Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pengeringan

Pengeringan merupakan proses pemindahan panas dan uap air yang memerlukan
energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan,
dimana yang menjadi dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan dari air
ke udara disebabkan adanya perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan (Taib, 1987). Pengeringan dapat membantu dalam menurunkan kandungan air
serta membantu menonaktifkan kegiatan bakteri yang sering menggunakan media air
sebagai media pertumbuhannya. Penurunan kadar air dapat dilakukan dengan penguapan
ataupun dengan pengurangan tekanan udara di sekitar bahan tersebut (Suhardjo, 196).
Pengeringan merupakan suatu proses menghilangkan sebagian air dari suatu bahan.
Tujuan utama pengeringan adalah menurunkan aktivitas air sampai pada tingkat tertentu
sehingga aktivitas mikroorganisme dan reaksi kimia serta biokimia yang terjadi dapat
ditekan seminimal mungkin sehingga produk menjadi lebih awet (Eko, 2014).

Pengeringan umumnya berarti penghilangan jumlah air yang relatif kecil dari
bahan. Penguapan mengacu pada penghilangan jumlah air yang relatif besar dari bahan.
Penguapan air akan hilang sebagai uap pada titik didih. Pengeringan berati mengeringkan
air sebagai uap melalui udara (Geankoplis, 1993).

Proses pengeringan juga dapat dikategorikan dengan kondisi fisik yang digunakan
untuk menambah panas dan menghilangkan uap air, yaitu :

1. Panas ditambahkan melalui kontak langsung dengan udara panas pada tekanan
atmosfer, dan uap air yang terbentuk dibuang oleh udara.
2. Pengeringan vakum, yaitu penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan
rendah, dan panas ditambahkan secara tidak langsung melalui kontak dengan
dinding logam atau oleh radiasi.
3. Pengeringan beku, yaitu air disublimasi dari bahan beku (Geankoplis, 1993).

II.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan (Drying)


1. Luas permukaan

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-2
I-2
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan
menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotongpotong untuk
mempercepat pengeringan (Sagita, dkk, 2012).
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang
dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara
pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan
menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung
juga dengan cepat (Sagita, dkk, 2012).
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari
permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang
mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan
menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan (Sagita, dkk, 2012).

4. Kelembaban
Kelembapan melibatkan transfer dari air dari fase cair kedalam sebuah campuran gas
dan udara dan uap cair. Penghilangan kelembapan melibatkan transfer kembali, dimana
uap air ditransfer ke campuran uap dari bahan seperti benzene, tapi sebagian besar mudah
diapplikasikan dengan air. Untuk lebih baiknya pemahaman tentang kelembapan, adalah
kebutuhan pertama untuk membicarakan tekanan uap dari air (Geankoplis, 1993).
5. Gaya Pendorong
Gaya pendorong pada pengeringan adalah perbedaan tekanan uap antara bahan yang
lembab dan sekelilingnya. Sedapat mungkin gaya diusahakan besar dan untuk itu harus
dipenuhi dua syarat berikut:
Tekanan uap yang tinggi pada cairan yang berada dalam bahan lembab. Hal ini
dapat dicapai dengan memberikan suhu yang tinggi
Tekanan uap yang rendah pada sekeliling hal ini dapat dicapai pada pengeringan
konveksi dengan memasukkan udara kering dalam kuantitas besar secara terus
menerus, dan pada pengeringan kontak dengan tekanan absolut yang serendah
mungkin (keadaan vakum yang baik) (Bernasconi, 1995).

6. Tekanan atm dan vakum

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-3
I-2
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu 100C.
Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu lebih rendah
dari 100 (Sagita, dkk, 2012).
7. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses
pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature
Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan (Sagita, dkk, 2012).

