DIBAHAS :
II Size Reduction
III Storage
IV Reaktor
V Crystallization
VI Heat treatment
5
2. Jaw Crusher
Alat pemecah batuan alam
Prinsip : dengan menggerakkan satu sisi
crusher dan sisi yang lain tetap/diam.
Umumnya sebagai crusher primer
(penghancuran tahap pertama)
Kapasitas ditentukan oleh ukuran
crusher
Efektif untuk batuan jenis sedimen
hingga granit.
2. Jaw Crusher
3. Hammer Crusher
◦ Silo
◦ Large Bulk Storage
◦ Medium Bulk Storage
◦ Small Bulk Storage
1. Silo
1. Silo
Untuk menyimpan material bulk
seperti biji-bijian, batu bara, semen,
karbon hitam, produk makanan,
serbuk gergaji dll.
Jenis silo
Silo Tower : berbentuk tabung
Silo bunker : berupa bola
Bag silo : berupa kantong plastik
besar
2. Large Bulk Storage
2. Large Bulk Storage
Pengaduk/stirrer
• Stirrer konsentrasi
disemua titik
sama/homogen
• Kontak antara reaktan
dengan katalis lebih
baik
• Reaktan dan katalis
dimasukkan secara
bersamaan
Jaket pemanas/pendingin
1. Reaktor Batch
Biasanya cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil, misal: proses pelarutan
padatan, pencampuran produk, reaksi kimia,
farmasi dan fermentasi.
Beberapa ketetapan menggunakan reaktor tipe
batch :
Selama reaksi berlangsung tidak terjadi
perubahan temperatur (isothermal)
Pengadukan dilakukan dengan sempurna,
konsentrasi di semua titik dalam reaktor
homogen pada waktu yang sama
Konstruksi Reaktor Batch
Tersusun oleh sebuah
tangki dengan pengaduk
serta sistem pendingin
atau pemanas yang
menyatu dengan reaktor.
Tangki ini memiliki
ukuran yang mulai dari
< 1 L sampai 15.000 L
Batch reactor biasanya
terbuat dari baja,
stainless steel atau baja
berlapis kaca.
2. Reaktor diferensial
ΔL
FA0
FA0
Katalis
2. Reaktor diferensial
Digunakan dilaboratorium untuk
menentukan laju reaksi sebagai fungsi
konsentrasi
Berupa pipa yang diisi sedikit katalis
Konversinya sangat kecil (katalis sedikit)
Konsentrasi reaktan relative konstan
Biaya operasinya murah
Jarang digunakan untuk sistem
multikomponen
3. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR-
Continuous Stirred Tank Reactor)
Inlet
Outlet
Katalis dimasukkan bersama feed, dan meninggalkan reaktor
bersama produk
Dapat digunakan hanya 1 unit atau dipasang secara seri dengan
tujuan untuk meningkatkan konversi reaksi
4. Reaktor Integral
Reaktor bentuk pipa yang diisi dengan katalis
padat
Mudah dalam konstruksinya
Kontak antara reaktan dan katalis lebih besar
Untuk reaksi yang sifatnya sangat endothermis
atau exothermis kondisi isothermal susah
dijaga
Kerusakan katalis selama reaksi akan
menyebabkan laju reaksi berubah
Inlet Outlet
Katalis
5. Reaktor berpengaduk yang
berisi solid (SCSR)
Inlet
Outlet
Katalis
5. Reaktor berpengaduk yang
berisi solid (SCSR)
Stirred Contained Solids Reactor/SCSR
Katalis padat diisikan pada padle dari
pengaduk yang berputar dengan
kecepatan tinggi
Kondisi isothermal dapat terjaga dan
kontak katalis dengan fluida terjadi
dengan baik
Untuk ukuran katalis solid yang kecil
(powder), kesulitan : ukuran screen pada
padle agar katalis tidak keluar
6. Reaktor Transport
Digunakan pada kondisi temperatur
tinggi, tekanan tinggi dengan berbagai
macam komposisi reaktan gas.
Digunakan dalam proses produksi
gasoline dari fraksinasi petroleum
Salah satu reaktan bergerak membawa
katalis sepanjang reaktor
Kerusakan katalis dapat diminimalkan
Konstruksinya lebih mudah dibandingkan
CSTR
Pemisahan katalis dan reaktan gas yang
cukup sulit
7. Reaktor Transport dengan
Resirkulasi
Dengan resirkulasi gas dan katalis
menghasilkan pengadukan yang
sempurna
Distribusi produk dan parameter
kinetik sedikit berbeda karena
adanya pencampuran antara katalis
baru dan yang sudah terpakai
Konstruksinya sedikit sulit karena
adanya proses sirkulasi
Peralatan yang dipergunakan untuk mengubah
materi dari bentuk liquid (slurry) menjadi solid
(powder/crystal).
Pembentukan kristal padat ini berasal dari
larutan yang homogen dimana larutan ini dibuat
dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated yaitu
kondisi dimana pelarut/ solvent mengandung
zat terlarut melebihi kemampuan pelarut untuk
melarutkan zat terlarut.
Untuk memeperoleh hasil baik, diperlukan
kondisi supersaturasi lebih dahulu.
Contoh : pembuatan gula pasir, pembuatan
pupuk
41
CRYSTALLIZATION
Kristal terbentuk dari larutan lewat jenuh
(supersaturated) melalui 2 langkah, yaitu:
1. nukleasi, pembentukan inti kristal.
2. pertumbuhan kristal
Mekanisme nukleasi pada sistem padat-
cair dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
1. Primary nucleation.
2. Secondary nucleation (contact
nucleation)
42
CRYSTALLIZATION
1. Primary nucleation.
◦ Nukleasi akibat penggabungan molekul-molekul
solut membentuk clusters yang kemudian tumbuh
menjadi kristal.
◦ Dalam larutan supersaturasi, terjadi penambahan
solut sehingga mendifusi ke clusters dan tumbuh
menjadi lebih stabil.
◦ Ukuran kristal besar, maka solubility kecil,
sebaliknya ukuran kristal kecil maka solubility besar.
Oleh karenanya, jika ada kristal yang berukuran
lebih besar maka kristal akan tumbuh, sedangkan
kristal kecil akan terlarut lagi.
43
CRYSTALLIZATION
2.Secondary nucleation (contact
nucleation)
◦ Nukleasi terjadi jika kristal bertabrakan
dengan bahan lain, pengaduk,
dinding/pipa tangki.
◦ Nukleasi dapat dipercepat dengan
adanya bibit kristal, energi aktivasinya
lebih kecil dari pada primary nucleation.
◦ Seeding : menambah bibit kristal
(berukuran kecil) pada awal sintesa
44
CRYSTALLIZATION
Dengan dasar bahwa kristalisasi terjadi jika
kondisi larutan supersaturasi, maka kristaliser
harus berfungsi tempat membuat larutan
supersaturasi.
Klasifikasi alat dalam membuat kondisi ini:
1.Mendinginkan larutan tanpa penguapan.Contoh :
tank and batch type.
2.Menguapkan solven dengan sedikit atau tanpa
pendinginan. Contoh: rangkaian evaporator-
kristaliser
3.Kombinasi pendinginan dan evaporasi dalam
adibatic evaporator vacuum crystalizer. Contoh :
vacuum crystalizer
Secara umum terdapat Horizontal Crystallizer dan
Vertical Crystallizer.
45
Horizontal Crystallizer
46
Vertical Crystallizer
47
SELAMAT
BELAJAR