PENDAHULUAN
Keanekaragaman tumbuhan menyebabkan diperlukannya inventarisasi tumbuhan di
suatu kawasan pelestarian misalnya herbarium untuk bahan identifikasi atau determinasi serta
sebagai bukti keberadaan tanaman. Selain itu, herbarium penting dalam pengelompokan
tumbuhan berdasarkan hierarki, bersifat lebih spesifik sehingga dapat menjadi sumber
informasi dalam mempelajari tanaman yang mengandung obat, misalnya alkaloid yang
digunakan dalam mencari bahan pengobatan di bidang farmasi. Herbarium merupakan material
pokok yang penting dalam studi sistematik tumbuhan. Herbarium sebagai koleksi objek perlu
memperhatikan kelengkapan organ tumbuhannya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi
objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan
objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan herbarium yang dapat dilakukan dengan
cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya.
Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah.
Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering yang dibuat dengan
langkah-langkan tertentu (Suyitno, 2004). Sehingga pada praktikum ini bertujuan untuk dapat
mengaplikasikan langkah-langkah pembuatan herbarium, dimana metode yang digunakan
adalah metode pengeringan.
Herbarium merupakan koleksi spesimen yang telah dikeringkan/diawetkan biasanya
disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Fungsi dari herbarium yaitu untuk membantu
identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri-ciri morfologinya (Susilo,
2015). Spesimen (koleksi tumbuhan) dapat dilakukam dengan koleksi basah atau kering.
Spesimen kering pada umumnya telah dipres dan dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas
(kertas mounting), diberi label berisi keterangan yang penting dan sulit dikenali secara langsung
dari specimen kering tersebut, diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan
yang telah disediakan. Spesimen basah yaitu koleksi yang diawetkan dengan menggunakan
larutan tertentu, seperti FAA atau alcohol (Murni, dkk, 2015).
Untuk metode pengeringan, langkah-langkah dalam pembuatan herbarium adalah
pengumpulan, yaitu mengumpulkan tanaman dari lapangan yang akan di herbarium dan
mencatat ciri khusus dari tanaman tersebut. Mengeringkan dan mengawetkan, yaitu meletakkan
sampel dalam lipatan kertas misalnya kertas koran dan disusun secara teratur. Sebelumnya
sampel dibersihkan dan dibasahi dengan spritus atau alkohol 70%, hal ini bertujuan untuk
mematikan sel agar spesimen bebas dari serangan jamur dan serangga. Setelah semua sampel
diletakkan pada lipatan kertas koran lalu diantara lipatan-lipatan itu diberi sasak dan diikat
dengan tali rafia. Sampel dapat dikatakan kering apabila sampel dirasakan tidak dingin lagi dan
juga menjadi kaku. Pembuatan herbarium, yaitu menempelkan sampel yang telah kering pada
kertas herbarium yang sudah diberi label yang berisi data (nama kolektor, nomor kolektor,
tanggal koleksi, tempat ditemukan, habitatnya, nama famili, nama spesies, nama Indonesia dan
nama lokal, serta kegunaannya) (Tapundu, dkk, 2015).
Andrographis paniculata berasal dari Taiwan, Cina Daratan, dan India. Tumbuhan ini juga
sering ditemukan di Asia tropis dan subtropis, Asia Tenggara, dan beberapa negara lain
termasuk Kamboja, Kepulauan Karibia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand,
dan Vietnam. A. paniculata adalah tanaman obat penting dari genus Andrographis. Jumlah pasti
spesies genus Andrographis belum divalidasi. A. paniculata adalah tanaman tahunan, bercabang,
tegak, dan herba yang tumbuh di pagar tanaman di seluruh lahan, lereng bukit, tanah bekas,
lahan pertanian, habitat lembab, pantai, dan tepi jalan. Adapun morfologinya adalah sebagai
berikut (Hossain, 2014).
Tabel 1.1 Morfologi Andrographis paniculata
Kerajaan – Plantae
Subkingdom - Tracheobionta
Superdivisi - Spermatophyta
Pembagian - Magnoliopsida
Subkelas - Rosidae
Order - Apiales
Keluarga - Apiaceae
Genus - Apium
Spesies - A graveolens Linn.
Selanjutnya, spesimen dibersihkan dari kotoran seperti sisa-sisa tanah yang menempel
menggunakan air agar tidak mengganggu pembuatan herbarium dan ditotolkan menggunakan
kapas dengan etanol 70%, selain bertujuan untuk membunuh mikroba agar tidak mengganggu
proses pengawetan dan hasil pengeringannya bagus serta tidak membutuhkan waktu terlalu
lama. Setelah itu, spesimen ditempelkan pada kertas koran dengan posisi daun sperti menempel
pada kertas koran dan ada bagian yang dibalik agar bagian sisi belakang daun tampak untuk
memudahkan identifikasi pada morfologi tanamannya, akar disusun agar tidak bertumpuk dan
terlihat jelas bentuknya tunggang atau serabut. Bagian batang diisolasi agar spesimen tetap pada
posisinya dan tidak merekatkan isolasi pada daun dengan ukuran kecil dan tipis karena dapat
merusak spesimen setelah pengeringan. Kemudian spesimen dilapis dengan beberapa lapis
koran dan ditutup menggunakan potongan kardus secara bertumpuk, hal ini dilakukan untuk
menyerap kadar air selama proses pressing berlangsung. Adapun lama pengeringan untuk hasil
yang optimum adalah selama dua minggu untuk tumpukan material herbarium yang di pressing
di dalam sasak (Onrizal, 2005). Namun, pada ukuran spesimen yang digunakan tidak terlalu
tebal sehingga secara tidak langsung memiliki kadar air awal yang lebih sedikit maka proses
pengeringan dapat berlangsung dalam waktu yang lebih cepat. Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan
faktor lingkungan seperti suhu (Subrahmanyam, 2002). Hasil akhirnya didapati herbarium
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Hasil Pembuatan Herbarium
Tumbuhan tegak
bercabang, namun
pada proses
praktikum besar
kertas yang
digunakan untuk
penempelan
spesimen terlalu
kecil sehingga
tumbuhan di
bengkokkan.
Mounting card
Apium graviolens
Pada praktikum
seledri yang
digunakan masih
sangat muda,
sehingga belum
terdapat bunga
seperti pada
herbarium acuan
Mounting card
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari percobaan yang bertujuan untuk dapat mengaplikasikan langkah-
langkah pembuatan herbarium, yakni pengumpulan tanaman (seluruh bagian tanaman atau
representatif) dari lapangan dan mencatat koordinat letak tumbuh tanaman. Membersihkan
tanaman dengan air alkohol 70%. Kemudian mengeringkan dan mengawetkan, yaitu meletakkan
sampel dalam kertas koran diberi sekat dengan potongan kardus. Pressing, spesimen ditekan
dan diikat dengan alat pressing. Mounting herbarium, yaitu menempelkan sampel yang telah
kering pada kertas herbarium yang sudah diberi mounting card yang berisi data (nama kolektor,
jenis koleksi, lokasi pengambilan , tanggal koleksi dan catatn mengenai deskripsi tanaman atau
tanaman yang tumbuh disekitar koleksi). Adapun koleksi yang diperoleh dari tanaman
Andrographis paniculata pada koordinat S:8035’14.586”/ E:116005’34’458” dan Apium
graveolens pada koordinat S:8035’14.994”/ E:116005’32.484”, bagian yang diambil adalah
semua bagian tumbuhan (herba).
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. K. 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah
Merah Sebagai Antidiare. Jurnal Acta Pharmaceutica Indonesia. Volume XXIX. Nomor 1,
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Arisandi, R dan Asep Sukohar. 2016. Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Agen Kemopreventif
bagi Kanker. Journal Majority. Volume 5. Nomor 2. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Asmari, A.K., T.Athar., dan S.G. Kadasah. 2017. An Updated Phytopharmacological Review on
Medicinal Plant of Arab Region: Apium graveolens Linn. Pharmacognosy Rev.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses 20 Oktober 2018.
Horne, H.E. 2016. Apium graveolens Linnaeus var. dulce (P. Miller) A.P. de Candolle. USA :
Anniston Museum of Natural History Herbarium (AMAL).
Hossain, M.S., Zannat U., Abubakar S., dan Hafizur R. 2014. Andrographis paniculata (Burm. f.)
Wall. ex Nees: A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology. The
Scientific Word Journal. https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses 20 Oktober 2018.
Mclntosh, A.E. 2016. Andrographis paniculata. Barbados:Codrington College.
Murni, P., Muswita, Harlis, Upik Y.,Winda D., K., 2015. Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk
Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia Muaro Jambi. Jurnal
Pengabdian pada Masyarakat. Volume 30, Nomor 2. Jambi : Universitas Jambi.
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy. New Delhi : University of
Delhi.
Susilo, M., J., 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan Herbarium untuk Mata
Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal Bioedukatika. Volume 3. Nomor 1.
Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
Suyitno, A.L. 2004. Penyiapan Spesimen Awetan Objek Biologi. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Tapundu, A., S., Syariful, A., dan Ramadhanil, P., 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat pada
Suku Seko di Desa Tanah Harapan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes
.Volume 9. Nomor 2. Sulawesi Tengah : Universitas Tadulako.