DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
A. PENGERINGAN SECARA UMUM
Ada 4 metode pengeringan yang sekarang dilakukan. Semua cara tersebut telah
disesuaikan dengan jenis komoditi dan kemampuan serta teknologi yang ada.
a. Pengeringan Adiabatik
Merupakan pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara
panas. Udara yang telah dipanaskan memberi panas pada bahan pangan yang akan
dikeringkan. Alat pengering yang termasuk kelompok ini antara lain;
Pengering cabinet
Pengering ini terdiri dari suatu ruangan dimana rigen-rigen utuk produk yang
dikeringkan dapat diletakkan didalannya. Didalam pengering yang berukuran
besar, rigen-rigen pengering disusun diatas kereta untuk mempermudah
penanganannya; dalam unit yang berukuran kecil, rigen-rigen pengering dapat
disusun diatas suatu penyangga yang tetap didalam pengering tersebut. Udara
dihembuskan dengan menggunakan kipas angin melalui suatu pemanas dan
kemudian menembus rigen-rigen pengering yang berisi bahan. Pada umumnya
pengering ini digunakan untuk penelitian dehidrasi sayuran dan buah-buahan
dalam laboratorium. Selain pengering cabinet juga ada bed dryer, air lift dryer,
maupun vertical down flow concurrent dryer.
b. Pengeringan isothermik
Merupakan pengeringan pengeringan yang didasarkan atas adanya kontak
langsung antara bahan pangan dengan lembaran logam yang panas. Pengering yang
termasuk kelompokini ialah; drum dryer, shelf dryer, dan continous vacuum dryer.
Menurut Earle (1982), pengeringan bahan pangan dapat diartikan sebagai proses
pemisahan air dari suatu bahan pangan dengan maksud untuk mengawetkan bahan
pangan dalam penyimpanan. Kadar air bahan dalam proses pengeringan diturunkan
sampai kesuatu tingkat yang memungkinkan untuk dapat menahan atau menghambat
pertumbuhan mikroba atau reaksi lainnya. Tujuan lain dari pengeringan adalah
mengurangi volume produk sehingga akan meningkatkan efisiensi dalam
pengangkutan maupun penyimpanan dari produk yang bersan gkutan. Jadi
pengeringan bahan pangan adalah merupakan salah satu unit operasi yang penting
dalam proses pengolahan bahan pangan.
Beberapa tipe pengering digunakan untuk bahan padat. Dalam hal ini bahan pangan
dikeringkan dalam baki, pada ban berjalan atau pada rak tanpa wadah. Sedangkan
spray dryer dan drum dryer hanya bisa digunakan untuk pengeringan bahan berbentuk
cair. Klasifikasi lain alat pengering adalah pengering tekanan atmosfer dan pengering
vakum.
Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses
pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar energi
panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang di
uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara
pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari
bahan ke atmosfer. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap
air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar
bahan kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan keluar menjadi
terhambat. Pada pengeringan dengan menggunakan alat umumnya terdiri dari tenaga
penggerak dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber
tenaga untuk mengalirkan udara dapat digunakan blower. Sumber energi yang dapat
digunakan pada unit pemanas adalah tungku, gas, minyak bumi, dan elemen pemanas
listrik (Dewi, 2010). Proses utama dalam pengeringan adalah proses penguapan air
maka perlu terlebih dahulu diketahui karakteristik hidratasi bahan pangan yaitu sifat-
sifat bahan yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang
dikandungnya dan molekul air di udara sekitarnya. Peranan air dalam bahan pangan
dinyatakan dengan kadar air dan aktivitas air, sedangkan peranan air di udara
dinyatakan dengan kelembaban relatif dan kelembaban mutlak (Dewi, 2010).
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai
berikut:
a. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
b. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
c. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
d. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap. (Dewi,
2010).
D. Metode dan proses pengeringan
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yang
berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:
Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses
pengeringan ini dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum dilakukan
pengepakan suatu produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih
mudah, mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat
menambah nilai guna dari suatu bahan. Dalam industri makanan, proses pengeringan
ini digunakan untuk pengawetan suatu produk makanan. Mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat dapat tumbuh pada bahan yang
tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahankan aroma dan nutrisi dari
makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, kandungan air dalam
bahan makanan itu harus dikurangi dengan cara pengeringan (Revitasari, 2010).
Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan yaitu penggunaan panas,
jika pengeringan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka bahan akan
menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah kering
tapi dibagian dalam masih basah, hal ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu
tinggi sehingga permukaan bahan menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga akan
menghambat pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena terhalang oleh
bagian luar bahan yang sudah keras, case hardening juga bias terjadi karena adanya
perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya terjadi pengumpalan protein
dipermukaan bahan karena panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika
dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras), pada bahan case hardening
dibagian dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga
bahan dapat menjadi busuk, untuk mencegah case hardening adalah dengan
mengunakan suhu yang tidak terlalu panas atau mengunakan tahapan-tahapan dalam
pengunaan suhu panas, misalnya memberikan pemanasan awal dengan suhu rendah.
Mesin vacuum drying adalah alat untuk mengeringkan produk pada suhu rendah
secara konstan. Prinsip kerja dari alat ini hampir sama dengan Vacuum Frying.
Perbedaan utamanya adalah alat ini tidak menggunakan minyak sebagai alat
penggoreng. Cara kerjanya hanya melakukan pemanasan pada produk disertai
dengan proses pemakuman (hampa).
Fungsi Utama dari Mesin Vacuum Drying ini adalah salah satunya untuk
mengurangi kadar air. Semisal pada produk buah-buahan seperti salak, biji-bijian,
bahan rempah-rempah yang tidak tahan panas atau bahan makanan yang perlu
pengurangan kadar air. Selain itu juga bisa untuk tepung-tepungan sebagai bahan
obat-obatan atau herbal, ada banyak sekali produk ini. Dan tentunya pengeringan
secara vacuum ini sangat bermanfaat untuk kelayakan produk.
Mesin vacuum drying ini menggunakan sistem pemanasan dengan metode vacuum
pada suhu rendah. Pada proses pemanasan biasa, suhu titik didih bahan dapat
mencapai titik tinggi, akibatnya hasil pemanasan bahan apapun kurang maksimal dan
bisa gosong.
Berbeda dengan pemanasan biasa, mesin vacuum drying ini, bekerja dengan
menurunkan tekanan pada lemari pemanasan, dan suhu di dalamnya juga akan
semakin turun.
Dengan tekanan dibuat vakum, maka suhu akan turun semakin jauh sehingga bisa
dilakukan pemanasan pada suhu rendah.
Dengan proses inilah kemudian bahan–bahan yang semestinya tidak bisa dipanaskan
lebih, akhirnya bisa dipanaskan dan menghasilkan produk yang bagus dan tidak
rusak.
Dan dengan pemansan seperti itulah hingga akhirnya mesin dapat menghasilkan
produk dengan kandungan nutrisi yang masih utuh.
Sumber : https://www.rumahmesin.com/produk/mesin-vacuum-drying/
Mesin Vacuum drying ini juga dilengkapi dengan kolam atau bak pendingin, yang
berfungsi untuk mendinginkan kinerja pompa yang terus-terus melakukan proses
pemakuman. Adanya bak pendingin ini, tentunya kinerja pompa bisa lebih awet dan
terjaga.
Sistem peletakan produk pada mesin vacuum drying ini menggunakan sistem rak.
Rak dibuat dalam bentuk rak berlubang dan rak tanpa lubang.
Rak lubang biasanya untuk produk berdimensi agak besar, sementara untuk rak tanpa
lubang, biasanya untuk produk biji-bijian atau tepung.
Spray dryer adalah unit peralatan untuk memproduksi tepung atau bubuk dari bahan
cair yang disemprotkan (hingga membentuk partikel halus) ke dalam ruang yang
telah dialiri udara panas. Spray dryer merupakan perlatan non standar, karena itu
haus dirancang sesuai sifat fisika, sifat kimia, kapasitas output, dan persyaratan
lainnya, artinya makin lengkap data yang diketahui maka makin optimum
perencanaan peralatan dimaksud. Bahan yang digunakan dalam pengeringan spry
drying dapat berupa suspensi, dispersi maupun emulsi. Sementara produk akhir yang
dihasilkan dapat berupa bubuk, granula maupun aglomerat. Susu maupun kopi bubuk
merupakan produk yang menggunakan proses pengeringan metode spray drying
(Mayani dkk, 2012).
(Sumber : http://sgpharmatec.com/index.php?route=product/product&product_id=81)
Mekanisme kerja spray dryer adalah memperluas permukaan cairan yang akan
dikeringkan dengan cara pembentukan droplet yang selanjutnya dikontakkan dengan
udara pengering yang panas. Udara panas akan memberikan energi untuk proses
penguapan dan menyerap uap air yang keluar dari bahan. Spray dryer
menyemprotkan cairan melalui atomizer. Cairan tersebut akan dilewatkan ke dalam
aliran gas panas dalam sebuah tabung. Akibatnya, air dalam tetesan bisa menguap
dengan cepat dan yang tertinggal hanyalah serbuk atau bubuk yang kering. Langkah
selanjutnya adalah memisahkan serbuk dari udara yang mengangkutnya. Pemisahan
ini dilakukan oleh separator atau kolektor serbuk (Mayani dkk, 2012). Pengeringan
dengan menggunakan metode spray drying biasanya menggunakan udara pengering
atau panas yang akan mengalami kontak dengan bahan pangan yang dimasukkan ke
dalam spray dryer dan biasanya kandungan air yang dihasilkan antara 2%3%
(Hadiwiyoto, 1983). Menurut Widodo (2003), pengeringan dengan menggunakan
metode spray drying akan memberikan pengaruh terhadap total bahan padat yang
dihasilkan dari susu bubuk. Suhu pengeringan yang tinggi akan menghasilkan susu
bubuk dengan kadar air rendah dan total bahan padat yang tinggi. Gambar berikut
merupakan skema penjelasan spray dryer:
(Sumber : https://id.pinterest.com/pin/295408056790554173/)
Secara umum proses pengeringan dengan metode spray drying melalui 5 tahap :
2. Atomization Bahan yang akan dimasukkan dalam alat spray drier harus
dihomogenisasikan terlebih dahulu agar ukuran droplet yang dihasilkan seragam dan
tidak terjadi penyumbatan atomizer. Homogenisasi dilakukan dengan cara
pengadukan. selanjutnya bahan dialirkan kedalam atomizer berupa ring/wheel
dengan lubanglubang kecil yang berputar. Atomization merupakan proses
pembentukan droplet, dimana bahan cair yang akan dikeringkan dirubah ukurannya
menjadi partikel (droplet) yang lebih halus. Tujuan dari atomizer ini adalah untuk
memperluas permukaan sehingga pengeringan dapat terjadi lebih cepat. Pada Industri
makanan, luas permukaan droplet setelah melalui atomizer adalah mencapai 1-400
mikrometer (Mayani dkk, 2012).
3. Kontak droplet dengan udara pengering Pada sebagian besar spray dryer, nozzle
(atomizer) tersusun melingkar. Dan pada tengahnya disemprotkan udara panas
bertekanan tinggi dengan suhu mencapai 300 0C. Udara panas dan droplet hasil
atomisasi disemprotkan ke bawah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kontak antara
droplet dengan udara panas sehingga terjadi pengeringan secara simultan (Mayani
dkk, 2012).
a. Suhu pengering yang masuk Semakin tinggi suhu udara yang digunakan untuk
pengeringan maka proses penguapan air pada bahan akan semakin cepat, namun suhu
yang tinggi memungkinkan terjadinya kerusakan secara fisik maupun kimia pada
bahan yang tidak tahan panas (Mayani dkk, 2012).
b. Suhu pengering yang keluar Suhu pengering yang keluar mengontrol kadar air
bahan hasil pengeringan (bubuk) yang terbentuk (Mayani dkk, 2012).
c. Viskositas bahan (larutan) yang masuk Viskositas bahan yang akan dikeringkan
mempengaruhi partikel yang keluar melalui nozel. Viskositas yang rendah
menyebabkan kurangnya energi dan tekanan dalam menghasilkan partikel pada
atomization (Mayani dkk, 2012).
d. Jumlah padatan terlarut Jumlah padatan terlarut pada bahan yang masuk diatas
30% agar ukuran partikel yang terbentuk tepat (Mayani dkk, 2012).
Peningkatan suhu bahan yang akan dikeringkan sebelum memasuki alat akan
membawa energi sehingga proses pengeringan akan lebih cepat (Mayani dkk, 2012).
g. Tingkat volatilitas bahan pelarut Bahan pelarut dengan tingkat volatilitas yang
tinggi dapat mempercepat proses pengeringan. Namun dalam prakteknya air menjadi
pelarrut utama dalam bahan pangan yang dikeringkan (Mayani dkk, 2012).
h. Bahan dasar nozzle Umumnya terbuat dari stainless steel karena tahan karat
sehingga aman dalam proses penggunaannya (Mayani dkk, 2012).
• Kapasitas pengeringan besar dan proses pengeringan terjadi dalam waktu yang
sangat cepat. Kapasitas pengeringan mencapai 100 ton/jam. • Tidak terjadi
kehilangan senyawa volatile dalam jumlah besar (aroma). • Cocok untuk produk
yang tidak tahan pemanasan (tinggi protein). • Memproduksi partikel kering dengan
ukuran, bentuk, dan kandungan air serta sifatsifat lain yang dapat dikontrol sesuai
yang diinginkan. • Mempunyai kapasitas produksi yang besar dan merupakan system
kontinyu yang dapat dikontrol secara manual maupun otomatis. (Mayani dkk, 2012).
• Memerlukan biaya yang cukup tinggi. • Hanya dapat digunakan pada produk cair
dengan tingkat kekentalan tertentu. • Tidak dapat diaplikasikan pada produk yang
memiliki sifat lengket karena akan menyebabkan penggumpalan dan penempelan
pada permukaan alat. (Mayani dkk, 2012).
c. Freeze dryer
Freeze dryer adalah salah satu alat pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam
mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang
sensitif terhadap panas (Anonim, 2017).
Dari semua metode, salah satu metode pengeringan yang dianggap paling baik saat
ini adalah metode freeze drying atau yang lebih dikenal dengan nama metode
pengeringan beku. Metode ini juga dikenal dengan berbagai nama seperti metode
lyophilisation, lyophilization dan cryodesiccation (Anonim, 2017)
Mekanisme kerja pengeringan beku (freeze drying) adalah proses menghilangkan
kandungan air dalam suatu bahan atau produk yang telah beku (es) tanpa melalui fase
cair terlebih dahulu. Liofilisasi adalah solusi farmasi untuk menghasilkan sebuah
produk bubuk yang stabil. Metode ini telah menjadi standar praktek dalam
memproduksi produk sediaan suntik di pasaran (Anonim, 2017).
Untuk mendapatkan produk yang baik dengan metode Frezee drying ini
membutuhkan peralatan khusus yang disebut sebagai Freeze Dryer. Freeze dryer
merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk ke dalam Conduction
Dryer/Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak langsung yaitu
antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas terdapat
dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang menguap tidak
terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan panas
terjadi secara hantaran (konduksi) (Anonim, 2017).
Gambar 3. Freeze Dryer
(sumber: https://biolabscientific.com/Freeze-Dryer)
Adapun tahapan-tahapan yang terjadi di dalam mesin freeze dryer, sebagai berikut :
• Pembekuan
• Vacuum
Setelah beku, produk ini ditempatkan di bawah vakum. Hal ini memungkinkan
pelarut beku dalam produk untuk menguap tanpa melalui fase cair, proses yang
dikenal sebagai sublimasi.
• Panas
• Kondensasi
Kondensor dengan suhu rendah akan menghapus pelarut yang menguap di ruang
vakum dengan mengubahnya kembali ke padat. (Anonim,2017)
Gambar 4. Skema Alat Freeze Drying
(Sumber : http://myteknikkimiablogaddress.blogspot.com/2018/11/freeze-drying-
salah-satu-alat.html)
• Produk yang dihasilkan akan menjadi lebih stabil kualitasnya (tidak terjadi
perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lainnya).
• Struktur bahan di dalam produk tetap stabil (tidak terjadi pengkerutan atau
perubahan bentuk pada struktur bahan).
2017).
Daya rehidrasi ini sangat penting sekali dalam industri farmasi terutama untuk
sediaan obat injeksi. Semakin tinggi daya rehidrasinya maka semakin baik pula daya
larut atau kelarutan dari produk tersebut (Anonim, 2017).
Untuk mendapatkan suatu sediaan farmasetika injeksi yang baik dan berkualitas, kita
harus cermat dalam memilihnya. Berikut ini beberapa persyaratan yang bisa
dijadikan sebagai bahan pertimbangan:
1. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah
kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikro organisme (proses aseptik).
3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.
4. Sterilitas.
7. Kestabilan.
(Anonim,2017). Industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari
suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini
pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat
selalu masih mengandung sedikit atau banyak cairan, yang seringkali hanya dapat
dihilangkan dengan pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan
energi), maka sebelum pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan
sudah dipisahkan seara mekanis (Bernasconi, G., 1995). Pengeringan merupakan cara
untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi
panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biasanya
kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh
lagi. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan
dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Kriteria Pemilihan Alat Pengering
Disamping berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, pemilihan alat
pengering ditentukan oleh faktor – faktor berikut (Bernasconi, G., 1995):
1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta,
suspensi).
2. Sifat – sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya
kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan,
bahaya ledakan debu, sifat oksidasi).
3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik,
dapat terbakar, beracun). 4. Kuantitas bahan yang dikeringkan. 5. Operasi kontinu
atau tidak kontinu.
Pengeringan beku (freeze drying) ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan
bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan,
kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari
hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selama tahap pembekuan,
menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari
es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang
bersifat porous (mudah dilalui air) dengan perubahan yang sangat kecil terhadap
ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka
kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara pengeringan
lainnya. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air
dingin (Gaman dan Sherrington, 1981).
Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan
tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik
kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi
yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut
dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Pada tekanan diatas 4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan menurunkan
tekanan menjadi 5 mm maka akan terjadi pendidihan. Blair telah menemukan bahwa
pada tekanan 4 mm dapat terjadi pembusaan pada beberapa substrat cair, dan
pembusaan ini dapat dikendalikan. Pada tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn
telah berada dibawah titik tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku
dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988).
Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan
tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik
kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi
yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut
dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Reis, F.R. 2014. Studies on Conventional Vacuum Drying of Foods. Food Technician
Course, Instituto Federal do Paraná. Jacarezinho: Brazil.