Kelompok 2:
UNIVERSITAS JAYABAYA
2020
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan:
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat
yang berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat
pada permukaan zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya
terdapat di dalam zat padat (pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer),
atau bisa juga sebagian di luar dan sebagian di dalam zat padat.
(McCabe, 1985)
A. Mekanisme Pengeringan
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang
berlangsung secara simultan, yaitu :
Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan
kehilangan kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan
sama dengan tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium
dan kandungan air yang berada dalam padatan disebut equilibrium moisture
content. Pada kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali
apabila material diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang
lebih rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah). Operasi drying dapat
dikelompokkan menurut:
1. Metode Operasi
a) Batch/semi batch, dimana peralatan yang dioperasikan hanya
berlangsung sesaat atau berulang pada kondisi unsteady state,
dryer diisi dengan bahan, yang akan tetap tinggal dalam peralatan
sampai kering, kemudian dikosongkan dan diisi dengan bahan yang
baru.
b) Continuous, dimana dryer dioperasikan dalam kondisi steady state.
2. Metode pemberian panas yang diperlukan untuk penguapan kandungan air
a) Direct dryer, dimana panas yang diberikan terjadi dengan
mengontakkan secara langsung bahan yang dikeringkan dengan
gas panas (biasanya udara panas). Direct dryer disebut juga
adiabatic dryer.
b) Indirect dryer, dimana panas dipindahkan ke zat padat melalui
medium eksternal, biasanya melalui dinding logam yang
dikontakkan dengan bahan yang akan dikeringkan. InDirect dryer
disebut juga nonadiabatic dryer.
3. Sifat dari bahan yang akan dikeringkan
Bahan yang berupa solid seperti papan serat atau kayu, bahan
yang fleksibel seperti kertas atau kain, butiran padat, atau suatu larutan.
Bentuk fisik dari bahan dan metode penanganannya akan menentukan tipe
dryer yang akan digunakan.
(Geankoplis, 1997)
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan
semakin cepat bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan
dikeringkan dipotong– potong untuk mempercepat pengeringan.
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan
bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas
berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat
pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan semakin besar
energi panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses
pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung
juga dengan cepat.
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap
air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak
adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna
untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan
bahan yang dikeringkan.
4. Kelembaban udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya,
maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu
juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan
uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai
keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke
atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.
5. Tekanan atm dan vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih
pada suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan
mendidih pada suhu lebih rendah dari 100C.
P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC
P udara < 1 atm air mendidih < 100oC
Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang
sensitif terhadap panas contohnya : pengeringan beku (freeze drying)
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin
cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep
HTST (High Temperature Short Time), Short time dapat menekan biaya
pengeringan.
C. Rotary Dryer
Dryer type ini biasanya dijalankan secara continous. Untuk Direct contact
dryer, gas panas dialirkan ke seluruh bahan secara countercurrent. Sedangkan
untuk indirect contact dryer, panas ditransfer ke seluruh dinding shell silinder.
Efisiensi thermal rotary dryer ini sekitar 50-80% dan drying rate antara 10-50
kg/h.m3 volume shell. Adapun keuntungan maupun kerugian menggunakan rotary
dryer ini adalah:
a) Keuntungan:
• Baik dalam kontak dengan gas.
• Waktu drying-nya cukup.
• Biaya modal yang rendah untuk alat ini.
• Pengeringan dan kalsinasi sekaligus dalam satu unit.
• Efisiensi thermal yang tinggi.
• Fleksibilitas dalam mengendalikan kecepatan gas.
b) Kerugian :
• Kesulitan dalam pengemasan alat ini.
• Produk tertinggal di dinding bagian dalam.
• Beban struktur yang tinggi.
• Waktu tinggal yang tidak sama
a) Product-superheating zone
b) Evaporating zone
c) Feed-preheating zone
Gambar II-2 Zona Dryer
1. Emission Points
Emisi berupa dust (debu) dapat menjadi suatu masalah pada setiap
proses pengeringan yang mana materialnya di-agitasi atau diaduk. Dust
hanya dikeluarkan dari bagian discharge. Suatu studi tentang rotary dryer
oleh Barber Greene Company berkesimpulan bahwa dust yang terbawa
keluar meningkat sebanding dengan kuadrat dari volume gas yang terpakai
(habis).
