Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH REAKTOR KIMIA

ALAT INDUSTRI KIMIA II

Disusun Oleh :
Nurkholilah (2017710450007)
Dilla Septiana Daniarissa (2017710450002)

UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2019
KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Reactor Fixed Bed.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Alat Industri Kimia II (AIK). Penulis menyadari bahwa, tanpa bimbingan dan referensi
dari berbagai pihak, tidak dapat membuat makalah ini. Penulis juga mengharapkan kritik
ataupun saran yang dapat membangun di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya
dan kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 15 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

MAKALAH REAKTOR KIMIA ALAT INDUSTRI KIMIA II ................................... i

KATA PENGHANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

1 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2

2 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 REAKTOR FIXED BED ..................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian Fixed Bed ................................................................................... 3

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Reaktor Fixed Bed............................................. 4

2.1.3 Macam-macam Reaktor Fixed Bed ............................................................... 5

2.2 BIOREAKTOR ................................................................................................... 7

2.2.1 Pengertian Bioreaktor ................................................................................... 7

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Bioreaktor ......................................................... 8

2.2.3 Jenis-Jenis Bioreaktor ................................................................................... 9

2.3 CONTOH KASUS DI PABRIK ........................................................................ 11

2.3.1 Fixed Bed Multitube [Pabrik Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)]............... 11

2.3.2 Fixed bed Reactor....................................................................................... 13

2.3.3 Bioreaktor .................................................................................................. 14

3 BAB III KESIMPULAN ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

ii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah
suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara
spontan alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas
(contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia,
jadi terjadi perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang merupakan
reaksi fisika. Beberapa jenis reaktor kimia khusus :
A. Reaktor gelembung
Reaktor jenis ini banyak digunakan pada proses industri kimia dengan reaksi yang
sangat lambat, proses produksi yang menggunakan mikroba (bioreaktor) dan juga pada unit
pengolahan limbah secara biologis menggunakan lumpur aktif.
B. Fixed bed reactor
Reaktor Fixed Bed adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat yang diam dan
zat pereaksi berfase gas. Butiran-butiran katalisator yang biasa dipakai dalam reaktor fixed
bed adalah katalisator yang berlubang di bagian tengah, karena luas permukaan persatuan
berat lebih besar jika dibandingkan dengan butiran katalisator berbentuk silinder, dan aliran
gas lebih lancar. Bentuk reaktor Fixed Bed dapat dibagi menjadi :
1. Reaktor dengan satu lapis tumpukan katalisator (Single Bed) Sebagai penyangga
katalisator dipakai butir-butir alumunia (bersifat inert terhadap zat pereaksi) dan
pada dasar reaktor disusun dari butir yang besar makin keatas makin kecil, tetapi
pada bagian atas katalisator disusun dari butir kecil makin keatas makin besar.
2. Multi bed menggunakan satu lapisan katalisator diisi lebih dari satu tumpuk
katalisator, fixed bed dengan katalisator lebih dari satu tumpuk banyak dipakai
dalam proses adiabatik.
C. Fluidized bed reactor
Merupakan tempat landasan suatu partikel yang pemasangan gasnya naik melalui suatu
titik pencapaian dengan peningkatan laju alir gas pada steam sehingga menimbulkan
percepatan aliran gas masuk dan menghubungkan percepatan fluidized minimum. Tujuan

1
dari penggunaan reaktor ini adalah : Untuk memprediksikan penurunan konversi pada
pencampuran di dalam reaktor.
D. Slurry reactor
Reaktor slurry biasa digunakan untuk mereaksikan liquid atau larutan yang
mengandung reaktan dengan katalis padatan. Supaya transfer massa dan pengadaan katalis
efektif digunakan katalis berbentuk granular atau serbuk antara 0,05-1mm (0,02-0,039 in),
sebagai batas minimum agardapat difiltrasi. Diameter yang kecil digunakan dengan tujuan
memperbesar luas permukaan. Reaktor ini berisi partikel padat.
E. Reaktor membran
Reaktor membran adalah sistem reaktor baru yang mengkombinasikan pemisahan
dengan membran dan reaksi kimia. Reaktor membran memilikidua tipe, yaitu reaktor
membran packed-bed dan reaktor membran katalitik. Reaktor membran dengan katalis
packed-bed memiliki area pemisahan yang terpisah dari area reaksi, sedangkan pada reaktor
membran katalitik, reaksi dan pemisahan terjadi secara simultan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah tentang Reactor Kimia pada Alat Industri Kimia adalah :
1. Pengertian dari reaktor fixed bed dan bioreaktor,
2. Jenis – jenis dari reaktor fixed bed dan bioreaktor,
3. Kelebihan dan kekurangan reaktor fixed bed dan bioreaktor,
4. Melihat contoh kasus di pabrik yang menggunakan reaktor fixed bed dan bioreaktor.

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu reaktor fixed bed dan bioreaktor,
2. Untuk mengetahui jenis – jenis dari reaktor fixed bed dan bioreaktor,
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari reaktor fixed bed dan bioreaktor,
4. Untuk mengetahui beberapa pabrik yang menggunakan reaktor fixed bed dan
bioreactor
.

2
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 REAKTOR FIXED BED

2.1.1 Pengertian Fixed Bed


Reaktor Fixed Bed merupakan suatu reaktor yang mana katalis berdiam di dalam
reaktor bed. Di dalam reaktor, katalis ditopang oleh suatu struktur catalyst support berupa
perforated tray dengan tambahan lapisan inert semacam ceramic balls dengan diameter
bervariasi sesuai dengan ukuran partikel katalis baik di sisi terbawah maupun di lapisan
teratas bed katalisator. Secara spesifik, reaktor fixed bed yang ada di unit pengolahan
minyak bumi dirancang oleh vendor berdasarkan kebutuhan proses. Struktur internal
reaktor pun berbeda dari vendor satu dengan lainnya. Karena sifatnya yang sangat
spesifik, perancangan reaktor itu sendiri biasanya juga terkait dengan lisensor prosesnya,
misalnya perancangan reaktor fixed bed untuk unit cracking akan berbeda dengan
perancangan reaktor fixed bed untuk MSDW Lube Catalytic Dewaxing. Hal ini terkait
dengan kebutuhan proses, terutama terkait dengan kebutuhan katalis yang sangat spesifik
tergantung pada vendornya masing-masing. Meskipun demikian, secara umum bagian-
bagian internal reaktor tetap sama, hanya saja tiap lisensor proses maupun vendor reaktor
tersebut memiliki typical design masing-masing yang diharapkan mampu
mengoptimalkan fungsi dari reaktor tersebut.
Bagian utama dari sebuah reaktor fixed bed adalah reaktor vessel, reaktor
internals, katalisator, inert dan graded katalisator.
1. Reaktor Vessel merupakan bagian yang menyediakan tempat bagi katalis dan tempat
berlangsungnya kontak antara minyak umpan dan katalis yang kemudian terjadi reaksi.
Reaktor vessel dirancang dengan dasar perancangan pressure vessel (ASME BPVC
Section VIII Division 2). Kunci dari perancangan reaktor vessel ini adalah pemilihan
material, allowable working pressure, dimensi dan ketebalan dinding vessel. Reaktor
fixed bed biasanya digunakan untuk umpan (pereaktan) yang mempunyai viskositas
kecil.
2. Reaktor Internal selain reaktor vessel, struktur internal reaktor juga sangat menunjang
optimalnya kinerja dari sistem reaksi yang terjadi di dalam reaktor tersebut. Beberapa
kata kunci seperti distribusi umpan, distribusi panas, fouling, distribusi lapisan
katalisator, dan juga temperatur reaksi merupakan beberapa hal yang mewakili peran
3
dari struktur internal reaktor tersebut. Secara umum struktur internal terdiri atas feed
distributor, distribution tray, scale basket, quench distributor, collector ring, inert and
catalyst graded.
3. Katalisator merupakan salah satu hal vital dalam sistem reaksi di dalam reaktor.
Pasalnya, pada perancangan reaktor semua variabel proses ditentukan oleh physical
properties dan kebutuhan reaksi dari katalisator. Misalnya batasan pressure drop untuk
reaksi maupun regenerasi tidak boleh melebihi crushing strength dari partikel
katalisator. Begitu halnya dengan temperatur. Temperatur dibatasi dengan melting
point komponen penyusun katalisator.
4. Inert dan Catalytst Graded pada bed katalisator, inert balls diletakkan di bagian atas dan
bawah katalisator. Di bagian atas katalisator, inert balls berfungsi meredam energi
tumbukan dari aliran umpan guna menjaga distribusi katalisator di dalam bed
katalisator. Di bagian bawah bed katalisator, inert balls berfungsi sebagai support untuk
menopang katalisator dan juga menjaga agar katalisator tidak ikut mengalir keluar bed
katalisator bersama aliran umpan. Graded katalisator merupakan partikel-partikel yang
ditambahkan di atas ataupun di bawah katalisator di dalam bed katalisator yang
memiliki fungsifungsi tertentu sesuai komposisinya. Fungsi graded katalisator antara
lain sebagai treatment awal, menahan deposit, menyerap logam, dan lain-lain. Beberapa
jenis graded katalisator ditambahkan ke dalam bed katalisator guna mengoptimalkan
aktivitas katalisator.

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Reaktor Fixed Bed

2.1.2.1 Kelebihan Reaktor Fixed Bed :


- Dapat digunakan untuk mereaksikan dua macam gas sekaligus,
- Kapasitas produksi cukup tinggi,
- Pemakaian tidak terbatas pada kondisi reaksi tertentu (eksoterm atau endoterm)
sehingga pemakaian lebih fleksibel,
- Aliran fluida mendekati plug flow, sehingga dapat diperoleh hasil konversi yang
tinggi,
- Pressure drop rendah,
- Oleh karena adanya hold-up yang tinggi, maka menghasilkan pencampuran radial
yang lebih baik dan tidak ditemukan pembentukan saluran (channeling),

4
- Pemasokan katalis per unit volume reaktor besar,
- Hold up liquid tinggi,
- Katalis benar-benar dibasahi,
- Kontrol temperature lebih baik,
- Transfer massa gas-liquid lebih tinggi daripada reaktor trickle bed karena interaksi
gas-liquid lebih besar.

2.1.2.2 Kekurangan Reaktor Fixed Bed :


- Resistansi difusi intra partikel sangat besar,
- Nilai transfer massa dan transfer panas rendah,
- Pemindahan katalis sangat sulit dan memerlukan shut down alat,
- Konversi lebih rendah,
- Ada kemungkinan terjadi reaksi samping homogen pada liquid.

2.1.3 Macam-macam Reaktor Fixed Bed


Bentuk reaktor fixed bed dapat dibagi menjadi :

2.1.3.1 Single bed


Sebagai penyangga katalisator dipakai butir-butir
alumunia (bersifat inert terhadap zat pereaksi) dan pada dasar
reaktor disusun dari butir yang besar makin keatas makin kecil,
tetapi pada bagian atas katalisator disusun dari butir kecil makin
keatas makin besar.

