Anda di halaman 1dari 15

PENGERINGAN SIMPLISIA

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm


STTIF Bogor 2021

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan
dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering).
Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh
lagi. Definisi pengeringan dan penguapan hanya dibedakan oleh kuantitas zat cairnya, dimana
pada proses penguapan kuantitas zat cair yang akan dieliminasi jauh lebih banyak, misalnya
pada proses penguapan untuk mendapatkan garam. Pengeringan merupakan proses yang tidak
terpisahkan dalam pembuatan farmasi, selain untuk mendapatkan struktur granul yang stabil
dan bebas kelembapan juga untuk mengurangi bobot sehingga memperkecil biaya
transportasi dan penyimpanan.

Pengeringan merupakan proses untuk mengeliminasi keadaan lembab yang dapat merusak
kestabilan sediaan dimana transfer panas dan massa terlibat pada proses ini. Panas ditransfer
mengenai sediaan untuk mengeliminasi zat cair dimana zat cair diubah menjadi massa uap
yang dibawa oleh udara keluar. Transfer massa dan panas merupakan suatu proses yang tak
terpisahkan. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
transfer massa dan panas.

Tujuan dan Alasan Pengeringan


Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Selain itu pengeringan akan mencegah agar simplisia
tidak berjamur dan kandungan kimia yang berkhasiat tidak berubah karena proses fermentasi.
Adanya air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Berbeda pada tumbuhan yang masih hidup, pertumbuhan
kapang dan reaksi enzimatik yang merusak tersebut tidak terjadi karena adanya proses –
proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan pengunaan isi sel. Keseimbangan
ini akan hilang dengan segera setelah sel tumbuhan mati. Sehingga, dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik melalui pengeringan simplisia dapat mencegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Metode Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor – faktor tersebut harus diperhatikan
sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face
hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yan terlalu tebal, suhu pengeringan yang
terlalu tinggi atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan
bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan air tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face Hadening”
dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30 sampai 90 C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak
melebihi 60 C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif dan tidak panas atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30 sampai 45 C, atau
dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang
atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg.

Berdasarkan Teknik Pengeringan, dibagi menjadi


1. Pengeringan dengan udara dan dengan panas
 Pengeringan di bawah sinar matahari
Pengeringan ini secara langsung dikeringkan di bawah sinar matahari untuk bahan-
bahan simplisia yang tahan pemanasan. Contohnya : pengeringan umbi singkong, ubi
dan kentang
 Pengeringan ditempat teduh
Pengeringan ini tidak secara langsung dikeringkan di bawah sinar matahari namum
dilakukan ditempat yang teduh, dimana bahan disebarkan diatas nampan lemari atau
kotak. Contoh : pengeringan tumbuhan obat.
 Pengeringan dengan sinar infra merah
Sinar infra merah (λ > 760 nm) memiliki efek yang didominasi oleh kerja panasnya.
Sinar infra merah mampu menembus sampai bidang dasar sehingga absorbsinya
merata di seluruh lapisan yang akan dikeringkan.
 Pengeringan dengan bahan pengering
Untuk pengeringan dalam skala kecil digunakan eksikator yang berisi bahan
pengering. Umumnya yang digunakan gel silika terutama silika biru.
 Lemari pengering
Untuk melakukan pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan lemari pengering.
Jenis bangunnya sangat bervariasi dan dapat dipanaskan secara eliktri, memiliki alat
pengatur suhu udara panas akan bergerak keruang sebelah dalam diatas nampan yang
berisi bahan yang akan dikeringkan.
 Pengeringan di dalam kanal, tong dan silinder pejal
Pengeringan dilakukan dengan melewatkan bahan ke dalam kanal yang dipanaskan
dengan uap panas sacara kontinyu. Juga pengering tong, dimana bahan akan
dikeringkan dengan pengaduk. Misalnya pengering siput, pengering sudu dan
pengering palung. Pengering silinder pejal cocok untuk pengeringan materi kental
seperti esktrak. Pengeringan dilakukan pada permukaan silinder pajal yang diuap
panaskan.
2. Pengeringan bekuan/freeze dry
Pengeringan bekuan atau liofilisasi (freezing-drying) merupakan salah satu cara
pengeringan untuk bahan obat yang termolabil. Metode ini digunakan khususnya untuk
mengeringkan antibiotika, vitamin, hormon, plasma darah, serum, bahan pengimun,
bagian dari tumbuhan dan bahan peka yang sejenis. Prinsip dasar pengeringan bekuan
adalah bahwa air dalam kondisi membeku masih memiliki tekanan uap, oleh karena itu
dapat dihilangkan dari sistem melalui cara sublimasi.
3. Pengeringan melalui frekuensi tinggi
Bahan pada pengeringan ini diletakkan pada sebuah bidang ganti kondensor elektris,
dimana terjadi aliran geser elektris di dalam bahan yang secara teratur memanaskannya.
Suplai panas dapat diatur melalui tegangan frekuensi tinggi pada generator atau melalui
celah udara di antara bahan dengan elektroda.
4. Pengering melalui semburan/spray
Pengering ini menyemburkan cairan sampai larutan sejenis pasta dan bahan basah dalam
bentuk tetesan halus ke dalam aliran udara panas, bahan-bahan akan membentuk
serpihan yang dalam waktu sedetik berubah menkadi serbuk halus. Penyemburan
berlangsung secara mekanis melalui lempeng sembur yang berputar 4000-50000 rpm
atau secara hidrodinamik melalui pori pipa sembur dengan bantuan tekanan cairan atau
udara kencang.
5. Pengeringan melalui lapisan berputar
Bahan pada pengeringan ini melailui lapisan berpusing, bahn butiran lembab (ukuran
butir 0,001 sampai 10 nm) yang berada pada sebuah dasar berpori diujung bawah sebuah
corong, ditiup oleh aliran udara panas yang kencang. Dengan demikian timbunan akan
terangkat, berterbangan, menjadi longgar, dan secara kontinyu saling bercampur pada
kecepatan aliran yang cukup tinggi.

Berdasarkan cara pengeringan, dibagi menjadi :


1. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan,
dapat dilakukan dua cara pengeringan:
a. Dengan panas sinar matahari langsung.
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional. Namun, pada
umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit kayu, biji, dan sebagainya, dan
mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Merupakan cara yang paling mudah
dan biayanya relatif murah. Simplisia cukup dihamparkan merata setipis mungkin di
atas alas plastik atau tikar dan dijemur di bawah sinar matahari langsung, sambil
sering dibalik agar keringnya merata. Aktivitas pembalikan harus dilakukan secara
teratur sehingga hasil tanaman benar-benar kering. Setelah batas kering yang
dipersyaratkan tercapai, penyimpanannya harus pada wadah yang kering dan steril
(bersih). Pengontrolan kualitas kering dapat dilakukan sebulan, sekuartal, sesuai
dengan keperluan dengan cara melakukan pengeringan kembali apabila diperlukan.
Kerugian pengeringan dengan sinar matahari antara lain :
1) Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar kering memerlukan waktu yang lama
terlebih kalau cuaca kurang menguntungkan.
2) Pengeringan akan sangat tergantung pada cuaca (sinar matahari), apabila cuaca
buruk untuk beberapa hari, kemungkinan besar kerusakan endogen pada hasil
tanaman telah mulai berlangsung.
3) Pengeringannya memerlukan tempat yang luas dan beberapa orang tenaga
pengering.
4) Karena suhu dan waktu sukar diawasi atau diatur fluktuasinya, maka kadang-
kadang selama pengeringan dapat terjadi kerusakan akibat aktivitas mikroba.
5) kecepatan pengeringan akan sangat tergantung kepada iklim. Oleh karena itu cara
ini lebih banyak digunakan di daerah dengan udara panas atau kelembaban
rendah, serta tidak turun hujan.
b. Dengan diangin - anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung
. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti
bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat
diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau
mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: Udara dipanaskan oleh suatu sumber
panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas dialirkan dengan
kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah
disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat
pengering,yang sederhana, praktis dan murah, dengan hasil yang cukup baik. Dengan
menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik
karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa
dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Meskipun demikian, pengadaan alat / mesin pengering
membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh perusahaan
jamu yang sudah cukup besar.

