Anda di halaman 1dari 66

“EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH

(Amaranthus tricolor L.) SEBAGAI DIURETIK PADA MENCIT PUTIH


(Mus musculus) JANTAN”

Oleh :

WINDA NURFADILLAH

NIM :1014060

AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH


CIREBON
2017
“EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH
(Amaranthus tricolor L.) SEBAGAI DIURETIK PADA MENCI PUTIH
(Mus musculus) JANTAN”

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh ijazah Diploma III Farmasi

Oleh :

WINDA NURFADILLAH

NIM :1014060

AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH


CIREBON
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Cirebon, Agustus 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Sutjahjo, S.Si., M.Farm., Apt. Siti Pandanwangi TW, S.Si., M.M., Apt.
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan

dihadapanTim Penguji Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Cirebon, Agustus 2017

1. Penguji I

Deni Firmansyah, S.Si., M.Sc., Apt. ( )

2. Penguji II

Sutjahjo, S.Si., M.Farm., Apt. ( )

3. Penguji III

Drs. Affair Masnun, M.Si., M.Sc., Apt. ( )

Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Direktur

(Drs. H. Arsyad Bachtiar, M. Si.)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Winda Nurfadillah

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 12Oktober 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Jalan Pangeran Cakra Buana RT01/RW01

Sumber Cirebon

Pendidikan :

1. SD Negeri 2Sendang : Tahun 2002-2008

2. SMP Negeri 2 Sumber ` : Tahun 2008-2011

3. SMK Farmasi Muhammadiya Cirebon : Tahun 2011-2014

4. Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon : Tahun 2014-2017


EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH
(Amaranthus tricolor L.) SEBAGAI DIURETIK PADA
MENCIT PUTIH (Mus musculus) JANTAN

ABSTRAK

Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk


pengobatan, salah satunya adalah daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Daun
bayam merah secara empirik berkhasiat sebagai diuretik . Diuretik adalah zat- zat
yang dapat memperbanyak pengeluaran air kemih melalui kerja langsung terhadap
ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek diuretik ekstrak etanol daun
bayam merah terhadap mencit putih (Mus musculus) jantan. Simplisia daun bayam
merah diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hewan
uji yang digunakan sebanyak 15 ekor mencit putih (Mus musculus) jantan, yang
dibagi menjadi 3 kelompok ,yaitu kelompok kontrol negatif diberi CMC. Na 0,5%,
kelompok positif diberi furosemid 0,1 mg/ 20 gram BB dan kelompok perlakuan
yang diberi ekstrak etanol daun bayam merah dosis 28 mg/ 20 gram BB, yang
diberikan secara peroral dengan volume pemberian 0,1 ml/ 20 gram BB. Hewan uji
dimasukkan kedalam kandang khusus diuretik, yang sebelumnya diberi air hangat
sebanyak 0,5 ml secara peroral pada awal penyuntikan dan diamkan selama 5 menit.
Dan diukur volume urinnya setiap 30 menit sekali selama 3 jam. Efek diuretik secara
keseluruhan dapat dilihat dari hasil SPSS 16.Data dianalisis dengan uji ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji LSD. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan (p < 0,05) antara kontrol posistif , kontrol negatif dan kontrol perlakuan
ekstrak etanol daun bayam merah.. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
ekstrak etanol daun bayam merah memiliki efek diuretik pada mencit putih (Mus
musculus) jantan.

Kata Kunci : Diuretik, daun bayam merah, ekstrak.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah,

tiada kata yang patut terucap selain puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, diserta dengan usaha, doa dan

kesungguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikanpenyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM

MERAH (Amaranthus tricolor L.) SEBAGAI DIURETIK PADA MENCIT

PUTIH (Mus musculus) JANTAN”.Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini guna

memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan Diploma III Farmasi

di Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon.

Terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Arsyad Bachtiar, M.Si, selaku Direktur Akademi Farmasi

Muhammadiyah Cirebon.

2. Bapak Sutjahjo S.Si., M.Farm., Apt selaku dosen pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan bantuannya dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini, serta atas kesabarannya membimbing penulis.

3. Ibu Siti Pandanwangi TW, S.Si., MM., Apt selaku dosen pembimbing II yang

telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan bantuannya dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini, serta atas kesabarannya membimbing penulis.

i
4. Bapa dan Mamah tercintayang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik

moril maupun material, serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Adik serta keluarga terima kasih atas doa-doanya.

6. Sahabat tercinta (Imeh, opi , risye, rian, ratna dan erlin) yang setia memberikan

bantuan, nasehat dan semangat bagi penulis.

7. Dan teman-teman satu pembimbing (heri, alif, wiki, bayu, rian, ratna dan nurul)

terima kasih sudah membantu dan atas kerjasamanya selama 1 semester ini.

8. Teman-teman mahasiswa Agrarist senasib seperjuangan dan terima kasih teman-

teman mahasiswa angkatan 2014 atas kebersamaan dan kerjasamanya.

9. Semua dosen dan staf TU Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon atas

semua bantuannya.

10. Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan dorongan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya

dalam menjalankan profesinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cirebon, Agustus 2017

Penul

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB I ................................................................ Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .................................... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ............................... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.

E. Ruang Lingkup .................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II ................................................................................................................. 8

A. Klasifikasi Tanaman Bayam Merah ... Error! Bookmark not defined.

B. Simplisia ............................................. Error! Bookmark not defined.

C. Ekstraksi .............................................. Error! Bookmark not defined.

D. Maserasi .............................................. Error! Bookmark not defined.

E. Diuretik................................................ Error! Bookmark not defined.

F. Furosemid ............................................ Error! Bookmark not defined.

G. Mencit ................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB III ............................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Jenis Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.

B. Populasi dan Sampel ........................... Error! Bookmark not defined.

C. Tempat dan Waktu Penelitian ............. Error! Bookmark not defined.

D. Hipotesis ............................................. Error! Bookmark not defined.

E. Variabel Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.

F. Cara Pengumpulan Data ...................... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Pengumpulan Data ................ Error! Bookmark not defined.

H. Alat dan Bahan.................................... Error! Bookmark not defined.

I. Prosedur Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ............................................................................................................. 26

A. Hasil Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ....................................................................................... 31

BAB V............................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Saran.................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel volume urin kumulatif kontrol positif (Na.CMC) ... 26

Tabel 4.2 Tabel volume urin kumulatif kontrol negatif (Furosemid) 27

Tabel 4.3 Tabel volume urin kumulatif perlakuan (ekstrak etanol

daun bayam merah ............................................................................ 28

Tabel 4.4 Tabel rata-rata volume urin................................................ 28

Tabel 4.5 Tabel hasil perhitungan SPSS ............................................ 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) ... ……6

Gambar 2.2 Rumus Bangun Furosemid ......................................... 15

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Volume urin ............................. 29

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Pengenceran dari etanol 96% menjadi 70%

Lampiran 2 Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah

Lampiran 3 Gambar daun bayam merah

Lampiran 4 Gambar simplisia daun bayam merah

Lampiran 5 Hasil uji Makroskopik daun bayam merah (Amaranthus tricolor

L.)

