Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II GRUP C

SKRINING TANAMAN SEREH

DISUSUN OLEH :

Alya Juniasti 1943057007

Azzahrotul Qona’ah I.S 1843050044

Indah Syafelia Putri 1843050059

Marthius Putra Yehezkiel 1843050029

Michael 1843050022

Nurma Fitria 1943057052

Valerie Kezia 1843050045

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di

Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 – 800 dpl.

Sereh memiliki nama familiar yang berbeda-beda di setiap daerahnya seperti

sereue mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai (Batawi)

(Minangkabau), sarae (Lampung), sere (Melayu), sereh (Sunda), sere (Jawa

Tengah), sere (Madura), dan masih banyak nama lain untuk menyebutkan serah di

daerah lain (Agusta, 2000).

Tanaman sereh (Cymbopogon ciratus) terdiri dari akar, batang dan daun.

Selama ini akar tanaman sereh dimanfaatkan untuk obat tradisonal dan batang

tanaman sereh paling banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan aroma pada

minuman hangat seperti serbat, bajigur, dan bandrek, sedangkan daun tanaman

sereh dimanfaatkan menjadi minyak atsiri. Minyak atsiri daun sereh mengandung

sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%,

sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin,

limonen, kamfen (Sastrohamidjojo, 2004). Jika minyak atsiri daun sereh disatukan

dengan minyak kelapa, minyak atsiri daun sereh dapat dipakai sebagai obat gosok

untuk melawan sengatan lintah, gatal, penghalus kulit, pencegah jerawat dan

pengharum alami sekaligus sebagai aroma yang sangat efektif mengusir nyamuk

yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah (Kartasapoetra, 1996).

Karena kandungan dan manfaat yang dimiliki, minyak atsiri daun sereh sangat

1
bagus digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan sabun sebagai zat

aktif yang dapat membersihkan kotoran, mengobati gatal dan jerawat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tanaman sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle) merupakan tanaman yang


memiliki potensi ekonomi cukup tinggi, karena tanaman ini banyak dimanfaatkan
untuk dikonsumsi, aromaterapi dan pestisida alami. Sereh mempunyai nama
daerah yaitu serai wangi (Malaysia), citronella grass (Inggris), dan sereh
(Indonesia) (Quattrocchi, 2006:548). Tanaman sereh wangi merupakan terna
tahunan dengan tinggi sekitar 0,5-1 meter. Batang tidak berkayu, beruas pendek
dan berwarna putih. Daun tunggal berjumbai, berpelepah, ukurannya 25-75 cm,
lebar 1,5 cm, dan berwarna hijau muda. Akar tanaman sereh berakar dalam dan
berserabut dari dasar yang tebal. Tanaman sereh berdiri tegak lurus hingga 2,5 m,
dengan puncak melayu, lembaran daun gundul, pinggir permukaan kasar,
membran bagian dalam mencapai ketinggian 5 mm, dan gundul. Perbanyakan
dilakukan dengan pemisahan stek anakan (Emmyzar dkk., 2002). Selain itu,
tanaman sereh mempunyai tekstur yang lemas dan sulit patah. Tulang daun
tanaman ini berbentuk sejajar. Apabila daunnya dipecah atau diremas akan berbau
wangi. Pangkal batang tanaman sereh ini membesar dan mempunyai pelepah daun
berwarna kuning kehijauan bercampur dengan warna merah keunguan. Bentuk
tanaman ini menyerupai rumput, berumpun banyak dan mengumpul menjadi
gerombol besar. Batangnya melengkung sampai 2/3 bagian panjang daunnya
(Emmyzar dkk., 2002).
Umumnya komponen kimia minyak yang terdapat dalam suatu tanamam
sereh dipengaruhi oleh jenis tanaman dan lokasi tempat yang berbeda
(Guenther,1987). Tanaman sereh genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies.
Tanaman sereh terdiri dari dua jenis yaitu jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri
daunnya lebih lebar dan pendek, rumpun daun sereh wangi pada umur 6 bulan
akan merunduk sehingga tinggi rumpun kurang dari 1 meter, membutuhkan lahan
yang lebih subur, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronelal 30-
45% dan geraniol 65- 90%. Sedangkan jenis lemabatu mempunyai ciri-ciri yaitu
daunnya yang lebih panjang dan ramping, rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi,
5
dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur, dan menghasilkan minyak atsiri
dengan kadar sitronelal 7-15% dan geraniol 55-65% (Guenther, 1990).

