Anda di halaman 1dari 22

DRYING PROCESS (Proses Pengeringan)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Operasi


Teknik Kimia II

Nama Mahasiswa Nomor Pokok


Tri Setia Wibowo 2017710450157
Fairuz Luqyana Ismayanti 2017710450158
Annisa Dwi Caesar 2017710450159
Ardo Wresni Sunendo 2017710450160
Bima Satrio Putra 2017710450161
Reni Suwartin 2017710450162

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS JAYABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang seringkali kita
jumpai disekitar kita. Berbagai macam kegiatan di bidang pertanian dan
industri melakukan kegiatan ini sebagai salah satu dari rangkaian proses
produksi mereka.
Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus
dipisahkan dari suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau
filtrasi. Dalam hal ini pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat
diperoleh, artinya bahan padat selalu masih mengandung sedikit atau
banyak cairan, yang acapkali hanya dapat dihilangkan dengan pengeringan.
Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka sebelum
pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah
dipisahkan seara mekanis. (Bernasconi, G., 1995)
Pengeringan sendiri adalah proses penurunan kadar air bahan sampai
mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan
produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan merupakan cara
untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan
energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering).
Pada awalnya proses pengeringan hanya ditujukan untuk
mengawetkan makanan. Tetapi, saat ini proses pengeringan telah
berkembang luas pada bidang-bidang lain seperti agroindustri, kimia,
biokimia, farmasi, dan industri kertas. Metode pengeringan juga semakin
berkembang, yaitu tidak hanya sekedar mengurangi kadar air tetapi juga
mengontrol proses pengeringan untuk mendapatkan kualitas produk
pengeringan yang lebih baik.
Selama beberapa dekade terakhir, penelitian telah banyak dilakukan
untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan proses pengeringan
dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pengeringan. Tujuan
utamanya adalah untuk menghasilkan proses-proses pengeringan yang lebih
efektif dan efisien. Diperkirakan kurang lebih 250 paten Amerika dan 80
paten Eropa telah diterbitkan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
pengeringan merupakan salah satu bidang ilmu yang sedang berkembang
dengan pesat.

1.2 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan pengeringan dan humidifikasi.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
pengeringan.
3. Mengetahui macam-macam alat pengeringan.
4. Mengetahui bagaimana cara kerja alat pengeringan.
5. Mengetahui pengaplikasian proses pengeringan pada industri kimia.

1.3 Manfaat
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan pengeringan dan
humidifikasi.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
pengeringan.
3. Dapat mengetahui macam-macam alat pengeringan.
4. Dapat mengetahui bagaimana cara kerja alat pengeringan.
5. Dapat mengetahui pengaplikasian proses pengeringan pada industri
kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengeringan dan Humidifkasi


