Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


ROTARY DRYER

Kelompok 2:

Adam Saputra 2017710450073

Afifah Suryono Putri 2017710450067

Ajeng Dwi Pratiwi 2017710450054

Dilla Septiana Daniarissa 2017710450002

Michelle Sarah Sesira 2017710450048

Rizal Dwi Apriyanto 2017710450053

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS JAYABAYA

2020
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan:

1. Menentukan efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada


gabah hasil pertanian
2. Menghitung biaya operasi pengeringan (biaya power dan bahan bakar /kg
produk).

II. DASAR TEORI


Secara umum, proses drying suatu bahan padat dapat diartikan sebagai
pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, untuk mengurangi
kandungan sisa zat cair di dalam bahan padat tersebut sampai suatu nilai rendah
yang dapat diterima. Kandungan zat cair dalam suatu bahan padat bervariasi pada
tiap produk. Produk yang tidak mengandung zat cair sama sekali disebut bone-
dry. Tetapi pada umumnya, produk masih mengandung sedikit zat cair.

Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat
yang berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat
pada permukaan zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya
terdapat di dalam zat padat (pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer),
atau bisa juga sebagian di luar dan sebagian di dalam zat padat.

Setiap bahan yang dikeringkan mempunyai moisture content yang


berbeda-beda. Namun pada umumnya, zat padat masih mengandung sedikit zat
cair. Pengeringan adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mengandung arti
bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai awal menjadi suatu
nilai akhir yang dapat diterima.

(McCabe, 1985)

A. Mekanisme Pengeringan

Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang
berlangsung secara simultan, yaitu :

1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat


di permukaan benda padat
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara
konduksi, konveksi radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini
dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara,
bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan tekanan.
Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan
ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada
permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan
padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.
2. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan
Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi
perbedaan temperatur sehingga air mengalir dari bagian dalam benda
padat menuju ke permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut
akan menentukan mekanisme aliran internal air. Beberapa mekanisme
aliran internal air yang dapat berlangsung :
a) Diffusi
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di
bawah titik jenuh atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam
sistem bersifat mutually soluble.
Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil dan sebagainya.
b) Capillary flow
Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas.
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di
atas titik jenuh atmosferik.
Contoh: pada pengeringan tanah, pasir, dll.

Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan
kehilangan kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan
sama dengan tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium
dan kandungan air yang berada dalam padatan disebut equilibrium moisture
content. Pada kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali
apabila material diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang
lebih rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah). Operasi drying dapat
dikelompokkan menurut:
1. Metode Operasi
a) Batch/semi batch, dimana peralatan yang dioperasikan hanya
berlangsung sesaat atau berulang pada kondisi unsteady state,
dryer diisi dengan bahan, yang akan tetap tinggal dalam peralatan
sampai kering, kemudian dikosongkan dan diisi dengan bahan yang
baru.
b) Continuous, dimana dryer dioperasikan dalam kondisi steady state.
2. Metode pemberian panas yang diperlukan untuk penguapan kandungan air
a) Direct dryer, dimana panas yang diberikan terjadi dengan
mengontakkan secara langsung bahan yang dikeringkan dengan
gas panas (biasanya udara panas). Direct dryer disebut juga
adiabatic dryer.
b) Indirect dryer, dimana panas dipindahkan ke zat padat melalui
medium eksternal, biasanya melalui dinding logam yang
dikontakkan dengan bahan yang akan dikeringkan. InDirect dryer
disebut juga nonadiabatic dryer.
3. Sifat dari bahan yang akan dikeringkan
Bahan yang berupa solid seperti papan serat atau kayu, bahan
yang fleksibel seperti kertas atau kain, butiran padat, atau suatu larutan.
Bentuk fisik dari bahan dan metode penanganannya akan menentukan tipe
dryer yang akan digunakan.

(Geankoplis, 1997)

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang


maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat
pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air
keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan
maksimum, yaitu :

1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan
semakin cepat bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan
dikeringkan dipotong– potong untuk mempercepat pengeringan.
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan
bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas
berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat
pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan semakin besar
energi panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses
pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung
juga dengan cepat.
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap
air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak
adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna
untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan
bahan yang dikeringkan.
4. Kelembaban udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya,
maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu
juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan
uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai
keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke
atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.
5. Tekanan atm dan vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih
pada suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan
mendidih pada suhu lebih rendah dari 100C.
P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC
P udara < 1 atm air mendidih < 100oC
Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang
sensitif terhadap panas contohnya : pengeringan beku (freeze drying)
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin
cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep
HTST (High Temperature Short Time), Short time dapat menekan biaya
pengeringan.
C. Rotary Dryer

Gambar II-1 Bagian Rotary Dryer

Pengering tipe ini, dengan pemanasan Direct maupun inDirect, diadopsi


dari continous drying untuk bahan berbentuk butiran dalam skala besar. Gambar
diatas adalah salah satu dari bentuk rotary dryer. Terdiri atas shell panjang
berbentuk silinder (diameter 1-3 m dan panjang 3-30 m) yang diatur pada
sumbunya dengan kemiringan tertentu (posisi outlet lebih rendah daripada inlet),
sehingga bahan yang dimasukkan dapat melalui sepanjang dryer dari awal
dimasukkan hingga akhir (berdasarkan gravitasi) dimana bahan yang telah
dikeringkan keluar. Shell dipasang pada roller agar dapat berputar. Untuk
menghindari slip pada roller, maka dipasang roda. Di dalamnya dipasang flight
yang membawa bahan menuju outlet. Beberapa flight yang berbentuk spiral
terpasang di dekat inlet sehingga membantu bahan yang masuk agar dapat
bergerak menuju flight utama.

Bahan yang akan dikeringkan dimasukkan melalui bagian atas dryer


dengan hopper dan produknya diperoleh dari bagian bawah dryer. Bahan
bergerak melewati dryer mengikuti putaran shell silinder. Shell silinder berotasi
dengan kecepatan 2-25 rpm. Udara masuk ke dalam dryer melalui outlet.
Kemudian dipanaskan oleh heater, dan dialirkan ke sepanjang dryer secara
countercurrent mengenai bahan yang dikeringkan. Uap lembab yang berasal dari
feed diuapkan dan ditambahkan sebagai media pengering, dan akhirnya udara
yang lembab meninggalkan dryer melalui inlet. Umumnya, digunakan exhaust fan
untuk mendorong udara ini keluar dari dryer. Udara yang meninggalkan dryer
sebenarnya masih mengandung beberapa partikel debu sehingga partikel debu ini
harus dipisahkan dengan menggunakan cyclone separator yang terletak di antara
dryer dan exhaust fan.

Dryer type ini biasanya dijalankan secara continous. Untuk Direct contact
dryer, gas panas dialirkan ke seluruh bahan secara countercurrent. Sedangkan
untuk indirect contact dryer, panas ditransfer ke seluruh dinding shell silinder.
Efisiensi thermal rotary dryer ini sekitar 50-80% dan drying rate antara 10-50
kg/h.m3 volume shell. Adapun keuntungan maupun kerugian menggunakan rotary
dryer ini adalah:

a) Keuntungan:
• Baik dalam kontak dengan gas.
• Waktu drying-nya cukup.
• Biaya modal yang rendah untuk alat ini.
• Pengeringan dan kalsinasi sekaligus dalam satu unit.
• Efisiensi thermal yang tinggi.
• Fleksibilitas dalam mengendalikan kecepatan gas.
b) Kerugian :
• Kesulitan dalam pengemasan alat ini.
• Produk tertinggal di dinding bagian dalam.
• Beban struktur yang tinggi.
• Waktu tinggal yang tidak sama

Dryer dibagi menjadi 3 zona:

a) Product-superheating zone
b) Evaporating zone
c) Feed-preheating zone
Gambar II-2 Zona Dryer

1. Emission Points
Emisi berupa dust (debu) dapat menjadi suatu masalah pada setiap
proses pengeringan yang mana materialnya di-agitasi atau diaduk. Dust
hanya dikeluarkan dari bagian discharge. Suatu studi tentang rotary dryer
oleh Barber Greene Company berkesimpulan bahwa dust yang terbawa
keluar meningkat sebanding dengan kuadrat dari volume gas yang terpakai
(habis).
2. Langkah pencegahan terjadinya emisi dalam bentuk dust
Udara panas yang membawa dust yang berasal dari dryer dibawa
ke pengumpul dust, dan biasanya dust tidak hilang/keluar kecuali kalau
sistem ventilasi sedang bekerja atau tidak perlu untuk diperbaiki.
3. Spesifikasi Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sekam karena
densitas sekam besar sehingga kemungkinan leftover di Rotary dryer lebih
kecil. Selain itu, proses pengeringan sekam lebih mudah karena luas
permukaan dari sekam kecil, sehingga air atau moisture content yang
terkandung pada sekam akan lebih mudah menguap.
Rotary dryer didesain dengan transfer panas sebagai basisnya.
Sebuah persamaan empiris dimensional untuk koefisien transfer panas
volumetric Ua yaitu,

Ua =
Dimana Ua dalam Btu/ft3hoF, G adalah rate massa gas dalam
lb/ft2.h untuk ft2 luas pengeringan, dan D adalah diameter dryer dalam feet.
Rate transfer panas qT, yakni :

qT =

qT =

Dimana V = volume dryer (ft3); L = panjang dryer (ft);perbedaan


temperature rata-rata, diambil sebagai logarithmic mean dari penurunan
wet-bulb temperature (Twb) pada inlet dan outlet dryer. Rotary dryer
dioperasikan secara ekonomis saat Nt (number of transfer unit) diantara
1.5 dan 2.5.

(Mc.Cabe, 1985)

4. Wet Bulb Temperature


Wet bulb temperature adalah temperatur pada keadaan steady dan
tidak setimbang yang dicapai saat sejumlah kecil air dikontakkan pada
kondisi adiabatis dengan aliran gas kontinyu. Karena jumlah liquida kecil,
suhu dan humidity dari gas tidak berubah. Metode yang digunakan untuk
mengukur wet bulb temperature diilustrasikan sebagai berikut: sebuah
termometer ditutup dengan kapas basah dan ditempatkan dalam aliran
udara-uap air yang memiliki temperatur T dan humidity H. Pada kondisi
steady state, air diuapkan ke aliran gas. Kapas dan air didinginkan sampai
temperatur TW dan berhenti pada suhu konstan ini. Panas laten
penguapan sama dengan panas konveksi dari aliran gas pada suhu T ke
kapas pada TW.
5. Humidity Chart
Humidity chart adalah grafik dari besaran besaran sistem campuran
udara-uap air pada tekanan 1 atmosfer. Kelembaban pada grafik ini
dinyatakan dalam pound air per pound udara kering, ditempatkan sebagai
ordinat yang diplot terhadap temperatur dalam 0F sebagai absis. Kurva
dengan label 100% adalah kelembaban udara jenuh sebagai fungsi
temperatur. Garis humid heat adalah plot dari humidity terhadap cs
(Btu/0F.lb udara kering). Garis spesific volume udara kering dan untuk
saturated diplot terhadap temperatur yang terletak di bagian bawah dari
chart dan spesific volume memiliki dimensi ft3/lb udara kering. Untuk
mendapatkan humidity dari campuran udara-uap air adalah dengan
memetakan temperatur TW dan menarik garis tegak lurus terhadap absis
sampai memotong kurva 100%, kemudian dari titik tersebut ditarik garis
sejajar dengan garis pendinginan adiabatis hingga memotong garis tegak
lurus yang dibentuk oleh Td. Dari titik potong di atas, ditarik garis ke kanan
dan harga kelembaban dapat diketahui.

Gambar II-3 Humidity Chart

(McCabe, 1985)

6. Efisiensi Rotary Dryer


Efisiensi yang ada pada rotary dryer dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu
a) Efisiensi thermal, yaitu perbandingan panas yang tersedia dengan
panas yang masuk
ΔHds + ΔHdg + ΔHE
𝜂𝑡ℎ = 𝑥 100%
ΔH(LPG)
b) Efisiensi drying, yaitu perbandingan panas yang digunakan untuk
drying dengan panas yang tersedia.
ΔHE
𝜂𝑑 = 𝑥 100%
ΔHE + ΔHdg + ΔHds

(Mc Cabe, 1985)

7. Aplikasi dalam industri


a) Untuk mengeringkan bahan-bahan berbentuk padatan yang rigid,
granular atau pasta, lembaran, larutan atau luluhan. Proses ini
digunakan untuk memperoleh produk yang mempunyai kekeringan
tertentu.
b) Pengeringan senyawa-senyawa yang lengket, plastik, granular
(kristal) dan juga untuk produk dalam tekstil yang memang
membutuhkan proses pengeringan yang lebih baik untuk kualitas
tekstil yang lebih bagus tentunya.
c) Proses pengeringan pada pabrik gula dimana proses pengeringan
di sini bertujuan untuk memisahkan kristal gula berdasarkan
ukurannya yang dapat dilanjutkan dengan pengepakan gula
produk.

(McCabe, 1985)

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN


A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Gabah Padi yang diperoleh dari Laboraturium Operasi Teknik Kimia
2. Air yang diperoleh dari Laboraturium Operasi Teknik Kimia
3. Gas LPG yang diperoleh dari Laboraturium Operasi Teknik Kimia
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Rotary Dryer 1 set
2. Stopwatch 1 buah
3. Thermometer 1 buah
4. Ember 3 buah
5. Neraca massa 1 buah
Gambar III-1 Rotary Dryer

Keterangan :

A : Tabung gas LPG H : Rotary dryer

B : Valve pengatur gas LPG I : Feed masuk

C : Combustion Chamber J : Ruang pengumpul outlet gas

D : Pengukuran Td1 dan Tw1 K : Cyclone

E : Pengukuran Tg1 L : Roda gigi pemutar

F : Pengukuran Tg2 M : Produk keluar

G : Pengukuran Td2, Tw2,


kecepatan udara outlet

C. Cara Percobaan
Prosedur pada percobaan ini yaitu:
1. Disiapkan materi percobaan meliputi, menimbang sejumlah gabah
padi dan juga air untuk dicampur menjadi gabah basah yang
sehingga diketahui X-nya,
2. Dicek apakah blower berjalan dengan baik, fungsi blower adalah
untuk menyedot udara.
3. Udara masuk dipanaskan dengan alat pembakar yang menggunakan
bahan bakar gas.
4. Blower dijlankan terlebih dahulu sebelum alat pembakar dinyalakan
5. Laju alir udara pengering diukur dengan flowmeter dan stopwatch.
6. Alat pengering dijalankan pada putaran yang berbeda – beda.
7. Selama dijalankan, diukur Td1, Tw1 dan Td2, Tw2 untuk diketahui
harga kelembabanya (X1, X2) (diagram psikometri)
8. Dengan diketahuinya kelembaban bisa dihitung volume lembab
9. Ditentukan panas lembab
10. Dihitung Qds (Panas yang diterima gabah kering)
11. Dihitung Qdg (Panas yang diserap udara kering)
12. Dihitung panas yang diserap uap air QE=QS+QL
13. Dihitung effisiensi pengering
14. Dihitung panas yang diberikan oleh bahan bakar Gas
15. Dihitung jumlah udara kering yang dibutuhkan

D. Analisis Data
Rotary Dryer memiliki beberapa komponen untuk dihitung agar
dapat diketahui laju pengeringan. Tahap perhitungannya adalah dengan
mencari volume lembab, panas lembab, laju alir udara, laju alir udara
kering, menghitung panas yang diserap udara kering, menghitung panas
penguapan air, menghitung panas yang diserap oleh gabah, menghitung
panas yang dihasilkan LPG, sehingga menemukan efisiensi pengeringan,
efisiensi therma lalu diketahui laju pengeringan.
1) a. Mencari Volume Lembab
VH = [0,0252+(0,0405.Xa)]T
Keterangan: VH = Volume Humidity
b. Mencari Panas Lembab
CH = 0,24 + 0,45 Xa
Keterangan: CH = Calor Humidity