II.1.3 Macam - macam Dryer

Berikut ini penjelasan mengenai beberapa alat pengering yaitu, sebagai berikut :

a. Tray dryer (alat pengering berbentuk rak)

Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat
bahan yang akan dikeringkan
Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar

Waktu pengeringan umumnya lama (1-6 jam) (dianape, 2014).

b. Freeze dryer (Pengering beku)

cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu,
bahan farmasi, pangan dengan kandungan flavor tinggi.
Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublim air beku menjadi
uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa vakum
mekanis

Menghasilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain


(dianape, 2014).

c. Spray dryer (pengering semprot)

cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk pasta
(susu,zat pewarna, bahan farmasi)
Kapasitas beberapa kg per jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering
semprot)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-4
I-2
Umpan yang diatomisasi dala bentuk percikan disentuhkan dengan udara panas
yang dirancang dengan baik (dianape, 2014).

d. Rotary Dryer
Rotary dryer merupakan suatu alat pengering yang berbentuk silinder dan bergerak
secara berputar yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dari bahan solid dengan cara
mengontakkannya dengan udara kering. Bahan yang akan dikeringkan masuk pada ujung
pengering yang tinggi, dengan adanya perputaran dari pengering serta didukung oleh
adanya lifting flight di dalamnya, maka produk akan keluar secara perlahan-lahan pada
ujung yang lebih rendah. Sumber panas untuk pengering biasanya udara panas yang
mengalir di dalam pengering disebut direct-heated dryer, panas itu dapat juga disuplai dari
luar shell dryer disebut indirect heated-dryer. Dua type alat pengering di atas tersebut,
panas dapat diperoleh dari pembakaran bahan bakar atau memanaskan udara dengan steam.
Bila udara dipanaskan dengan steam, udara dihembuskan melalui satu serie tube berbentuk
fin. Bila dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar, ia dapat diproses dalam kamar
tertutup atau barisan tube berbentuk fim. Pemanasan dilakukan dengan kontak langsung
dengan udara panas yang mengalir secara countercurrent dengan aliran zat padat (Revi,
2008).
Rotary dryer tepat bila digunakan untuk proses pengeringan zat padat granular.
Material yang ditangani harus berupa granular atau kristal, harus dalam bulk dan dalam
keadaan awal sudah cukup kering, tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada
dinding, serta pemindahannya dengan cara biasa. Feed secara kontinyu dimasukkan pada
salah satu ujung, sedangkan udara yang telah dipanaskan dimasukkan melalui ujung yang
lain. Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan yang dapat diubah sehingga feed
dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat lifting flights yang menempel
pada dinding sepanjang dryer yang berfungsi mengangkat feed dan menebarkannya
melewati udara panas. Dryer juga dilengkapi dengan pemanas udara (air heater) untuk
memanaskan udara yang masuk dan blower untuk menghisap udara masuk dalam dryer
(Revi, 2008).

Menurut Westryan (2013), keuntungan penggunaan rotary/drum dryer sebagai alat


pengering adalah :
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses pengeringan

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-5
I-2
bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Menurut Westryan (2013), kekurangan dari penggunaan pengering drum
diantaranya adalah :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas

Gambar II.1 Rotary Dryer

Mekanisme Pengeringan
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, menurut (rohman, 2008) ada dua proses
yang berlangsung secara simultan, yaitu :
1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di
permukaan benda padat.
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi, konveksi ,
radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur,
kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak
dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal
pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan
padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan
melalui lapisan film tipis udara
2. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan.
Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur
sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke permukaan benda padat.
Struktur benda padat tersebut akan menentukan mekanisme aliran internal air.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan menurut Dewi (2010),
adalah sebagai berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-6
I-2
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian
bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.

Menurut Rohman (2008), beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat berlangsung :
a. Difusi
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di bawah titik jenuh
atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem bersifat mutually soluble.
Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil dan sebagainya.
b. Capillary flow
Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas. Pergerakan ini terjadi bila
equilibrium moisture content berada di atas titik jenuh atmosferik. Contoh: pada
pengeringan tanah, pasir, dll.
Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan kehilangan
kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan sama dengan tekanan
parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium dan kandungan air yang berada
dalam padatan disebut equilibrium moisture content. Pada kesetimbangan, penghilangan
air tidak akan terjadi lagi kecuali apabila material diletakkan pada lingkungan (gas)
dengan relative humidity yang lebih rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah)
(rohman, 2008).

II.1.4 Istilah dan Rumus


Menurut Geankoplis (1983), beberapa istilah dan rumus tentang kelembapan
adalah:
1. Humidity (H) dari campuran udara-uap air, yaitu Kg uap air yang ada dalam 1 kg udara
kering. Harga ini tergantung pada tekanan parsial uap air (p A) dan tekanan total (P).
Dalam satuan SI.

2. Humid heat campuran udara-uap air (cs), yaitu jumlah panas dalam J (atau kJ) yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg udara kering ditambah uap air yang ada sebesar
1 K.
KJ
C 1,005 1,88.H .................................(1)
s Kg dry air K

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-7
I-2
3. Humid volume dari campuran udara-uap air, yaitu volume total dari satu satuan masa
gas bebas uap (udara kering) ditambah uap yang aada di dalamnya pada 1 atm dan suhu
yang diberikan.
m3
V ( 2,83.10 3 4,56.10 3.H)T K ....................(2)
H Kg dry air

4. Moisture Content adalah kg total air bahan tiap kg bahan kering.


W - Ws kg total water ....................................(3)
Xt
Ws kg dry solid

5. Total enthalpy ( Hy), adalah entalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang
terkandung di dalamnya. Untuk menghitung Enthalpy udara rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
HG = Cs(TG-T0) + H 0 ....................................(4)

Cs = 1,005 + 1,88 H
....................................(5)
Untuk menghitung enthalpy bahan, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

HS = Cps (Ts-T0) + X1 . CpA (TS-T0) .........................(6)

Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas


Menurut Geankoplis (1993), neraca massa untuk pengering continous dimana gas
panas dialirkan secara countercurrent dengan bahannya adalah sesuai dengan gambar
sebagai berikut:

Gambar II.2 Neraca Massa


Rumus yang digunakan adalah:
GH2 + LsX1 = GH1 + LsX2 .....................................(7)

Sedangkan untuk neraca panas, rumus yang digunakan adalah:


(GHG2 + LS HS1)= (GHG1 + Ls HS2)+Q .......................................(8)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-8
I-2
Efisiensi Rotary Dryer
Efisiensi yang ada pada rotary dryer dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :

1. Efisiensi thermal yaitu perbandingan panas yang tersedia dengan panas yang masuk.
Q Q
input - loss
.100%
thermal Q
input
...................................(9)

2. Efisiensi drying yaitu perbandingan panas yang digunakan untuk drying dengan panas
yang tersedia.
Q
drying
.100%
drying Q Q
input - loss
.....................................(10)

Nilai dari efisiensi thermal dan efisiensi drying ini menentukan performance dari rotary
dryer yang digunakan (Anonim, 2014).

Humidity Chart
Humidity chart adalah grafik dari besaran besaran sistem campuran udara-uap air
pada tekanan 1 atmosfer. Kelembaban pada grafik ini dinyatakan dalam pound air per
pound udara kering, ditempatkan sebagai ordinat yang diplot terhadap temperatur dalam 0F
sebagai absis. Kurva dengan label 100% adalah kelembaban udara jenuh sebagai fungsi
temperatur. Garis humid heat adalah plot dari humidity terhadap cs (Btu/0F.lb udara kering).
Garis spesific volume udara kering dan untuk saturated diplot terhadap temperatur yang
terletak di bagian bawah dari chart dan spesific volume memiliki dimensi ft3/lb udara
kering. Untuk mendapatkan humidity dari campuran udara-uap air adalah dengan
memetakan temperatur TW dan menarik garis tegak lurus terhadap absis sampai memotong
kurva 100%, kemudian dari titik tersebut ditarik garis sejajar dengan garis pendinginan
adiabatis hingga memotong garis tegak lurus yang dibentuk oleh Td. Dari titik potong di
atas, ditarik garis ke kanan dan harga kelembaban dapat diketahui (Geankoplis, 1983).
Dry Bulb Temperature (Td)
Dry bulb temperature mengacu pada dasarnya untuk suhu udara ambien. Hal ini
disebut "Dry Bulb" karena udara suhu ditunjukkan oleh termometer tidak dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Dry bulb temperature - T db, dapat diukur dengan menggunakan
termometer biasa bebas terkena udara tetapi terlindung dari radiasi dan kelembaban. Pada
(o
suhu biasanya diberikan dalam derajat Celcius C) atau derajat Fahrenheit (o F). Satuan SI
adalah Kelvin (K). Nol Kelvin sama dengan -273oC. Suhu bola kering merupakan indikator

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-9
I-2
kandungan panas dan ditampilkan sepanjang sumbu bawah grafik psychrometric. Konstan
dry bulb temperature muncul sebagai garis vertikal di grafik psychrometric (Unila, 2013).

Wet Bulb Temperature (Tw)


Wet bulb temperature adalah temperatur pada keadaan steady dan tidak setimbang
yang dicapai saat sejumlah kecil air dikontakkan pada kondisi adiabatis dengan aliran gas
kontinyu. Karena jumlah liquida kecil, suhu dan humidity dari gas tidak berubah. Metode
yang digunakan untuk mengukur wet bulb temperature diilustrasikan sebagai berikut :
sebuah termometer ditutup dengan kapas basah dan ditempatkan dalam aliran udara-uap air
yang memiliki temperatur T dan humidity H. Pada kondisi steady state, air diuapkan ke
aliran gas. Kapas dan air didinginkan sampai temperatur TW dan berhenti pada suhu
konstan ini. Panas laten penguapan sama dengan panas konveksi dari aliran gas pada suhu
T ke kapas pada TW.

T
w
Zat
Ga cair Ga
tamba
s s
h, suhu
Gambar II.3 Wet Bulb Temperature
Tw
(Mc.Cabe, 1999). Su Su
II.2 Aplikasi Industri hu hu
T T
PERILAKU KADAR AIR DAUN NILAM
Kel DAN HASIL
Kel PENGERINGAN SECARA
ROTASI DENGAN
em TRAYem
DRYER
bab bab
an an
Indonesia merupakan penghasilH minyak atsiri yang
H cukup penting diperdagangkan
di dunia. Dari 14 jenis minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Keunggulan
minyak nilam dari Indonesia sudah dikenal berbagai negara pengimport minyak nilam
(Amerika, Perancis, Belanda, Jerman, Jepang, Singapura, Hongkong, Mesir, Arab Saudi,
dll). Namun masalah yang dihadapi oleh petani nilam di indonesia salah satunya adalah
rendemen dan mutunya masih rendah. Disamping itu produktivitas tanaman nilam per
harga per tahun juga masih rendah. Salah satu yang menyebabkan rendemen nilam kurang
yaitu perlakuan sebelum minyak disuling. Yaitu pengeringan daun nilam. Alat yang cocok
untuk pengeringan daun nilam yaitu try dryer.

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-10
I-2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan kadar air nilam
pada setiap tray pengering dengan interval waktu pengamatan 6 jam sehingga dapat
diketahui kondisi kadar air nilam pada masing-masing tray hingga kadar air nilam
mencapai 14 %. Pengeringan daun nilam menggunakan alat pengering tray dryer (alat
pengerin sistem rak) dengan modifikasi suhu udara pengering yang hampir sama dengan
suhu kamar atau suhu rendah yaitu 35 OC. Untuk menghasilkan suhu kamar yang stabil dan
konstan dipasang element pemanas elektrik kemudian suhunya dikontrol dengan
menggunakan thermo kontrol. Kadar air rata-rata daun nilam pada saat dimulai proses
pengeringan adalah 62,46 % dan kecepatan udara pengering 90 m per menit. Waktu
pengamatan 0 10 pada setiap tray pengering terjadi penurunan kadar air yang masih
rendah berkisar antara 1% hingga 2%. Hal itu disebabkan karena lengas udara yang
dihasilkan diterima oleh tumpukan daun nilam yang berada di tray ditasnya.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah, pengeringan yang paling cepat untuk
menghasilkan kadar air daun nilam sekitar 14% pada masing-masing kecepatan aliran
pengering yaitu 90 m menit-1 (v1) adalah pada tray 1 dan 2. Sedangkan pada kecepatan
udara pada kecepatan aliran udara pengering 110 m menit-1 (v2) adalah pada tray 1 dan 2
dan kecepatan aliran udara pengering 125 m menit -1 (v3) adalah pada semua tray (1, 2, 3, 4
dan 5) (Sumarsono, 2005).

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai