Disusun Oleh :
Nurkholilah (2017710450007)
Dilla Septiana Daniarissa (2017710450002)
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2019
KATA PENGHANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Reactor Fixed Bed.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Alat Industri Kimia II (AIK). Penulis menyadari bahwa, tanpa bimbingan dan referensi
dari berbagai pihak, tidak dapat membuat makalah ini. Penulis juga mengharapkan kritik
ataupun saran yang dapat membangun di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya
dan kami ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR................................................................................................ i
2.3.1 Fixed Bed Multitube [Pabrik Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)]............... 11
ii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
dari penggunaan reaktor ini adalah : Untuk memprediksikan penurunan konversi pada
pencampuran di dalam reaktor.
D. Slurry reactor
Reaktor slurry biasa digunakan untuk mereaksikan liquid atau larutan yang
mengandung reaktan dengan katalis padatan. Supaya transfer massa dan pengadaan katalis
efektif digunakan katalis berbentuk granular atau serbuk antara 0,05-1mm (0,02-0,039 in),
sebagai batas minimum agardapat difiltrasi. Diameter yang kecil digunakan dengan tujuan
memperbesar luas permukaan. Reaktor ini berisi partikel padat.
E. Reaktor membran
Reaktor membran adalah sistem reaktor baru yang mengkombinasikan pemisahan
dengan membran dan reaksi kimia. Reaktor membran memilikidua tipe, yaitu reaktor
membran packed-bed dan reaktor membran katalitik. Reaktor membran dengan katalis
packed-bed memiliki area pemisahan yang terpisah dari area reaksi, sedangkan pada reaktor
membran katalitik, reaksi dan pemisahan terjadi secara simultan.
2
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 REAKTOR FIXED BED
4
- Pemasokan katalis per unit volume reaktor besar,
- Hold up liquid tinggi,
- Katalis benar-benar dibasahi,
- Kontrol temperature lebih baik,
- Transfer massa gas-liquid lebih tinggi daripada reaktor trickle bed karena interaksi
gas-liquid lebih besar.
5
2.1.3.2 Multi tube (multi bed)
Pada Multi tube katalisator diisi lebih dari satu
tumpuk katalisator, fixed bed dengan katalisator lebih dari
satu tumpuk banyak dipakai dalam proses adiabatik. Jika
reaksi yang terjadi sangat eksotermis pada konversi yang
masih kecil suhu gas sudah naik sampai lebih tinggi dari
suhu maksimum yang diperbolehkan untuk katalisator,
maka gas harus di dinginkan terlebih dahulu kedalam alat
penukar panas diluar reaktor untuk di dinginkan dan
selanjutnya dialirkan kembali ke reaktor melalui
tumpukan katalisator kedua, jika konversi gas yang keluar dari tumpukan kedua belum
mencapai yang direncanakan, tetapi suhu gas sudah lebih tinggi dari yang
diperbolehkan maka dilakukan pendinginan lagi dengan mengalirkan gas ke alat
penukar panas kedua kemudian di kembalikan ke reaktor yang masuk melalui
tumpukan katalisator ketiga dan seterusnya sampai diperoleh konversi yang diinginkan.
Jika reaksi bersifat endotermis maka penukar panas diluar reactor dapat digunakan
untuk pemanas gas reaksi.
Reaksi katalitik umumnya dilakukan dalam reaktor unggun tetap, karena
kesederhanaan teknologi dan operasi. Kesederhanaan ini jelas untuk adiabatik reaktor,
tetapi ketika panas penting dari reaksi yang terlibat, pertukaran panas mungkin lebih,
untuk operasi yang optimal, untuk menghindari landasan pacu dan deaktivasi katalis.
Jadi perpindahan panas sangat sering masalah utama yang dihadapi dalam desain
reaktor unggun tetap.
Tiga kelas penting dari reaktor non adiabatik adalah sebagai berikut :
1. Multitube reaktor adiabatik dengan pertukaran panas antara mengarah ke profil
suhu gelombang non-sinusoidal.
2. Reaktor dengan internal yang penukar panas multitubular. Dua terakhir umumnya
lebih disukai untuk reaktor adiabatik multibed saat sangat reaksi eksotermik atau
endotermik berlangsung, atau ketika optimum profil suhu yang diinginkan. Aspek
lain adalah penurunan tekanan melalui tempat tidur. Dalam rangka untuk
membatasi, lebih besar partikel katalis dapat digunakan, namun keterbatasan
difusi juga akan meningkat.
6
3. Reaktor unggun tetap pada dasarnya dijelaskan oleh kontinum jenis model, tetapi
sel model telah dikembangkan untuk menjelaskan struktur dua fase reaktor.
Kebanyakan reaksi katalitik adalah reaksi aliran aksial klasik. Model diandalkan
adalah model kontinum klasik.
2.2 BIOREAKTOR
1. Komponen
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan halus
atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk
7
menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki
skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat
mencapai lebih dari 1000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan
berperan untuk memompa udara, dan mencegah pembentukan gelembung
oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat
dan sel Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah
terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang
seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan
aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan
perubahan komposisi medium
8
- Pada reactor diskontinyu hanya satu siklus dimana pertumbuhan bakteri dan
produksi gas metan semakin lama semakin menurun karena tidak ada substrat
baru yang diumpankan dalam reactor
10
· Pada waktu tertentu, produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif sedikit.
· Kebutuhan pasar mungkin bersifat musiman.
· Masa berlaku produk tertentu pendek (tidak tahan lama).
· Konsentrasi produk yang tinggi.
· Beberapa produk tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari
siklus pertumbuhan.
· Ketidakstabilan beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan
secara teratur.
· Proses kontinu, secara teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan.
2.3.1 Fixed Bed Multitube [Pabrik Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)]
Bahan bakar minyak, dewasa ini telah menjadi kebutuhan primer bagi
masyarakat. Bahan bakar minyak yang dijual yang dapat digunakan oleh masyarakat
biasanya dalam beberapa komponen nafta yang memiliki nilai oktan yang rendah.
Untuk meningkatkan nilai oktan digunakan beberapa senyawa seperti TEL dan MTBE.
TEL sudah tidak digunakan lagi karena kandungan timbal yang dapat membahayakan
jaringan otak. Seiring dengan meningkatnya perkembangan dan tuntutan kesehatan
dan lingkungan hidup, penelitian yang bertujuan meningkatkan bilangan oktan dengan
mengindahkan unsur safety dan lingkungan menghasilkan sebuah senyawa yang
mempunyai potensi meningkatkan bilangan oktan yaitu ETBE (Ethyl ter-butyl ether).
ETBE diperoleh dari hasil reaksi antara TBA (tert-butyl alcohol)dan etanol. Reaktor
berjalan pada fase cair dalam sebuah fixed bed reactor.
Persamaan reaksi pebuatan ETBE adalah sebagai berikut :
TBA + Etanol ETBE + Water
Pada pembuatan Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE) dari isobutylene dan
ethanol di pabrik berdasarkan Tugas Akhir Perancangan Pabrik Ethyl Tertiary Butyl
Ether (ETBE) Dari Isobutylene dan Ethanol dengan Kapasitas 100.000 Ton per Tahun
oleh Citra Kartika Asri (I 1505008) dan Robert Ari Kristanto (I 1505019) digunakan
reaktor fixed bed multitube. Reaktor tipe fixed bed multitube digunakan untuk tempat
11
berlangsungnya reaksi antara isobutylene dan ethanol membentuk ETBE. Kondisi
operasi pada suhu 50ºC dan tekanan 7 atm.
Secara umum, proses pembuatan ETBE dari ethanol dan isobutylene melalui 4 tahapan:
1. Tahap penyimpanan bahan baku
Bahan baku isobutylene yang terkandung dalam campuran C4 disimpan dalam
tangki isobutylene yang berbentuk silinder horizontal pada kondisi cair dengan
suhu 30ºC dan tekanan 5 atm. Sedangkan bahan baku ethanol disimpan dalam
tangki ethanol yang berbentuk silinder tegak pada konsdisi cair dengan suhu
30ºC.
2. Tahap penyaluran bahan baku Isobutylene dipompa menuju preheater untuk
dipanaskan. Kemudian ethanol feed dan ethanol recycle dari menara destilasi
dipompa menuju preheater untuk dipanaskan. Ethanol dan isobutylene dengan
perbandingan 1:1 mengalir menuju reaktor.
3. Tahap pembentukan produk Reaksi terjadi pada fase cair pada suhu 50ºC dan
tekanan 7 atm dengan katalis amberlyst 15 wet. Reaksi yang terjadi bersifat
eksotermis cair-cair dengan katalis padat karena itu digunakan reaktor fixed bed
multitube (R) dengan pendingin isotermal non adiabatis. Produk keluaran
berupa cairan dengan komposisi ETBE dengan konversi mencapai 90%, sisa
reaktan, dan campuran C4.
4. Tahap pemurnian produk Produk dari reaktor fixed bed multitube dialirkan ke
menara destilasi untuk dipisahkan dari fraksi ringan sisa reaktan dan campuran
C4. Hasil atas menara destilasi berupa sisa reaktan isobutylene, campuran C4,
dan sedikit ETBE. Sedangkan hasil bawah menara destilsi adalah ETBE,
ethanol, dan air. Hasil bawah ini akan diturunkan tekanannya menjadi 1 atm
dengan throtling valve kemudian dialirkan ke menara destilasi kedua. Di
menara destilasi kedua, ETBE dipisahkan dengan etanol. Hail atas dari menara
destilasi kedua adalah ETBE. Sedangkan hasil bawah berupa ethanol, air, dan
sedikit ETBE lalu dialirkan ke menara destilasi ketiga. Di menara destilasi
ketiga, ETBE dipisahkan dari ethanol dan air. Hasil atas berupa ethanol yang
akan di recycle ke aliran menuju reaktor. Hasil bawah berupa air dan sedikit
ethanol.
12
Spesifikasi reaktor fixed bed multitube :
Diameter luar tube : 0,0381 m
Diameter dalam tube : 0,0312 m
Jumlah tube : 1391 buah
Triangular pitch : 0,0476 m
Diameter dalam shell : 2 m
Tinggi :5,9292 m
Tebal shell : 0,01 m
Tebal head : 0,022 m
Jarak baffle : 0,5 m
Waktu tinggal reaktor : 7,81 detik
Jumlah : 1
Spesifikasi Produk :
Ethyl Tertiary Butyl Ether (ETBE)
Fase : cair Gambar 1 Diagram Alir Proses Pembuatan ETBE
Kemurnian : 97,5 %
Impuritas % : ethanol 2,2% dan n-C4H10 0,0006 %
Suhu : 30OC
Tekanan : 1 atm
Spesifikasi Bahan Pembantu (Katalis)
Katalis Amberlist-15wet
Bentuk : porous spherical beads
Diameter : 0,06 cm
Bulk density : 0,875 g/cm3
Porositas : 0,36
2.3.3 Bioreaktor
Dari hasil penelitian pengolahan air limbah industri the botol dengan teknologi
biologis anaerobik UASB – WETLAND oleh Misbachul Moenir, Sartamtomo dan Sri
Moertinah (2014) menunjukan bahwa kinerja UASB cukup efektif dan efisien dalam
meningkatkan kualitas efluen pada beban relatif tinggi.dan pengolahan dengan
teknologi kombinasi anaerobik UASB dan wetland merupakan salah satu alternatif
teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah teh botol sehingga
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Selain itu ada kemungkinan air limbah
terolah dapat didaur ulang.
Reaktor UASB yang digunakan dalam penelitian ini terdiri 2 (dua) unit dan
terbuat dari stainless steel dengan masing-masing berdiameter 770 mm, tinggi silinder
2290 mm dan volume 1.165 L Kelengkapan unit UASB adalah pipa inlet dan out let
air limbah serta pipa out let gas methan
Dari hasil penelitian dengan waktu tinggal dalam reaktor (hydraulic retention
time) total selama 19 jam didalam reaktor anaerobik UASB dapat mereduksi beban
COD tertinggi sebesar 88,51% dan pengolahan dengan wetland reduksi COD tertinggi
sebesar 85,02%, Selanjutnya pengolahan air limbah dengan kombinasi UASB dan
wetland dapat mereduksi beban cemaran COD antara 97,65 – 98,90 % dan hasil effluen
sudah memenuhi baku mutu air limbah industri minuman dalam botol menurut
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, yaitu COD = 35,44
mg/l, TSS = 16 mg/l, dan BOD5 = 13,44 mg/l.
14
3 BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/151/jbptppolban-gdl-nadiaprati-7503-3-bab2--
0.pdf
Asri,Kartika Citra dkk. 2010. “Tugas Akhir Perancangan Pabrik Ethyl Tertiary Butyl
Ether(ETBE) Dari Isobutylene dan Ethanol dengan Kapasitas 100.000 Ton per Tahun”.
16