2) Menghitung laju alir udara (Fg)


Sudah diketahui, yaitu 5,2 ft3/jam.
Keterangan: Fg = Laju alir

3) Menghitung laju udara kering


Fg
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 =
VH
4) a. Menghitung panas yang diserap udara kering (ΔHdg)
𝐹𝑔
∆𝐻𝑑𝑔 = × 𝐶𝑝 × ∆𝑇𝐺
𝑉𝐻
Keterangan: TG = delta suhu dry bulb
b. Menghitung panas penguapan air (ΔHE)
𝑇𝑑1 + 𝑇𝑑2
∆𝑇𝐸 = ( )
2
𝐹𝑔
∆𝐻𝑆𝐸 = × (𝑥2 − 𝑥1 ) × 𝐶𝑝 × ∆𝑇𝐸
𝑉𝐻
𝜆𝑇 𝑎𝑖𝑟 (𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 ℎ𝑒𝑎𝑡) 𝑎𝑡 𝑇𝑑1 (113℉) = 1029,43 𝐵𝑇𝑈⁄𝑙𝑏
𝐹𝑔
∆𝐻𝐿𝐸 = × (𝑥2 − 𝑥1 ) × 𝜆𝑇
𝑉𝐻
∆𝐻𝐸 = ∆𝐻𝑆𝐸 + ∆𝐻𝐿𝐸
Keterangan: TE = rata-rata suhu dry bulb
HSE = Panas sensible dari uap air
HLE = Panas latent (panas yang digunakan untuk
menguapkan air)
HE = Panas penguapan air
c. Menghitung panas yang diserap gabah (ΔHds)
bobot gabah keluar
Laju alir panas keluar (m°s) =
waktu gabah keluar

∆𝑇𝑑𝑠 = 𝑇𝐶𝑜 − 𝑇𝐶𝑖


∆𝐻𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ × ∆𝑇𝑑𝑠 × 𝑚°𝑠
Keterangan: Tds = delta suhu sampel
Hds = panas yang diserap sampel

5) Menghitung panas yang dihasilkan LPG


𝑉𝐿𝑃𝐺
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑃𝐺 (𝑄 𝐿𝑃𝐺) = 𝑡

Massa LPG (W LPG) = Q LPG x ρ LPG


ΔHLPG = W LPG × heating value

6) Efisiensi Pengeringan (𝜂𝑑)


ΔHE
𝜂𝑑 = ΔHE + ΔHdg+ ΔHds 𝑥 100%

7) Efisiensi Thermal (𝜂𝑡ℎ)


ΔHds + ΔHdg + ΔHE
𝜂𝑡ℎ = ΔH(LPG)
𝑥 100%
8) Menghitung laju pengeringan
Td1 + Td2
𝑇= 2
laju alir udara
𝐺= 𝑥 𝜌 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
luas penampang alat

ℎ𝑔 = 24,2(𝐺)0,37
hg |T−Tw2 | A
𝑚𝑉 = λ1

mV
𝑅=
𝐴

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Rotary dryer adalah alat pengering yang berbentuk silinder dan bergerak
secara berputar yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dari bahan solid
dengan cara mengalirkan udara kering dari elemen atau gasifier. Metode
pengoperasian meliputi 2 macam metode, yaitu metode batch dan metode
continuous. Pada percobaan ini, digunakan metode batch dimana percobaan
hanya berlangsung sesaat atau berulang pada kondisi unsteady state dan material
yang digunakan adalah gabah, karena densitas gabah besar sehingga
kemungkinan leftover di rotary dryer lebih kecil. Gabah padi yang digunakan
sebanyak 3 kg dengan dicampurkan air sebanyak 1 kg dan sudut kemiringan alat
yaitu 12°. Dalam proses pengeringan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
proses tersebut, yang pertama yaitu luas permukaan material yang akan diproses.
Dengan material gabah padi yang memiliki permukaan yang luas atau bentuk yg
kecil sehingga proses pengeringan pada gabah padi menjadi cepat karena air atau
moisture content yang terkandung pada gabah padi akan lebih mudah menguap.

Gambar 5. Rotary Dryer Gambar 6. Gabah


Yang kedua yaitu suhu, sesuai dengan prinsip kerja pengeringan semakin
tinggi suhu udara pengering maka semakin besar energi panas yang dibawa ke
udara yang akan menyebabkan proses perpindahan panas semakin cepat. Pada
percobaan ini memiliki suhu udara pengering sebesar 45°C dan udara yang keluar
sebesar 31°C. Dengan suhu tersebut dapat mengeringkan gabah padi basah yang
dimana suhu awal gabah 24°C menjadi 56°C selama 57 menit.

Yang ketiga yaitu kecepatan udara. Dalam percobaan ini laju alir udara
yang digunakan sebesar 2,5 L/min. Udara yang bergerak berguna untuk
mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang di
keringkan. Sehingga dengan kecepatan udara yang tinggi dapat menghasilkan
proses pengeringan yang baik.

Yang ke empat yaitu kelembapan udara, semakin lembab udara di dalam


ruang pengering maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung. Pada
percobaan ini didapatkan volume lembab pada ruang pengering sebesar 13,9155
ft3/lb udara kering. Efisiensi pengeringan pada percobaan ini dengan
menggunakan rotary dryer sebesar 0,35% dan memerlukan bahan bakar
sebanyak 1,459 lb/jam.

V. KESIMPULAN
Pada percobaan pengeringan gabah menggunakan rotary dryer maka
dengan jumlah gabah sebanyak 3 kg membutuhkan laju pengeringan sebesar
0,4673 lb/jam dengan efisiensi pengeringan sebesar 0,35% dan memerlukan
bahan bakar sebanyak 1,459 lb/jam selama 57 menit dengan heating value
sebesar 29235,442 BTU/jam.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Geankoplis, C. J. (1993). Transport Processes and Unit Operations. United States
of America: A Simon & Schuster Company.
Modul Praktikum OTK. (2020). Jakarta: Universitas Jayabaya.
Nainggolan, S. R., Tamrin, Warji, & Lanya, B. (2013). UJI KINERJA ALAT
PENGERING TIPE BATCH SKALA LAB UNTUK PENGERINGAN GABAH
DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 3, 161- 172.
The Greenhouse Gases, Regulated Emissions, and Energy Use In Transportation
Model. (2010). United States of America: Argonne National Laboratory.

VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi hazard
Identifikasi hazard terdiri dari:
1. Identifikasi hazard proses selama praktikum
Pada saat menyalakan api dari sumber LPG dipastikan gas LPG tidak
ada kebocoran
2. Identifikasi hazard dari bahan-bahan
Tidak ada

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri yang digunakan selama praktikum:
1. Jas laboratorium lengan panjang digunakan untuk menghindari
bahaya cipratan dan tumpahan bahan kimia.
2. Masker digunakan untuk menghindari terhirupnya bahan kimia yang
mudah terbang dan teruap.
3. Sarung tangan kain dan latex digunakan untuk menghindari panas dari
alat percobaan dan tumpahan bahan kimia
4. Sepatu tertutup digunakan untuk menghindari bahaya cipratan dan
tumpahan bahan kimia.

C. Management Limbah
Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu:
1. Air rendaman gabah, sisa air yang tidak terserap oleh gabah padi
dibuang ke saluran pembuangan air yang terdapat didekat alat rotary
dryer
2. Kapas basah, yang digunakan pada saat mencari temperature basah
dibuang ke tempat sampah
D. Protokoler COVID-19
Di dalam laboratorium praktikan diharuskan:
1. Mencuci tangan ketika masuk dan keluar laboratorium, dan ketika
kontak dengan bahan-bahan kimia,
2. Diwajibkan menerapkan physical distancing dengan cara menjaga
jarak dengan pengujung / peserta praktikum lainnya.
3. Menggunakan masker setiap saat.