2. Langkah pencegahan terjadinya emisi dalam bentuk dust
Udara panas yang membawa dust yang berasal dari dryer dibawa
ke pengumpul dust, dan biasanya dust tidak hilang/keluar kecuali kalau
sistem ventilasi sedang bekerja atau tidak perlu untuk diperbaiki.
3. Spesifikasi Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sekam karena
densitas sekam besar sehingga kemungkinan leftover di Rotary dryer lebih
kecil. Selain itu, proses pengeringan sekam lebih mudah karena luas
permukaan dari sekam kecil, sehingga air atau moisture content yang
terkandung pada sekam akan lebih mudah menguap.
Rotary dryer didesain dengan transfer panas sebagai basisnya.
Sebuah persamaan empiris dimensional untuk koefisien transfer panas
volumetric Ua yaitu,
Ua =
Dimana Ua dalam Btu/ft3hoF, G adalah rate massa gas dalam
lb/ft2.h untuk ft2 luas pengeringan, dan D adalah diameter dryer dalam feet.
Rate transfer panas qT, yakni :
qT =
qT =
(Mc.Cabe, 1985)
(McCabe, 1985)
(McCabe, 1985)
Keterangan :
C. Cara Percobaan
Prosedur pada percobaan ini yaitu:
1. Disiapkan materi percobaan meliputi, menimbang sejumlah gabah
padi dan juga air untuk dicampur menjadi gabah basah yang
sehingga diketahui X-nya,
2. Dicek apakah blower berjalan dengan baik, fungsi blower adalah
untuk menyedot udara.
3. Udara masuk dipanaskan dengan alat pembakar yang menggunakan
bahan bakar gas.
4. Blower dijlankan terlebih dahulu sebelum alat pembakar dinyalakan
5. Laju alir udara pengering diukur dengan flowmeter dan stopwatch.
6. Alat pengering dijalankan pada putaran yang berbeda – beda.
7. Selama dijalankan, diukur Td1, Tw1 dan Td2, Tw2 untuk diketahui
harga kelembabanya (X1, X2) (diagram psikometri)
8. Dengan diketahuinya kelembaban bisa dihitung volume lembab
9. Ditentukan panas lembab
10. Dihitung Qds (Panas yang diterima gabah kering)
11. Dihitung Qdg (Panas yang diserap udara kering)
12. Dihitung panas yang diserap uap air QE=QS+QL
13. Dihitung effisiensi pengering
14. Dihitung panas yang diberikan oleh bahan bakar Gas
15. Dihitung jumlah udara kering yang dibutuhkan
D. Analisis Data
Rotary Dryer memiliki beberapa komponen untuk dihitung agar
dapat diketahui laju pengeringan. Tahap perhitungannya adalah dengan
mencari volume lembab, panas lembab, laju alir udara, laju alir udara
kering, menghitung panas yang diserap udara kering, menghitung panas
penguapan air, menghitung panas yang diserap oleh gabah, menghitung
panas yang dihasilkan LPG, sehingga menemukan efisiensi pengeringan,
efisiensi therma lalu diketahui laju pengeringan.
1) a. Mencari Volume Lembab
VH = [0,0252+(0,0405.Xa)]T
Keterangan: VH = Volume Humidity
b. Mencari Panas Lembab
CH = 0,24 + 0,45 Xa
Keterangan: CH = Calor Humidity
ℎ𝑔 = 24,2(𝐺)0,37
hg |T−Tw2 | A
𝑚𝑉 = λ1
mV
𝑅=
𝐴
Yang ketiga yaitu kecepatan udara. Dalam percobaan ini laju alir udara
yang digunakan sebesar 2,5 L/min. Udara yang bergerak berguna untuk
mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang di
keringkan. Sehingga dengan kecepatan udara yang tinggi dapat menghasilkan
proses pengeringan yang baik.
V. KESIMPULAN
Pada percobaan pengeringan gabah menggunakan rotary dryer maka
dengan jumlah gabah sebanyak 3 kg membutuhkan laju pengeringan sebesar
0,4673 lb/jam dengan efisiensi pengeringan sebesar 0,35% dan memerlukan
bahan bakar sebanyak 1,459 lb/jam selama 57 menit dengan heating value
sebesar 29235,442 BTU/jam.
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi hazard
Identifikasi hazard terdiri dari:
1. Identifikasi hazard proses selama praktikum
Pada saat menyalakan api dari sumber LPG dipastikan gas LPG tidak
ada kebocoran
2. Identifikasi hazard dari bahan-bahan
Tidak ada
C. Management Limbah
Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu:
1. Air rendaman gabah, sisa air yang tidak terserap oleh gabah padi
dibuang ke saluran pembuangan air yang terdapat didekat alat rotary
dryer
2. Kapas basah, yang digunakan pada saat mencari temperature basah
dibuang ke tempat sampah
D. Protokoler COVID-19
Di dalam laboratorium praktikan diharuskan:
1. Mencuci tangan ketika masuk dan keluar laboratorium, dan ketika
kontak dengan bahan-bahan kimia,
2. Diwajibkan menerapkan physical distancing dengan cara menjaga
jarak dengan pengujung / peserta praktikum lainnya.
3. Menggunakan masker setiap saat.
E. Data Percobaan
Berat gabah : 3 kg
Berat gabah akhir : 2591 gram
Berat air : 1 kg
Berat gas awal : 4529 gram
Berat gas akhir : 3900 gram
Sudut kemiringan (α): 12o
Putaran : 18 Hz x 60 rpm = 1080 rpm
T gabah masuk : 24oC = 75,2oF
T gabah keluar : 56oC = 132,8oF
Waktu masuk : 20 menit
Waktu keluar : 1 jam 17 menit = 77 menit
Laju alir udara : 2,5 L/min = 5,2 ft3/jam
T Ci : 50oC = 122oF
TV : 58oC = 136,4oF
T Co : 84oC = 183,2oF
Tw1 : 25oC = 77oF
Td1 : 45oC = 113oF
Tw2 : 31oC = 87,8oF
Td2 : 42oC = 107,6oF
F. Perhitungan
VH = [0,0252+(0,0405.Xa)]T
= [0,0252+(0,0405 x 0,0179)] 536,76
= 13,9155 ft3/lb udara kering
b. Mencari Panas Lembab
CH = 0,24 + 0,45 Xa
= 0,24 + 0,45 (0,0179) = 0,248055 BTU/lb udara kering °F
= 0,03364 kg/menit
= 4,4498 lb/jam
Cp gabah = 21,46 KJ/kg°C
= 5,1256 BTU/lb°F
[Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 3: 161- 172]
∆𝑇𝑑𝑠 = 𝑇𝐶𝑜 − 𝑇𝐶𝑖
= 183,2 – 122 = 61,2oF
∆𝐻𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ × ∆𝑇𝑑𝑠 × 𝑚°𝑠
= 5,1256 𝐵𝑇𝑈/𝑙𝑏°𝐹 × 61,2℉ × 4,4498 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
= 1395,8432 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
4,8742
= × 100%
4,8742 + 2,2600 + 1395,8432
= 0,35 %
8) Laju Pengeringan
D = 25 cm = 0,8202 ft
ρ udara = 1,1637 kg/m3 = 0,07265 lb/ft3
Tw2 = 87,8oF
λ1 = 1029,43 BTU/lb
Td1 + Td2 113 + 107,6
𝑇= = = 110,3 oF
2 2
laju alir udara
𝐺 = luas penampang alat 𝑥 𝜌 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑓𝑡3
5,2 𝑙𝑏
jam
= 0,8202 2 𝑥 0,07265 𝑓𝑡 3
π( 𝑓𝑡)
2
= 0,7154 𝑙𝑏⁄ 2
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑔 = 24,2(𝐺)0,37
= 24,2(0,7154)0,37
= 21,3795 𝐵𝑇𝑈⁄ 2
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚𝑜 𝐹
hg (T−Tw2 ) A
𝑚𝑉 = λ1
21,3795 (110,3−87,8) A
= 1029,43
= 0,4673 A
mV 0,4673A
𝑅= 𝐴
= 𝐴
= 0,4673 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
Diagram Psikometrik
Tw1 : 25oC = 77oF
Td1 : 45oC = 113oF
X1 : 0,0117 lb air/lb udara kering
Tw2 : 42oC = 107,6oF
Td2 : 31oC = 87,8oF
X2 : 0,0241 lb air/lb udara kering