Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan
dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering).
Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh
lagi. Definisi pengeringan dan penguapan hanya dibedakan oleh kuantitas zat cairnya, dimana
pada proses penguapan kuantitas zat cair yang akan dieliminasi jauh lebih banyak, misalnya
pada proses penguapan untuk mendapatkan garam. Pengeringan merupakan proses yang tidak
terpisahkan dalam pembuatan farmasi, selain untuk mendapatkan struktur granul yang stabil
dan bebas kelembapan juga untuk mengurangi bobot sehingga memperkecil biaya
transportasi dan penyimpanan.
Pengeringan merupakan proses untuk mengeliminasi keadaan lembab yang dapat merusak
kestabilan sediaan dimana transfer panas dan massa terlibat pada proses ini. Panas ditransfer
mengenai sediaan untuk mengeliminasi zat cair dimana zat cair diubah menjadi massa uap
yang dibawa oleh udara keluar. Transfer massa dan panas merupakan suatu proses yang tak
terpisahkan. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
transfer massa dan panas.
Metode Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor – faktor tersebut harus diperhatikan
sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face
hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yan terlalu tebal, suhu pengeringan yang
terlalu tinggi atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan
bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan air tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face Hadening”
dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30 sampai 90 C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak
melebihi 60 C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif dan tidak panas atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30 sampai 45 C, atau
dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang
atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg.
9. Flash dryers
Flash Dryer adalah sebuah instalasi alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan
adonan basah dengan mendisintregasikan adonan tersebut kedalam bentuk serbuk dan
mengeringkanya dengan mengalirkan udara panas secara berkelanjutan. Proses
pengeringan yang terjadi di Flash dryer berlangsung dengan sangat cepat. kaan secara
instan. Seperti asal katanya “flash” yang berarti kilat. Maka alat ini mengeringkan bahan
yang dikeringkan dengan sangat cepat, dalam hitungan milisekon. Flash Dryer cocok
digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas.Flash Dryer tidak
cocok digunakan untuk material yang dapat menyebabkan erosi pada alat dan berminyak.
Contoh pengeringan:
Pada Bunga Cengkeh
Bunga Cengkeh diinkubasi selama satu malam agar pengeringan lebih cepat selain itu
warnanya juga lebih hitam dan mengkilap walaupun waktu pengeringan singkat. Namun
kelemahannya rendemen cengkeh kering sedikit berkurang.
Pengeringan pada tampah atau tikar bambu, dan dijemur dibawah sinar matahari.
Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering kelemahannya tidak dapat
mencapai “kering patah”, keuntungannya dapat disimpan sampai satu bulan tanpa
merusak kualitas cengkeh. Kemudian dapat dikeringkan lagi dibawah sinar matahari
sampai “kering patah”. Suhu mesin tidak boleh melebihi 52 C, karena jika suhu sangat
tinggi kemungkinan sel-sel dalam bunga akan pecah/rusak. Dan bila direndam tidak dapat
menyerap air, sedangkan bila dirajang cengkeh akan hancur menjadi tepung sehingga
minyak atsirisnya akan keluar (kelenjar minyak pada bunga telah rusak).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Hadiwiyoto,
Soewedo dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen, edisi 1. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Sadewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Argomedia
Pustaka. Yogyakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah mada
University Press. Yogyakarta. Syukur,
Cheppy. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Bernasconi, G., H. Grester, H. Hauser, H. Satuble dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia
Bagian 2. Terjemahan L, Hadojo. Pradnya Paramita. Jakarta.
Kurniawan, Dhadhang Wahyu, Sulaiman, T.N. Saifullah. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rohanah, A. 2006. Teknik Pengeringan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Siregar, Charles J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar-dasar Praktis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Swarbrick, James et al. 2005. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. Taylor
& Francis Group. USA.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (terjemahan). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.