E. Data Percobaan

Berat gabah : 3 kg
Berat gabah akhir : 2591 gram
Berat air : 1 kg
Berat gas awal : 4529 gram
Berat gas akhir : 3900 gram
Sudut kemiringan (α): 12o
Putaran : 18 Hz x 60 rpm = 1080 rpm
T gabah masuk : 24oC = 75,2oF
T gabah keluar : 56oC = 132,8oF
Waktu masuk : 20 menit
Waktu keluar : 1 jam 17 menit = 77 menit
Laju alir udara : 2,5 L/min = 5,2 ft3/jam
T Ci : 50oC = 122oF
TV : 58oC = 136,4oF
T Co : 84oC = 183,2oF
Tw1 : 25oC = 77oF
Td1 : 45oC = 113oF
Tw2 : 31oC = 87,8oF
Td2 : 42oC = 107,6oF

F. Perhitungan

Dari psikometri chart diperoleh:


X1 = 0,0117 lb air/lb udara kering
X2 = 0,0241 lb air/lb udara kering
1) a. Mencari Volume Lembab
T=Tw1 = 77oF = 536,67oR
X1 + X 2 0,0117 + 0,0241
𝑋𝑎 = = = 0,0179 𝑙𝑏 𝑎𝑖𝑟 /𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2 2

VH = [0,0252+(0,0405.Xa)]T
= [0,0252+(0,0405 x 0,0179)] 536,76
= 13,9155 ft3/lb udara kering
b. Mencari Panas Lembab
CH = 0,24 + 0,45 Xa
= 0,24 + 0,45 (0,0179) = 0,248055 BTU/lb udara kering °F

2) Menghitung laju alir udara (Fg)


Sudah diketahui, yaitu 5,2 ft3/jam.

3) Menghitung laju udara kering


Fg 5,2 ft3/jam
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = =
VH 13,9155 ft3/lb 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= 0,37368 lb udara kering/jam

4) a. Menghitung panas yang diserap udara kering (ΔHdg)


Cp udara Td1 = 113oF → 0,240 BTU/lb°F
[Appendix A3-3 Gaen koplis transport processes & unit operation]
ΔTG = Td1 -Td2
= 113oF – 87,8°F = 25,2°F
𝐹𝑔
∆𝐻𝑑𝑔 = × 𝐶𝑝 × ∆𝑇𝐺
𝑉𝐻
𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑇𝑈
= 0,37368 × 0,240 × 25,2℉
𝑗𝑎𝑚 𝑙𝑏℉
= 2,2600 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
b. Menghitung panas penguapan air (ΔHE)
Cp air pada Td1= 113 oF → 0,9993 BTU/lb°F
[Appendix A2-11 Gaen koplis transport processes & unit operation]
𝑇𝑑1 +𝑇𝑑2
∆𝑇𝐸 = ( 2
)− 𝑇𝑤2
113 + 107,6
=( ) − 87,8
2
= 22,5℉
𝐹𝑔
∆𝐻𝑆𝐸 = × (𝑥2 − 𝑥1 ) × 𝐶𝑝 × ∆𝑇𝐸
𝑉𝐻
𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= 0,37368 × (0,0241 − 0,0117) × 0,9993 × 22,5℉
𝑗𝑎𝑚
= 0,1042 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
𝜆𝑇 𝑎𝑖𝑟 (𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 ℎ𝑒𝑎𝑡) 𝑎𝑡 𝑇𝑑1 (113℉) = 1029,43 𝐵𝑇𝑈⁄𝑙𝑏
[TLV toolbox App]
𝐹𝑔
∆𝐻𝐿𝐸 = × (𝑥2 − 𝑥1 ) × 𝜆𝑇
𝑉𝐻
𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= 0,37368 × (0,0241 − 0,0117) × 1029,43 𝐵𝑇𝑈⁄𝑙𝑏
𝑗𝑎𝑚
= 4,77 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
∆𝐻𝐸 = ∆𝐻𝑆𝐸 + ∆𝐻𝐿𝐸
= 0,1042 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚 + 4,77 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
= 4,8742 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚
c. Menghitung panas yang diserap gabah (ΔHds)
bobot gabah keluar
Laju alir panas keluar (m°s) =
waktu gabah keluar
2,591 kg
= 77 menit

= 0,03364 kg/menit
= 4,4498 lb/jam
Cp gabah = 21,46 KJ/kg°C
= 5,1256 BTU/lb°F
[Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 3: 161- 172]
∆𝑇𝑑𝑠 = 𝑇𝐶𝑜 − 𝑇𝐶𝑖
= 183,2 – 122 = 61,2oF
∆𝐻𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ × ∆𝑇𝑑𝑠 × 𝑚°𝑠
= 5,1256 𝐵𝑇𝑈/𝑙𝑏°𝐹 × 61,2℉ × 4,4498 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
= 1395,8432 𝐵𝑇𝑈⁄𝑗𝑎𝑚

5) Menghitung panas yang dihasilkan LPG


ρ LPG : 0,508 gr/ml
V LPG : 1238,18 ml
Heating value gas: 20038 BTU/lb
t: 77 menit – 20 menit = 57 menit = 0,95 jam
𝑉𝐿𝑃𝐺 1238,18 𝑚𝑙
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑃𝐺 (𝑄 𝐿𝑃𝐺) = = = 1303,35 𝑚𝑙 ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑡 0,95 𝑗𝑎𝑚

Massa LPG (W LPG) = Q LPG x ρ LPG


= 1303,35 ml/jam × 0,508 gr/ml
= 662,1 gr/jam
= 1,459 lb/jam
ΔHLPG = W LPG × heating value
= 1,459 lb/jam × 20038 BTU/lb
= 29235,442 BTU/jam

6) Efisiensi Pengeringan (𝜂𝑑)


ΔHE
𝜂𝑑 = ΔHE + ΔHdg+ ΔHds 𝑥 100%

4,8742
= × 100%
4,8742 + 2,2600 + 1395,8432
= 0,35 %

7) Efisiensi Therma (𝜂𝑡ℎ)


ΔHds + ΔHdg + ΔHE
𝜂𝑡ℎ = ΔH(LPG)
𝑥 100%

1395,8432 + 2,2600 + 4,8742


= × 100%
29235,442
= 4,80 %

8) Laju Pengeringan
D = 25 cm = 0,8202 ft
ρ udara = 1,1637 kg/m3 = 0,07265 lb/ft3
Tw2 = 87,8oF
λ1 = 1029,43 BTU/lb
Td1 + Td2 113 + 107,6
𝑇= = = 110,3 oF
2 2
laju alir udara
𝐺 = luas penampang alat 𝑥 𝜌 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑓𝑡3
5,2 𝑙𝑏
jam
= 0,8202 2 𝑥 0,07265 𝑓𝑡 3
π( 𝑓𝑡)
2

= 0,7154 𝑙𝑏⁄ 2
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑔 = 24,2(𝐺)0,37
= 24,2(0,7154)0,37
= 21,3795 𝐵𝑇𝑈⁄ 2
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚𝑜 𝐹
hg (T−Tw2 ) A
𝑚𝑉 = λ1
21,3795 (110,3−87,8) A
= 1029,43

= 0,4673 A
mV 0,4673A
𝑅= 𝐴
= 𝐴
= 0,4673 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚

Diagram Psikometrik
Tw1 : 25oC = 77oF
Td1 : 45oC = 113oF
X1 : 0,0117 lb air/lb udara kering
Tw2 : 42oC = 107,6oF
Td2 : 31oC = 87,8oF
X2 : 0,0241 lb air/lb udara kering

Jakarta, 24 Juli 2020


Asisten, Praktikan,

Okta Chandra Permana Nama lengkap praktikan:


1. Adam Saputra 2017710450073
2. Afifah Suryono Putri 2017710450067
3. Ajeng Dwi Pratiwi 2017710450054
4. Dilla Septiana Daniarissa 2017710450002
5. Michelle Sarah Sesira 2017710450048
6. Rizal Dwi Apriyanto 2017710450053

Anda mungkin juga menyukai