Alat yang Digunakan dalam Pengeringan


Untuk mengurangi kerugian – kerugian yang ditimbulkan saat pengeringan , sekarang telah
banyak digunakan alat-alat pengering mekanis (buatan). Cara pengeringan dengan alat
pengering ini disebut pengeringan buatan atau pengeringan mekanis, sebagai bahan pemanas
yang lazim digunakan adalah udara panas yang kering (tidak mengandung uap air), tetapi
dapat pula digunakan uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa, dan sebagainya. Bentuk
alat pengering beraneka ragam disesuaikan dengan bahan hasil pertanian yang akan
dikeringkan. Berikut ini adalah macam-macam alat pengering, yaitu:
1. Pengering berbentuk kabinet.
Alat pengering ini memiliki rak-rak untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan.
Satu alat pengering kabinet rata-rata memiliki 3 atau 4 rak sebagai wadah atau tempat
hasil tanaman yang akan dikeringkan, rak-rak ditempatkan secara tersusun dalam alat dan
dengan penyebaran udara panas kedalamnya selama waktu yang telah ditentukan,
pengeringan akan berlangsung dengan baik mendekati pengeringan sempurna dengan
sinar matahari.
2. Pengering berbentuk “kiln”
Alat pengering ini hampir sama dengan alat pengering kabinet, tetapi lebih luas dan besar.
Alat ini mempunyai pipa-pipa pemanas yang ditempatkan pada bagian bawah (lantai) dan
pada bagian atas (atap) ruangan.
3. Pengering berbentuk terowongan (tunnel dryer)
Prinsipnya tidak berbeda dengan kedua pengering di atas. Ruang pengeringan lebih luas
lagi sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan lebih banyak bahan.
4. Pengering yang dapat berputar (rotary dryer)
Alat ini kebanyakan untuk mengeringkan bahan berbentuk biji-bijian, misalnya kedelai,
jagung, padi dan lain-lain. Bagian dalam alat yang berbentuk silindris ini, semacam sayap
yang banyak. Melalui antara sayap-sayap tersebut dialirkan udara panas yang kering
sementara silinder pengering berputar. Dengan adanya sayap-sayap tersebut bahan
seolah-olah diaduk sehingga pemanasan merata dan akhirnya diperoleh hasil yang lebih
baik. Alat ini dilengkapi 2 silinder, yang satu ditempatkan di bagian dekat pemasukan
bahan yang akan dikeringkan dan yang satu lagi di bagian dekat tempat pengeluaran
bahan hasil pengeringan. Masing- masing silinder tersebut berhubungan dengan sayap-
sayap (kipas) yang mengalirkan secara teratur udara panas disamping berfungsi pula
sebagai pengaduk biji- bijian yang dalam proses pengeringan, sehingga dengan cara
demikian pengeringan berlangsung merata dengan memuaskan.
Bagian dalam alat yang berbentuk silindris ini, semacam sayap yang banyak. Melalui
antara sayap-sayap tersebut dialirkan udara panas yang kering sementarasilinder
pengering berputar. Dengan adanya sayap-sayap tersebut bahan seolah-olah
diaduk sehinga pemanasan meratadan akhirnya diperoleh hasil yang lenih baik. Alat ini
dilengkapi 2 silinder, yang satu ditempatkan di bagian dekat pemasukan bahan yang akan
dikeringkan, dan yang satu lagi di bagian dekat tempat pengeluaran bahan hasil
pengeringan. Masing- masingsilinder tersebut berhubungan dengan sayap-sayap (kipas)
yang mengalirkan secara teratur udara panas disamping berfungsi pula sebagai pengaduk
dalam proses pengeringan, sehingga dengan cara demikian pengeringan berlangsung
merata.

Gambar 1. Rotary Dryers

5. Pengering berbentuk silindris ( drum dryer)


Pengering ini digunakan untuk mengeringkan zat-zat berbentuk cairan, misalnya susu
atau air buah. Alatnya terdiri dari pipa silinder yang besar, ada yang hanya satu ada yang
dua, bagian dalamnya berfungsi menampung dan mengalirkan uap panas. Cairan yang
akan dikeringkan disiramkan pada silinder pengering tersebut dan akan keluar secara
teratur dan selanjutnya menempel pada permukaan luar silinder yang panas sehingga
mengering, dan karena silinder tersebut berputar dan di bagian atas terdapat pisau
pengerik (skraper) maka tepung- tepung yang menempel akan terkerik dan berjatuhan
masuk ke dalam penampung, sehingga didapat tepung sari hasil tanaman yang kering dan
memuaskan.
6. Pengering dengan sistem penyemprotan (spray dryer)
Jenis pengering ini juga digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk cairan. Pada
prinsipnya cairan disemprotkan melelui sebuah alat penyemprot (sprayer) ke dalam
ruangan yang panas. Dengan demikian air akan dapat menguap sehingga bahan dapat
kering menjadi bubuk atau powder. Dengan alat pengering mekanis di atas hasil
pengeringan berkualitas baik meskipun kalau dibandingkan dengan hasil pengeringan
sinar matahari kualitas kering tersebut belum sebanding baiknya.
Pengeringan semprot atau spray drying merupakan jenis pengeringan tertua dan sering
dipakai dalam industry farmasi. Cara ini digunakan untuk mengubah pasta, bubur atau
cairan dengan viskositas rendah menjadi padatan kering. Pengeringan dengan cara ini
mampu meminimalisir interupsi karena selama bahan cair yang akan dikeringkan
tersedia, maka proses pengeringan akan tetap berjalan secara kontinyu dan produk berupa
padatan kering akan terus terbentuk. Dalam beberapa kasus, pengeringan menggunakan
cara ini dapat beroperasi selama bulan tanpa perlu dihentikan. Proses pengeringan
semprot berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa milidetik hingga
beberapa detik tergantung jenis peralatan dan kondisi pengeringan. Hal ini memberi
keuntungan bagi bahan yang sensitif terhadap panas. Selain itu mengurangi resiko
terjadinya korosi dan abrasi karena minimnya waktu kontak antara peralatan dengan
bahan yang dikeringkan. Pengeringan dengan cara ini sangat cost-efective terutama untuk
produk dalam jumlah besar selain bisa dioperasikan secara automatis dengan bantuan
komputer. Keterbatasan pengeringan dengan cara ini ialah tak dapat digunakan untuk
menghasilkan produk granul kering berukuran rata-rata diatas 200 µm.

Gambar 2. Skema ilustrasi proses pengeringan dengan cara pengeringan semprot


Gambar 3. Skema proses pengeringan dengan cara pengeringan semprot

Kelebihan pengeringan dengan alat pengering mekanis antara lain:


a. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lebih singkat.
b. Suhu dapat diatur, disesuaikan dengan bahan yang dikeringkan dan hasil yang
dikehendaki.
c. Tidak memerlukan tempat yang luas
d. Hasil yang diperoleh mempunyai mutu yang baik meskipun kadang-kadang mutunya
lebih rendah daripada pengeringan sinar matahari.
e. Tidak memerlukan banyak tenaga.

7. Fluidized bed dryer


Fluidized bed dryer adalah sistem pengeringan yang diperutukan bagi bahan berbobot
relatif ringan, misalnya serbuk dan ganular. Prinsipnya bahan yang akan dikeringkan
dialiri dengan udara panas yang terkontrol dengan volume dan tekanan tertentu,
selanjutnya bagi bahan yang telah kering karena bobotnya sudah lebih ringan akan keluar
dari ruang pengeringan menuju siklon untuk ditangkap dan dipisahkan dari udara, namun
bagi bahan/material yang halus akan ditangkap oleh pulsejet bag filter. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam sistim fluidized bed dryer adalah pengaturan yang baik antara
tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu pengeringan, sehingga tidak terjadi
gesekan bahan saat proses pengeringan berlangsung. Penentuan dimensi ruang bakar,
suhu yang diaplikasikan serta volume dan tekanan udara sangat menentukan keberhasilan
proses pengeringan, sehingga perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistim ini
diantaranya kadar air input, kadar air output, kepadatan dan ukuran bahan, panas
maksimum yang diizinkan serta sifat fisikokimianya. Metode ini cocok digunakan untuk
serbuk, butiran, aglomerat, dan pelet dengan ukuran partikel rata-rata normal antara 50
dan 5.000 mikron. Kelebihan metode ini ialah perpindahan panas dan kontrol terhadap
ukuran partikelnya lebih baik serta pencampuran yang lebih efisien.

Gambar 4. Skema kerja Fluidized bed dryer

Gambar 5. Penampang Fluidized bed dryer


8. Vacuum Dryers
Vakum ialah proses menghilangkan air dari suatu bahan, bersama dengan penggunaan
panas maka vakum dapat menjadi suatu metode pengeringan yang efektif. Pengeringan
dapat dicapai dalam suhu yang lebih rendah sehingga lebih hemat energi. Metode ini
cocok untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas atau bersifat volatil
karena waktu pengeringannya yang singkat. Kelebihan yang lain dari pengeringan
menggunakan vakum ialah dapat digunakan untuk mengeringkan bahan yang tak bisa
dikeringkan jika terdapat kehadiran air. Sistem ini terdiri dari ruang vakum (bisa
stationer atau berputar), pompa dengan katup dan gauge serta sumber panas. Proses
pengeringan vakum sering melibatkan beberapa langkah penerapan panas dan vakum.
Mengurangi tekanan pada permukaan cairan akan membuat cairan tersebut menguap
tanpa perlu diikuti kenaikan suhu. Ada dua tipe pengering vakum, yaitu Double cone
Rotary Vacuum Dryer dan Cylindrical shell rotary vacuum dryer. Pada Double cone
Rotary Vacuum Dryer ruang pengering dipasang pada poros yang berputar. Proses
pengeringan melibatkan pemusingan dari ruang chamber yang memungkinkan gerakan
jatuh turun. Pada Cylindrical shell rotary vacuum dryer, di dalam ruang pengering
dipasangi dengan alat pemusing untuk mencampur dan mengaduk. Tipe ini digunakan
biasanya untuk produksi batch dalam jumlah besar.

Gambar 6. Penampang Double cone Rotary Vacuum Dryer


Gambar 7. Penampang Cylindrical shell rotary vacuum dryer

9. Flash dryers
Flash Dryer adalah sebuah instalasi alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan
adonan basah dengan mendisintregasikan adonan tersebut kedalam bentuk serbuk dan
mengeringkanya dengan mengalirkan udara panas secara berkelanjutan. Proses
pengeringan yang terjadi di Flash dryer berlangsung dengan sangat cepat. kaan secara
instan. Seperti asal katanya “flash” yang berarti kilat. Maka alat ini mengeringkan bahan
yang dikeringkan dengan sangat cepat, dalam hitungan milisekon. Flash Dryer cocok
digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas.Flash Dryer tidak
cocok digunakan untuk material yang dapat menyebabkan erosi pada alat dan berminyak.

Gambar 8. Flash Dryers


10. Conduction Dryers
Conduction Dryers dapat mengeringkan solutions, bubur, pasta, dan butiran yang
mengandung pigmen, lempung, bahan kimia, batu bara halus, dan garam-garam, serta
dapat juga digunakan untuk waktu retensi yang relatif singkat. Dryer atau pengering
mengendalikan kecepatan pengeringan dan mengontrol waktu retensi.
Tidak seperti pada sistem lain pengeringan dengan Conduction Dryers menggunakan
suhu yang rendah. Kapasitas pengering dan kinerja tergantung pada area perpindahan
panas yang tersedia dan kondisi operasi untuk produk tertentu. Waktu pengeringan dapat
dengan mudah disesuaikan dalam pengering tersebut. Perpindahan panas secara konduksi
menjamin penguapan dan pengeringan.

Gambar 9. Conduction Dryers

Kriteria Pemilihan Alat Pengering


Disamping berdasarkan pertimbangan – pertimbangan ekonomi, pemilihan alat pengering
ditentukan oleh faktor – faktor berikut :
1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta, suspensi)
2. Sifat – sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya
kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan, bahya
ledakan debu, sifat oksidasi).
3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik, dapat
terbakar, beracun)
4. Kuantitas bahan yang dikeringkan
5. Operasi kontinu atau tidak kontinu (Bernasconi, G., 1995).

Perlakuan Terhadap Pengeringan


Hasil Tanaman Perlakuan pengeringan untuk menghindari atau mengurangi hasil tanaman
dari kerusakan, yang umum dilakukan ada dua macam cara, yaitu pengeringan dengan sinar
matahari dan pengeringan dengan udara panas, uap panas, dan sebagainya yang lebih sering
dinamakan pengeringan mekanis. Pengeringan dapat juga dilakukan dengan cara bahan
ditempatkan pada rak-rak yang dibuat khusus untuk pengeringan. Ada pula yang
pengeringannya dengan cara digantungkan, misalnya tembakau dan jagung. Tetap harus
dilakukan pengontrolan yang teratur agar batas kering yang dipersyaratkan tidak terlampaui,
sebab bila terlampau kering dapat menimbulkan kerusakan. Dengan adanya keragaman dalam
bentuk bahan baku simplisia maka ada perbedaan cara mengeringkan pada masing-masing
bahan tersebut. Ada bahan yang langsung dikeringkan di bawah sinar matahari, dikeringkan
dibawah naungan, dan ada pula pengeringan lambat atau pemeraman terlebih dahulu setelah
panen. Penggunaan alat pengering buatan merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan
bahan olahan yang lebih baik karena terhindar dari kontaminasi debu, serangga, burung, atau
rodensia. Dari segi biaya, pengeringan matahari lebih menguntungkan, tetapi dari segi
kualitas penggunaan alat pengering buatan akan menghasilkan simplisia yang lebih baik.
Berikut ini cara pengeringan beberapa bahan tanaman obat.
(a) Bahan yang berasal dari daun (folium)
Pengolahan bahan tanaman yang berupa daun, seperti daun tempuyung, kumis kucing,
dan sambiloto, harus diperlakukan secara hati-hati untuk melindungi warna, aroma, serta
kandungan zat berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun-daun segar mudah mengalami
kerusakan selama pengolahan. Bila penanganannya salah akan mengakibatkan perubahan
warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan yang benar tersebut harus sudah
dimulai sejak masa pemanenan. Untuk memperkecil kehilangan senyawa-senyawa yang
mudah menguap sebaiknya pemanenan daun dilakukan pada pagi atau sore hari.
Selanjutnya daun dilayukan dibawah naungan dan tidak dijemur langsung dibawah sinar
matahari. Untuk mencegah terjadinya fermentasi atau berjamur maka sebaiknya daun
disimpan dalam keadaan kering pada kondisi dingin. Untuk mempertahankan supaya
daun tetap segar sebelum dikeringkan maka penyimpanan harus dilakukan pada suhu
rendah atau dibawah 100 Celcius.
(b) Bahan yang berasal dari kulit (cortex) dan akar (radix)
Kulit kayu dan akar dapat langsung dijemur dibawah sinar matahari setelah dibersihkan
dari kotoran yang melekat. Bila menggunakan alat pengering buatan maka suhu perlu
dijaga anatara 50 - 60 Celcius.
(c) Bahan yang berasal dari buah (fructus) atau biji (semen)
Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah panen dapat langsung dijemur tanpa
dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan kapulaga.
(d) Bahan yang berasal dari rimpang (rhizoma)
Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle, temulawak dan kunyit
harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan tanpa dikuliti terlebih dahulu untuk
memperkecil penguapan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Arah irisan dapat
melintang atau membujur setelah dicuci bersih. Ketebalan yang dianjurkan adalah 7 - 8
mm dan setelah dijemur atau kering ketebalannya menjadi 5-6 mm. Pengirisan sebaiknya
menggunakan pisau tahan karat. Pada waktu penjemuran bahan jangan ditumpuk terlalu
tinggi. Ketebalan penumpukkan bahan waktu penjemuran maksimum antara 3 - 4 cm.
Lantai tempat penjemuran sebaiknya dialasi dengantikar atau anyaman dari bambu. Pada
waktu penjemuran, bahan harus sering dibolak-balik untuk menghindari fermentasi yang
menyebabkan bahan menjadi busuk. Bila cuaca tidak menentu sebaiknya digunakan alat
pengering buatan yang dirancang dengan bantuan panas matahari atau panas buatan. Alat
pengering hasil rekayasa Balittro yang menggunakan tenaga surya menghasilkan kisaran
suhu antara 36,3-45,60 celcius dan kelembaban nisbi 30-40 %.
(e) Bahan yang berasal dari bunga (Flos)
Pemanenan terhadap bunga sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari untuk
menghindari kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap. Setelah dipanen, bunga
biasanya mudah menjadi kering. Untuk itu, diusahakan bunga tidak dijemur langsung di
bawah sinar matahari, tetapi dilayukan dibawah naunga. Apabila ruangan yang digunakan
aerasi udarnya cukup baik maka dalam waktu dua hari bunga sudah cukup kering. Untuk
menghindari berubahnya warna bunga menjadi coklat maka selama pelayuan sebaiknya
bahan sering dibalik.
(f) Bahan herba
Sama dengan pengeringan daun.
(g) Bahan batang (tuber)
Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur
(h) Bahan umbi (bulbus)
Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (sepert bawang merah dan
bawang putih).
Berikut tabel cara pengeringannya (Sadewo, 2004)

Tabel Cara Pengeringan Simplisia


Jenis Simplisia Cara Pengerjaan
Daun (folium) Dilayukan dulu baru dijemur
Daun dengan minyak Dilayukan dulu, dikeringkan tidak dengan sinar matahari
menguap langsung (diangin – anginkan atau dijemur dengan tutup
berupa kain hitam)
Herba Sama dengan pengeringan daun
Rimpang (rhizome) Rimpang segar dibersihkan dari tanah, dirajang setebal 3 –
5 mm, baru dijemur.
Batang (tuber) Batang dibersihkan, dipotong – potong baru dijemur
Akar (radix) Sama dengan batang
Buah (fructus) Dimanfaatkan segar atau diperlakukan seperti rimpang
Biji (semen) Biji dijemur di bawah sinar matahari langsung
Kulit (cortex) Sama dengan batang
Kayu (lignum) Sama dengan batang
Bunga (flos) Sama seperti daun dengan minyak menguap atau
digunakan dalam bentuk segar
Umbi (bulbus) Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar
(seperti bawang merah dan bawang putih)

Contoh pengeringan:
Pada Bunga Cengkeh
 Bunga Cengkeh diinkubasi selama satu malam agar pengeringan lebih cepat selain itu
warnanya juga lebih hitam dan mengkilap walaupun waktu pengeringan singkat. Namun
kelemahannya rendemen cengkeh kering sedikit berkurang.
 Pengeringan pada tampah atau tikar bambu, dan dijemur dibawah sinar matahari.
 Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering kelemahannya tidak dapat
mencapai “kering patah”, keuntungannya dapat disimpan sampai satu bulan tanpa
merusak kualitas cengkeh. Kemudian dapat dikeringkan lagi dibawah sinar matahari
sampai “kering patah”. Suhu mesin tidak boleh melebihi 52 C, karena jika suhu sangat
tinggi kemungkinan sel-sel dalam bunga akan pecah/rusak. Dan bila direndam tidak dapat
menyerap air, sedangkan bila dirajang cengkeh akan hancur menjadi tepung sehingga
minyak atsirisnya akan keluar (kelenjar minyak pada bunga telah rusak).

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan


Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal. Oleh
karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa
(pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam
proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu :
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan
menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong– potong untuk
mempercepat pengeringan.
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang
dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara
pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan
menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan
berlangsung juga dengan cepat.
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari permukaan
bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai
kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan
uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.
4. Kelembaban udraa
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan semakin
lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena udara
kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan
mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu kelembaban pada
suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak
akan mengambil uap air dari atmosfir.
5. Tekanan atm dan vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 mm Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu 100ºC.
Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu lebih
rendah dari 100°C.
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses
pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature
Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. (Rohanah, A.,2006).

Peraturan tentang Pengeringan


Berdasarkan WHO guidelines on good agricultural and collection practices (GACP) for
medicinal plants Bab Common technical aspects of good agricultural practices for medicinal
plants and good collection practices for medicinal plants tentang pengeringan, menerangkan
bahwa saat material tanaman obat disiapkan untuk tahap pengeringan, bahan penganggu
harus dihilangkan hingga seminimal mungkin untuk mencegah pertumbuhan kapang atau
infeksi dari mikroba lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam farmakope atau monografi
lainnya. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV menerangkan bahwa Simplisia nabati dan
simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme pathogen dan harus bebas dari cemaran
mikroorganisme, serangga, dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh
menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir atau menunjukkan adanya
kerusakan. Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia nabati dan simplisia hewani yang
dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut dalam asam, tidak boleh lebih dari 2%, kecuali
dinyatakan lain. Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, Pengawetan simplisia nabati atau
simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau, cemaran atau mikroba dengan
pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan.(Anonim, 1995). Cara yang sesuai di atas tersebut, salah satunya
melalui pengeringan. WHO menerangkan dalam GACP, bahwa Tanaman obat dapat
dikeringkan dengan beberapa cara yakni di udara terbuka (di bawah sinar matahari langsung);
ditempatkan pada lapisan tipis pada tempat pengeringan; dengan peng-oven-an; dibakar;
microwave; dsb. Selain itu, WHO juga menetapkan bahwa tempetur dan kelembaban harus
dikontrol untuk mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya konstituen kimiawi
yang aktif. Sedangkan metode dan temperatur yang digunakan untuk pengeringan dapat
mempengaruhi kualitas dari hasil simplisia. Jika memungkinkan, sumber panas untuk
pengeringan harus diminimalisir dari adanya campuran gas butane, propane, atau gas
berbahaya lainnya, dan temperatur sebaiknya dijaga di bawah 600C. Jika digunakan sumber
panas lain selain api, kontak antara material, asap, dan tanaman obat harus dihindari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Hadiwiyoto,
Soewedo dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen, edisi 1. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Sadewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Argomedia
Pustaka. Yogyakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah mada
University Press. Yogyakarta. Syukur,
Cheppy. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Bernasconi, G., H. Grester, H. Hauser, H. Satuble dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia
Bagian 2. Terjemahan L, Hadojo. Pradnya Paramita. Jakarta.
Kurniawan, Dhadhang Wahyu, Sulaiman, T.N. Saifullah. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rohanah, A. 2006. Teknik Pengeringan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Siregar, Charles J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar-dasar Praktis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Swarbrick, James et al. 2005. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. Taylor
& Francis Group. USA.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (terjemahan). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai