Anda di halaman 1dari 6

TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA

PENGUMPULAN
SORTASI BASAH PENCUCIAN
BAHAN BAKU

PERAJANGAN PENGERINGAN SORTASI KERING

PENGEPAKAN
PEMERIKSAAN
DAN
MUTU
PENYIMPANAN

• PENGUMPULAN BAHAN BAKU


Tanaman yang digunakan menjadi bahan baku simplisia sangat berpengaruh dalam
mutu hasil jadi simplisia. Tanaman ini dapat berupa tanaman budidaya maupun
tumbuhan liar. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja dibudidayakan untuk
dibuat simplisa. Sedang tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh liar maupun
tumbuhan yang sengaja ditanam bukan untuk dibuat simplisia.

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia bergantung pada:


- Bagian tanaman yang digunakan
- Umur bagian tanaman atau umur tanaman itu sendiri saat panen
- Waktu panen
- Lingkungan tempat tumbuh

Waktu panen sangat berhubungan erat dengan pembentukan senyawa aktif dari bagian
yang akan dipanen. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu
pengumpulan secara tepat sangat meningkatkan efektifitas tanaman.
Secara garis besar pedoman panen sebagai berikut:
1. Tanaman yang dipanen bijinya yang telah matang ditandai dengan mengeringnya
buah (Parkia roxburgii atau kedawung). Bila dipetik belum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah dan biji terlempar jauh (Ricinus communis atau jarak)
2. Tanaman yang dipanen buahnya sering dihubungkan dengan tingkat
kemasakannya, ditandai dengan perubahan kekerasan (Cucurbita moschata atau
labu merah), perubahan warna (Tamarindus indica atau buah asam), kadar air
buah (Averrhoa belimbi atau belimbing wuluh), perubahan bentuk buah (Cucumis
sativus atau mentimun).
3. Tanaman yang dipanen pucuk daunnya diambil saat tanaman mengalami
perubahan dari vegetatif ke generatif karena penumpukan senyawa aktif dalam
kondisi tertinggi (Orthosiphon stamineus atau kumis kucing).
4. Tanaman yang dipanen daun tuanya dipilih yang telah terbuka sempurna dan
terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna.
Pada daun tersebut terjadi asimilasi sempurna (Blumea balsamifera atau sembung)
5. Tanaman yang dipanen kulit batangnya diambil saat tanaman sudah cukup umur.
Agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman dilakukan pada musim yang
menguntungkan pertumbuhan seperti menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang dipanen umbi lapisnya diambil saat umbi mencapai besar
maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti (Allium cepa atau
bawang merah)
7. Tanaman yang dipanen rimpangnya diambil saat musim kering yang ditandai
mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang berbentuk besar
maksimum.

Dalam pengambilan bagian tanaman simplisia perlu keahlian agar diperoleh simplisia
yang benar dan tidak tercampur dengan bagian lalu tidak merusak tanaman induk.
Alat dari logam sebaiknya tidak digunakan karena dapat merusak senyawa aktif
seperti fenol, glikosida, dan lain-lain. Berikut beberapa pengambilan bagian tanaman
untuk simplisia:
• SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau benda asing lainnya dari
bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang. Penyortiran segera dilakukan setelah
bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera
dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

• PENCUCIAN
Pencuciaan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotorlainnya yang melekat
pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih bisa dari mata air, air sumur,
maupun air PDAM. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air
dilakukan pencucian sesingkat mungkin. Pencucian dengan air tidak bisa benar-benar
menghilangkan semua mikroba sebab air sendiri juga mengandung mikroba. Cara
sortasi dan pencucian berpengaruh pada jenis dan jumlah mikroba dalam simplisia.
Pada simplisia akar batang dan buah dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal.

• PERAJANGAN
Beberapa bahan simplisia perlu dilakukan perajangan. Perajangan ini dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Sebelum dirajang
bahan sebaiknya dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Perajangan dapat dilakukan
dengan pisau maupun alat pemotongan khusus. Semakin tipis bahan semakin cepat
penguapan air sehingga waktu pengeringan semakin cepat. Tetapi pengirisan yang
terlalu tipis juga bisa menyebabkan berkurang atau hilangnya zat yang mudah
menguap. Seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur, dan sejenisnya dapat
kehilangan minyak atsirinya jika dirajang terlalu tipis. Perajangan dilakukan
sehigienis mungkin sehingga jumlah tidak bertambah.

• PENGERINGAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan. Suhu pengeringan bergantung
pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 300-
900 C. Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu
bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya
memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan
pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain
murah juga praktis, namun kelemahannya yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat
terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung
cuaca, mudah terkontaminasi, dan waktu pengeringan yang lama. Dengan
menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi
enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan
simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan
dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi
penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan,
menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
• SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus. Scperti halnya pada sortasi
awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia
bentuk rimpang, jumlah akar yang melekat pada rimpang sering terlampau besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

• PENGEPAKAN DAN PENYIMPANAN


Pengepakan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Setelah
bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak beracun atau tidak
bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan dicantumkan nama bahan dan
bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk
melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor,
baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak
lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan
dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Bahan cair menggunakan botol
kaca, atau guci porselen. Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah
atau kertas timah.

Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan simplisia dari


beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara lain:
 Cahaya matahari
 Oksigen atau udara
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga
 Kapang
Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (15⁰C sampai
30⁰C), tetapi dapat pula dilakukan di tempat sejuk (5⁰C sampai 15⁰C), atau tempat
dingin (0⁰C sampai 5°C), tergantung dari sifat-sifat dan ketahanan simplisia tersebut.
Kelembaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering sebaiknya diusahakan
serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air.

Simplisia harus disimpan dalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang
simplisia, terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat-
alat. Gudang simplisia harus mempunyai konstruksi permanen yang cukup kuat dan
dipelihara dengan baik. Baik di bagian dalam maupun lingkungan di sekitarnya perlu
dijaga kebersihan dan sanitasinya, serta dibebaskan dari kemungkinan pengotor atau
pencemar lainnya. Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan
bebas dari kebocoran dan kemungkinan masuknya air hujan. Walaupun memerlukan
penerangan yang cukup pada siang hari harus dicegah masuknya sinar matahari
langsung.

Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin. Dilakukan
pengecekan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu.
Simplisia yang setelah diperiksa dan ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang
ditentukan misalnya ditumbuhi kapang, dimakan serangga, berubah warna atau
baunya dan lain sebagainya harus dikeluarkan dari gudang dan dibuang. Simplisia
yang beracun atau mengandung racun harus disimpan dalam tempat atau lemari
terkunci dan diberi tanda racun secara khusus.

• PEMERIKSAAN MUTU
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembeliannya
dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa
simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang
disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun
Materia Medika Indonesia Edisi terakhir. Apabila untuk simplisia yang bersangkutan
terdapat paparannya dalam salah satu atau ketiga buku tersebut, maka simplisia tadi
harus memenuhi persyaratan yang disebutkan pada paparannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai