikasi Alat :
Jenis : Twin Stream Preheater Dopl dilengkapi
dengan Prepol Preheater
Jumlah cyclone : 4, 2, 2, 1 ,2
Prepol Precalsiner
Jumlah : 1 buah
Cara Kerja :
b. Rotary Kiln
Fungsi : Untuk proses kalsinasi lanjutan dan sinterisasi tepung menjadi
klinker.
Spesifikasi Alat :
Panjang : 78 m
Diamter luar :6m
Diameter dalam : 5,6 m
Sudut Kemiringan : 3,5o
Kecepatan maksimum : 3 rpm
Jumlah Roller : 4 buah
\ Daya motor : 2 x 950 KW
Kecepatan motor : 250 – 1000 rpm
Daya motor tambahan : 2 x 100 KW
Kecepatan motor tambahan : 1500 rpm
Cara Kerja :
Umpan masuk mill kiln inlet hood (Ujung pemasukan kiln) dari
suspension preheater pada suhu ± 800o C ke dalam kiln yang digerakkan
oleh motor penggerak. Pada ujung dekat pengeluaran hasil dilengkapi
dengan alat pembakaran bahan bakar. Dari ujung inilah disemburkan gas
panas yang berasal dari hasil pembakaran batu bara yang arahnya
berlawanan dengan material masuk dan udara primer serta udara sekunder
dari cooler yang masuk kiln. Klinker yang dihasilkan bersuhu ± 1450 oC
kemudian akibat kemiringan kiln menyebabkan material yang bergerak
mendekati ujung pembakaran kemudian masuk ke dalam planetary cooler
untuk pendinginan lebih lanjut.
Spesifikasi Alat :
Jenis : Two Chambver Tube Mill
Diameter : 5,2 m
Panjang : 17,6 m
Kapasitas : 2 x 180 ton / jam
Material Umpan : 96 % delapan kadar air 1 %
4 % dengan kadar air 5 %
Muatan Bola Baja : 298 ton
Kecepatan mill : 15,7 rpm
Jumlah ruangan :2
Daya yang dibutuhkan : 6700 KW
Cara Kerja :
Material berupa campuran klinker dan gypsum masuk mill
ujung masukan. Pada chamber 1 material digiling oleh steel ball yang
berukuran 60 – 90 mm. Prinsip kerja alat ini pada dasarnya sama
dengan raw grinding mill , hanya pada alat ini lebih diperhatikan
adalah kehalusan produk pada alat ini tidak terjadi pengeringan. Suhu di
dalam mill dijaga sekitar 120o C sebab suhu diatas 120o C gypsum
sudah mulai terhidrasi melepaskan molekul air kristal , sehingga tidak
dapat lagi berfungsi sebagai retarder (yang memperlambat pengeringan
semen ). Untuk itu dilakukan pendinginan dengan water spray yang
bekerja secara otomatis. Jika suhu di dalam mill melewati 120 oC maka
spray akan menyemburkan air.
Spesifikasi Alat :
Cara Kerja :
Bucket diletakkan pada rangkaian chain yang terpasang melingkar
diantara dua sprocket (driving dan tensioning sprocket).Pada saat operasi
bucket akan menstop material kemudian dibawa keatas melalui lintasan
keliling dari driving sprocket, selanjutnya material akan di tumpahkan ke
dalam chute yang ada dibagian atas dari elevator.
sedangkan dust collector untuk menarik udara dan menangkap debu yang
terbawa oleh udara hisap.
Aliran material di air slide terjadi karena :
Pengaruh fluidisasi material
Desakan material yang masuk
Kemiringan air slide
Pengaruh perbedaan tekanan
c. Belt Conveyor
Fungsi : Untuk menangkut material halus maupun kasar baik jarak jauh
maupun jarak dekat yang dapat dipasang miringdengan kemiringan
maksimum 30
Sepeifikasi Alat :
Tipe : Through Type
Kapasitas : maksimum. 130 ton/ jam
Ukuran : 0,8 m lebar bucket
Kandungan air : 10 %
Kecepatan Angkut : 0,49 m/det
Kecepatan Putar Motor : 1500 rpm
Daya motor : 19,7 KW
Cara Kerja :
f. Air Lift
Spesifikasi Alat :
Cara Kerja :
Spesifikasi Alat :
Ketepatan : 1/100
Cara Kerja :
akan diatur kecepatan motor penggerak belt sehingga tiap saat akan
didapat kecepatan alir yang konstan sesuai kebutuhan.
b. Dust Collector
Gambar
.III.19. Dust Collector
Kerugian :
1. Menghasilkan debu
2. Membutuhkan filter
Keuntungan :
1. Tanur yang digunakan lebih pendek
2. Diperoleh clinker yang uniform
campuran yang homogen dengan menggunakan udara tekan. Dan tepung yang
telah homogen ini diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan dan dicampur
dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 untuk kemudian digiling hingga
menjadi semen.
Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas
lima bagian yaitu :
1. Penyediaan Bahan Baku
2. Pengolahan Bahan
3. Pembakaran dan Pendinginan
4. Penggilingan Semen
5. Pengisian dan Pengantongan Semen
Kelima tahap tersebut direpresentasikan menjadi 5 unit operasi utama
yaitu :
Tahap I : Unit Crusher
Tahap II : Unit Raw Mill
Tahap III : Unit Kiln and Coal Mill
Tahap IV : Unit Finishing Mill
Tahap V : Unit Packer
baku yang memenuhi syarat dalam pembuatan bahan baku. Untuk mendapatkan
proporsi komponen-komponen utama semen dalam campuran bahan baku dengan
tepat, maka diperlukan bahan tambahan berupa pasir besi, iron ore, dan gypsum
sehingga akan diperoleh semen dengan kualitas yang baik.
Penyediaan bahan tambahan :
Pada pembuatan semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pasir
besi digunakan sebagai bahan penkoreksi dan diperoleh dari PT. Aneka Tambang
di Cilacap, sedangkan untuk gypsum digunakan sebagai bahan tambahan /
additive dan diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik atau dengan mengimpor dari
Thailand, Jepang, dan Australia.
Bahan baku utama dalam pembuatan semen :
a. Batu kapur ( CaCO3 )
Batu kapur dalam keadaan murni berupa bahan CaCO3 yang mengandung
calsite dan aragonite. Batu kapur tersusun atas kristal halus dan kasar yang
kekerasannya dipengaruhi oleh umur geologinya.
Berdasarkan kandungan CaCO3 nya batu kapur dibedakan menjadi:
1. Batu Kapur High Grade.
Batu kapur ini mengandung CaCO3 lebih dari 93% dan MgO
maksimal 2% bersifat rapuh.
2. Batu Kapur Medium Grade.
Kadar CaCO3 88 – 92 %, MgO maksimal 2% bersifat rapuh dan
kurang keras.
3. Batu Kapur Low Grade.
Kadar CaCO3 85 – 87 % dan mengandung MgO tinggi.
Batu kapur yang digunakan di PT. Semen Gresik adalah batu kapur
dengan kadar tinggi dan menengah ( CaCO3 > 88 % ).
% CaO % SiO2 % Al2O3 % Fe2O3 % MgO Alkali % SO3 % Cl H2O
40 - 55 1-15 1-6 0,2-5 0,2 – 4 0,2 - 4 ,3 0,2 - 1 7-10
Tabel 4.1. Komposisi Batu Kapur Pada Pembuatan Semen Portland
Berikut ini adalah sifat fisika batu kapur sebagai berikut:
Fase : Padat
Warna : Putih
Kadar air : 7 – 10 % H2O
muda. Selain mengandung SiO2, pasir silika juga mengandung oksida aluminium
dan oksida besi.
% CaO % SiO2 % Al2O3 % Fe2O3 % MgO Alkali LOI
berrjarak ± 7 km dari lokasi pabrik. Karena batu kapur merupakan batuan yang
keras, maka diperlukan peledakan untuk melepaskannya dari batuan induk. Jenis
penambangan yang digunakan adalah jenis open cut mining, yaitu suatu aktivitas
penambangan yang efisiensinya dipengaruhi oleh faktor-faktor luar antara lain
cuaca dan tekanan udara
Adapun tahap-tahap penambangan sebagai berikut :
1. Pembersihan (Clearing)
Yaitu pembersihan permukaan tanah dari kotoran yang mengganggu proses
penambangan, seperti semak-semak dan rumput-rumputan. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakan Buldozer.
2. Pengupasan ( Stripping )
Merupakan pengupasan tanah atas sampai kepermukaan gunung yang
berkapur. Pengupasan ini bisa mencapai 1 – 2 m permukaan tanah dari semak-
semak dan rumput-rumputan dengan buldozer dan shovel. Tujuan pengupasan
ini agar lapisan tanah yang tidak berguna dibersihkan atau dihilangkan karena
dapat mengurangi persentase kandungan kapur.
3. Pengeboran (Drilling)
Pengeboran adalah tahap pembuatan lubang-lubang untuk menanam bahan
peledak. Jarak dan kedalaman lubang bor disesuaikan dengan kondisi operasi
penambangan, yaitu ;
- Diameter lubang : 3 inch
- Kedalaman : 6 – 9 meter
- Jarak antar lubang : 1,5 – 3 meter.
4. Peledakan ( Blasting )
Langkah pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan
bantuan peledak. Lubang yang tidak diisi dengan peledak berfungsi untuk
menahan getaran dan retakan akan ledakan yang ditimbulkan.
Bahan peledak yang digunakan terdiri atas ;
- Damotin (Dinamit Amonium Gelatin) sebagai bahan peledak primer.
- ANFO (campuran 96% Amonium Nitrat dan 4% Fuel Oil) sebagai bahan
peledak sekunder.
penimbunan cara ini material yang jatuh dari atas akan sliding dan bergulir
turun sehingga akan terjadi segregasi yang kadarnya tergantung dari sifat
material yang kasar akan cenderung terkumpul di bagian bawah timbunan
b. Timbunan melingkar (circular bending bed)
Secara umum menggunakan metode Chevron tapi timbunan bergerak
melingkar, bukan memanjang. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memberikan homogenitas material yang baik pada material dalam jumlah
yang besar untuk diameter blending yang sama. Penimbunan dilakukan
secara kontinyu tanpa harus menunggu pembukaan seksi yang baru dan
mampu menyimpan dalam jumlah besar dan operasinya lebih mudah.
III.2.8. Penyiapan tanah liat
Tanah liat mempunyai rumus kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite) yang pada
umumnya dikenal oleh masyarakat sebagai lempung / tanah liat atau clay. Untuk
semen, yang diperlukan disini adalah Al2O3-nya sehingga apabila jumlah SiO3
lebih banyak dari Al2O3 maka tanah liat itu tergolong tanah liat yang kurang baik
untuk digunakan. Di alam tanah liat yang baik biasanya mengandung SiO 3 sebesar
46,5 %. Tanah liat ini depositnya terjadi dari hasil leburan batu-batuan silika yang
kaya mineral. Tipe clay tergantung dari mineral dan ukuran butirannya.
Warnanya dapat berubah menjadi putih, abu-abu, kuning, coklat biru dan ungu.
Clay banyak mengandung SO3, Mg, Na, dan K yang intensitasnya sangat
berpengaruh pada semen yang dihasilkan.
Tanah liat diambil dari Quarry Hambalang. Pembagian kualitas tanah liat
dari kuarri yang ditambang adalah sebagai berikut:
Al2O3 15 disebut high alumina.
Al2O3 15 disebut low alumina
Tahap-tahap penambangan tanah liat adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan ( Clearing )
Pembersihan kotoran dan tumbuhan yang ada di atas lapisan tanah liat
dengan menggunakan Buldozer tipe D 155 A merk Komatsu dan Caterpillar
D9L
2. Pengupasan ( Stripping )
Yaitu pengupasan tanah bagian atas yang biasanya tanah humus dengan
ketebalan 10 – 30 cm.
3. Pengerukkan ( Digging )
Tahap ini merupakan tahap pengambilan tanah liat dari quarry. Tanah liat
diambil dengan cara digali atau dikeruk dengan menggunakan Drag Line,
kemudian tanah liat dipindahkan ke alat angkut.
4. Pemuatan ( Loading )
Alat yang digunakan adalah wheel loader Caterpillar 966 D dan excavator
Caterpillar tipe 245.
5. Pengangkutan ( Hauling )
Pengangkutan material dari lokasi penambangan ke crusher dilakukan
dengan menggunakan dump truck Komatsu HD 200 yang mempunyai kapasitas
200 ton.
6. Penghancuran (Crushing)
Pengecilan ukuran batuan hasil penambangan di Hambalang dilakukan
dalam dua tahap untuk memperoleh produk penggilingan dengan spesifikasi
tertentu. Penggilingan ini memakai double roll crusher dengan kapasitas 1000
ton/jam.
a. Zone Kalsinasi
Merupakan zone kalsinasi CaCO3 yang tersisa setelah melewati
preheater dan sebagian CaO yang terurai dari proses kalsinasi didalam
preheater mulai membentuk campuran C12A7 dan sebagian CaO dan oksida
silika terbentuk yaitu C2S. Dinding pada zone ini dilapisi batu tahan api
dan coating yang terbentuk selama proses.
Pada zone ini temperatur proses kalsinasi sekitar 600 – 1000 0C
dengan reaksi yang terjadi :
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Proses pembentukan kalsium silikat (C2S) pada temperatur 800-
9000C tetapi sebagian kecil telah terjadi sebelum temperatur 8000C.
Reaksi yang terjadi :
2CaO + SiO2 2CaO.SiO2 atau C2S
b. Zone Transisi
Pada zone ini proporsi CaO akan semakin besar, sebaliknya
proporsi CaCO3 semakin kecil dan sempurna habis pada temperatur sekitar
9000C, pada temperatur tersebut proporsi C2S semakin meningkat sampai
temperatur bahan sekitar 12000C sedang oksida besi mulai mengikat
campuran oksida kalsium dan oksida alumina membentuk campuran C 2
(A,F) dengan meningkatnya temperatur maka oksida kalsium (CaO)
bergabung dengan kalsium alumina dan C2 (A,F) masing-masing
membentuk C3A dan C4AF
Pembentukan C3A dan C4AF terjadi pada temperatur ± 1000 – 12000C
reaksi tersebut :
3CaO + Al2O3 3CaO.Al2O3 atau C3A
4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
c. Zone Sintrering (Klinkerisasi)
Di daerah ini terjadi peledakan pada temperatur tinggi (± 1200 –
1350) dimana campuran kalsium alumina ferrit mengalami fase cair.
bahan tambahan diangkut dari storage gypsum dan storage additive dengan belt
conveyor menuju hooper gypsum. Dalam perjalanan menuju semen mill, pada
klinker ditambahkan CGA (Cement Grinding Aid) yang berupa etilen glikol
berbentuk cair dengan tujuan mencegah terjadinya ball coating.
Perbandingan antara CGA dengan air adalah 1:4. Gypsum keluar dari
hopper melalui weighing feeder dan dibawa dengan belt conveyor menuju cement
mill yang terdiri dari dua buah chamber. Jumlah gypsum dan additive yang
digunakan berkisar antara 3 – 5% dari jumlah klinker. Dalam cement mill,
klinker, gypsum, dan additive digiling dengan menggunakan steel ball.
Untuk plant 8 di Indocement, hasil campuran clinker, gypsum, dan
additive dibagi menjadi dua aliran,
a. Plant 8A
Hasil campuran akan langsung memasuki Cement mill plant 8A dengan
menggunakan air slide.
b. Plant 8B
Hasil campuran akan digiling terlebih dahulu dengan menggunakan roller
press. Hasil gilingan roller press akan berbentuk seperti lempeng debu
padat sehingga perlu dipecah-pecah menggunakan disagglomerator. Hasil
gilingan yang lebih halus ini akan masuk menuju ke Cement mill plant
8B.
Cement mill ini terdiri dari dua buah chamber yang dibatasi oleh
compartment
Chamber 1 berisi steel ball dengan ukuran 60 – 90 mm dengan berat ± 73 ton
Chamber 2 berisi steel ball dengan ukuran 20 – 60 mm dengan berat ± 150
ton
Dinding shell dialpisi dengan liner yang berfungsi untuk mengarahkan
gerakan steel ball dan melindungi shell. Putaran mill akan menyebabkan benturan
antara steel ball dengan klinker, sehina klinker hancur dan halus. Hal ini
menyebabkan suhu di dalam alat menjadi tinggi. Antara ruang satu dengan ruang
lainnya dipisahkan oleh suatu diafragma yang akan menghambat pergerakan
semen yang telah halus sehingga bisa menyebabkan over grinding. Suhu dalam
cement mill bisa lebih dari 120oC sebab klinker yang masuk dalam mill biasanya
masih berada pada suhu yang cukup tinggi dan dengan adanya panas yang timbul
akibat tumukan – tumbukan yang terjadi dalam mill, baik tumbukan material
maupun bola baja menyebabkan suhu dalam mill dapat mencapai lebih dari
120oC.
Pada saat proses penggiingan akhir, suhu harus dijaga agar tidak melebihi
120oC untuk menghindari dehidrasi gypsum yang menyebabkan gypsum tidak
berfungsi sebagai retarder. Untuk menjaga temperatur tidak lebih dari 120oC
maka digunakan water spray yang terdiri dari dua saluran yang dihubungkan
dengan pompa yang bekerja secara otomatis. Air yang masuk ke dalam chamber
pertama sebanyak 2400 m3/jam dan pada chamber kedua sebanyak 3800 m 3/jam.
Temperatur juga harus dijaga supaya tidak kurang dari 105oC karena akan terjadi
hidrasi semen, sehingga biasanya temperatur dijaga pada sekitar 110oC.
Produk yang keluar dari cement mill akan terbagi dalam dua arah, yaitu
produk semen yang terbawa aliran udara manuju grit separator dan produk semen
yang masih kasar keluar menuju dynamic air separator (Cyclopol). Di grit
separator, produk yang masih kasar keluar menuju air slide bercampur dengan
produk kasar yang keluar dari cement mill dan dibawa bucket elevator untuk
selanjutnya masuk ke cyclopol. Produk semen yang terbawa udara keluar dari grit
separator dialirkan ke electrostatic precipitator untuk dipisahkan antara produk
semen dan udara. Partikel halus yang keluar dari EP, dialirkan menggunakan
screw conveyor menju air slide dan dialirkan ke air lift kemudian dimasukkan ke
cement silo. Sedangkan udara yang terpisah dari produk, dibuang lewat cerobong
(Chimney). Di cyclopol, produk semen keluar dibawa air lift kemudian masuk ke
semen silo. Sedangkan semen kasar masuk kembali ke cement mill.
III.2.12 Packing
Produk semen yang keluar dari cement silo diangkut menggunakan air
slide menuju bucket elevator. Dari bucket elevator semen dimasukkan ke dalam
bin semen. Kemudian dari bin dialirkan ke dalam rotary packer. Jika bin tersebut
telah penuh, maka semen akan terus bersirkulasi, yaitu dijatuhkan kembali
kedalam bucket elevator lalu kembali ke bin dan seterusnya.
Masing-masing rotary packer terdiri dari 6 buah corong pengisian yang
mangumpankan semen ke dalam kantong dengan kapasitas masing-masing 50 kg.
untuk mengurangi jumlah semen yang tumpah pada saat pengisian maka dipasang
screw conveyor pendek pada masing-masing rotary packer dan selanjutnya
dialirkan ke screw conveyor panjang lalu masuk ke dalam bucket elevator dan
masuk ke dalam bin semen. Semen yang telah masuk ke dalam kantong akan
diangkut ke dalam belt conveyor menuju truck pengangkutan. Selain pengemasan
ke dalam kantong 50 kg, pada unit packing juga terdapat pengemasan dalam
ukuran besar yaitu big bag yang berkapasitas 1,5 ton dan semen curah 19-20 ton.
Untuk semen curah, semen yang berasal dari bin langsung didistribusikan ke
loading truck. Untuk mencegah polusi udara, maka pada unit pengantongan ini
dilengkapi dengan alat dust collector jenis bag filter.
III.3. Deskripsi proses dan spesifikasi alat secara khusus di raw mill plant 7
B F E
J tor N
or 2
O
S Raw Mill
A F
P 1
F
a Gambar III.20. Diagram alir system raw mill plan 7
n
Length : 30,50 m
Speed : 2,20 m/s
Output : 2500 T/h
Power Requirement : 95 kW
Motor Power : 110 kW - 1500 rpm
Supply of Motor : Included
Speed Elevation of Boom : 5 m/min
Slope Maxi : 16
Slope Mini : -16
Motor Power of Hoist : 12,5 kW-1500 rpm
Supply of Motor : included
Slewing Speed : 30 m/min
Motor Power : 2 x 3 kW – 1500 rpm
Supply of the Motor : included
Gambar.III.21. Stacker
b. POS.CA.16. Circular Stock Pile
Basic Data :
Number :1
Material : Limestone
Density : 1,3 T/m3
Lump Size : 0-120 mm
Mouisture Content : 7% H20 Normal 10% Max
Angel of Repose : 37
Gambar.III.22. Reclaimer
d. POS.CA.18 HOPPER
Kontruksi terbuat dari baja, dipasang di chute reclaimer
Number : 2 (1 in stand by)
Capacity : 7 m3 approx. for each
VIBRATING FEEDER
Data :
Number : 2 (1 in stand by)
Material : Limestone
Bulk Density : 1,3 T/h
Lump Size : 0-120 mm
Mouisture Content : 7% H20 Normal 10% Max
Width : 1400 mm
Length : 2750 mm
Capacity : 800 T/h for each
Motor Power each : 2 x x7,5 kW
Data :
Number : 1
Material : Limestone
Lump Size : 0-30 mm
Bulk Density : 1,3 Ton/m3
Mouisture Content : 7% H20 Normal 10% Max
Capacity : 800 Ton/h
Width of Rubber Belt : 1000 mm
Conveying Speed : 2 m/s
Distance between centres : 140 m
Lifting Head : 35 m
Power Requirement : 110 kW
Motor Power : 132 kW - 1500 rpm Slipring
Lifting Head : 0m
Power Requirement : 21 kW
Motor Power : 25 kW - 1500 rpm
Lifting Head : 55 m
Power Requirement : 0m
Motor Power : 11 kW - 1500 rpm
Data :
Number : 1
Material : Clay or pyrite
Lump Size : 0-120 mm - 0-50 mm
Bulk Density : 1,4 Ton/m3 - 1,8 T/h
Mouisture Content : 18% H20 to 25% H2O - 4% H2O
Capacity : 200 Ton/h
Width of Rubber Belt : 800 mm
Conveying Speed : 1,3 m/s
Distance between centres : 12,5 m
Lifting Head : 0m
Power Requirement : 6 kW
Motor Power : 7,5 kW - 1500 rpm
Data :
Number : 1
Material : Clay or pyrite
Lump Size : 0-120 mm - 0-50 mm
Bulk Density : 1,4 Ton/m3 - 1,8 T/h
Capacity : 200 Ton/h
Width of Rubber Belt : 800 mm
Conveying Speed : 1,3 m/s
Distance between centres : 8m
Lifting Head : 0m
Power Requirement : 4,3 kW
Motor Power : 5,5 kW - 1500 rpm
Pyrite Clay
Hopper Hopper
Hopper (POS.EA.04)
(POS.EA.03) (POS.EA.02)
Power requirement : 45 kW
Motor power : 1 x 50 kW - 1500 rpm Slipring
i. POS.EA.12. (WF.308) Weighfeeder Equpped with Proportioning Unit
Data :
Number : 1
Material : Sand Caly
Lump Size : 0-30 m
Bulk Density : 1,45 Ton/m3
Mouisture content : 18% H2O, 25% max.
Proportioning range : 10 to 100 T/h
Belt width : 1400 mm
Motor power of weighfeeder : 1,5 kW direct current
Supplu of motor : included
Dust
Belt Conveyor
Reversible (BC-312)
Dedusting
Filter (bag filter
323
Belt Conveyor
(POS.EA.16)
Motor power : 2 x 75 kW
Motor speed : 1500 rpm
Convey speed : 0,16 m/s
Motor power : 2 x 5,5 kW - 1500 rpm
Ø 90 mm : 29000 kg
Ø 80 mm : 29000 kg
Ø 70 mm : 48000 kg
Ø 60 mm : 48000 kg
Ø 50 mm : 44000 kg
Ø 40 mm : 58000 kg
Ø 30 mm : 39000 kg
Kiln operation
Amount of dust laden air : 630000 m3 eff/h
At Temperature of : 180 C
Dust content of raw gas : 40 g/m3 eff.
Dust content of clean gas : 80 mg/Nm3
Material to be separated : Kiln dust
Mill operation
Amount of dust laden air : 680000 m3 eff/h
At Temperature of : 110 C
Dust content of raw gas : 400 g/m3 eff.
Dust content of clean gas : 80 mg/m3
Material to be separated : Raw meal
Data :
Number : 1
Gear motor power : 0,5 kW - 1500/6 rpm
ROTARY VALVE
Data :
Number : 2
Material handle : Dust kiln
Bulk density : 0,3 T/m3
Capacity : 69 m3/h for each max.
Internal diameter of valve : 360 mm
Internal length of valve : 770 mm
Speed of the drive : 20 rpm
Power requirement : 2 kW
Motor power : 2,4 kW
Number : 1
Number of screw conveyor : 2
Screw conveyor tube diameter : 55 mm
Power of drive : 0,12 kW
d. POS.F.04 Pneumatic Vertical Conveyor Aeropol
Data :
Number : 1
Diameter : 2500 mm
Height : 6000 mm
Conveying rate : 400 T/h
Material hadled : Raw material
Bulk density : 0,7
Conveying height : 65 m
Air quantity required : 409 m3/mm
Blower pressure : 0,5 bar
Nominal diameter of pipe : 600 mm