Lampiran 6 Tabel Konversi Perhitungan Dosis

Lampiran 7 Tabel Volume Maksimum Pemberian Larutan Pada Binatang

Lampiran 8 Alur Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kersen

Lampiran 9 Alur Perlakuan Hewan Uji Mencit

Lampiran 10 Gambar Ekstrak etanol daun bayam merah dan rotary

evaporator

Lampiran 11 Gambar hewan percobaan dan Kandang khusus diuretik

Lampiran 12 Tabel uji normalitas

Lampiran 13 Tabel uji homogenitas

Lampiran 14 Tabel uji LSD

Lampiran 15 Potensi diuretik

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah

Brazil.Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia.Akan tetapi,

sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan

masyarakat.Baru sekitar 1200 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan

diteliti sebagai obat tradisional.Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali

ke alam membawa perubahan pada pola pengobatan ke obat-obatan yang terbuat

dari bahan alami. Berdasarkan WHO, sekitar 80% penduduk dunia dalam

perawatan kesehatannya memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari

ekstrak tumbuhan (Jhonhref, 2007).

Obat tradisional memiliki beragam kelebihan yaitu mudah diperoleh,

harga murah, karena dapat ditanam sendiri dan efek samping yang relatif

kecil.Oleh karena itu obat tradisional diharapkan mampu berperan dalam usaha

pencegahan dan pengobatan penyakit berdasarkan bukti-bukti

ilmiah.(Dalimartha, 2009).Salah satu tumbuhan tersebut adalah bayam merah

(Amaranthus tricolor L).

Bayam merah telah dikenal sebagai salah satu sayuran bergizi tinggi

daunnya yang mengandung protein, vitamin A, vitamin C, asam amino, mineral,

fosfor, purin, tannin, flavonoid dan asam oksalat yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh. (Dalimartha, 2009).

Bayam merah memang tak hanya sekedar sayuran, tanaman bernama

dagang bayam ini sudah lama berfungsi sebagai obat. Khasiat bayam merah
secara umum adalah dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan

pencernaan, bayam termasuk sayuran berserat yang dapat digunakan untuk

melancarkan proses buang air besar.Makanan berserat sangat dianjurkan

untuk dikonsumsi oleh penderita kanker usus besar, penderita kencing manis ,

kolesterol, darah tinggi dan menurunnya berat badan. (Rosdiana, 2012).

Tanaman obat yang bersifat diuretik adalah tanaman obat yang salah

satu sifatnya dapat meluruhkan air seni (diuretik).Menjaga kelancaran

pengeluaran air seni atau air kencing adalah tindakan yang benar dan

dianjurkan dalam dunia kesehatan.Sebagian besar air seni merupakan zat

yang tidak berguna sehingga secara otomatis dibuang oleh tubuh. Apabila

pengeluaran air seni terhambat maka akan menimbulkan banyak masalah

didalam tubuh, sebagai contoh akibat pengeluaran air seni yang tidak lancar

adalah edema dan hipertensi (Permadi, 2006).

Penelitian tentang efektivitas ekstrak etanol daun bayam merah

sebagai diuretik telah dilakukan oleh I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani

dan Ketut Agus Adrianta (2016). Pada penelitian tersebut dilakukan

efektivitas diuretik ekstrak etanol daun bayam merah dengan konsentrasi

ekstrak 25% dan 40% diberikan secara per oral dengan volume pemberian 2,5

ml terhadap tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus) dengan

menggunakan suspensi furosemid dosis 0,72mg/ 200g BB. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan pembanding konsentrasi 40% dengan volume

pemberian 2,5 ml/ kg BB pada tikus setara dengan dosis 28 mg/ 20 gram BB

mencit.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis akan melakukan uji

untuk membuktikan bahwa daun bayam merah mempunyai khasiat sebagai

diuretik, sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul

“EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH

(Amaranthus tricolor L.) SEBAGAIDIURETIK PADAMENCIT PUTIH

(Mus musculus) JANTAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dengan

dosis 28mg/ 20gram BB memiliki efek diuretik terhadap mencit putih (Mus

musculus)jantan ?

b. Apakah ada perbedaan efek diuretik ekstrak etanol daun bayam merah

(Amaranthus tricolor L.)dosis 28mg/ 20gram BB dengan furosemid dosis

0,1mg/ 20gram BB pada mencit putih (Mus musculus) jantan ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek diuretik ekstrak etanol daun bayam merah

(Amaranthus tricolor L.) terhadap mencit putih (Mus musculus) jantan.

b. Tujuan Khusus

Untuk membandingkan efek diuretik ekstrak etanol daun bayam

merah (Amaranthus tricolor L.) dosis 28mg/ 20gram BB dengan furosemid

dosis 0,1mg/ 20gram BB.


D. Manfaat Penelitian

a. Untuk Peneliti

Penelitian ini dapat mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun bayam

merah (Amaranthus tricolor L.) sebagai diuretik pada mencit putih (Mus

musculus) jantan.

b. Untuk Institusi Pendidikan

Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam hal penelitian

tentang obat tradisional.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen yang

bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun bayam merah

(Amaranthus tricolor L.) sebagai diuretik pada mecit putih (Mus musculus)

jantan dengan dosis 28mg/ 20gram BB mencit dengan pembanding furosemid

dosis 0,1mg/ 20gram BB. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih (Mus

musculus) jantan dengan berat 20 gram sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 3

kelompok , yaitu 5 mencit untuk kelompok kontrol negatif diberi CMC Na 0,5 %

, 5 mencit untuk kontrol positif diberi suspensi furosemid dan 5 mencit untuk

kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun bayam merah(Amaranthus

tricolor L.). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah volume urine

yang dieksresikan oleh mencit jantan selama 180 menit.Penelitian ini dilakukan

pada bulan November 2016 sampai dengan bulan Juni 2017.Penelitian tersebut

dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmakonosi Akademi Farmasi


Muhammadiyah Cirebon. Dan data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel

dan grafik kemudian dilanjutkan dengan pengujian ANOVA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)

(Anonim, 2016)

A. Klasifikasi Tanaman Bayam Merah

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Caryphyllales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus tricolor L

(Anonim, 2016).
1. Ciri-ciri Botani

Tanaman bayam berasal dari Amerika, mudah tumbuh dan tersebar di

daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri bayam

dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5 – 2.000

meter di atas permukaan laut, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi

tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak

panas.

Habitus : semak, satu tahun, tinggi ± 50 cm. Batang : tegak,massif,

beralur, percabangan monopodial, hijau kemerahan. Daun : tunggal,

berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, panjang 7-24

cm, lebar 4-12 cm, pertulangan menyirip, hijau kemerahan. Bunga: majemuk,

berkelamin dua, diketiak daun, bentuk bongkol, tangkai panjang ±2 cm, hijau

kemerahan, kelopak bentuk corong, benang sari kecil, tangkai putik kuning,

kepala putik bulat, mahkota merah, merah. Buah: batu, merah kecoklatan.

Biji: bulat, kecil, hitam. Akar : tunggang, putih kecoklatan. (Widyanigrum

Herlina, 2011).

2. Nama Daerah

Bayam Merah (Melayu), Jukut Jatinagor (Sunda), Kericak Abang

(Jawa). (Widyanigrum Herlina, 2011).

3. Kandungan Senyawa Kimia

Daun Amaranthus tricolor mengandung saponin dan batangnya

mengandung alkaloida, flavonoida dan polifenol. (Widyanigrum Herlina,

2011).
4. Secara Empiris

Daun bayam merah yang dipakai pada manusia 2 genggam

dicampurkan dengan air sebanyak 1 gelas air, lalu diblender sampai halus dan

diperas/disaring.

B. Simplisia

Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan

ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk. Dalam buku "Materi Medika

Indonesia" ditetapkan definisi bahwa simplisia adalah bahan alami yang

digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan

kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, 2013)

C. Ekstraksi

Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi IV, disebutkan bahwa Ekstak

adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstrakasi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani mengggunakan pelarut yang sesuai,

kemudiaan semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan.

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia

yang di ekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.Senyawa aktif

yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-
beda akan mempengaruhi kelarutan dan stabilitas senyawa-senyawa tersebut

terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti

rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi

tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu

dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus

disamping memperhatikan sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia harus juga

diperhatikan senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia seperti protein,

karbohidrat, lemak dan gula, karena senyawa ini akan mempengaruhi tingkat

kejenuhan pelarut sehingga mempengaruh pula pada proses pelarutan senyawa

aktif. Keajegan kadar senyawa aktif merupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang

diproduksi. Oleh sebab itu setiap ekstak harus distandardisasi.(Anonim, 2000).

D. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel, dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung

zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat

didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-

lain.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air etanol atau

pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya

kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal

penyarian.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi, adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. (Anonim,1986).

E. Diuretik

Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air

dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan

merendahkan tekanan darah jika garam natrium ditahan, air juga akan bertahhan

dan tekanan darah akan meningkat. Banyak diuretik menyebabkan pelepasan

elektrolit-elektrolit lainnya, termasuk kalium, magnesium, klorida dan

bikarbonat.Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan sebagai

diuretik yang tidak menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium disebut

diuretik hemat kalium.Pada dekade diuretik kombinasi telah dipasangkan dan

memiliki kerja campuran antar keduanya.(Champe, dkk, 2001).

Penggolongan Obat Diuretik

1. Penghambat Karbonik Anhidrase

Asetazolamid ialah suatu sulfonamid tanpa aktivitas antibakteri.Efek

utamanya ialah menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel epitel tubulus

proksimal.Namun, penghambat karbonik anhidrase lebih sering digunakan

untuk efek farmakologis lainnya dibandingkan efek diuretiknya, karena obat-


obat ini kurang efektif dibandingkan golongan tiazid atau “loop

diuretic”.(Champe, dkk, 2001).

a) Mekanisme Kerja

Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase yang terletak

didalam sel dan membran apikal apitel tubulus proksimal.Penurunan

kemampuan untuk menukar Na+ untuk H+ dengan adanya asetazolamid

menyebabkan diuresis ringan.Selain itu, HCO3- dipertahankan dalam

lumen yang ditandai dengan peningkatan PH urin.Hilangnya HCO3-

menyebabkan asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan

kemampuan diuresis setelah beberapa hari pengobatan.Perubahan

komposisi elektrolit urin yang disebabkan oleh asetazolamid.(Champe,

dkk, 2001).

b) Farmakokinetik

Asetazolamid diberikan per oral setiap hari.(Champe, dkk, 2001).

2. Loop Diuretik

a) Mekanisme Kerja

Loop diuretik menghambat kontranspor Na+/ K+/ Cl- dari membran

lumen pada pars asendens ansa Henle. Karena itu, reabsobsi Na+, K+ dan

Cl- menurun. Loop diuretik merupakan obat diuretik yang paling efektif,

karena pars asendens bertanggung jawab untuk reabsobsi 25-30% NaCl

yang disaring dan bagian distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi

kenaikan muatan Na+. Diuretik loop menyebabkan penurunan resistensi

vaskular ginjal dan meningkatkan aliran darah ke ginjal. (Champe, dkk,

2001).
b) Farmakokinetik

Diuretik loop diberikan per oral atau parentral. Masa kerja relatif

singkat, 1 sampai 4 jam.(Champe, dkk, 2001).

3. Tiazid dan Obat-obat yang Berhubungan

Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banyak digunakan obat-

obat ini merupakan derivate sulfonamide dan strukturnya berhubungan

dengan penghambatan karbonik anhidrase.Tiazid memiliki aktivitas diuretik

lebih besar daripada asetazolamid, dan obat-obat ini bekerja di ginjal dengan

mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus gistal,

dan semuanya memiliki efek diuretik maksimum yang sama, berbeda hanya

dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa. (Champe, dkk, 2001).

a) Mekanisme Kerja

Derivate tiazid bekerja terutama pada tubulus distal untuk

menurunkan reabsobsi Na+ dengan menghambat kontransporter Na+/Cl-

pada membran lumen.Obat-obat ini memiliki sedikit efek pada tubulus

proksimal.Akibatnya , obat-obat ini meningkatkan konsentrasi Na+ dan Cl-

padacairan tubulus. Keseimbangan asam-basa biasannya tidak

dipengaruhi.Tempat kerja derivate tiazid ialah membrane lumen, obat-obat

ini harus di ekstraksikan ke dalam lumen tubulus untuk menjadi

efektif.Karena itu, dengan menurunnya fungsi ginjal, diuretik tiazid

kehilangan efektivitasnya.(Champe, dkk, 2001).

b) Farmakokinetik

Obat-obat ini efektif per oral. Kebanyakan tiazid, memerlukan

waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil,
dan obat-obat ini menunjukkan waktu paruh biologis yang panjang (40

jam). Semua tiazid disekresi oleh sistem sekresi asam organik

ginjal.(Champe, dkk, 2001).

c) Hidroklorthiazid

Senyawa sulfamoyl diturunkan dari klorthiazid yang dikembangkan

dari sulfonamida.Bekerja dibagian muka tubuli distal, efek diuretisnya

lebih ringan dari diuretika lengkungan tetapi bertahan lebih lama, 6-12

jam.Daya hipotensifnya lebih kuat (pada jangka panjang), maka banyak

digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang.

(Tjaya dan Kirana,2003).

4. Diuretik Hemat Kalium

a) Mekanisme Kerja

Obat-obat ini bekerja di tubulus renalis rektus untuk menghambat

reabsobsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.Diuretik hemat kalium digunakan

terutama bila aldosteron berlebihan.Penggunaan utama obat-obat hemat

kalium ialah untuk pengobatan hipertensi, paling sering dalam kombinasi

dengan tiazid. Adalah sangat penting bahwa pasien yang diobati dengan

diuretik hemat kalium dipantau kadar kaliumnya. Pemberian kalium

tambahan biasanya dihentikan bila diuretik hemat kalium

digunakan.(Champe, dkk, 2001).

b) Amirolida

Derivate pirazin ini bertitik kerja dibagian ujung tubuli distal

dengan menghambat penukaran ion-ion Na dengan ion-ion K dan H.

Hasilnya adalah bertambahnya ekskresi Na + Cl + Karbonat, sedangkan


pengeluaran kalium berkurang. Efek maksimalnya tercapai setelah Ca 6

jam dan bertahan 24 jam. (Tjaya dan Kirana, 2003).

5. Diuretik Osmotik

a) Mekanisme Kerja

Sejumlah zat kimia yang sederhana dan hidrofilik disaring

glomerulus, seperti manitol dan urea, menyebabkan berbagai derajat

diuresis.Hal ini terjadi karena kemampuan zat-zat ini untuk mengangkut

air bersama kadalam cairan tubulus. Bila zat-zat yang disaring berikutnya

mengalami sedikit atau tidak direabsobsi sama sekali, kemudian zat yang

disaring akan menyebabkan peningkatan keluaran urin. Hanya dalam

jumlah kecil dari garam-garam yang ditambahkan dapat juga

diekskresikan.Karena diuretik osmotik digunakan untuk meningkatkan

ekskresi air dari pada ekskresi Na+, maka obat-obat ini berguna untuk

mengobati terjadinya retensi Na+.Obat-obat ini digunakan untuk

memelihara aliran urine dalam keadaan toksik akut setelah menelan zat-zat

beracun yang berpotensi menimbulkan kegagalan ginjal akut.Diuretik

osmotik masih digunakan untuk mengobati pasien dengan peningkatan

tekanan intracranial, atau kegagalan ginjal akut karena syok, keracunan

obat dan trauma. Mempertahankan aliran urine akan mempertahankan

fungsi ginjal dalam jangka waktu lama dan dapat menghindarkan pasien

dari dialisis. (Champe, dkk, 2001).

b) Manitol

Efek diuretisnya pesat tapi singkat, dan berdasarkan sifatnya dapat

melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi ditubuli,


hingga penyerapan kembali air dirintangi secara osmotis.Terutama

digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intra okuler pada

glaucoma dan selama bedah mata, juga untuk meringkankan tekanan

intracranial pada bedah otak. (Tjaya dan Kirana,2003).

F. Furosemid

Turunan sulfonamida ini berdaya diuretis kuat dan bertitik kerja di

lengkungan Henle bagian menaik.Sangat efektif pada keadaan udema diotak dan

paru-paru yang kuat. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-2 jam dan bertahan 4-

6 jam, intervena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya.

Efek sampingnya berupa umum, pada injeksi intravena terlalu cepat, ada

kalanya tetapi jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi.Hipokalemia

reversibel dapat terjadi pula.

Dosis pada udema oral 40-80 mg pagi p.c (setelah makan) jika perlu atau

pada insufisiensi ginjal sampai 250-2000 mg sehari dalam 2-3 dosis.Injeksi

intravena 20-40 mg, pada keadaan kemelut hipertensi sampai 500 mg

penggunaan intramuskular tidak dianjurkan. (Tjaya dan Kirana,2003).


G. Mencit

1. Karakteristik Mencit

Sifat –sifat : mudah marah, penakut, fotofobik, mudah bersembunyi,

berkumpul, aktif pada malam hari, mudah terganggu oleh manusia.

(Syamsudin dan Darmono, 2011)

Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai

model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%.Mencit

banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam

penelitian biologi) karena memiliki keunggulan seperti siklus hidup relatif

pendek, jumlah anak per kelahiran relatif banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi,

mudah ditangani. Mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun tetapi

terdapat perbedaan usia berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan

terhadap lingkungan dan penyakit. (Syamsudin dan Darmono, 2011)

2. Klasifikasi mencit ( Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

(Diana, 2009)
3. Pengenalan Hewan Uji

Hewan coba atau sering disebut dengan hewan laboratorium adalah

hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan penelitian

farmakologi.Hewan laboratorium tersebut digunakan sebagai model untuk

penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.

Syarat hewan yang digunakan untuk penelitian farmakologi adalah :

harus jelas fisiologinya, bebas dari penyakit, didapat dari breeding center

yang baik atau dibiakkan sendirisebelum digunakan hewan harus melalui

tahap aklimatisasi terlebih dahulu. Kadang hewan harus memenuhi syarat:

suhu, kelembaban, cahaya , bunyi, nutrisi dan kebersihan. Pemilihan strain,

jenis kelamin, berat badan dan umur harus tepat. Beberapa jenis hewan dari

yang ukurannya terkecil dan sederhana sampai ukuran yang lebih besar dan

lebih kompleks digunakan untuk keperluan penelitian yaitu : mencit, tikus,

kelinci dan kera. (Syamsudin dan Darmono, 2011)

4. Cara Penanganan

Untuk memegang mencit yang akan diperlukan (baik pemberian obat

maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus

sehingga mempermudah cra perlakuannya. Secara alamiah mencit cenderung

mengigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari

kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh

pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kuli bagian belakang

kepala dan jepit ekornya.(Syamsudin dan Darmono, 2011)

5. Penandaan (Identifikasi) Hewan Laboratorium

Beberapa cara penandaan hewan laboratorium dilakukuan untuk

mengetahui kelompok hewan yang diperlukan berbeda dengan kelompok lain.


Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka

panjang (kronis).Sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang.Yaitu : dengan

ear tag (anting bernomer), tato pada ekor, melubangi daun telinga dan

elektronit transponder. (Syamsudin dan Darmono, 2011).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yaitu dengan

melakukan percobaan pada objek yang akan diteliti dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran tentang efektivitas ekstrak etanol daun bayam merah

(Amaranthus tricolor L.) sebagai diuretik pada mencit putih (Mus musculus)

jantan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak

etanol daun bayam merah yang telah dikeringkan. Daun bayam merah yang

diperoleh dari salah satu Supemaket Kota Cirebon.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Farmakologi

Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon yang dilaksanakan pada bulan

Februari 2017 - Juli 2017.

26
D. Hipotesis

H0 = tidak ada perbedaaan efek diuretik yang signifikan antara kelompok

perlakuan (ekstrak etanol daun bayam merah) (Amaranthus tricolor L.),

kontol negatif (Na.CMC), kontol positif (furosemid).

H1 = ada perbedaaanefek diuretik yang signifikan antara kelompok perlakuan

(ekstrak etanol daun bayam merah) (Amaranthus tricolor L.), kontol

negatif (Na.CMC), kontol positif (furosemid).

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus

tricolor L.) dengan dosis 28 mg/ 20 gram BB.

2. Variabel Terikat : Uji efek diuretik ekstrak etanol daun bayam merah

(Amaranthus tricolor L.).

3. Variabel Terkontrol : Tingkat stress, berat badan, umur dan jenis kelamin.

F. Cara Pengumpulan Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitian efek

diuretik ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) pada

hewan uji mencit (Mus musculus) jantan. Data primer pada penelitian ini

adalah volume urin yang diekskresikan pada mencit menit ke 30 sampai

menit ke 180.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasar hasil studi literatur dari

beberapa sumber sebagai acuan dalam melakukan penelitian.

27
G. Analisis Pengumpulan Data

Data-data hasil penelitian dikumpulkan, diolah, dianalisis dan disajikan

dalam bentuk tabel dan grafik.Kemudian diuji secara statistik dengan

menggunakan uji ANOVA.

H. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Gelas ukur 100 ml (pyrex)., gelas ukur 10 ml (pyrex)., gelas beker

250 ml (pyrex)., corong (pyrex)., labu ukur 5 ml (pyrex)., gelas arloji.,

cawan., penangas air., batang pengaduk., timbangan hewan., vacum rotary

evaporator (IKA RV 10 basic)., pipet ukur 1 ml., spuit injeksi (terumo).,

jarum oral (terumo)., mortir & stemper., timbangan elektrik (Ohaus)., oven

( YNC- OV)., kandang khusus untuk pengamatan uji diuretik., stopwatch.

2. Bahan- bahan yang digunakan

Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)., furosemid

(indofarma)., Na. CMC ., aquadest., etanol 70% (brataco).

I. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Simplisia Daun Bayam Merah

Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)yang segar yang telah

didapat kemudian dipisahkan dari kotoran yang masih menempel pada daun

bayam merah tersebut seperti kerikil atau pasir, dilanjutkan dengan

pencucian dengan air yang mengalir hingga bersih, lalu dikeringkan. Daun

bayam merah yang telah kering kemudian dirajang.

28
2. Ekstraksi

Langkah- langkah yang dilakukan dalam pembuatan ekstrak etanol

daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan cara maserasi adalah :

a. Daun bayam merah yang kering yang telah dirajang, ditimbang

sebanyak 90 gram dan masukkan kedalam bejana.

b. Kemudian dituang dengan 675 ml etanol 70% v/v, ditutup dan

dibiarkan selama 5 hari, aduk, serkai, lalu ampas diperas, cuci ampas

dengan cairan penyari hingga diperoleh seluruh sari sebanyak 900 ml.

c. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung

dari cahaya selama 2 hari.

d. Setelah itu ekstrak etanol cair dituangkan kedalam labu alas bulat rotary

evaporator, pada suhu 45○C dengan kecepatan 70 rpm untuk

memekatkan ekstrak etanol yang terkandung dalam ekstrak etanol cair

menyusut.

e. Ekstrak cair kemudian diuapkan menggunakan penangas air (water

bath) hingga didapat ekstrak kental.

3. Pembuatan Mucilago Na.CMC 0,5%

Timbang 0,5 gram Na.CMC dimasukkan kedalam mortir kemudian

ditambah air hangat 10 ml gerus sampai terbentuk mucilage setelah itu

ditambahkan aquadest ad 100 ml gerus sampai homogen.

4. Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun bayam merah 28% sebanyak 10 ml

10 ml
= 100 ml x 28 = 2,8 gram

Ambil sebanyak 2,8 gram ekstrak etanol daun bayam merah kemudian

encerkan dengan mucilago Na.CMC sampai 10 ml.

29
5. Pembuatan Furosemid 0,1%

Injeksi Furosemid

1 ampul = 2 ml

Tiap ampul mengandung 10mg/ ml furosemid

2 ml x 10 mg = 20 mg/ 2ml
o,o2
% Sediaan = 0,2 x 100% = 1%

Kemudian diencerkan menjadi 20 ml


0,02
% Sediaan = x 100% = 0,1%
20

Encerkan 2 ml furosemid injeksi menjadi 20 ml

6. Penimbangan dan Perhitungan Dosis

a. Ekstrak etanol daun bayam merah 28%

Pembanding konsentrasi dari jurnal

40% dengan volume pemberian 2,5 ml / kg BB pada tikus

Dosis untuk tikus = 1 gram/ kg BB

= 0,2 gram/ 200 gram BB

Konversi dosis dari tikus 200 gram ke mencit 20 gram adalah 0,14

Dosis mencit = dosis tikus x faktor pengali penyesuaian dosis tikus ke

dosis mencit

Dosis untuk mencit = 0,2 gram/ 200 gram BB x 0,14

= 0,028 gram/ 20 gram BB

Bobot mencit = 20 gram


0,028 gram
Volume ekstrak yang diberikan = x 100 ml
28 gram

= 0,1 ml

30
b. Furosemid 0,1%

Dosis tikus = 0,72 mg/ 200 gram BB

Konversi dosis dari tikus 200 gram ke mencit 20 gram adalah 0,14

Dosis mencit = dosis tikus x faktor pengali penyesuaian dosis tikus

ke dosis mencit

Dosis mencit = 0,72 mg/ 200 gram BB x 0,14

= 0,1 mg / 20 gram BB
0,1 mg
Volume furosemid yang diberikan = 100 mg x 100 ml

= 0,1 ml

c. Na CMC 0,5%

Bobot mencit = 20 gram

Volume suspensi Na. CMC yang diberikan pada mencit 20 gram =

volume ekstrak etanol daun bayam merah yang diberikaan = 0,1 ml

7. Perlakuan Hewan Uji Mencit

a. Puasakan mencit sebelumnya selama ± 16 jam tanpa diberi makan, tapi

minum tetap diberikan.

b. Timbang mencit dan kelompokkan menjadi 3 kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol positif, kelompok

kontrol negatif dan kelompok perlakuan.

c. Tiap ekor mencit diberikan air hangat secara oral sebanyak 0,5 ml dan

masukkan ke dalam kandang khusus.

d. Setelah 5 menit, tiap ekor mencit diberikan secara peroral dengan

bahan-bahan sebagai berikut:

31
a) Kelompok kontrol negatif diberi mucilago Na.CMC 0,5% sebanyak

0,1 ml/ 20 gram BB.

b) Kelompok kontrol positif diberi furosemid 0,1% sebanyak 0,1 ml/ 20

gram BB.

c) Kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun bayam merah 28%

0,1 ml/ 20 gram BB.

e. Tempatkan masing-masing dalam kandang khusus diuretik yang telah

dirangkai sebelumnya.

f. Amati dan catat volume urin tiap 30 menit selama 180 menit.

32
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian terhadap Na. CMC, furosemid dan ekstrak

etanol daun bayam merah diperoleh data yang diolah dengan memakai

perhitungan statistik dengan pengujian ANOVA.

Tabel 4.1 Tabel volume urin kumulatif kontrol negatif (Na.CMC 0,5%)

Volume Volume urin tiap 30 menit (ml)


Bobot Total
Mencit yang
mencit volume
ke diberikan
(g) (ml)
/ ml 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’

I 20 0,1 0 0,1 0,1 0 0 0 0,2

II 20 0,1 0,1 0,1 0 0,1 0 0 0,3

III 20 0,1 0 0 0 0 0 0 0

IV 20 0,1 0 0,2 0 0,1 0 0 0,3

V 20 0,1 0 0 0,1 0 0 0 0,1

Rata-rata volume urin 0,02 0,08 0,04 0,04 0 0 0,18

33
Tabel 4.2 Tabel volume urin kumulatif kontrol positif (Furosemid 0,1%)

Volume Volume urin tiap 30 menit (ml)


Bobot Total
Mencit yang
mencit volume
ke diberikan
(g) (ml)
/ ml 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’

I 20 0,1 0,9 0,5 0,2 0 0,1 0 1,7

II 20 0,1 0,4 0,6 0,2 0 0 0,1 1,3

III 20 0,1 0,8 0,2 0,1 0,1 0,1 0 1,3

IV 20 0,1 0,2 0,3 0,3 0,2 0 0,1 1,1

V 20 0,1 0,8 0,4 0,2 0 0,1 0 1,5

Rata-rata volume urin 0,62 0,4 0,2 0,06 0,06 0,04 1,38

34
Tabel 4.3 Tabel volume urin kumulatif perlakuan (ekstrak daun bayam merah 28%)

Volume Volume urin tiap 30 menit (ml)


Bobot Total
Mencit yang
mencit volume
ke diberikan
(g) (ml)
/ ml 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’

I 20 0,1 0,2 0 0 0,2 0,2 0,2 0,8

II 20 0,1 0,2 0,2 0,1 0 0,2 0 0,7

III 20 0,1 0,1 0 0,3 0 0,3 0 0,7

IV 20 0,1 0,2 0,2 0 0 0,4 0 0,8

V 20 0,1 0,2 0,2 0 0,4 0 0,2 1

Rata-rata volume urin 0,18 0,12 0,08 0,12 0,22 0,08 0,8

Tabel 4.4 Rata-rata volume urin

Kelompok Rata-rata volume urin

Kontrol negatif
0,18 ml
(Na. CMC 0,5%)

Kontrol positif
1,38 ml
(furosemid 0,1%)

Perlakuan

(ekstrak etanol daun 0,8 ml

bayam merah 28%)

35
Gambar 4.1 Grafik perbandingan volume urin Na. CMC, furosemid dan ekstrak

etanol daun bayam merah

Tabel 4.5 Tabel hasil Perhitungan SPSS

No Kelompok Nilai sig Kesimpulan

1. Kontrol negatif Kontrol positif ρ < 0,05 Ada perbedaan

(Na. CMC) (furosemid) 0,000 < 0,05 yang signifikan

antara kontrol

negatif (Na.CMC)

dengan kontrol

positif

(furosdemid).

Potensi daya

diuretik kelompok

36
kontrol negatif

12% dan

kelompok kontrol

positif 92%

2. Kontrol negatif Perlakuan ρ < 0,05 Ada perbedaaan

(Na.CMC) (ekstrak etanol 0,000 < 0,05 yang signifikan

daun bayam antara kontrol

merah dosis 28 negatif (Na.CMC)

mg/ 20 gram dengan perlakuan

BB) (ekstrak etanol

daun bayam

merah dosis 28

mg/ 20 gram BB).

Potensi daya

diuretik kelompok

kontrol negatif

12% dan

kelompok kontrol

perlakuan 54%.

3. Kontrol positif Perlakuan ρ < 0,05 Ada perbedaan

(ekstrak etanol 0,000 < 0,05 yang signifikan

daun bayam antara kontrol

merah dosis 28 positif

mg/ 20 gram (furosermid)

37
BB) dengan perlakuan

(ekstrak etanol

daun bayam

merah dosis 28

mg/ 20 gram BB).

Potensi diuretik

kelompok kontrol

perlakuan 54%

dan kelompok

kontrol positif

92%.

B. Pembahasan

Sampel dalam penelitian yang digunakan adalah daun bayam merah yang

diperoleh dari salah satu supermaket Kota Cirebon. Efek diuretik yang

ditimbulkan pada ekstrak disebabklan adanya kandungan flavonoid yang

berperan dalam meningkatkan volume urin. (Adrianta, K. A., & Wardani, I. A.

2016).

Sebelum dibuat dalam bentuk sediaan ekstrak dengan cara maserasi,

daun bayam merah yang sudah dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air

mengalir dengan tujuan untuk menghilangakan kotoran yang menepel pada

daun, lalu tiriskan. Daun bayam merah dikeringkan dengan menggunakan oven

pada suhu 40ᵒC agar kandungan airnya berkurang sehingga tidak mudah

ditumbuhi jamur dan kapang (Maulita Cut Muria, dkk. 2009). Simplisia daun

38
bayam merah yang telah dikeringkan kemudian dirajang dengan tujuan untuk

memperbesar luas permukaan kontak antara daun bayam merah dengan cairan

penyari, sehingga golongan senyawa yang ada dalam daun bayam merah dapat

tersari sempurna (Maulita Cut Muria, dkk. 2009).

Pembuatan ekstrak bayam merah dilakukan menggunakan metode

maserasi dengan cairan penyari etanol 70% selama 5 hari. Maserasi dilakukan

untuk menarik senyawa-senyawa yang berkhasiat, baik yang tahan pemanasan

maupun yang tidak tahan pemanasan. Pemilihan metode maserasi karena

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.

Penggunaan etanol 70% sebagai cairan penyari karena bersifat netral, kapang

dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, absorbsinya

baik, etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, selektif

dalam menghasilkan jumlah senyawa aktif yang optimal, serta panas yang

diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Maulita Cut Muria, dkk. 2009).

Maserasi dilakukan dengan cara merendam 90 gram serbuk simplisia

kedalam 900 ml etanol selama 5 hari sambil sesekali diaduk, tujuan

pengadukan adalah agar dapat terjadi keseimbangan konsentrasi golongan

senyawa aktif yang lebih cepat didalam cairan. Cairan penyari dibagi menjadi 2

bagian, bagian pertama sebanyak 75% kurang lebih 675 ml, bagian kedua

sebanyak 25% kurang lebih 225 ml, dengan tujuan agar golongan senyawa

aktif dapat tertarik secara sempurna dan didapat jumlah maserat sesuai yang

dikehendaki.

Pemekatan dilakukan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45°C

dengan putaran 70 rpm, tujuannya agar golongan senyawa yang ada dalam

39
daun bayam merah agar tidak mudah rusak (Maulita Cut Muria, dkk. 2009).

Dari proses maserasi didapatkan rendemen 18,75 %

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan yang memiliki bobot yang

seragam, tujuannya untuk mengurangi variasi biologis. Mencit berkelamin

jantan memiliki kondisi biologis lebih stabil dibandingkan dengan mencit

betina. Sebelum digunakan dalam penelitian, mencit jantan dipuasakan terlebih

dahulu selama 16 jam agar lambung tidak penuh sehingga penyerapan obat

tidak terganggu.

Mencit yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 ekor yang telah

diberi air hangat sebanyak 0,5 ml, dengan tujuan untuk memperjelas efek

diuretik yang terjadi dan pemberian air hangat juga dapat membuat vasodilatasi

arterior aferen yang melebar meningkat maka tekanan darah kapiler glomerolus

bertambah sehingga laju filtrasi glomerolus (LFG) meningkat (Dhika rovyta

sari, dkk. 2015). Kemudian dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 5 mencit untuk

kontrol negatif yang diberi Na CMC 0,5%, 5 mencit untuk kontrol positif yang

diberi furosemid dengan dosis 0,1 mg/ 20 gram BB dan 5 mencit untuk

perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun bayam merah dengan dosis 28 mg/

20 gram BB. Setelah diberi masing-masing dosis secara peroral, amati volume

urin mencit tiap 30 menit selama 3 jam.

Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kelompok mencit yang

diberi mucilago Na.CMC menghasilkan urin yang sedikit dengan jumlah

volume urin rata-rata yamg dikeluarkan yaitu 0,18 ml. Untuk kelompok mencit

yang diberi furosemid menghasilkan urin lebih banyak dengan jumlah volume

urin rata-rata yang dikeluarkan yaitu 1,38 ml. Sedangkan kelompok mencit

yang diberi ekstrak etanol daun bayam merah menghasilkan urin dengan

40
jumlah volume urin rata-rata yaitu 0,8 ml. Dari hasil pengamatan ini

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bayam merah dosis 28 mg/ 20 gram

BB memiliki efek diuretik dan dari grafik terlihat bahwa kelompok mencit

yang diberi ekstrak etanol daun bayam merah berada diatas grafik kelompok

mencit kontrol negatif (Na.CMC), akan tetapi secara keseluruhan masih

dibawah grafik mencit kontrol positif (furosemid).

Setelah melakukan penelitian terhadap Na. CMC , fursosemid dan

ekstrak etanol daun bayam merah data yang diperoleh diolah menggunakan

metode uji normalitas dan homogenitas. Hasil dari penelitian tersebut,

diperoleh nilai sig lebih dari 0,05 ini menunjukkan bahwa uji normalitas dan

homogenitas memenuihi syarat.

Kemudian data hasil pengamatan yang diperoleh diuji secara statistik

dengan menggunakan ANOVA (Analysis Of Variance) dan dilanjutkan dengan

uji LSD. Pengujian statistik ini bertujuan untuk mengetahui ada perbedaan efek

diuretik yang signifikan atau tidak antara kelompok kontrol negatif, kontrol

positif dan kontrol perlakuan.

Berdasarkan hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95% dan dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan efek diuretik yang signifikan antara ekstrak

etanol daun bayam merah dosis 28 mg/ 20 gram BB, furosemid dosis 0,1 mg/

20gram BB dan mucilago Na. CMC. Hal ini menujukkan bahwa ada perbedaan

efek diuretik antara 3 kelompok perlakuan tersebut.

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol daun bayam merah dengan dosis 28 mg/ 20 gram BB

menunjukkan adanya efek diuretik terhadap mencit putih jantan

2. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA dan dilanjut dengan uji LSD

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efek diuretik yang signifikan

antara ekstrak etanol daun bayam merah dosis 28 mg/ 20 gram BB dengan

furosemid dosis 0,1 mg/ 20 gram BB.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bagian lain

dari tanaman bayam merah yang mungkin memiliki efek diuretik.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pembanding

diuretik dari golongan lain.

42
DAFTAR PUSTAKA

Adrianta, K. A., & Wardani, I. A. (2016). Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Bayam

Merah (Amaranthus Tricolor L) Sebagai Diuretik Pada Tikus Putih Jantan

Galur Wistar (Rattus Novergicus). 1-4.

Anonim. Artikel daun bayam merah dalam

(http://digilib.unila.ac.id/10607/14/BAB%20II.pdf.) diakses 26 Desember

2016 pukul 7.25.

Anonim. (1986). Sediaan Galenik . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonim. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan obat dan makanan.

Anonim. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.

Anonim. (2016). Bayam Merah dalam

(http://m.detik.com/food/read/2011/11/17/092049/1769081/900/bayam-

merah-cegah-rambut-rontok.) diakses 20 Desember 2016 pukul 12.34

Champe, P., & Harvey, R. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya

Medika.

Darmono, & Syamsudin. (2011). Farmakologi Eksperimental . Jakarta: Universitas

Indonesia.

Dhika Rovyta Sari, dkk. (2015). Uji Efek Diuretik Herba ruku-ruku (Ocimum

Tenuiflorum L.) Terhadap tikus wistar jantan.

Kirana, R., & Tjay, T. (2003). Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komutindo.

43
44

Maulita Cut Muria, dkk. (2009). Uji AKtivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap bakteri Staphylococcus aureus

ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Dan Salmonella typhi ATCC

1408. 26-37.

Rumimper, E. A., & Wisnu, J. (2014). Uji Efek Perasan Daun Bayam Merah

(Amaranthus Tricolor) Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Tikus Wistar

(Rattus Norvegicus). Jurnal e-Biomedik (eBM), 1-3.

Safitri, Y. (2016). UJI Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah (Amaranthus

Tricolor L) Terhadap Kadar Gula Darah Padatikus utih Jantan Galur Wistar.

1-13.

Sumita. (2015). Efek Diuretik Etanol Daun Bit ( Beta vulgaris L.) Terhadap Mencit

Putih (Mus musculus) Jantan. Jurnal Akademi Farmasi Muhammadiyah

Cirebon.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: Medpress.


LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Pengenceran dari etanol 96% menjadi 70%

a. Untuk 75 bagian simplisia


75
x 900 ml
100

= 675 𝑚𝑙

V1. NI = V2. N2

X . 96% = 675 . 70%

X . 96% = 47250
47250
X = 96

= 492, 18 ml

Aquadestillata = 675 ml – 492,18ml

= 182, 82 ml

b. Untuk 25 bagian simplisia


25
x 900 ml
100

= 225 𝑚𝑙

V1. NI = V2. N2

X . 96% = 225 . 70%

X . 96% = 15750
15750
X = 96

= 164 ml

Aquadestillata = 225 ml – 164 ml

= 61 ml

Lampiran 2 Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah


𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

16,8758 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥 100%
90 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 18, 75 %
Lampiran 3 Gambar Daun Bayam Merah
Lampiran 4 Gambar Simplisia Daun Bayam Merah
Lampiran 5 Hasil uji Makroskopik daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)

No. Literatur (Widyanigrum Herlina, Hasil pengamatan

2011)

1. Tunggal, berseling, lonjong, ujung

runcing, pangkal meruncing, tepi

rata, panjang 7-24 cm, lebar 4-12

cm, pertulangan menyirip, hijau

kemerahan.
Lampiran 6 Tabel Konversi Perhitungan Dosis

Mencit Tikus Marmot Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia

20 gr 200 gr 400 gr 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit

20 gr 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9

Tikus

200 gr 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,3 17,8 56,0

Marmot

400 gr 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci

1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2

Kucing

2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera

4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

Anjing

12 kg 0,08 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

Manusia

70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0


Lampiran 7 Tabel Volume Maksimum Pemberian Larutan Pada Binatang

Cara Pemberian dan Volume Maksimum


Binatang
i.v i.m i.p s.c p.o

Mencit 0,5 0,05 1,0 0,5 - 1,0 1,0

(20-30 gram)

Tikus 1,0 0,1 2,0 - 5,0 2,0 - 5,0 5,0

(100 gram)

Hamster - 0,1 1,0 - 5,0 2,5 2,5

(50 gram)

Marmut - 0,25 2,0 – 5,0 5,0 10,0

(250 gram)

Merpati 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

(300 gram)

Kelinci 5,0 – 10,0 0,5 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 20,0

(2,5 kg)

Kucing (3 kg) 5,0 – 10,0 1,0 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 50,0

Anjing (5 kg) 10,0 – 20,0 5,0 20,0 – 50,0 5,0 – 10,0 100,0
Lampiran 8 Alur Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kersen

Daun bayam merah yang kering dan telah dirajang, ditimbang

sebanyak 90 gram dan dimasukkan kedalam bejana

Ekstraksi dengan 675 ml etanol 70%, tutup biarkan selama 5 hari

Serkai, peras ampas dan cuci ampas dengan etanol 70% sampai

diperoleh 900 ml

Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan selama 2 hari

Pekatkan ekstrak etanol cair dengan rotary evaporator

Ekstrak cair diuapkan dipenangas air hingga menjadi ekstrak kental


Lampiran 9 Alur Perlakuan Hewan Uji Mencit

Puasakan mencit sebelumnya selama ± 16 jam

tanpa makan, tapi minum tetap diberikan

Tiap ekor diberi air hangat 0,5 ml dan letakkan di

kandang khusus diuretik

Setelah selama 5 menit berikan secara peroral

bahan 3 kelompok tadi.

Kontrol negatif Kontrol positif Perlakuan 0,1ml

diberi 0,1 ml diberi 0,1 ml ekstrak etanol

mucilago Na furosemid 0,1% daun kersen 28%

CMC 0,5%

letakkan kedalam kandang khusus dan catat volume

urine selama 3 jam


Lampiran 10 Gambar ekstrak etanol daun bayam merah dan Rotary evaporator

Gambar ekstrak etanol daun bayam merah

Gambar rotary evaporator


Lampiran 11 Gambar mencit percobaan dan Kandang khusus diuretik

Gambar mencit percobaan

Gambar kandang khusus diuretik


Lampiran 12 Tabel uji normalitas
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=kelompok volume_urin

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kelompok volume_urin

N 15 15

Normal Parametersa Mean 2.0000 .7867

Std. Deviation .84515 .53032

Most Extreme Differences Absolute .215 .154

Positive .215 .154

Negative -.215 -.102

Kolmogorov-Smirnov Z .833 .596

Asymp. Sig. (2-tailed) .492 .869

a. Test distribution is Normal.


Lampiran 13 Tabel uji homogenitas

ONEWAY volume_urin BY kelompok


/STATISTICS HOMOGENEITY

/MISSING ANALYSIS.

Oneway
[DataSet0]

Test of Homogeneity of Variances

volume_urin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.576 2 12 .247

ANOVA

volume_urin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.601 2 1.801 64.310 .000

Within Groups .336 12 .028

Total 3.937 14
Lampiran 14 Tabel uji LSD
ONEWAY volume_urin BY kelompok
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

volume_urin
LSD

95% Confidence Interval


Mean
Difference Std. Lower Upper
(I) kelompok (J) kelompok (I-J) Error Sig. Bound Bound

kontrol_negatif kontrol_positif -1.20000* .10583 .000 -1.4306 -.9694

ektrak_etanol_daun_
-.62000* .10583 .000 -.8506 -.3894
bayam_merah

kontrol_positif kontrol_negatif 1.20000* .10583 .000 .9694 1.4306

ektrak_etanol_daun_
.58000* .10583 .000 .3494 .8106
bayam_merah

ektrak_etanol_daun_ kontrol_negatif .62000* .10583 .000 .3894 .8506


bayam_merah kontrol_positif -.58000* .10583 .000 -.8106 -.3494

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Lampiran 15 Potensi Diuretik
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚
% potensi diuretik kontrol negatif = 𝑥 100 %
0,5

0,06
= 𝑥 100 %
0,5

= 12%

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚


% potensi diuretik kontrol positif = 𝑥 100 %
0,5

0,46
= 𝑥 100 %
0,5

= 92%

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚


% potensi diuretik kontrol perlakuan= 𝑥 100 %
0,5

0,27
= 𝑥 100 %
0,5

= 54%

Anda mungkin juga menyukai