Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2017

MODUL : Freeze Drying


PEMBIMBING : Emma Hermawati, Ir., MT

Praktikum : 22 Maret 2017


Penyerahan : 29 Maret 2017
(Laporan)

Oleh

Kelompok : VII
Nama : 1. M. Ridhwan Wira Purnama 151424019
2. Rhamdalia Fanny 151424025
3. Sinta Karisma Putri 151424029

Kelas : 2A Teknik Kimia Produksi Bersih

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Freeze Drying merupakan alat dengan operasi yang kompleks, biasanya solven
(berupa air) dihilangkan dari produk dengan cara sublimasi. Sublimasi terjadi ketika fasa cair
dibekukan hingga berfasa padat lalu kemudian langsung berubah menjadi fasa gas tanpa
melalui fasa cair. Sebaliknya, apabila melakukan pengeringan pada ambient melalui fasa cair
biasanya akan menghasilkan perubahan pada produk dikarenakan untuk beberapa bahan
pengeringan pada ambient tidak cocok digunakan. Namun, pada freeze drying bahan tidak
akan melalui fasa cair sehingga produk lebih stabil dan dapat mempertahankan estetika
produk.

Freeze drying sudah diaplikasikan bertahun-tahun terutama dalam pengolahan


makanan dan industri farmasi. Terdapat pula kegunaan lain untuk proses stabilisasi bahan
seperti kultur mikroba, pengawetan spesimen hewan untuk kebutuhan museum, restorasi
buku dan barang-barang yang rusak oleh air, dan konsentrasi serta pemulihan dari produk
reaksi. Keuntungan dari metode freeze drying produk yang telah dikeringkan dapat disimpan
pada suhu ambient dan produk lebih stabil.

Peralatan khusus dibutuhkan untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk


melakukan proses freeze drying. Peralatan tersebut tersedia dalam Laboratorium Teknik
Pangan Politeknik Negeri Bandung dan dapat digunakan untuk melaksanakan praktikum
freeze drying dalam skala laboratorium.

 Tujuan Praktikum :
1. Memahami fungsi alat pengering beku (freeze drying)
2. Memahami mekanisme operasi alat pengering beku secara benar dan aman
3. Mengetahui komponen-komponen utama alat pengering beku
4. Mengetahui cara menghitung kandungan air selama proses pengeringan beku
berlangsung dan menggambarkannya dalam diagram kandungan air bahan yang
dikeringkan terhadap waktu.
BAB II
DASAR TEORI
PENGERINGAN BEKU (Freeze Drying)

Freeze Drying merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk kedalam Conduction
Dryer/ Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak langsung yaitu antara
bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas terdapat dinding pembatas
sehingga air dalam bahan basah / lembab yang menguap tidak terbawa bersama media
pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan panas terjadi secara hantaran (konduksi),
sehingga disebut juga Conduction Dryer/ Indirect Dryer.

Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode pengeringan yang
mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk
produk-produk yang sensitif terhadap panas. Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan
metoda lainnya, antara lain adalah :

a. dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma, warna, dan unsur
organoleptik lain)

b. dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk


setelah pengeringan sangat kecil)

c. dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga dan lyophile
sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan
bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum pengeringan).

Keunggulan-keunggulan tersebut tentu saja dapat diperoleh jika prosedur dan proses
pengeringan beku yang diterapkan tepat dan sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikeringkan. Kondisi operasional tertentu yang sesuai dengan suatu jenis produk tidak
menjamin akan sesuai dengan produk jenis lain.

Sesuai dengan namanya pula Freeze Dryer (pengering beku) dapat digunakan untuk
mengeringkan bahan-bahan cair seperti ekstrak baik cair maupun kental, lebih ditekankan
untuk pengeringan ekstrak dengan penyari/solvent dari air. Pengeringan ekstrak relatif lama,
sebagai ilustrasi kerja alat tersebut sebagai berikut: untuk mengeringkan ekstrak cair
sebanyak 500 ml bisa membutukan waktu lebih dari 20 jam. Untuk itu lebih disarankan
ekstrak yang dikeringkan dalam Freeze Dryer sudah dalam ekstrak kentalnya sehingga waktu
pengeringan akan lebih cepat sehingga biaya akan lebih murah. Kapasitas alat tersebut
mampu mengeringkan ekstrak sampai 6 liter sekaligus.