Pengeringan merupakan suatu cara untuk menurunkan kandungan air
yang terdapat didalam suatu bahan (Trayball, 1981). Proses pengeringan
diperoleh dengan cara penguapan air. Cara ini dilakukan dengan
menurunkan kelembaban udara dengan mengalirkan udara panas di
sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada
tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya
aliran uap dari bahan ke udara.
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses
menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung dalam
suatu material. Sedangkan evaporasi dapat diartikan sebagai proses
menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah cukup banyak) yang
terkandung dalam suatu material. Dalam proses evaporasi, air dihilangkan
dari material dalam wujud uap pada saat material tersebut mencapai titik
didihnya. Sedangkan dalam proses drying, air biasanya dihilangkan dalam
wujud uap dengan bantuan gas panas. Istilah pengeringan juga digunakan
untuk merujuk pada pemindahan cairan organik lainnya, seperti benzena
atau pelarut organik, dari padatan.
Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam
keadaan benar-benar kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan
mempunyai kelembaban relatif tertentu. Untuk udara yang mempunyai
kelembaban tertentu, kandungan kebasahan di dalam zat padat yang keluar
dari pengering tidak bisa kurang dari kebasahan keseimbangan yang
berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat di
dalam zat padat yang basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara masuk,
karena udara masuk itu mengandung kelembaban pula, yang disebut
kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture). Jadi meskipun telah
mengalami proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari
kandungan air. Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan
equilibrium moisture contentnya. Kandungan air dari produk yang sudah
mengalami proses drying berbeda-beda tergantung dari tipe produk.
Sebagai contoh dried salt mengandung kira-kira 0,5% air, batu bara
mengandung kira-kira 4% air, dan sebagian besar produk makanan
mengandung kira-kira 5% air.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
cara, yakni proses batch dan proses continue. Proses drying diklasifikasikan
sebagai proses batch, apabila material dimasukkan ke dalam alat drying dan
diproses pada waktu tertentu. Sedangkan dalam proses continue, material
dimasukkan secara terus-menerus ke dalam alat drying dan material yang
sudah dikeringkan dipindahkan secara terus-menerus juga.
Proses drying juga dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat
menambah panas dan menghilangkan uap air, yakni:
1. Pada kategori pertama, panas ditambahkan dengan cara kontak langsung
dengan udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang
terbentuk dihilangkan dengan udara.
2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan
rendah, dan panas ditambahkan secara tidak langsung dengan cara
kontak dengan dinding baja atau dengan radiasi
3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material
yang beku.(Geankoplis, 1997)
Dalam pemrosesan bahan sering diperlukan untuk menentukan uap
air dalam aliran gas. Operasi ini dikenal sebagai proses humidifikasi.
Sebaliknya, untuk mengurangi uap air dalam aliran gas sering disebut proses
dehumidifikasi. Dalam humidifikasi, kadar dapat ditngkatkan dengan
melewatkan aliran gas di atas cairan yang kemudian akan menguap ke
dalam aliran gas.
Perpindahan ke aliran utama berlangsung dengan cara difusi dan
pada perbatasan (interface) perpindahan panas dan massa yang berlangsung
terus menerus, sedangkan dalam dehumidifikasi dilakukan pengembunan
(kondensasi) parsial dan uap yang terkondensasi dibuang.
Penggunaan yang paling luas dari proses humidifikasi dan
dehumidifikasi menyangkut sistem udara air. Contoh paling sederhana
adalah pengeringan padatan basah dengan pengurangan jumlah kandungan
air sebagai tujuan utama dan dehumidifikasi aliran gas sebagai efek
sampingan. Pemakaian AC dan pengeringan gas juga menggunakan proses
humidifikasi dan dehumidifikasi. Sebagai contoh kandungan uap air harus
dihilangkan dari gas klor basah, sehingga gas ini bias digunakan pada
peralatan baja untuk menghindari korosi. Demikian juga pada proses
pembuatan asam sulfat, gas yang digunakan dikeringkan sebelum masuk ke
konventor bertekanan yaitu dengan jalan melewati pada bahan yang
menyerap air (dehydrating agent) seperti silica gel, asam sulfat pekat, dan
lain-lain.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan


Udara yang terdapat dalam proses pengeringan mempunyai fungsi
sebagai pemberi panas pada bahan, sehingga menyebabkan terjadinya
penguapan air. Fungsi lain dari udara adalah untuk mengangkut uap air yang
dikeluarkan oleh bahan yang dikeringkan. Prinsip pengeringan biasanya
akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas harus diberikan pada bahan yang
akan dikeringkan, dan air harus dikeluarkan dari dalam bahan. Dua
fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke dalam dan
perpindahan massa keluar.
Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan
yang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk
mempercepat pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini
perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses
pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh kecepatan pengeringan yang optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dibagi kedalam dua
golongan yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor
yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang
termasuk golongan pertama adalah temperatur, kecepatan volumetric aliran
udara pengering kelembaban udara, dan waktu pengeringan. Faktor-faktor
yang termasuk golongan kedua adalah ukuran bahan, sifat fisik dan kimia
bahan, kadar air awal, jumlah dan varietas bahan, dan tekanan parsial di
dalam bahan.
1. Golongan Pertama
a. Temperature
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan
bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah
panas berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan
semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering,
maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang
akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga
pindah massa akan berlangsung juga dengan cepat.
b. Kecepatan Volumetric Aliran Udara Pengering
Udara yang bergerak atau bersirkulasi akan lebih cepat mengambil
uap air dibandingkan udara diam. Pada proses pergerakan udara, uap
air dari bahan akan diambil dan terjadi mobilitas yang menyebabkan
udara tidak pernah mencapai titik jenuh. Semakin cepat pergerakan
atau sirkulasi udara, proses pengeringan akan semakin cepat. Prinsip
ini yang menyebabkan beberapa proses pengeringan menggunakan
sirkulasi udara.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menentukan kadar air akhir bahan pangan setelah
dikeringkan. Bahan pangan yang telah dikeringkan dapat menyerap
air dari udara di sekitarnya. Jika udara disekitar bahan pengering
tersebut mengandung uap air tinggi atau lembab, maka kecepatan
penyerapan uap air oleh bahan pangan tersebut akan semakin cepat.
Proses penyerapan akan terhenti sampai kesetimbangan kelembaban
nisbi bahan pangan tersebut tercapai. Kesetimbangan kelembaban
nisbi bahan pangan adalah kelembaban pada suhu tertentu dimana
tidak terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan tidak
terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan tidak terjadi
penyerapan uap air dari udara oleh bahan pangan.
d. Waktu Pengeringan
Waktu pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas.
Karena sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka
waktu pengeringan yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air
bahan akhir yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan
yang pendek. Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang
pendek dapat lebih menekan kerusakan bahan pangan dibandingkan
dengan waktu pengeringan yang lebih lama dan suhu lebih rendah.
Misalnya, jika kita akan mengeringkan kacang-kacangan,
pengeringan dengan pengering rak pada suhu 800̊C selama 4 jam
akan menghasilkan kacang kering yang mempunyai kualitas yang
lebih baik dibandingkan penjemuran selama 2 hari.
2. Golongan Kedua
a. Ukuran Bahan
Pada umumnya, bahan pangan yang dikeringkan mengalami
pengecilan ukuran, baik dengan cara diiris, dipotong, atau digiling.
Proses pengecilan ukuran dapat mempercepat proses pengeringan
dengan mekanisme sebagai berikut :
 Pengecilan ukuran memperluas permukaan bahan. Luas
permukaan bahan yang tinggi atau ukuran bahan yang semakin
kecil menyebabkan permukaan yang dapat komtak dengan
medium pemanas menjadi lebih baik,
 Luas permukaan yang tinggi juga menyebabkan air lebih mudah
berdifusi atau menguap dari bahan pangan sehingga kecepatan
penguapan air lebih cepat dan bahan menjadi lebih cepat kering.
 Ukuran yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus
ditempuh oleh panas. panas harus bergerak menuju pusat bahan
pangan yang dikeringkan. Demikian juga jarak pergerakan air
dari pusat bahan pangan ke permukaan bahan menjadi lebih
pendek.
b. Sifat Fisik Dan Kimia Bahan
Tujuan dari pengeringan ini merupakan penghilangan kadar air dari
bahan. biasanya dilakukan pengeringan untuk mengawetkan bahan
atau menaikan nilai ekonomis suatu bahan. Sehingga perlu
diperhatikan sifat fisik dan kimia bahan yang akan dikeringkan.
Apabila bahan tersebut sensitive terhadap panas makan perlu
dilakukan pengeringan tanpa menggunakan temperature yang tinggi,
salah satunya dengan freeze drying, atau merubah sifat fisik bahan
menjadi sangat keras sehingga bahan tidak dapat dikonsumsi.
c. Kadar Air Awal
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan
bobot bahan. Terdapat dua metode untuk menentukan kadar air
bahan, yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan
bobot basah (wet basis). Untuk memperpanjang daya tahan suatu
bahan maka sebagian air dari bahan harus dihilangkan sehingga
mencapai kadar air tertentu. Bahan pangan yang mempunyai
kandungan air atau nilai aw (Water Activity) tinggi pada umumnya
cepat mengalami kerusakan, baik akibat pertumbuhan mikroba
maupun akibat reaksi kimia tertentu seperti oksidasi dan reaksi
enzimatik. Aktivitas air pada bahan pangan pada umumnya sangat
mudah untuk dibekukan maupun diuapkan. Nilai aw yang dianjurkan
adalah < 0.70 tahan dalam penyimpanan.
d. Jumlah dan Varietas Bahan.
Banyaknya bahan dan yang akan dikeringkan berpengaruh terhadap
proses pengeringan. Apabila jumlah bahan yang dikeringakn
semakin banyak, maka semakin banyak pula air yang harus di
keluarkan dari bahan. hal tersebut berhubungan dengan waktu
pengeringan, temperatur, dan laju volumetric udara yang dibutuhkan.
Sedangkan varietas berpengaruh pada lamanya pengeringan. Setiap
bahan memiliki kadar air yang berbeda dalam varietasnya.
e. Tekanan Parsial Didalam Bahan
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih
pada suhu 100̊C. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air
akan mendidih pada suhu lebih rendah dari 100̊C.
P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC
P udara < 1 atm air mendidih < 100oC
Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang
sensitif terhadap panas,contohnya: pengeringan beku (freeze drying).

2.3 Macam-macam Alat Pengeringan


1. Tray Dryer
Prinsip kerjanya adalah rak-rak yang tersusun bertingkat dan dari bawah
keatas dialirkan panas secara zig-zag menggunakan blower/fan. Panas
berasal dari listrik, kumparan koil dan steam. Biasanya panas diatur
menggunakan thermostat pada suhu 50-70 oC.
Keunggulan :
 Sederhana dan biaya instalasi rendah
 Biaya operasional rendah
 Laju pengeringan lebih cepat
 Kemungkinan terjadinya Over Drying lebih kecil
 Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan
yang dikeringkan.

Kelemahan :

 Kecenderungan tray terbawah panas dan tray teratas kurang panas


 Efisiensi rendah
Gambar 2.1 Tray Dryer

Pengering Rak (Tray Dryer) disebut juga pengering Baki, Pengering


Rak atau Pengering Cabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan
padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam dengan
ketebalan 10 - 100 mm. Tray Dryer digunakan untuk mengeringkan
bahan-bahan yang tidak boleh diaduk dengan cara termal, sehingga
didapatkan hasil berupa zat padat yang kering. Tray Dryer sering
digunakan untuk laju produksi kecil. Pengeringan jenis baki atau wadah
adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki
yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan
panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas
secara konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengerik di
bentuk dan dilas, kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari
bahan plat seng dengan tebal 0,3 mm. Dinding tersebut dilengketkan
pada rangka bak pengering dengan cara di Revet serta dilakukan
pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas. Kemudian plat
seng dicat dengan warna hitam buram,agar dapat menyerap panas
dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan pintu yang
berguna untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan.
Di pintu tersebut dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat
mengetahui temperature tiap Rak, dengan cara melihat Thermometer
yang sengaja digantungkan pada setiap Rak pengering. Di bagian atas
bak pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar
sirkulasi udara pada proses pengeringan.
 Prinsip Kerja

Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7-15 ft/det diantara Rak


dengan bantuan kipas dan motor, mengalir melalui pemanas. Sekat-
sekat membagikan udara itu secara seragam diatas susunan Rak.
Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui Rak pembuang,
sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk.
Pengering ini dapat beroperasi dalam vakum dan dengan pemanasan
tak langsung. Uap dari zat padat dikeluarkan dengan ejector atau
pompa vakum. Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang
lapisan zat padat memerlukan waktu sangat lama dan siklus
pengeringan panjang yaitu 4-8 jam per tumpak. selain itu dapat juga
digunakan sirkulasi tembus, tetapi tidak ekonomis karena
pemendekan siklus pengeringan tidak akan mengurangi biaya
tenagakerja yang diperlukan untuk setiap tumpak.
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian
berupa biji-bijian. Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya
berlubang-lubang untuk melewatkan udara panas. Bentuk bak yang
digunakan ada yang persegi panjang dan ada juga yang bulat. Bak
yang bulat biasanya digunakan apabila alat pengering menggunakan
pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak. Kecepatan
pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang
dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya
putaran pengaduk sangat lambat karena hanya berfungsi untuk
menyeragamkan pengeringan.
 Spesifikasi Alat
Alat pengering tipe Rak (Tray Dryer) mempunyai bentuk persegi
dan di dalamnya berisi Rak-rak yang digunakan sebagai tempat
bahan yang akan dikeringkan. Terdiri dari sebuah ruang dari logam
lembaran yang berisidua buah truk yang mengandung Rak-rak (H),
setiap Rak memiliki sebuah Rak dangkal, sekitar 30 in persegi dan
tebal 2 - 6 in, yang penuh dengan bahan yang akan dikeringkan.
Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7 - 15 ft/det diantara Rak
dengan bantuan kipas (C) dan motor (D), mengalir melalui pemanas
(E). Sekat-sekat (G) membagikan udara itu secara seragamdiatas
susunan Rak. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui
Rak pembuang (B), sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk
(A). Rak-Rak itu disusun diatas roda truk (I) sehingga pada akhir
siklus pengeringan truk didapat ditarik keluar dari kamar dan dibawa
ke stasiun penumpahan Rak. Pada umumnya Rak tidak dapat
dikeluarkan. Beberapa alat pengering jenis itu Rak-raknya
mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat pengering.
Ikan-ikan diletakkan di atas Rak yang terbuat dari logam dengan alas
yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk
mengalirkan udara panas dan uap air.
Ukuran Rak yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya
200 cm2 dan ada juga yang 400 cm2. Luas Rak dan besar lubang-
lubang Rak tergantung pada bahan yang akan dikeringkan. Selain
alat pemanas udara, biasanya juga digunakan kipas (Fan) untuk
mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Kipas yang
digunakan mempunyai kapasitas aliran 7 - 15 feet per detik. Udara
setelah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat
tersebut udara dipanaskan lebih dahulu kemudian dialirkan diantara
Rak-rak yang sudah berisi bahan. Arah aliran udara panas di dalam
alat pengering dapat dari atas ke bawah dan juga dari bawah ke atas.
Suhu yang digunakan serta waktu pengeringan ditentukan menurut
keadaan bahan. Biasanya suhu yang digunakan berkisar antara 80 -
180 0C. Tray dryer dapat digunakan untuk operasi dengan keadaan
vakum dan seringkali digunakan untuk operasi dengan pemanasan
tidak langsung. Uap air dikeluarkan dari alat pengering dengan
pompa vakum.
Tray Dryer dapat digunakan untuk mengeringkan segala macam
bahan, Pengering Rak ini digunakan untuk pengeringan bahan
bernilai tinggi seperti zat-zat warna dan bahan farmasi.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai
berikut :
a. Bak Pengering yang lantainya berlubang-lubang serta
memisahkan bak pengering dengan ruang tempat penyebaran
udara panas (Plenum Chamber).
b. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari
sumbernya ke Plenum Chamber dan melewati tumpukan bahan
di atasnya.
c. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering
agar kelembapan nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan
suhunya naik.
 Jenis-jenis Tray Dryer
Pengering Rak (Tray Dryer ) terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Parallel Flow Tray
Parallel Flow Tray atau disebut Compartment Dryer adalah
terdiri dari satu ruang atau Cabinet yang didalamnya tersusun
atas Rak-rak yang digunakan untuk tempat meletakkan bahan
yang akan dikeringkan. Parallel Flow Tray ini dilengkapi
dengan Fan atau pemanas uap (Steam Heater). Bahan yang
dikeringkan berbentuk Sheet (lembaran) atau Cake hasil filtrasi
yang diletakkakn diatas Rak-rak yang dapat diambil dan
dipasang kembali. Udara pengering disirkulasikan dan mengalir
Parallel atau sejajar dengan permukaan Rak. Tebal pengisian
bahan, Tray Spacing dan kecepatan media pengering harus
dibuat seragam pada tiap Tray. Tebal pengisian bahan pada tiap
Tray antara 2 - 10 cm dengan kecepatan gas 1 - 10 m/det. Makin
tebal pengisian bahan pada Tray akan menguarangi ongkos
tenaga kerja tetapi kapasitas pengeringan secara keseluruhan
akan turun karena dengan bertambahnya tebal akan
menyebabkan Critical Moisture Content naik sehingga waktu
pengeringan akan bertambah. Bahan Rak terbuat dari logam
akan membantu perpindahan panas melalui bagian bawah Rak.
Laju pengeringan total sekitar 0,2 - 2 kg air yang diuapkan tiap
jam tiap m2 permukaan bahan. Effisiensi Thermal dari
pengering ini adalah 20 - 50.
b. Through Circulation Tray.
Pada Through Circulation Tray hampir mirip dengan Parallel
Flow Tray tetapi pada Through Circulation Tray arah aliran
media pengering tegak lurus terhadap permukaan Tray. Pada
Tray ini bentuknya berlubang atau merupakan saringan yang
dilengkapi dengan sekat (Baffle) sehingga gas dapat menembus
bahan. Pengering ini dapat digunakan untuk mengeringkan
bahan makanan Filter Cake. Laju pengeringan total dalah 1 - 10
kg air yang diuapkan tiap jam tiap m2 luas permukaan Tray.
Effisiensi Thermal = 50.
2. Spray Dryer
Prinsip kerjanya adalah air yang terkandung dalam butiran produk yang
akan dikeringkan diubah menjadi partikel halus dengan penguapan oleh
atomizer. Partikel produk akan jatuh kebawah dengan udara panas yang
mengalir baik secara co-current atau counter current. Produk akan jatuh
kebawah sebagai serbuk dan untuk pemisahan partikel padatan terikut
udara panas maka digunakan cyclone.
Keunggulan :
 Untuk produk mempunyai nilai ekonomis tinggi dan rusak oleh
panas (>100oC)
 Tidak terjadi kehilangan senyawa yang mudah menguap (volatile)
terlalu tingggi
 Proses pengeringan cepat dalam kapasitas besar
 Mengahasilkan partikel yang bias dikontrol sesuai keinginan seperti
bentuk ukuran dan kandungan airnya
 Untuk produk yang tetap terjaga mutu dan kualitasnya

Kelemahan :

 Biaya cukup tinggi


 Hanya diaplikasikan pada produk cair dengan konsentrasi tertentu
Gambar 2.2 Spray Dryer

3. Rotary/Drum Dryer
Prinsip kerjanya adalah menggunakan drum panjang horizontal yang
berputar, dimana bagian bawah sedikit turun sehingga produk akan
berjalan secara gravitasi mengikuti putaran drum. Panas dihembuskan
baik secara co-current dan counter current yang berasal dari pembakaran
batubara, minyakbumi dan gas.
Keunggulan :
 Bisa untuk mengeringkan luar dan dalam dari padatan
 Efisiensi tinggi dan instalasi mudah
 Menggunakan daya listrik kecil
 Proses pencampuran baik dan seragam
 Mudah dioperasikan

Kelemahan :
 Susah perawatan
 Efisiensi rendah
 Karakteristik produk yang tidak konsisten
 Drum bias erosi terhadap material tertentu
Gambar 2.3 Rotary/Drum Dryer

4. Flash/Pneumatic Dryer
Prinsip kerjanya adalah melewatkan produk pada kolom dan biasanya
berbentuk huruf “U” agar kontak antara produk yang akan dikeringkan
dengan media pemanas lebih lama. Flash artinya kilat dengan maksud
bahwa produk dikeringkan dengan sangat cepat saat berjalan pada
kolom dan Pneumatic artinya gas bertekanan sehingga bias
menggerakan fluida biasanya berupa blower. Media pemanas bias
berupa steam, udara panas dll yang bias dilewatkan secara co-current
atau counter current tergantung kebutuhan.

Gambar 2.4 Flash/Pneumatic Dryer

5. Fluidized Bed Dryer


Prinsip kerjanya adalah tumpukan bahan padat bergerak karena adanya
aliran udara yang dilewatkan pada tumpukan.
Keunggulan :
 Cocok untuk skala besar
 Mudah pengoperasian karena produk bergerak seperti fluida

Kelemahan :
 Energy listrik besar karena kecepatan udara tinggi
 Partikel padatan tidak terpisah sempurna
 Tidak dapat mengolah bahan yang lengket

Gambar 2.5 Fluidized Bed Dryer


6. Vacuum Dryer
Prinsip kerjanya adalah memanaskan produk yang suhunya bias diatur,
disertai dengan penyedotan uap air dari produk.
Keunggulan :
 Penguapan lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi
 Digunakan untuk bahan yang peka terhadap suhu atau mudah
teroksidasi
 Waktu pengeringan cepat
 Temperature rendah
 Energy yang digunakan sedikit

Kelemahan :
 Biaya operasional relative mahal
Gambar 2.6 Vacuum Dryer

2.4 Aplikasi Proses Pengeringan dan Humidifikasi di Industri


Salah satu aplikasi dari sebuah proses humidifikasi, sering terjadi
didalam proses industry khususnya pada bagian pengeringan di cooling
tower, proses singkatnya adalah air yang masuk sebagai air umpan
kemudian dinaikkan konsentrasi garamnya dengan maksud titik didihnya
supaya tinggi lalu blowdown yaitu untuk mengurangi uap air kemudian air
dinaikkan tekanannya lalu masuk ke HE yang kemudian air keluaran HE
yaitu air hangat lalu di spray kan yang kemudian udara dialirkan ke atas
yang kemudian udara tersebut membawa air hangat menuju ke atas sebagai
uap air, proses perpindahan uap air ke udara itulah yang dinamakan
humidifikasi.
BAB III
KESIMPULAN

1. Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima, menggunakan panas.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah Temperature,
Kecepatan Volumetric Aliran Udara Pengering, Kelembaban Udara, Waktu
Pengeringan, Ukuran Bahan, Sifat Fisik Dan Kimia Bahan, Kadar Air Awal,
Jumlah dan Varietas Bahan dan Tekanan Parsial Didalam Bahan.
3. Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus
di transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi
penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur
bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di
mana cairan harus di transfer melalui struktur bahan selama proses
pengeringan berlangsung. Jadi panas harus di sediakan untuk menguapkan air
dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat
lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan
tergantung pada bahan yang di keringkan dan cara pemanasan yang
digunakan.
4. Jenis-jenis dryer adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer, freeze dryer,
fluidized bed dryer, dan vacum dryer.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai