DISUSUN OLEH :
Michael 1843050022
FAKULTAS FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 – 800 dpl.
Tengah), sere (Madura), dan masih banyak nama lain untuk menyebutkan serah di
Tanaman sereh (Cymbopogon ciratus) terdiri dari akar, batang dan daun.
Selama ini akar tanaman sereh dimanfaatkan untuk obat tradisonal dan batang
tanaman sereh paling banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan aroma pada
minuman hangat seperti serbat, bajigur, dan bandrek, sedangkan daun tanaman
sereh dimanfaatkan menjadi minyak atsiri. Minyak atsiri daun sereh mengandung
sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin,
limonen, kamfen (Sastrohamidjojo, 2004). Jika minyak atsiri daun sereh disatukan
dengan minyak kelapa, minyak atsiri daun sereh dapat dipakai sebagai obat gosok
untuk melawan sengatan lintah, gatal, penghalus kulit, pencegah jerawat dan
pengharum alami sekaligus sebagai aroma yang sangat efektif mengusir nyamuk
Karena kandungan dan manfaat yang dimiliki, minyak atsiri daun sereh sangat
1
bagus digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan sabun sebagai zat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A B C
Keterangan:
A. Tanaman sereh wangi C. Minyak sereh
B. Batang sereh wang yang siap diolah
2.5. Kandungan Kimia pada Tanaman Sereh Wangi dan Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus L. Rendle)
Kandungan dari sereh terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 30-
45%, geraniol 65-90%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-
4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek. Menurut
Sastrohamidjojo (2007), kandungan utama dan terpenting terdapat pada sereh
wangi adalah sitronelal dan geraniol. Kedua senyawa ini mempengaruhi kualitas
minyak, menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi.
Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Apabila kandungan geraniol tinggi, maka
kandungan sitronelal juga tinggi.
1. Geraniol (C H 0 )
10 18
CH3 CH3
2. Sitronelal (C H 0 )
10 16
CH3 CH3
Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol
dan sitronelal rendah atau mengandung bahan penuaan. Kadar geraniol dan
sitronelal yang rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang
baik, di samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman
yang terlalu tua. Bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam minyak sereh wangi
berupa lemak, alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan
pencampur (Ketaren dkk., 1978).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3953-1995, kualitas
minyak berdasarkan kandungan geraniol dan sitronelal dapat digolongkan menjadi
tiga golongan seperti pada Tabel 2.2.
Minyak sereh wangi sebagai hasil produksi dari tanaman sereh wangi
berguna sebagai bahan bio-aditif bahan bakar minyak (Seputra, E.A, 2008).
Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh wangi sebagai bahan baku
untuk membuat shampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati dan juga pewangi
sabun (Kardinan, 2004). Minyak atsiri sereh dapat digunakan untuk penyakit
infeksi dan demam serta dapat mengatasi masalah sistem pencernaan dan
membantu regenerasi jaringan penghubung (Agusta, 2002).
Salah satu teknologi alternatif yang aman sebagai pengganti pestisida
sintetik adalah pemanfaatan minyak atsiri sereh wangi mampu menghambat
perkembangan bahkan membunuh organisme penganggu tanaman (OPT).
Aplikasi minyak atsiri sereh wangi dengan cara penyemprotan (Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropoka, 2015). Hama yang bisa dikendalikan oleh minyak atsiri
sereh wangi adalah penggerek buah jeruk, kutu putih, kutu dompolan, kutu daun,
thrips, lalat buah, kutu sisik.
Senyawa lain dalam minyak atsiri yang direkomendasikan efektif untuk
menghilangkan bau badan atau deodorant adalah geraniol, patcoulol dan linalool.
Minyak atsiri dipercaya mampu menenangkan jiwa. Menurut Dra.
Koensoemardiyah, Apt (2015), ahli terapi aroma Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, jika senyawa pada minyak atsiri masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Molekul-molekul senyawa
minyak atsiri sangat halus dan berukuran nano partikel, sehingga ketika aroma
minyak atsiri tercium oleh hidung, molekul itu akan berikatan dengan reseptor-
reseptor penangkap aroma yang terdapat dalam hidung. Selanjutnya, reseptor itu
akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui jalur saraf ke sistem limbik di otak.
Sistem itulah yang mengatur keadaan emosi seseorang. Dengan membangkitkan
semangat, tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri. Terapi aroma
menggunakan minyak atsiri juga bersifat menenangkan. Apalagi jika terapi aroma
dikombinasikan dengan pijatan yang berefek relaksasi. Pijatan berguna untuk
melunturkan otot dan melancarkan pembuluh darah, sehingga tubuh kembali
segar. Senyawa minyak atsiri masuk dalam pembuluh darah melalui pembuluh
pembuluh yang terdapat di sepanjang epidermis dan dermis kulit (Prosiding
Penelitian SPESIA, 2015).
BAB III
PROSEDUR KERJA
1. Prosedur penelitian ini diawali dengan tahap persiapan bahan, bahan yang akan
digunakan adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus).
2. Sereh wangi yang masih segar terlebih dahulu di jemur di area terbuka sampai
kering dan berat nya konstan.
3. Kemudian dipotong-potong + 1 cm, dihaluskan sampai jadi serbuk dan di ayak
dengan ukuran 100 mesh.
4. Kemudian ditimbang serbuk sereh wangi 250g
5. Disusun alat ekstraksi sokletasinya
6. Ukur pelarut yang digunakan n-Heksana
7. Buat bungkusan dari kertas saring untuk membungkus simplisia sereh wangi
8. Kemudian nyalakan kondesor pendingin dan proses ekstraksi dimulai
9. Diekstraksi selama 12 Jam sampai menghasilkan cairan ekstraksi yang berwarna
bening
SKRINING FITOKIMIA
– Skrining fitokimia dilakukan pada simplisia dan ekstrak untuk mengetahui
senyawa kimia dalam sereh wangi secara kualitatif, dilakukan skrining fitokimia
pada simplisia untuk melihat apakah ada kandungan metabolisme pada ekstrak
ada yang hilang atau tidak.
– Skrining ini dilakukan terhadap sampel yang telah dihaluskan dan selalu dibuat
baru yang digunakan dalam penelitian meliputi pemeriksaan senyawa kimia
golongan alkaloid, steroida/triterpenoida, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol.
1. Identifikasi Alkaloid
Sampel dibasakan dengan 1 ml amonia pekat, kemudian ditambahkan kloroform
5 ml dan dikocok kuat. Lapisan kloroform dipipet, kemudian ke dalamnya
ditambahkan 1 ml asam klorida 2N. Campuran dikocok kuatkuat hingga terdapat
dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi tiga bagian
a. Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.
b. Bagian dua ditambahkan pereaksi Dragendroff. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan
terkandung alkaloid.
c. Bagian tiga digunakan sebagai blanko
2. Identifikasi Tannin
– Pereaksi gelatin
Satu ml ekstrak ditambahkan sedikit larutan gelatin 1% dan lima ml NaCl 10%
Adanya senyawa tanin ditandai dengan terjadinya endapan kekuningan.
– Pereaksi FeCl3
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air.
Kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% dan
terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukan adanya
tannin.
3. Identifikasi Flavonoid
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk magnesium
dan asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu disaring.
Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-
kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga
merah yang dapat ditarik oleh amil alcohol.
4. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Sampel ditambahkan dengan eter, kemudian disaring. Filtrat ditempatkan dalam
cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Hasil pengeringan
ditambahkan pereaksi Liebermann-Bouchard. Terjadinya warna ungu
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa steroid.
5. Identifikasi Saponin
Serbuk simplisia ditambahkan akuades panas 10 ml kemudian didinginkan dan
dikocok kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1- 10 cm yang stabil
selama 10 menit. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, busa tidak hilang.
6. Identifikasi Polifenol
Uji fenolik dilakukan dengan direaksikan sampel dengan larutan FeCl3 1%.
Hasil ditunjukan dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua, biru
kehitaman, atau hijau kehitaman.
BAB IV
HASIL
Keterangan
Positif : terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder
Negatif: tidak terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 2007., Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan., Edisi III. Institusi Teknologi Bandung., Bandung
Amin Nirvana., 2017., Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Batang Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus L.) Pada Mencit Jantan Putih Galur Swiss Webster.,
Skripsi., Universitas Al-Ghifari., Bandung
Doma Meysa., 2019., Ekstraksi Minyak Atsari Dari Tanaman Serai Wangi
Dengan Metode Microwave Hydrodistillation., Skripsi., Universitas Sumatera
Utara., Medan
Handy G, dkk., 2015., Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Rendemen Minyak
Sereh Wangi (Cymbopogon Winterianus)., Vol. 14 No. 2 Hal: 57-61.,
Universitas Mulawarman., Samarinda