Proses pengeringan beku dengan alat freeze dryer ini berlangsung selama 18-24 jam,
karena proses yang panjang inilah membuat produk-produk bahan alam ini menjadi lebih
stabil dibandingkan dengan metode pengeringan yang lain seperti pengeringan semprot atau
yang dikenal dengan spray drying. Pengeringan beku ini dapat meninggalkan kadar air
sampai 1%, sehingga produk bahan alam yang dikeringkan menjadi stabil dan sangat
memenuhi syarat untuk pembuatan sediaan farmasi dari bahan alam yang kadar airnya harus
kurang dari 10%.

Pada prosesnya yang panjang ini sampel akan dibekukan terlebih dahulu, lalu setelah itu
dimasukkan kedalam alat freeze dryer yang akan diset suhu dan tekanannya dibawah titik
triple. dan akan terjadi proses sublimasi yaitu dari padat menjadi gas. Penggunaan freeze
drying ini sendiri juga telah banyak diaplikasikan dalam pengeringan produk makanan, hasil
dari pengeringan ini tidak merubah tekstur dari produk itu sendiri dan cepat kembali
kebentuk awalnya dengan penambahan air.

Untuk proses pengeringan beku (freeze dryer), menurut Muchtadi (1992), bahan yang
dikeringkan terlebih dahulu dibekukan kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung
menjadi uap, dikenal dengan istilah sublimasi. Pengeringan menggunakan alat freeze dryer
lebih baik dibandingkan dengan oven karena kadar airnya lebih rendah. Pengeringan
menggunakan alat freeze dryer/pengering beku lebih aman terhadap resiko terjadinya
degradasi senyawa dalam ekstrak. Hal ini kemungkinan karena suhu yang digunakan untuk
mengeringkan ekstrak cukup rendah. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan :

A. Luas Permukaan

Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air menguap melalui
permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian
permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan
pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi
karena:

(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan
yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui
massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari
bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin
cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan.
Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai
dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case
Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian
dalamnya masih basah.

C. Kecepatan Aliran Udara

Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang
bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara
disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat,
yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

D. Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut
air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara
makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan
pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan
lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.

E. Kelembapan Udara

Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka
makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air
Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada
suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan
mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono, 2003).

BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Alat
 Neraca Analitik
 Kaca Arloji
 Alat Freeze Drying

Gambar : Skema Alat Pengering Beku (Freeze Drying)

Keterangan
TW 1 = Suhu Kondenser untuk mengkondensasikan uap air hasil sublimasi bahan
TW 2 = Suhu Refrigerant keluar dari kompresor
TI3 = Suhu wadah bahan
V1 = Valve untuk pengeluaran air hasil kondensasi
V2 = Valve pengeluaran tekana vakum
P1 = Kompresor
G1 = Pompa Vakum
D1 = Wadah Tempat bahan yang akan dikeringkan
2. Bahan
 Bahan yang digunakan adalah buah Alpukat hijau

B. Langkah Kerja
1. Preparasi Bahan dan Mengoperasikan Alat
Memotong buah alpukat menjadi lima potong kecil dengan ukuran yang
berbeda lalu menempatkannya pada kaca arloji dan disimpan pada freezer
selama satu malam.

Menutup valve V1 dan membuka valve V2 pada alat freeze drying

Menyalakan panel listrik pada alat pengering dengan menaikkan saklar


listrik dan menekan tanda start

Menyalakan kompresor P1 dengan memutar saklar ke posisi 1.


Menunggu beberapa saat hingga penunjuk suhu condenser TW1
menunjukkan angka -30oC.

Memasukkan bahan yang sudah beku kedalam wadah D1 dengan cara


membuka tutup ruang pengering. Kemudian menutup kembali sampai
kedap dan menyalakan pompa vakum G1 dengan cara memutar saklar ke
posisi 1

Menutup valve V2 pelan-pelan hingga angka penunjuk tekanan


menunjukkan angka 1 mbar

Setelah tekanan vakum menunjukkan angka 1 mbar, menyalakan pemanas


listrik J1 ke posisi 1 selama satu menit, lalu mematikkan kembali
pemanas listrik J1 ke posisi 0.

2. Mengukur Kadar Air Bahan Setiap 30 Menit

Membuka valve V2 pelan-pelan sehingga tekanan ruang pengering


menjadi tekanan ruangan.

Mematikan pompa vakum G1 dengan memutar saklar ke posisi 0


Membuka tutup pengering pelan-pelan, lalu menimbang bahan.
Mencatat berat bahan dan gelas arloji

BAB IV
Memasukkan kembali bahan kedalam ruang pengering dan melakukan
PENGOLAHAN DATA
kembali langkah 5-7.

1. Tabel Data Pengamatan


Berat kaca arloji kosong = 7.0467 gram
Berat kaca arloji + berat alpukat awal = 14.7 gram
Berat alpukat = 7.6533 gram

Waktu Suhu Suhu wadah Suhu keluar Tekanan Berat Berat


Kondenser bahan (TI3) kondensor ruang bahan+kaca bahan
(TW1) o
C (TW2) pengering arloji (Gram)
o
C o
C (mbar) (gram)
0 -25 21.2 17.5 1 14.7 7.6533
5 -29 23.3 17.6 1 14.7 7.6533
10 -31 24.8 19.1 1 14.7 7.6533
15 -33 25.2 20.3 1 14.7 7.6533
20 -35 25.2 21.1 1 14.7 7.6533
25 -36 24.7 21.3 1 14.7 7.6533
30 -36 23.6 21.5 1 13.3383 6.2916
35 -36 22.4 21.7 1 13.3383 6.2916
40 -37 25.2 21.9 1 13.3383 6.2916
45 -37 26.7 21.9 1 13.3383 6.2916
50 -38 27.2 22.1 1 13.3383 6.2916
55 -38 27.2 22.2 1 13.3383 6.2916
60 -38 26.7 22.3 1 12.5245 5.4778
65 -37 25.5 22.5 1 12.5245 5.4778
70 -37 28.3 22.3 1 12.5245 5.4778
75 -38 29.8 22.5 1 12.5245 5.4778
80 -38 30.3 22.5 1 12.5245 5.4778
85 -38 30.1 22.6 1 12.5245 5.4778
90 -38 29.5 22.8 1 11.8159 4.7692
95 -37 30.2 22.8 1 11.8159 4.7692
100 -37 31.4 22.9 1 11.8159 4.7692
105 -37 32.7 22.7 1 11.8159 4.7692
110 -38 33 23 1 11.8159 4.7692
115 -38 32.7 23.1 1 11.8159 4.7692
120 -38 32 23.2 1 11.2262 4.1795
125 -37 30.6 24.2 1 11.2262 4.1795
130 -37 32.8 23.1 1 11.2262 4.1795
135 -37 32.7 22.9 1 11.2262 4.1795
140 -38 33.9 23 1 11.2262 4.1795
145 -38 33.4 23.1 1 11.2262 4.1795
150 -38 32.5 23.1 1 10.709 3.6623
155 -37 31.4 23.4 1 10.709 3.6623
160 -37 33.4 23.3 1 10.709 3.6623
165 -37 34.3 23.2 1 10.709 3.6623
170 -38 34.3 23.3 1 10.709 3.6623
175 -38 33.9 23.5 1 10.709 3.6623
180 -38 33.1 23.5 1 10.2228 3.1761

2. Perhitungan Kandungan Air


Berat bahan awal = 7.6533 gram
Rumus = Massa Air / Massa bahan basah x 100%
a. Saat t = 30 menit
(7.6533 - 6.2916)/7.6533 x 100% = 17.79 %
b. Saat t = 60 menit
(7.6533 – 5.4778)/7.6533 x 100% = 28.425 %
c. Saat t = 90 menit
(7.6533 - 4.7692 )/7.6533 x 100% = 37.68 %
d. Saat t = 120 menit
(7.6533 - 4.1795)/7.6533 x 100% = 45.39 %
e. Saat t = 150 menit
(7.6533 - 3.6623)/7.6533 x 100% = 52.147 %
f. Saat t = 180 menit
(7.6533 - 3.1761)/7.6533 x 100% = 58.5 %

3. Grafik waktu terhadap berat bahan

Waktu vs Berat Bahan


9

6
Berat Bahan

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu
4. Grafik waktu terhadap kandungan air yang dikeringkan

Waktu vs Kandungan Air


70
60
f(x) = 0.310927380952381 x + 6.29253571428572
50 R² = 0.965934404113455
Kandungan Air

40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu

5. Diagram Fasa Air


Proses sublimasi dilakukkan pada
tekanan 1 mbar dengan suhu sekitar
25-37 oC

BAB V
PEMBAHASAN

1. Pembahasan oleh M. Ridhwan Wira P (151424019)


Pada praktikum Freeze Drying dengan menggunakan bahan alpukat, didapat beberapa data
yaitu berat bahan setiap 30 menit, TW 1, TW 2 dan TI 3.
a. Pengaruh waktu terhadap berat bahan pada proses pengeringan
Waktu vs Berat Bahan
9

6
Berat Bahan

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu

Pada kondisi awal (t=0) hingga t=30 menit, penurunan berat sangat drastis bila
dibandingkan dengan menit lain yaitu 1.3617 gram. Sedangkan semakin lama proses,
penurunan berat menjadi tidak terlalu drastis. Hal ini berarti bahwa kadar air lebih banyak
menyublim pada 30 menit pertama, lalu terjadi penurunan laju sublimasi pada 30 menit
selanjutnya. Pada 30 menit pertama ini, kandungan es lebih banyak sehingga terjadi
perbedaan konsentrasi antara bahan dengan kondisi wadah yang mengakibatkan terjadinya
proses sublimasi, karena perbedaan konsentrasi cukup tinggi maka laju sublimasi semakin
tinggi. Sedangkan pada menit – menit selanjutnya, kandungan es semakin berkurang
sehingga laju sublimasi menjadi berkurang karena perbedaan konsentrasi yang tidak terlalu
besar. Selain itu, luas permukaan bahan juga berpengaruh terhadap laju sublimasi, dimana
semakin besar luas permukaan maka laju sublimasi akan semakin besar.

b. Pengaruh penurunan kadar air terhadap waktu


Waktu vs Kandungan Air
70

60 f(x) = 0.310927380952381 x + 6.29253571428572


R² = 0.965934404113455
50
Kandungan Air

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu

Berdasarkan grafik diatas, semakin lama proses pengeringan maka kadar air dalam bahan
akan semakin berkurang, tetapi laju pengurangan kadar air atau sublimasi tidak tetap setiap
waktunya, kadar air lebih banyak menyublim pada 30 menit pertama. Pada 30 menit pertama,
kadar air yang berkurang sebesar 17.79 % lalu pada menit ke 60, total kadar air yang
berkurang sebesar 28.425 %, pada menit ke 90 total kadar air yang berkurang sebesar
37.68%, pada menit 120 total kadar air yang berkurang sebesar 45.39 %. Pada menit 30
hingga menit 60, kadar air yang berkurang sebesar 10.635%, sedangkan pada menit 60
hingga 90, kadar air yang berkurang sebesar 9.255 %, dan pada menit 90 hingga 120, kadar
air yang berkurang sebesar 7.71%.
Dari data tersebut, terlihat penurunan laju sublimasi/laju penurunan kadar air dalam bahan
pada menit 30 dengan 60, 60 dengan 90, 90 dengan 120 dan menit-menit selanjutnya.
Penurunan ini diakibatkan oleh kadar air pada bahan yang semakin berkurang dan kandungan
es dalam bahan yang semakin sedikit sehingga semakin lama proses pengeringan maka akan
terjadi fasa kesetimbangan dimana air tidak bisa dihilangkan sepenuhnya dari bahan. Karena
pada proses pengeringan beku ini hanya bisa meninggalkan kadar air hingga 1 %.
Pada praktikum ini, berat bahan tidak sampai konstan, dikarenakan berdasarkan teori
pengeringan beku bisa berlangsung 18-24 jam agar bahan menjadi stabil dan kandungan
airnya mencapai kondisi setimbang.

c. Diagram Fasa Air


Proses pengeringan berlangsung pada tekanan 1 mbar dengan suhu refrigerant berkisar
dari -25 oC hingga -38 oC, suhu wadah berkisar dari 21 oC hingga 33 oC. Pada tekanan 1 mbar
ini, tidak terdapat titik leleh air, karena pada tekanan 1 mbar sudah berada dibawah titik triple
air. Sehingga proses pengurangan kadar air ini berlangsung secara sublimasi (dari padat ke
gas). Suhu wadah di set pada suhu 21 oC hingga 33 oC agar mempercepat proses sublimasi,
karena dari diagram fasa, semakin besar suhu maka proses sublimasi akan semakin cepat.
Sedangkan suhu pada refrigerant dibuat pada rentang -25 o
C hingga -38 untuk
mengkondensasikan uap air yang telah tersublimasi.

2. Pembahasan oleh Sinta Putri Karisma (151424029)

Pada praktikum kali ini diperoleh beberapa data dari proses freeze drying
dengan menggunakan sampel buah alpukat, dimana dari data tersebut dapat kita olah.
Pada percobaan ini buah alpukat dipotong kecil dan dlberbeda ukuran hal ini
bertujuan agar dapat membandingkan dengan yang lainnya. Dimana dapat dilihat
bahwa ukuran yang lebih besar luasnya makin cepat kering dapat dilihat dengan
terjadinya pengerutan. Hal ini terjadi karena semakin luas permukaan bahan makin
cepat bahan menjadi kering. Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air
yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian
menguap.

Grafik waktu terhadap berat bahan

Waktu vs Berat Bahan


9
8
7
6
Berat Bahan

5
4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa semakin lama waktu yang diperoleh
maka semakin berkurang berat bahan pada buah. Dari grafik tersebut juga dapat kita
lihat bahwa perubahan terbesar terjadi pada perubahan menit ke 30 seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Karena jika dilihat sekilas pun pada menit ke 30 garisnya
lebih curam dibandingkan yang lainnya lebih landai sehingga dapat kita simpulkan
bahwa perubahan berat yang sangat cepat adalah menit ke 30 pertama yaitu sebesar
1.3617 gram lebih cepat dibandingkan penurunan yang lain.

Grafik waktu terhadap kandungan air yang dikeringkan


Waktu vs Kandungan Air
70
60 f(x) = 0.310927380952381 x + 6.29253571428572
50 R² = 0.965934404113455

Kandungan Air
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu

Adapun hasil perubahan kandungan air yang teruapkan ketika di cek tiap 30
menit sekali semakin lama akan semakin tinggi, hal ini karena proses pengeringan
yang secara vakum ini dapat membuat berat buah semakin lama beratnya akan
berkurang. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa perubahan terbesar dialami
pada waktu ke 60 menit (28,425%) dari waktu sebelumnya adalah 17.79 %.
Perubahan tersebut terjadi 10,635% dimana hasilnya lebih besar dibandingkan
perubahan yang lain. Hal ini terjadi karena pada waktu tersebut kandungan air masih
sangat banyak sehingga mudah untuk proses pengeringan sedangkan pada waktu
terakhir yaitu menit ke 180 hanya mengalami perubahan yang sedikit karena dari awal
telah mengalami proses pengeringan secara maksimal.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan
maka kandungan air yang teruapkan semakin tinggi. Sama halnya dengan berat bahan
tadi pada grafik ini pula menunjukan perubahan terbesar pada menit ke 30 dapat
dilihat dari garisnya pula yang lebih dominan curam dibandingkan yang lainnya. Dari
grafik tersebut juga merupakan grafik yang linear dibuktikan pula dengan adanya nilai
regresi yaitu 0,9659.

Perlu diingat pula bahwa ketika kita melakukan penimbangan berat bahan
menggunakan neraca analitik harus dilakukan secepat mungkin hal ini dilakukan agar
penimbangan lebih akurat karena jika terlalu lama juga berat buah akan menguap dan
terus menerus memperlihatkan berat yg turun terus menerus karena adanya perbedaan
suhu ruang dengan bahan tersebut. Untuk mengetahui proses yang terjadi dapat dilihat
dalam gambar diagram fasa dibawah ini.
Dari gambar disamping dapat
kita lihat bahwa proses freeze
drying itu terjadi proses
sublimasi dimana dengan
pengeringan menggunakan
tekanan rendah sehingga
kandungan air yang sudah
menjadi es akan langsung
menjadi uap (padat menjadi gas)

Proses sublimasi dilakukkan pada


tekanan 1 mbar dengan suhu
sekitar 25-37 oC

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dihasilkan simpulan sebagai berikut :
1. Pada kondisi awal (t=0) hingga t=30 menit, penurunan berat sangat drastis bila
dibandingkan dengan menit lain yaitu 1.3617 gram
2. Perubahan kandungan air tersebasar dialami saat t=30 menit ke t=60 menit yaitu
selisihnya diperoleh sebesar 10,635%, lebih besar disbanding perubahan pada
waktu yang lainnya.
3. Pada praktikum ini, berat bahan tidak sampai konstan, dikarenakan berdasarkan
teori pengeringan beku bisa berlangsung 18-24 jam agar bahan menjadi stabil dan
kandungan airnya mencapai kondisi setimbang.

4.2 Saran
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka disarankan agar :
1. Menmbuat variasi ukuran pada buah yang dipotong untuk mengetahui
perbandingan dengan ukuran yang lainnya.
2. Menjaga kebersihan lab
3. Mengetahui langkah kerja serta dapat mengoperasikan alat dari pertama
menghidupkannya hingga mematikannya
4. Membca terlebih dahulu materi freeze drying agar lebih mudah dipahami ketika
praktikum
5. Melakukan penimbangan dengan cepat ketika akan menimbang dengan neraca
analitik.

Anda mungkin juga menyukai