5
2.1.3.2 Multi tube (multi bed)
Pada Multi tube katalisator diisi lebih dari satu
tumpuk katalisator, fixed bed dengan katalisator lebih dari
satu tumpuk banyak dipakai dalam proses adiabatik. Jika
reaksi yang terjadi sangat eksotermis pada konversi yang
masih kecil suhu gas sudah naik sampai lebih tinggi dari
suhu maksimum yang diperbolehkan untuk katalisator,
maka gas harus di dinginkan terlebih dahulu kedalam alat
penukar panas diluar reaktor untuk di dinginkan dan
selanjutnya dialirkan kembali ke reaktor melalui
tumpukan katalisator kedua, jika konversi gas yang keluar dari tumpukan kedua belum
mencapai yang direncanakan, tetapi suhu gas sudah lebih tinggi dari yang
diperbolehkan maka dilakukan pendinginan lagi dengan mengalirkan gas ke alat
penukar panas kedua kemudian di kembalikan ke reaktor yang masuk melalui
tumpukan katalisator ketiga dan seterusnya sampai diperoleh konversi yang diinginkan.
Jika reaksi bersifat endotermis maka penukar panas diluar reactor dapat digunakan
untuk pemanas gas reaksi.
Reaksi katalitik umumnya dilakukan dalam reaktor unggun tetap, karena
kesederhanaan teknologi dan operasi. Kesederhanaan ini jelas untuk adiabatik reaktor,
tetapi ketika panas penting dari reaksi yang terlibat, pertukaran panas mungkin lebih,
untuk operasi yang optimal, untuk menghindari landasan pacu dan deaktivasi katalis.
Jadi perpindahan panas sangat sering masalah utama yang dihadapi dalam desain
reaktor unggun tetap.
Tiga kelas penting dari reaktor non adiabatik adalah sebagai berikut :
1. Multitube reaktor adiabatik dengan pertukaran panas antara mengarah ke profil
suhu gelombang non-sinusoidal.
2. Reaktor dengan internal yang penukar panas multitubular. Dua terakhir umumnya
lebih disukai untuk reaktor adiabatik multibed saat sangat reaksi eksotermik atau
endotermik berlangsung, atau ketika optimum profil suhu yang diinginkan. Aspek
lain adalah penurunan tekanan melalui tempat tidur. Dalam rangka untuk
membatasi, lebih besar partikel katalis dapat digunakan, namun keterbatasan
difusi juga akan meningkat.

6
3. Reaktor unggun tetap pada dasarnya dijelaskan oleh kontinum jenis model, tetapi
sel model telah dikembangkan untuk menjelaskan struktur dua fase reaktor.
Kebanyakan reaksi katalitik adalah reaksi aliran aksial klasik. Model diandalkan
adalah model kontinum klasik.

2.2 BIOREAKTOR

2.2.1 Pengertian Bioreaktor


Bioreaktor adalah sebuah
wadah untuk melakukan proses kimia
yang melibatkan organisme atau
substansi biokimia aktif yang diambil
dari makhluk hidup. Biasanya
bioreactor berbentuk silinder, berkisar
dari beberapa liter sampai meter
kubik, dan dibuat dari bahan stainless
steel.
Merancang bioreaktor adalah perkara rekayasa yang lumayan rumit. Mikroba
atau sel hanya mau bereproduksi dengan baik bila kondisi lingkungan optimal. Untuk
mencapainya, gas dalam bioreaktor, seperti oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida;
aliran; temperatur; pH; serta kecepatan adukan harus terkendali.
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah peralatan
atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat
menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang
dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme
atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara
aerobik maupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat
berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh reaktor yang
menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor
membrane.

1. Komponen
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan halus
atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk
7
menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki
skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat
mencapai lebih dari 1000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan
berperan untuk memompa udara, dan mencegah pembentukan gelembung
oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat
dan sel Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah
terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang
seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan
aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan
perubahan komposisi medium

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Bioreaktor

2.2.2.1 Kekebihan Bioreaktor


- Pada bioreactor diskontinyu dapat digunakan ketika bahan tersedia pada
waktu – waktu tertentu dan bila memiliki kandungan padatan tinggi (25%).
Bila bahan berserat/ sulit untuk diproses, tipe ini akan lebih cocok
dibanding tipe aliran kontinyu (continuos flow), karena lama proses dapat
ditingkatkan dengan mudah. Bila proses terjadi kesalahan, misalnya karena
bahan beracun, proses dapat dihentikan dan dimulai dengan yang baru.
- Pada reactor semi kontunyu konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat
dipertahankan pada tingkat yang sangat rendah sehingga dapat mencegah
fenomena represi katabolit atau inhibisi substrat.
- Pada reactor kontinyu jika menggunakan waktu tinggal yg besar akan
menghasilkan produk seperti bioreactor diskontinyu

2.2.2.2 Kekurangan Bioreaktor


- Pada semikontinyu sulit untuk meiihat fase eksponensial dan fase
stasionei kecuali fase eksponensial pertama.
- Pada bioreactor kontinyu produktifitas pada produk menjadi rendah

8
- Pada reactor diskontinyu hanya satu siklus dimana pertumbuhan bakteri dan
produksi gas metan semakin lama semakin menurun karena tidak ada substrat
baru yang diumpankan dalam reactor

2.2.3 Jenis-Jenis Bioreaktor


Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor, ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu, semikontinu, dan diskontinu
a. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi dari
volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu
memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana
pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH
dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan berubah
selama siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan dalam
kultur kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam biorekator
dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor terjadi
dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan.
Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar
secara cepat dan merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari biorektor
kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau penyemprot
udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu atau lebih
impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval jarak sama
dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar. Peranan
impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk
mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan
meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi
sel, dan untuk memindahkan panas.
b. Bioreaktor Semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem. Produk yang dihasilkan
dari sistem seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur
9
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya
dalam produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu digestor atau bioreaktor anaerobik, tetapi
bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu. Pengunaan sistem ini pada
pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang diperoleh
dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air buangan
yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam sistem ini Lumpur buangan
dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu retensi
hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama
dalam sistem operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat
tidak dapat digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba
yang tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang
memberikan laju degradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer,
misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan
c. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum. Sistem ini adalah tertutup, kecuali untuk organism
aerobik dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada
bioreaktor diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang
konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur Buangan
Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat
didegradasi secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk
mempermudah pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar
agitator pada kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
Teknik diskontinu merupakan teknik yang paling dominan digunakan dalam
industri, dominasi sistem bioreaktor semikontinu dan diskontinu dalam industri
disebabkan oleh beberapa alasan berikut.

10
· Pada waktu tertentu, produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif sedikit.
· Kebutuhan pasar mungkin bersifat musiman.
· Masa berlaku produk tertentu pendek (tidak tahan lama).
· Konsentrasi produk yang tinggi.
· Beberapa produk tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari
siklus pertumbuhan.
· Ketidakstabilan beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan
secara teratur.
· Proses kontinu, secara teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan.

2.3 CONTOH KASUS DI PABRIK

2.3.1 Fixed Bed Multitube [Pabrik Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)]
Bahan bakar minyak, dewasa ini telah menjadi kebutuhan primer bagi
masyarakat. Bahan bakar minyak yang dijual yang dapat digunakan oleh masyarakat
biasanya dalam beberapa komponen nafta yang memiliki nilai oktan yang rendah.
Untuk meningkatkan nilai oktan digunakan beberapa senyawa seperti TEL dan MTBE.
TEL sudah tidak digunakan lagi karena kandungan timbal yang dapat membahayakan
jaringan otak. Seiring dengan meningkatnya perkembangan dan tuntutan kesehatan
dan lingkungan hidup, penelitian yang bertujuan meningkatkan bilangan oktan dengan
mengindahkan unsur safety dan lingkungan menghasilkan sebuah senyawa yang
mempunyai potensi meningkatkan bilangan oktan yaitu ETBE (Ethyl ter-butyl ether).
ETBE diperoleh dari hasil reaksi antara TBA (tert-butyl alcohol)dan etanol. Reaktor
berjalan pada fase cair dalam sebuah fixed bed reactor.
Persamaan reaksi pebuatan ETBE adalah sebagai berikut :
TBA + Etanol ETBE + Water
Pada pembuatan Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE) dari isobutylene dan
ethanol di pabrik berdasarkan Tugas Akhir Perancangan Pabrik Ethyl Tertiary Butyl
Ether (ETBE) Dari Isobutylene dan Ethanol dengan Kapasitas 100.000 Ton per Tahun
oleh Citra Kartika Asri (I 1505008) dan Robert Ari Kristanto (I 1505019) digunakan
reaktor fixed bed multitube. Reaktor tipe fixed bed multitube digunakan untuk tempat

11
berlangsungnya reaksi antara isobutylene dan ethanol membentuk ETBE. Kondisi
operasi pada suhu 50ºC dan tekanan 7 atm.
Secara umum, proses pembuatan ETBE dari ethanol dan isobutylene melalui 4 tahapan:
1. Tahap penyimpanan bahan baku
Bahan baku isobutylene yang terkandung dalam campuran C4 disimpan dalam
tangki isobutylene yang berbentuk silinder horizontal pada kondisi cair dengan
suhu 30ºC dan tekanan 5 atm. Sedangkan bahan baku ethanol disimpan dalam
tangki ethanol yang berbentuk silinder tegak pada konsdisi cair dengan suhu
30ºC.
2. Tahap penyaluran bahan baku Isobutylene dipompa menuju preheater untuk
dipanaskan. Kemudian ethanol feed dan ethanol recycle dari menara destilasi
dipompa menuju preheater untuk dipanaskan. Ethanol dan isobutylene dengan
perbandingan 1:1 mengalir menuju reaktor.
3. Tahap pembentukan produk Reaksi terjadi pada fase cair pada suhu 50ºC dan
tekanan 7 atm dengan katalis amberlyst 15 wet. Reaksi yang terjadi bersifat
eksotermis cair-cair dengan katalis padat karena itu digunakan reaktor fixed bed
multitube (R) dengan pendingin isotermal non adiabatis. Produk keluaran
berupa cairan dengan komposisi ETBE dengan konversi mencapai 90%, sisa
reaktan, dan campuran C4.
4. Tahap pemurnian produk Produk dari reaktor fixed bed multitube dialirkan ke
menara destilasi untuk dipisahkan dari fraksi ringan sisa reaktan dan campuran
C4. Hasil atas menara destilasi berupa sisa reaktan isobutylene, campuran C4,
dan sedikit ETBE. Sedangkan hasil bawah menara destilsi adalah ETBE,
ethanol, dan air. Hasil bawah ini akan diturunkan tekanannya menjadi 1 atm
dengan throtling valve kemudian dialirkan ke menara destilasi kedua. Di
menara destilasi kedua, ETBE dipisahkan dengan etanol. Hail atas dari menara
destilasi kedua adalah ETBE. Sedangkan hasil bawah berupa ethanol, air, dan
sedikit ETBE lalu dialirkan ke menara destilasi ketiga. Di menara destilasi
ketiga, ETBE dipisahkan dari ethanol dan air. Hasil atas berupa ethanol yang
akan di recycle ke aliran menuju reaktor. Hasil bawah berupa air dan sedikit
ethanol.

12
Spesifikasi reaktor fixed bed multitube :
Diameter luar tube : 0,0381 m
Diameter dalam tube : 0,0312 m
Jumlah tube : 1391 buah
Triangular pitch : 0,0476 m
Diameter dalam shell : 2 m
Tinggi :5,9292 m
Tebal shell : 0,01 m
Tebal head : 0,022 m
Jarak baffle : 0,5 m
Waktu tinggal reaktor : 7,81 detik
Jumlah : 1
Spesifikasi Produk :
Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)
Fase : cair Gambar 1 Diagram Alir Proses Pembuatan ETBE

Kemurnian : 97,5 %
Impuritas % : ethanol 2,2% dan n-C4H10 0,0006 %
Suhu : 30OC
Tekanan : 1 atm
Spesifikasi Bahan Pembantu (Katalis)
Katalis Amberlist-15wet
Bentuk : porous spherical beads
Diameter : 0,06 cm
Bulk density : 0,875 g/cm3
Porositas : 0,36

2.3.2 Fixed bed Reactor


Pada perusahaan PT Indo Acidatama pembuatan Acetic Acid meliputi proses
oksidasi uap Ethanol dengan udara menggunakan reaktor Fixed Bed menjadi
Acetaldehyde Liquid dan selanjutnya dioksidasi dengan udara dalam reaktor bubble
menjadi Acetic Acid.
Dimana Ethanol sebagai bahan baku sendiri meliputi proses fermentasi bahan
baku tetes tebu (molases) yang merupakan hasil samping pabrik gula menjadi mash
yang kemudian didestilasi vacum menjadi Ethanol. Pembuatan Acetic melalui
13
katalisator padatan, uap Ethanol dioksidasi dengan udara dalam reaktor Fixed Bed
sehingga menghasilkan Acetaldehyde dengan kemurnian 99,99% bW, selanjutnya
Acetaldehyde fase cair dioksidasi dengan dara didalam reaktor gelembung
menggunakan katalisator cair untuk menghasilkan Acetic Acid kualitas Food Grade
dengan kemurnian 99,8% bW. Reaksi Esterifikasi Acetic Acid dengan Ethanol dalam
reaktor Fixed Bed dengan katalisator berbentuk butiran, menghasilkan Ethyl Acetate
kemurnian 99,9% bW kadar air max 0,02% bW.
Proses ini menggunakan Fixed Bed sebagai reaktornya karena katalisnya
merupakan katalis padatan, kemudian reaktor ini dapat direaksikan dengan waktu
tinggal dalam reaktor yang bervariasi, dan tidak ada masalah pada pemisahan katalis
dari arus

2.3.3 Bioreaktor
Dari hasil penelitian pengolahan air limbah industri the botol dengan teknologi
biologis anaerobik UASB – WETLAND oleh Misbachul Moenir, Sartamtomo dan Sri
Moertinah (2014) menunjukan bahwa kinerja UASB cukup efektif dan efisien dalam
meningkatkan kualitas efluen pada beban relatif tinggi.dan pengolahan dengan
teknologi kombinasi anaerobik UASB dan wetland merupakan salah satu alternatif
teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah teh botol sehingga
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Selain itu ada kemungkinan air limbah
terolah dapat didaur ulang.
Reaktor UASB yang digunakan dalam penelitian ini terdiri 2 (dua) unit dan
terbuat dari stainless steel dengan masing-masing berdiameter 770 mm, tinggi silinder
2290 mm dan volume 1.165 L Kelengkapan unit UASB adalah pipa inlet dan out let
air limbah serta pipa out let gas methan
Dari hasil penelitian dengan waktu tinggal dalam reaktor (hydraulic retention
time) total selama 19 jam didalam reaktor anaerobik UASB dapat mereduksi beban
COD tertinggi sebesar 88,51% dan pengolahan dengan wetland reduksi COD tertinggi
sebesar 85,02%, Selanjutnya pengolahan air limbah dengan kombinasi UASB dan
wetland dapat mereduksi beban cemaran COD antara 97,65 – 98,90 % dan hasil effluen
sudah memenuhi baku mutu air limbah industri minuman dalam botol menurut
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, yaitu COD = 35,44
mg/l, TSS = 16 mg/l, dan BOD5 = 13,44 mg/l.

14
3 BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa


1. Reaktor Fixed Bed merupakan suatu reaktor yang mana katalis berdiam di dalam
reaktor bed.
2. Reaktor fixed bed mempunyai 2 macam yaitu single fixed bed reactor dan
multibed(multitube) fixed bed reactor.
3. Bioreaktor merupakan sebuah wadah untuk melakukan proses kimia yang
melibatkan organisme atau substansi biokimia aktif yang diambil dari makhluk
hidup.
4. Bioreactor memiliki 3 jenis yaitu kontinu, semi kontinu dan diskontinu.
5. Bahan baku pada reactor fixed bed biasanya berfase gas dan bioreactor berfase
cair.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/151/jbptppolban-gdl-nadiaprati-7503-3-bab2--
0.pdf

Asri,Kartika Citra dkk. 2010. “Tugas Akhir Perancangan Pabrik Ethyl Tertiary Butyl
Ether(ETBE) Dari Isobutylene dan Ethanol dengan Kapasitas 100.000 Ton per Tahun”.

NN. 2012. “Fixed Bed Reaktor”. Diakses di


(http://refinersnotes.blogspot.com/2012/11/fixed-bed-reactor-basic-design.html).

David. 2014. “Perbedaan fludized bed dan fix bed”. Diakses


(http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/perbedaan-fludized-bed-dan-fixbed.html).
Susanto, A. (t.thn.). PROSES FERMENTASI (BATCH, FED BATTCH DAN CONTINUES
PROCESS). Diambil kembali dari wordpress.com:
https://anthosusantho.wordpress.com/bahan-ajar-kuliah/

16

Anda mungkin juga menyukai