2.2. Klasifikasi Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Menurut Integrated Tasonomic Information System (2005). Taksonomi


sereh wangi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poacea
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle

A B C

Gambar 2.1. Sereh Wangi


Sumber : Indawani, 2015

Keterangan:
A. Tanaman sereh wangi C. Minyak sereh
B. Batang sereh wang yang siap diolah

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tempat penyebaran tanaman sereh di daerah tropis termasuk Indonesia,


Malaysia, Thailand, India dan Asia Selatan. Penyebaran tanaman sereh di
Indonesia terutama banyak tumbuh di daerah Tasik Malaya, Bandung, Palembang,
Padang, Ujung Pandang dan Solo (Ketaren, 1985:204-220) pada ketinggian 200 –
1.000 m DPL dengan ketinggian yang ideal 250 – 600 m DPL. Pada ketinggian ini
sereh wangi menghasilkan presentase dan mutu minyak atsiri yang baik. Namun
sereh dapat tumbuh diberbagai tipe tanah baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi sampai pada ketinggian 1.200 m DPL, dengan ketinggian optimum 250 m
DPL. Suhu tumbuh optimum 23 – 30 , dan distribusi hujan merata sepanjang
10 bulan. Curah hujan berfungsi sebagai pelarut zat nutrisi, pembentukan sari pati
dan gula serta membantu pembentukan sel dan enzim. Memerlukan sinar matahari
yang cukup karena mampu meningkatkan kadar minyaknya. Secara umum sereh
wangi tumbuh baik pada tanah gembur sampai liat dengan pH 6,0 – 7,5. Dengan
curah hujan rata-rata maksimal 1.000-1.500 mm/tahun, dengan musim kemarau 4-
6 bulan (Zainal dkk., 2004). Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah
dengan pemecahan rumpun tanaman dewasa. Sereh wangi yang akan diambil
minyak atsirinya agar dipangkas sebelum munculnya bunga, karena jika bunganya
sudah muncul maka mutu minyaknya akan lebih rendah (Ginting, 2004). Ciri-ciri
yaitu daunnya yang lebih panjang dan ramping, rumpunnya akan tumbuh lebih
tinggi, dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur, dan menghasilkan minyak
atsiri dengan kadar sitronelal 7-15% dan geraniol 55-65% (Guenther, 1990).

2.4. Manfaat Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tanaman sereh wangi mempunyai beberapa kegunaan salah satunya


adalah sebagai vegetasi konservasi yaitu potensial untuk mencegah terjadinya
erosi tanah dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Tanaman sereh terutama batang
dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat
seperti geraniol, metil heptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam
organik, dan terutama sitronelal sebagai obat nyamuk semprot. Dalam beberapa
penelitian, daun sereh mengandung zat anti-mikroba dan anti-bakteri yang sangat
berguna khususnya untuk mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kandung
kemih, menyembuhkan luka, peluruh kentut (karminatif), penambah nafsu makan
(stomakik), obat pasca bersalin, penurun panas, dan pereda kejang atau
antispasmodic (Kurniawati, 2010).
Akar sereh juga bermanfaat sebagai pengencer dahak, obat kumur, peluruh
keringat (diaforetik), dan penghangat badan. Sebuah tim riset dari Ben Gurion
University di Israel pada tahun 2006 menemukan bahwa sereh menyebabkan
apoptosis (kematian sel) dalam sel kanker. Berdasarkan studi in vitro, peneliti
mengamati pengaruh molekul sitral yang ditemukan dalam sereh terhadap sel
normal dan sel kanker. Pada konsentrasi sitral 1 gram sereh dalam air panas, sitral
memicu apoptosis dalam sel kanker tanpa memengaruhi sel normal (Kurniawati,
2010). Tanaman sereh dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke, karena
berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, sereh dapat menginhibisi
agregasi platelet, antikonvulsan, penurunan tekanan darah, dan vasorelaksan. Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa tanaman sereh dapat
digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Hal ini sesuai dengan pendapat
Alemeida (2011), bahwa minyak sereh dapat menginhibisi agregasi platelet,
antikonvulsan, penurunan tekanan darah, dan vasorelaksan (Junior, 2008).
Kandungan senyawa seperti geranil butirat, lomonen, eugenol, metileugenol,
geranial pada sereh dapat mencegah penyakit kanker, mengobati gangguan
pencernaan, menurunkan tekanan darah, detoksifikasi, manfaat pada sistem saraf,
berfungsi sebagai analgesik, memperindah kulit dan kesehatan wanita (PT
Deherba Indonesia, 2015).

2.5. Kandungan Kimia pada Tanaman Sereh Wangi dan Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus L. Rendle)

Kandungan dari sereh terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 30-
45%, geraniol 65-90%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-
4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek. Menurut
Sastrohamidjojo (2007), kandungan utama dan terpenting terdapat pada sereh
wangi adalah sitronelal dan geraniol. Kedua senyawa ini mempengaruhi kualitas
minyak, menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi.
Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Apabila kandungan geraniol tinggi, maka
kandungan sitronelal juga tinggi.
1. Geraniol (C H 0 )
10 18

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene


dan 1 molekul air. Geraniol dapat dioksidasi menjadi sitral dan senyawa ini
digunakan pada pabrik pembuatan ionon. Alfa-ionon digunakan secara ekstensif
dalam pewangi karena baunya yang mirip dengan bunga violet. Geraniol lebih
lanjut digunakan dalam pembuatan nerolidol dan farnesol. Menurut
Sastrohamidjojo (2007), Geraniol memiliki rumus bangun sebagai berikut :

CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - CH2 – OH

CH3 CH3
2. Sitronelal (C H 0 )
10 16

Sitronelal merupakan senyawa penting yang terdapat pada sereh wangi.


Kandungan sitronelal tinggi, maka kandungan geraniol juga tinggi. Penggunaan
yang penting sitronelal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronelal melalui
hidrasi. Senyawa hidroksi sitronelal tidak diperoleh secara alami tetapi senyawa
tersebut merupakan senyawa sintetik yang paling penting dalam pewangian.
Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral-lily dan digunakan
secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetik. Rumus bangun senyawa
sitronelal adalah:
CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C - H

CH3 CH3

Standar Mutu Minyak Sereh Wangi


Standar mutu minyak sereh wangi untuk kualitas ekspor dapat dianalisis
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3953-1995. Menurut kriteria
fisis yaitu berdasarkan warna bobot jenis, indeks bias, sedangkan secara kimia
berdasarkan total geraniol, total sitronelal, dan kelarutan dalam etanol 80%.
Berikut ini adalah Tabel 2.1 yang menjelaskan tentang Standar Mutu Minyak
Sereh Wangi Indonesia Berdasarkan Sifat Kimia.

Tabel 2.1. Standar mutu minyak sereh wangi Indonesia berdasarkan


sifat kimia

No Sifat Kimia Syarat


1 Warna Kuning pucat sampai kuning
kecoklatan
2 Bobot Jenis 0,88-0,922g/ml
3 Indeks bias (Nd20) 1,466-1,475
4 Total Geraniol ≥ 85%
5 Sitronelal ≥ 35%
6 Kelarutan dalam etanol 80% 1 : 2 sampai larutan jernih
Sumber : SNI 06-3953-1995

Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol
dan sitronelal rendah atau mengandung bahan penuaan. Kadar geraniol dan
sitronelal yang rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang
baik, di samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman
yang terlalu tua. Bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam minyak sereh wangi
berupa lemak, alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan
pencampur (Ketaren dkk., 1978).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3953-1995, kualitas
minyak berdasarkan kandungan geraniol dan sitronelal dapat digolongkan menjadi
tiga golongan seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Standar mutu minyak sereh wangi

No Kualitas minyak Total Geraniol Total Sitronelal


sereh wangi (%) (%)
1 A ≥ 85% ≥ 35%
2 B 80-85% -
3 C ≤ 80% -
Sumber : SNI 06-3953-1995
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Minyak Atsiri Sereh
Wangi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak atsiri sereh yaitu:


1. Perlakuan pendahuluan terhadap batang sereh wangi
Peningkatan presentase minyak sereh telah dibuktikan Adams (2008)
dengan tiga proses (proses pembersihan, pengeringan dan penghalusan ukuran).
Pada proses pengeringan sebagian besar membran sel akan pecah sehingga cairan
sel bebas masuk dari satu sel ke sel yang lain sehingga membentuk senyawa-
senyawa yang mudah menguap (Sastrohamidjojo, 2014).
2. Lokasi tanam
Lokasi tanam akan berpengaruh seperti iklim, suhu dan curah hujan.
Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman.
Semakin tinggi lokasi tanam akan semakin rendah suhu udaranya, dan semakin
rendah lokasi tanam maka suhu yang terdapat pada lokasi tersebut akan semakin
tinggi. Tanaman sereh yang ditanam di dataran tinggi yang memiliki suhu rendah
akan mengalami gangguan fisiologis. Gangguan fisiologis merupakan laju
fotosintesis tidak berjalan dengan lancar karena kurangnya intensitas cahaya
matahari yang diterima tanaman sereh. Sedangkan di lokasi tanam dataran rendah
tanaman sereh yang memiliki habitat tumbuh di daerah dengan suhu udara yang
tinggi tidak akan mengalami gangguan fisiologis dan laju fotosintesisnya berjalan
dengan lancar karena tanaman sereh wangi sangat cocok ditanam di tempat
terbuka (tidak terlindung) dengan kisaran intensitas cahaya matahari antara 75-
100%, dengan suhu rata-rata harian yang mencapai 28-30°C. Dalimartha, (1999)
dan Sofiah, (2010) menyatakan bahwa tanaman sereh merupakan tanaman yang
memerlukan cahaya matahari yang panas, serta tumbuh maksimal pada suhu
23°C-30°C.
3. Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh dan sumber unsur hara yang diperlukan
tanaman. Kandungan zat hara yang dimiliki tanah berperan penting untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi akar tumbuhan. Inceptiols atau aluvial merupakan
tanah muda yang mulai berkembang, pembentukan horizonnya lambat akibat
perubahan bahan induk dan memiliki tingkat kesuburan dari sangat rendah sampai
tinggi (Munir, 1996). Inceptiols secara umum memiliki kejenuhan basa lebih dari
60% pada kedalaman 25 cm hingga 75 cm, sehingga tanah ini tergolong tanah
yang subur. Menurut Soenardi dkk., (1981) petani pada umumnya menanam sereh
wangi pada lahan-lahan marginal dengan topografi yang beragam, mulai dari yang
datar sampai berlereng secara monokultur, dimana produksi pada panen 1 sampai
ke 3 meningkat akan tetapi panen berikutnya sampai ke 7 produksi turun hampir
50%.
Lebih lanjut Mansur (1990) menjelaskan bahwa terjadinya penurunan
produksi batang segar dan minyak setelah tahun kedua adalah karena
meningkatnya tumbuh rumpun tanaman sereh wangi, sehingga akar yang baru
tumbuh tidak dapat mencapai tanah yang menyediakan hara, yang mengakibatkan
produksi anakan merosot apabila penggemburan tanah dan pemupukan tidak
dilaksanakan dengan baik. Pemberian pupuk organik pada lahan-lahan marginal,
selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman juga merupakan salah satu
komponen budidaya yang ramah lingkungan. Pupuk organik baik pupuk kandang,
kompos, ataupun pupuk hijau dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya
serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan dalam tanah, dan
mengandung zat makanan tanaman (Rinsema, 1983).
4. Proses Penyulingan Minyak Sereh Wangi
Menurut Guenther (1990), agar diperoleh minyak yang bermutu tinggi
maka penyulingan hendaknya berlangsung pada tekanan rendah dan dapat juga
pada tekanan tinggi tetapi dalam waktu yang singkat. Proses penyulingan dengan
menggunakan tekanan dan suhu rendah mempunyai keuntungan yaitu minyak
yang dihasilkan tidak mengalami kerusakan akibat panas. Disamping itu
mengurangi penguapan komponen bertitik didih tinggi dan larut di air (Harris,
1987). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang
dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat
gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen
minyak per jam rendah. Penyulingan dengan tekanan tinggi tidak selalu
menghasilkan rendemen dan mutu yang lebih baik. Penggunaan tekanan uap yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan komponen-komponen penyusun
minyak.
Lama penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan
faktor kondisi terutama kadar air batang sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang
dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi
minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama.
Hasil sulingan berat kering lebih tinggi daripada berat basah hal ini dikarenakan
batang basah yang langsung disuling masih banyak mengandung air pada bagian
daunnya, sedangkan hasil sulingan batang kering lebih tinggi karena ada proses
pelayuan batang sebelum melakukan proses penyulingan. Dengan melakukan
proses pelayuan ini maka kandungan air yang terdapat dalam batang tanaman
sereh akan menguap sehingga proses penyulingan akan menghasilkan minyak
yang lebih banyak. Menurut Nurdjanad dan Ma’mun (1993), mengungkapkan
pelayuan bahan sulingan akan meningkatkan rendemen minyak yang dihasilkan
karena selama proses pelayuan akan terjadi penguapan air dari bahan. Lepasnya
air dari bahan akan menyebabkan pecahnya sel-sel minyak sehingga memudahkan
dalam proses pengambilan minyak selama proses penyulingan.

2.7. Manfaat Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Minyak sereh wangi sebagai hasil produksi dari tanaman sereh wangi
berguna sebagai bahan bio-aditif bahan bakar minyak (Seputra, E.A, 2008).
Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh wangi sebagai bahan baku
untuk membuat shampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati dan juga pewangi
sabun (Kardinan, 2004). Minyak atsiri sereh dapat digunakan untuk penyakit
infeksi dan demam serta dapat mengatasi masalah sistem pencernaan dan
membantu regenerasi jaringan penghubung (Agusta, 2002).
Salah satu teknologi alternatif yang aman sebagai pengganti pestisida
sintetik adalah pemanfaatan minyak atsiri sereh wangi mampu menghambat
perkembangan bahkan membunuh organisme penganggu tanaman (OPT).
Aplikasi minyak atsiri sereh wangi dengan cara penyemprotan (Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropoka, 2015). Hama yang bisa dikendalikan oleh minyak atsiri
sereh wangi adalah penggerek buah jeruk, kutu putih, kutu dompolan, kutu daun,
thrips, lalat buah, kutu sisik.
Senyawa lain dalam minyak atsiri yang direkomendasikan efektif untuk
menghilangkan bau badan atau deodorant adalah geraniol, patcoulol dan linalool.
Minyak atsiri dipercaya mampu menenangkan jiwa. Menurut Dra.
Koensoemardiyah, Apt (2015), ahli terapi aroma Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, jika senyawa pada minyak atsiri masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Molekul-molekul senyawa
minyak atsiri sangat halus dan berukuran nano partikel, sehingga ketika aroma
minyak atsiri tercium oleh hidung, molekul itu akan berikatan dengan reseptor-
reseptor penangkap aroma yang terdapat dalam hidung. Selanjutnya, reseptor itu
akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui jalur saraf ke sistem limbik di otak.
Sistem itulah yang mengatur keadaan emosi seseorang. Dengan membangkitkan
semangat, tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri. Terapi aroma
menggunakan minyak atsiri juga bersifat menenangkan. Apalagi jika terapi aroma
dikombinasikan dengan pijatan yang berefek relaksasi. Pijatan berguna untuk
melunturkan otot dan melancarkan pembuluh darah, sehingga tubuh kembali
segar. Senyawa minyak atsiri masuk dalam pembuluh darah melalui pembuluh
pembuluh yang terdapat di sepanjang epidermis dan dermis kulit (Prosiding
Penelitian SPESIA, 2015).
BAB III
PROSEDUR KERJA

1. Prosedur penelitian ini diawali dengan tahap persiapan bahan, bahan yang akan
digunakan adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus).
2. Sereh wangi yang masih segar terlebih dahulu di jemur di area terbuka sampai
kering dan berat nya konstan.
3. Kemudian dipotong-potong + 1 cm, dihaluskan sampai jadi serbuk dan di ayak
dengan ukuran 100 mesh.
4. Kemudian ditimbang serbuk sereh wangi 250g
5. Disusun alat ekstraksi sokletasinya
6. Ukur pelarut yang digunakan n-Heksana
7. Buat bungkusan dari kertas saring untuk membungkus simplisia sereh wangi
8. Kemudian nyalakan kondesor pendingin dan proses ekstraksi dimulai
9. Diekstraksi selama 12 Jam sampai menghasilkan cairan ekstraksi yang berwarna
bening

SKRINING FITOKIMIA
– Skrining fitokimia dilakukan pada simplisia dan ekstrak untuk mengetahui
senyawa kimia dalam sereh wangi secara kualitatif, dilakukan skrining fitokimia
pada simplisia untuk melihat apakah ada kandungan metabolisme pada ekstrak
ada yang hilang atau tidak.
– Skrining ini dilakukan terhadap sampel yang telah dihaluskan dan selalu dibuat
baru yang digunakan dalam penelitian meliputi pemeriksaan senyawa kimia
golongan alkaloid, steroida/triterpenoida, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol.

1. Identifikasi Alkaloid
Sampel dibasakan dengan 1 ml amonia pekat, kemudian ditambahkan kloroform
5 ml dan dikocok kuat. Lapisan kloroform dipipet, kemudian ke dalamnya
ditambahkan 1 ml asam klorida 2N. Campuran dikocok kuatkuat hingga terdapat
dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi tiga bagian
a. Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.
b. Bagian dua ditambahkan pereaksi Dragendroff. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan
terkandung alkaloid.
c. Bagian tiga digunakan sebagai blanko

2. Identifikasi Tannin
– Pereaksi gelatin
Satu ml ekstrak ditambahkan sedikit larutan gelatin 1% dan lima ml NaCl 10%
Adanya senyawa tanin ditandai dengan terjadinya endapan kekuningan.
– Pereaksi FeCl3
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air.
Kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% dan
terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukan adanya
tannin.

3. Identifikasi Flavonoid
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk magnesium
dan asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu disaring.
Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-
kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga
merah yang dapat ditarik oleh amil alcohol.

4. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Sampel ditambahkan dengan eter, kemudian disaring. Filtrat ditempatkan dalam
cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Hasil pengeringan
ditambahkan pereaksi Liebermann-Bouchard. Terjadinya warna ungu
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa steroid.

5. Identifikasi Saponin
Serbuk simplisia ditambahkan akuades panas 10 ml kemudian didinginkan dan
dikocok kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1- 10 cm yang stabil
selama 10 menit. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, busa tidak hilang.

6. Identifikasi Polifenol
Uji fenolik dilakukan dengan direaksikan sampel dengan larutan FeCl3 1%.
Hasil ditunjukan dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua, biru
kehitaman, atau hijau kehitaman.
BAB IV
HASIL

KANDUNGAN REAKSI PUSTAKA HASIL  


      SIMPLISIA EKSTRAK
Alkaloid sampel + pereaksi Endapat putih Positif Positif
Mayer
Flavonoid sampel + serbuk Mg + Kuning sampe Positif Positif
Hcl 2N dan amil merah
alkohol
Polifenol sampel + FeCl3 1% Hitam kehijauan Positif Positif

Tanin sampel + FeCl3 1% + Hijau kehitaman Positif Positif


gelatin
Saponin sampel + air Berbusa Negatif Positif
Steroid/Terpenoid sampel + Lieberman Hijau hingga biru Negatif Negatif
Bouchardat

Keterangan
Positif : terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder
Negatif: tidak terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder

DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 2007., Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan., Edisi III. Institusi Teknologi Bandung., Bandung
Amin Nirvana., 2017., Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Batang Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus L.) Pada Mencit Jantan Putih Galur Swiss Webster.,
Skripsi., Universitas Al-Ghifari., Bandung
Doma Meysa., 2019., Ekstraksi Minyak Atsari Dari Tanaman Serai Wangi
Dengan Metode Microwave Hydrodistillation., Skripsi., Universitas Sumatera
Utara., Medan
Handy G, dkk., 2015., Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Rendemen Minyak
Sereh Wangi (Cymbopogon Winterianus)., Vol. 14 No. 2 Hal: 57-61.,
Universitas Mulawarman., Samarinda

Anda mungkin juga menyukai