Anda di halaman 1dari 76

KAJIAN ETNOFARMASI TUMBUHAN OBAT PENINGKAT

DAYA TAHAN TUBUH SELAMA PANDEMI COVID-19

DI KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO


PROVINSI GORONTALO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Farmasi

Diajukan Oleh

SRI MULYANI ADIPU


NIM. 754840118032

Kepada

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBINGDAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah

KAJIAN ETNOFARMASI TUMBUHAN OBAT PENINGKAT DAYA


TAHAN TUBUH SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN
MARISA KABUPATEN POHUWATO
PROVINSI GORONTALO

Diajukan Oleh

SRI MULYANI ADIPU


NIM. 754840118032

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Pada tanggal 28 Desember 2020

Pembimbing Utama, Penguji 1,

Fihrina Mohamad, S.Si, M.Si Zulfiayu, S.Si, M.Si, Apt


NIP.19870419 201012 2 007 NIP. 19750808 200012 2004

Pembimbing Pendamping, Penguji 2,

Hartati, S.Farm., M.Farm, Apt Fadli Husain, S.Si., M.Si


NIP.19900809 201801 2 001                                     NIP.19880531 201902 1 001

KTI ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

Direktur Politeknik Kesehatan Gorontalo,

Mohamad Anas Anasiru, SKM, M. Kes

ii
NIP. 19621016 198402 1 001
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah

KAJIAN ETNOFARMASI TUMBUHAN OBAT PENINGKAT DAYA


TAHAN TUBUH SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN
MARISA KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO

Disusun Oleh

SRI MULYANI ADIPU


NIM. 754840118032

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Fihrina Mohamad, S.Si, M.Si Tanggal /Juni/2022


NIP.19870419 201012 2 007

Pembimbing Pendamping

Hartati, S.Farm., M.Farm, Apt Tanggal /Juni/2022


NIP.19900809 201801 2 001

iii
BIODATA

1. Data Umum
a. Nama Lengkap : Sri Mulyani Adipu
b. Tempat/tanggal Lahir : Marisa, 28-09-1998
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Belum Menikah
f. Alamat Lengkap : Desa Buntulia Tengah, Kec.
Buntulia,Kab. Pohuwato
g. Nomor Hp : 0812-4561-1778
h. Alamat Email : srimulyaniadipu98@gmail.com
2. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD Inpres Buntulia Tengah
b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Marisa
c. Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Marisa

Gorontalo, Juni 2022


Penulis

Sri Mulyani Adipu

iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu
Perguruan Tinggi dan sepengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat
orang lain, baik yang dipublikasikan maupun tidak, kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam Karya Tulis Ilmiah dan disebutkan dengan jelas dalam daftar
pustaka.
Bila mana dikemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Gorontalo, Mei 2022


Penulis

SRI MULYANI ADIPU

iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Kajian Etnofarmasi Tumbuhan Obat Peningkat Daya Tahan Tubuh
Selama Pandemi Covid-19 di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo”.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari penyusunan usulan, penelitian dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah tidak lepas dari bimbingan, arahan, masukan serta
motivasi dari Tim Pembimbing. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Fihrina Mohamad, S.Si, M.Si., selaku
Pembimbing Utama dan Hartati, S.Farm, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing
Pendamping.
Penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Mohamad Anas Anasiru, SKM, M,Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Gorontalo.
2. Ibu apt. Zulfiayu,S.Si,M.Si, selaku Ketua Jurusan D III Farmasi Poltekkes
Kemenkes Gorontalo dan Penguji 1 yang telah memberikan masukan dan
saran terhadap Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Fadli Husain, S.Si., M.Si selaku penguji 2 yang telah memberikan
masukan dan saran untuk perbaikan karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Fihrina Mohamad, S.Si., M.Si selaku Pembimbing Utama dan serta
sebagai Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi, arahan
dan bimbingan sehingga dapat tersusunnya Karya Tulis Ilmiah

5. Ibu apt. Hartati, S.Farm, M.Farm, selaku Pembimbing Pendamping yang


selalu memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.

iv

vi
6. Orang tua saya tercinta, Bapak Idris Adipu dan Ibu Rahma Bangga yang
sudah memberikan semangat, perhatian dan doa yang tidak henti-hentinya
kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Kakak-kakak saya tercinta yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan


dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

8. Teman-teman angkatan 2018 dan 2019 yang sudah membantu dalam


menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum


sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini akan penulis terima
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
farmasi.

Gorontalo, Juni 2022

Penulis

vii
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI..........................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
BIODATA PENULIS.............................................................................................iv
PERNYATAAN......................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
ABSTRAK............................................................................................................xiii
ABSTRACT.........................................................................................................xiv
BAB. I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................4
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Tinjauan tentang Etnofarmasi......................................................................5
B. Tinjauan tentang Covid-19...........................................................................9
C. Tinjauan tentang Tanaman Obat Peningkat Daya Tahan Tubuh...............10
D Kerangka Konsep........................................................................................11
BAB. III METODE PENELITIAN.......................................................................12
A. Jenis Penelitian...........................................................................................12
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................12
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif................................................12
D. Populasi dan Sampel..................................................................................12
E. Instrumen Penelitian...................................................................................13

viii
F. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................14

viii
G. Pengolahan dan Analisis Data...................................................................14
H. Etika Penelitian..........................................................................................15
I. Jalannya Penelitian......................................................................................15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................17
A. Gambaran Lokasi Penelitian......................................................................17
B. Karakteristik Informan...............................................................................17
C. Tumbuhan Obat yang digunakan...............................................................20
D. Bagian Tumbuhan yang digunakan Sebagai Peningkat Daya Tahan Tubuh
........................................................................................................................21
E. Cara Pengolahan.........................................................................................22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................26
A. Kesimpulan................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN

xi
Daftar Tabel

Table 1. Keaslian Penelitian


Tabel 2. Kerangka Konsep
Tabel 3. Nilai Informan Consensus Factor (ICF) dari tumbuhan peningkat daya
tahan tubuh
Tabel 4. Nilai Use Value (UV) dari 15 jenis tumbuhan

xi
Daftar Gambar
Gambar 1. Gambaran Lokasi Penelitian
Gambar 2. Karakteristik Informan
Gambar 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia
Gambar 4. Karakteristik Informan Berdasarkan Bidang yang di Kuasai
Gambar 5. Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 6. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan
Gambar 7. Tumbuhan Obat yang Digunakan
Gambar 8. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Peningkat Daya Tahan
Tubuh

xi

xi
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 3. Surat Tugas Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5. Informed Consent
Lampiran 6. Lembar Wawancara
Lampiran 7. Karakteristik Informan
Lampiran 8. Jenis Tumbuhan yang di gunakan oleh masyarakat di Kecamatan
Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo selama Pandemi
Covid-19
Lampiran 9. Logbook Penelitian

xi
xii
ABSTRAK

Politeknik Kesehatan Gorontalo


Prodi D3 Farmasi
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2022
Sri Mulyani Adipu
Kajian Etnofarmasi Tumbuhan Obat Peningkat Daya Tahan Tubuh Selama Pandemi
Covid-19 Di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, Pembimbing
Utama Fihrina Mohamad, S.Si,M.Si, Pembimbing Pendamping Hartati, S.Farm,
M.Farm,Apt.
xi + 34 + 4 Tabel + 8 Gambar + 10 Lampiran
Daftar Pustaka 26 buah (2010-2020)

Etnofarmasi merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat


tradisional yang seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau dikembangkan senyawa
obat baru Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kajian etnofarmasi tumbuhan obat
peningkat daya tahan tubuh selama pandemi Covid-19 di Kecamatan Marisa, Kabupaten
Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan tumbuhan yang diketahui atau
digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.
Analisis data menggunakan metode perhitungan Use Value (UV) dan Informan Consensus Factor
(ICF).
Hasil Penelitian dari Kajian Etnofarmasi Tumbuhan Obat Peningkat Daya Tahan Tubuh
selama Pandemi Coid-19 di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo adalah
terdapat 30 spesies ttumbuhan dapat mengobati 18 jenis penyakit dan diantara 18 jenis penyakit
terdapat 5 jenis penyakit yang diobati oleh penyehat tradisional. Bagian tanaman yang digunakan
adalah semua bagian tumbuhan yang terdiri dari akar, batang, biji, daun, rimpang, umbi. Cara
pengolahanyaitu dengan cara direbus, direndam, diparut, ditumbuk dan dipanaskan. Cara
penggunaan yang digunakan yaitu diminum, dioleskan. Nilai ICF akan bernilai rendah (mendekati
nol) jika informan tidak bertukar informasi tentang penggunaan tumbuhan tersebut dalam
pengobatan tradisional.
Nilai UV pada tumbuhan nilai ICF akan bernilai rendah (mendekati nol) jika informan
tidak bertukar informasi tentang penggunaan tumbuhan tersebut dalam pengobatan tradisional.
Nilai UV pada tumbuhan Allium Cepa memiliki nilai 0,83 pada tanaman bawang merah.
Kesimpulan: Terdapat 15 jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato sebagai penigkat daya tahan tubuh selama pandemi
covid-19, dengan persentase terbesar (27%) adalah Zingiberceae.b). Bagian tumbuhan yang paling
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi
Gorontalo sebagai peningkat daya tahan tubuh yaitu daun dengan persentase (5,33%). Cara
pengolahan tanaman yang paling banyak oleh masyarakat Kecamatan Marisa Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo digunakan yakni direbus dengan jumlah penggunaan 11 orang
informan.

Kata Kunci: Kajian Etnofarmasi, Penyehat Tradisional, Tumbuhan Obat


Peningkat Daya Tahan Tubuh.
xi
ABSTRACT

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ribuan pulau dan dihuni berbagai
etnik suku bangsa dengan masing-masing budayanya yang khas. Setiap etnik
mempunyai kearifan lokal sesuai dengan budaya dan adat istiadat yang
dipegang teguh berdasarkan tradisi turun-temurun dan diwarisi dari
pendahuluannya. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat dan keragaman jenis
tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan Obat Tradisional (OT) terbentuk
melalui suatu proses sosialisasi yang secara turun-temurun dipercaya dan
diyakini kebenarannya. Rahayu (2008) menjelaskan bahwa tingginya harga
obat-obatan dan pakan komersial serta peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsinya mendorong
pemikiran untuk memanfaatkan berbagai tanaman baik sebagai feed
supplement dan atau obat-obatan. Indonesia kaya sekali akan tanaman Obat
Tradisional yang memiliki fungsi positif dan belum dieksplorasi secara optimal
sampai saat ini (Hermin et al, 2016).
Penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa
yang tidak memiliki/jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat,
tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas
kesehatan dan obat modern mudah diperoleh. Obat tradisional mungkin
digunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya obat
modern/sintetis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman.
Hal ini senada dengan hasil penelitian bahwa manfaat tanaman obat keluarga
disamping untuk menambah penghasilan keluarga, juga untuk melestarikan
tradisi, menghemat biaya berobat dan memanfaatkan lahan yang tidak
produktif (Ratnaningsihet al., 2020).

1
2

Menghadapi situasi pandemi seperti ini, maka diperlukan upaya untuk


mengendalikan dan mencegah Covid-19. Salah satu upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ketahanan masyarakat, melalui
peningkatan kesehatan individu. Daya tahan tubuh dapat dijaga dan
ditingkatkan, utamanya melalui kebiasaan hidup sehat antara lain menjaga
kebersihan, asupan nutrisi yang baik, ditambah dengan penggunaan suplemen
kesehatan dan ramuan herbal/obat tradisional (BPOM, 2020). Tanaman lokal
Indonesia yang memiliki potensi sebagai antiviral dalam menghambat Covid-
19, antara lain: jahe merah (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma longa L.),
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb), teh hijau (Camelia sinensis), meniran
(Phyllantus niruri L.), salam (Syzygium polyanthum), jambu biji (Psidium
guajava), cengkeh (Sygizium aromaticum), dan bawang putih (Allium
Sativum) (Dewi & Riyandari, 2020).
Wabah Covid di Indonesia terinfeksi Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus dan data 31 Maret 2020 memperlihatkan kasus yang
terkonfirmasi sejumlah 1.528 kasus dan 1.366 kasus kematian. Tingkat
mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020). Berdasarkan data dari Dinas
Provinsi Gorontalo bahwa hingga tanggal 1 Desember 2020 yang terkonfirmasi
positif berjumlah 3.127 dimana yang sedang dirawat berjumlah 62 pasien, yang
sembuh 2.971 dan yang meninggal berjumlah 93 pasien(Dinas Kesehatan,
2020).
Kecamatan Marisa merupakan salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Pohuwato yang mempunyai kasus covid-19 terbanyak, Kecamatan
Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Seperti yang dilihat dari
situasi covid-19 yang ada di Kecamatan Marisa terdapat jumlah kasus: PP
(pelaku perjalanan total dari bulan Maret sampai bulan Desember 279 orang,
suspek yang terisolasi 80 orang, suspek discarded 2 orang, suspek probable 0,
jadi total suspek 82 orang. Yang kontak erat dalam pemantauan sebanyak 89
orang, discarded 118 orang, total yang kontak erat sebanyak 207 orang,yang
3

terkonfirmasi isolasi mandiri sebanyak 22 orang, dan yang sembuh 5 orang,


totalnya 27 orang. Peningkatan kasus covid-19 ini berlangsung sangat cepat di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato (Statistik Daerah Kecamatan Marisa,
2014).
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah peneltian ini adalah


bagaimana kajian etnofarmasi tumbuhan obat peningkat daya tahan tubuh
selama pandemi covid-19 di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato,
Provinsi Gorontalo?

C. Tujuan Penelitian

1). Tujuan umum


Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kajian etnofarmasi tumbuhan obat peningkat daya tahan tubuh selama
pandemi Covid-19 di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi
Gorontalo
2). Tujuan khusus
a). Menganalisis jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai peningkat daya
tahan tubuh di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato selama
pandemi covid-19.
b). Menganalisis bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai peningkat
daya tahan tubuh di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato,
Gorontalo.
c). Menganalisis cara pengolahan tumbuhan obat sebagai peningkat daya
tahan tubuh di Kecamatan Marisa, Kabuptaen Pohuwato,Gorontalo.
d). Menghitung nilai ICF (Informan Consensus Factor) dan UV (Use Value)
dari tanaman obat yang sebagai peningkat daya tahan tubuh yang
digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Marisa, Kabupaten
Pohuwato, Gorontalo.
5

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitain yang telah dikemukakan, maka penelitian
yang akan dilakukan ini pun memiliki suatu manfaat. Manfaat yang diperoleh
dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti, dapat mengetahui jenis, bagian, dan manfaat tanaman obat
tradisional oleh masyarakat Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato.
2. Bagi Pendidikan, Manfaat didunia pendidikan penelitian ini akan
menghasilkan bahan ajar yang real dengan perlakuan dilapangan. Sehingga
mendapatkan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dan terjadi
pada kehidupan sehari-hari.
3. Bagi masyarakat, hasil dari penelitian dapat dijadikan informasi mengenai
tumbuhan obat pada masyarakat Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato.

E. Keaslian Penelitian

Table 1. Keaslian Penelitian

Tempat dan Waktu


Peneliti Judul Penelitian
Penelitian
Nur Khairiyah Studi Etnofarmasi Tumbuhan di Kabupaten Banggai
Syariful Anam Berkhasiat Obat Pada Suku Laut, Provinsi Sulawesi
Akhmad Khumaidi Banggai di Kabupaten Banggai Tengah
(2016) Laut, Provinsi Sulawesi Tengah

Peneliti sendiri mengambil judul Kajian Etnofarmasi Tumbuhan Obat


Peningkat Daya Tahan Tubuh Pada Masa Pandemi Covid-19, di wilayah
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, yang
membedakan peneliti sebelumnya adalahTempatPenelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Etnofarmasi

5
1. Definisi Etnofarmasi

Etnofarmasi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari


penggunaan obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik dan suku
bangsa tertentu. Etnofarmasi merupakan bagian dari ilmu pengobatan
masyarakat tradisional yang seringkali terbukti secara empiris dan setelah
melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau
dikembangkan senyawa obat baru (Moektiwardoyo, 2014).

2. Sejarah Etnofarmasi

Penggunaan bahan alam untuk obat-obatan telah berlangsung sejak


ribuan tahun yang lalu.Para ahli kesehatan bangsa Mesir kuno pada 2500
tahun sebelum Masehi telah menggunakan tumbuhan obat yang
terdokumentasi dalam Code of Hammurabi. Sejumlah besar resep
penggunaan produk tumbuhan untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-
gejala penyakit dan diagnosisnya tercantum dalam Papyrus Ebers. Ada pula
De Materia Medica yang berisi uraian sekitar 600 jenis tumbuhan yang
digunakan untuk obat dan pengobatan oleh masyarakat etnik Yunani dan
Mediterranian. De Historia Stirpium memuat 400 jenis tumbuhan yang
digunakan oleh bangsa Jerman dan Austria. John Ray (1686-1704) dalam
Historia Plantarum memperkenalkan sebutan spesies bagi tumbuhan yang
digunakan sebagai obat oleh masyarakat.Pada tahun 1895 John W.
Harsberger mulai memperkenalkan istilah etnobotani yang kemudian lebih
mengerucut pada bagian-bagian yang khas, antara lain etnofarmakognosi.
Di Indonesia, pemanfaatan tumbuhan sebagai obat juga telah berlangsung
sejak ribuan tahun yang lalu, namun penggunaannya belum terdokumentasi
dengan baik (Moektiwardoyo, 2014).
Pengetahuan etnofarmasi tidak terlepas dari budaya khas dan
lingkungan etniknya, sehingga tidaklah mengherankan untuk mengatasi

6
6

gangguan penyakit yang sama, etnik yang berbeda menggunakan tumbuhan


yang berbeda pula kelompok etnik tradisional mempunyai ciri dan jatidiri
yang sudah jelas, sehingga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi
masyarakat terhadap sumber daya alam nabati akan berbeda tiap kawasan,
termasuk persepsi dan konsepsi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
(Moektiwardoyo, 2014).

3. Pengetahuan pendukung etnofarmasi

Ditinjau dari pengertian etnofarmasi, bidang ini berkaitan dengan


berbagai ilmu pendukung yang semuanya berdasarkan pengetahuan turun-
temurun suatu etnik tertentu. Karena etnofarmasi tidak hanya mencakup
pengetahuan tradisional saja tetapi juga mencakup pengetahuan penggunaan
obat dan cara pengobatan khas suatu etnik, maka dalam etnofarmasi akan
terkait dengan pengetahuan-pengetahuan pendukung seperti etnobotani,
etnozoologi, etnofarmakologi, etnofarmakognosi, etnofarmasetika, dan
antropologi medik (Moektiwardoyo, 2014).

a. Etnobotani
7

Etnobotani adalah bidang studi yang menganalisis pemakaian


material tumbuhan oleh penduduk asli (indigenous people) bersama
konteks budaya dimana tumbuhan tersebut digunakan.Ditinjau dari asal
katanya, etnobotani berasal dari dua kata yaitu : etno (manusia) dan
botani (pengetahuan tentang tumbuhan). Etnobotani mempelajari
bagaimana manusia yang merupakan bagian dari kebudayaan dan suatu
wilayah menggunakan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar mereka.
Penggunaannya dapat berupa sebagai makanan, obat, bahan bakar,
tempat berlindung, dan dalam banyak budaya digunakan dalam ritual
keagamaan. Menurut Cotton (1996), etnobotani mencakup seluruh
bidang ilmu yang menyangkut hubungan yang menguntungkan antara
tumbuhan dan masyarakat tradisional, bukan hanya penggunaannya
tetapi juga mengenai kesan, pengaturan serta hubungan timbal balik
antara masyarakat dan tumbuhan yang mereka butuhkan. Ditinjau dari
metode pengambilan data, terdapat dua macam cara, yaitu metode
kualitatif dan metode kuantitatif. Pada metode kualitatif dilakukan
wawancara dengan sistem terbuka (open-ended) dan setengah terstruktur
(semistructured). Wawancara terbuka adalah percakapan santai yang
dapat mengungkapkan berbagai hal rinci dari penggunaan tumbuhan dan
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, sejarahnya, bahkan
memungkinkan keterlibatan peneliti dalam aktivitas tradisional.
Wawancara setengah struktur lebih fleksibel dari wawancara terstruktur
dan memfokuskan pada sejumlah daftar topik dan pertanyaan dari hal-hal
yang ingin diketahui oleh peneliti. Untuk metode kuantitatif dilakukan
wawancara terstruktur (structured) dan kuesioner. Wawancara terstruktur
yang formal dilakukan dengan pertanyaan yang telah ditentukan
sebelumnya, jika penduduk setempat mengenal baca tulis maka
wawancara verbal dapat digantikan dengan memberikan kuesioner
(Cotton, 1996).

b. Etnozoologi
8

Etnozoologi fokus terhadap hubungan langsung antara binatang


dengan umat manusia.Etnozoologi didefinisikan sebagai cabang dari
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peran penting binatang
dalam kehidupan dan aspek sosial-budaya dari suatu suku. Aspek yang
paling penting dalam konteks ini terletak pada cara tradisional dari
berbagai jenis pengobatan penyakit dengan menggunakan binatang dan
atau produk dari binatang di komunitas tertentu (Jamir and Lal, 2005).

c. Etnofarmakologi

Ditinjau dari definisi permulaan, etnofarmakologi dapat


didefinisikan sebagai multidisiplin ilmu yang mempelajari komponen
aktif biologi yang digunakan dalam pengobatan
tradisional.Etnofarmakologi didefinisikan pula sebagai studi ilmiah yang
menghubungkan suatu kelompok etnik, kesehatan mereka, dan
bagaimana kebiasaan ini terkait dengan kondisi fisik dan metode dalam
membuat dan menggunakan obat.Banyak obat yang tergabung dalam
Farmakope Internasional berasal dari penelitian etnofarmakologi dan
pengobatan tradisional.Tradisi pengobatan tradisional dapat menawarkan
sebuah pendekatan yang lebih menyeluruh untuk desain obat dan target
dalam analisis ilmiah. Dalam prakteknya, penelitian etnofarmakologi
meliputi wawancara terhadap penyembuh, menginterpretasikan
terminologi tradisional kedalam pendampingan modern, menguji pasien
yang mengkonsumsi herbal penyembuh, dan mengidentifikasi penyakit
dimana herbal penyembuh tersebut digunakan (Saroya, 2011).

B. Tinjauan Tanaman Obat Peningkat Daya Tahan Tubuh

Salah satu bentuk pemanfaatan tumbuhan yang sering dilakukan


masyarakat adalah pemanfaatan tumbuhan sebagai penjaga atau
peningkat daya tahan tubuh. Awal 2020, Kementerian Kesehatan RI
menerbitkan Surat edaran Nomor HK.02.- 02/IV.2243/2020 tentang
9

pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan,


pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. surat edaran itu
ditujukan kepada gubernur, bupati, dan wali kota seluruh Indonesia.
Kementerian Kesehatan menyarankan masyarakat memanfaatkan obat
tradisional berupa jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Pemanfaatan obat tradisional tersebut sebagai upaya memelihara
kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan termasuk pada
masa kedaruratan kesehatan masyarakat atau bencana nasional Covid-
19 (Prihandiwati,dkk, 2021). Manfaat beberapa tanaman herbal sebagai
imunomodulator. Imunomodulator berfungsi membantu tubuh untuk
mengoptimalkan fungsi sistem imun yang merupakan sistem utama yang
berperan dalam pertahanan tubuh (Fujiati,dkk, 2022).
10

C. Tinjauan tentang Covid-19

Sejak kasus pertama di Wuhan China, terjadi peningkatan kasus Covid-


19 di China setiap hari dan semakin bertambah diantara akhir Januari hingga
awal Februari 2020.Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan
provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain
dan seluruh China. Pada tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus
terkonfirmasi Covid-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai
negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka,
Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India,
Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman(Susilo et al., 2020).
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus.9 Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.10 Tingkat
mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara(Susilo et al., 2020).
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160
nm.Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis
coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E,
alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1,
Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle
East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)(Susilo et al., 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus.15 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy
of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (Susilo et al., 2020).
11
12

D. Kerangka Konsep

Survey Pendahuluan

Penentuan Sampel (Penyehat)

Wawancara Pengumpulan Data Analiasis Data


(Pemanfaatan tumbuhan obat
peningkat daya tahan tubuh (Kaji Etnofarmasi)
oleh Masyarakat Kecamatan
Marisa)

Tabel 2. Bagan Kerangka Konsep.


13

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan
tumbuhan yang diketahui atau digunakan oleh penyehat tradisional di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Ian, Syariful,
and Akhmad, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato,


Provinsi Gorontalo dan dilaksanakan pada bulan Januari–April 2022.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Kajian etnofarmasi tentang jumlah penyehat tradisional, jenis tanaman


tradisional dan ramuan tradisional yang dimanfaatkan masyarakat
Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Selama Covid-19 informasi jenis
jenis tanaman obat, ramuan tradisional jumlah hatra tradisional.
b. Tanaman obat adalah tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat
diKecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh di massa pandemi Covid-19.
c. Penyehat Tradisional adalah setiap orang yang melakukan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Empiris yang pengetahuan dan keterampilannya
diperoleh melalui pengalaman turun-temurun atau pendidikan non formal.
D. Populasi dan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Purposive Sampling. Sampel yang dipilih yaitu dengan pertimbangan
tertentu, dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan
14

obat melalui pertimbangan data Puskesmas Paguyaman Pantai dan Kepala


Desa (Khairiyah et al., 2016).

1). Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyehat tradisional di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato.
2). Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
penelitian total purposive sampling.
a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1). Penyehat tradisional merupakan penduduk Kecamatan Marisa
2). Penyehat tradisional yang memiliki ilmu pengobatan tradisional yang
lebih dari 10 tahun.
3). Penyehat tradisional yang pernah mengobati masyarakat
menggunakan obat tradisional dalam bentuk herbal dan atau ramuan.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekklusi pada penelitian ini adalah:
1). Penyehat tradisional sudah pindah
2). Penyehat tradisional sudah mengalami sakit-sakitan
3). Penyehat tradisional hanya tukang urut
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner
dan alat tulis untuk mengisi pertanyaan yang diberikan kepada responden
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data (subyek maupun
sampel penelitian).Teknik pengumpulan data merupakan suatu kewajiban,
karena teknik pengumpulan data ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk
menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian merupakan
15

seperangkat peralatan yang akan digunakan oleh penliti untuk


mengumpulkan data-data penelitian (Kristanto, 2018).

G. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data yang didapat dari hasil wawancara dengan
menggunakan lembar kuisioner, kemudian dilakukan analisis data dengan
menggunakan metode perhitungan Use Value (UV) dan informant concensus
informant (ICF).
1. Use Value(UV)
Nilai penggunaan (UV) menunjukkan kepentingan relatif spesies
tanaman yang dikenal secara lokal dan ditentukan jumlah laporan
penggunaan yang dijelaskan oleh masing-masing informan untuk setiap
spesies.
UV = ∑i U/n
Keterangan:
UV = Use Value = Nilai Penggunaan Suatu Spesies Tumbuhan
U= Jumlah Informan yang Mengetahui/ Memanfaatkan Per Spesies
N = Jumlah Total Responden
2. Informan consensus factor (ICF)
Dihitung untuk setiap kategori penyakit untuk mengidentifikasi
kesepakatan masyarakat mengenai jenis tanaman yang digunakan untuk
mengobati penyakit tertentu penyakit tertentu.
ICF = ( Nur-Nt ) / ( Nur – 1 )
Keterangan:
ICF = Nilai Informan Consensus Factor
Nur = Jumlah informasi penggunaan tumbuhan hewan dan mineral
sebagai obat informan dalam kategori penyakit
Nt = Jumlah spesies (tumbuhan, hewan dan mineral) dalam setiap
kategori penyakit.
H. Etika Penelitian
16

Penelitian ini telah disetujui protokol etiknya oleh komisi etik penelitian
kesehatan, Poltekkes Kemenkes Gorontalo dengan No.
LB.01.01/KEPK/155/2022 Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
menekankan masalah etika yang meliputi:
1). Lembar persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan yang akan diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa
dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2). Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (angket)
yang di isi oleh subjek pada lembar tersebut juga diberi nomor kode
tertentu.
3). Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang akan diberikan oleh subjek dijamin oleh
peneliti.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a). Pengurusan izin penelitian di Kantor Kesbangpol
b). Melakukan pembicaraan terkait dengan yang akan dilakukan penelitian
dengan Puskesmas yang ada di Marisa
c). Berkoordinasi dengan pemangku adat untuk penentuan lokasi hatrra
d). Persiapan instrumen penelitian lembar pertanyaan
2). Tahap pelaksanaan
a). Penentuan Lokasi
b). Wawancara informan
Wawancara terhadap informan dilakukan dengan teknik open-
ended interview, dengan menggunakan media angket kuesioner dan
disertai dokumentasi yang mendukung keabsahan dari wawancara
informan.
17

c). Pengisian kuisioner

Lembar kuesioner digunakan sebagai acuan dalam melakukan


pertanyaan terhadap informan. Dari studi lapangan yang dilakukan,
para informan ditanya tentang tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
obat berdasarkan nama lokal tanaman yang digunakan dan cara
penggunaannya dalam menyembuhkan suatu penyakit.

d). Studi literatur

Data tentang ramuan yang diperoleh dari masyarakat itu


dilakukan kaji ilmiah berdasarkan studi literatur menggunakan mesin
pencarian artikel dan jurnal penelitian yang dipublikasikan pada
beberapa situs dalam studi literatur 5 tahun terakhir yang meliputi
Google, Pubmed, NCBI, Formularium Nasional (FORNAS),
Farmakope Herbal Indonesia (FHI), Formularium Obat Herbal Asli
Indonesia (FOHAI), Formularium Ramuan Obat Tradisional
Indonesia (FROTI), dan lain-lain.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Gambar 1. Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Marisa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten


Pohuwato Provinsi Gorontalo dengan luas wilayah 34,65 Km2 yang
merupakan 0,84% dariluas Kabupaten Pohuwato. Letak geografis antara
0,27° 1,010 lintang utara 121,230 122,440 Bujur Timur dengan iklim 24,4
33,20 C (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato, 2021).
B. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Penyehat Tradisional (Hattra)
Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo berdasarkan
data yang diperoleh dari Puskesmas Marisa Hattra berjumlah 15 orang,
tetapi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan diperoleh
12 orang responden.
1. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
19

Gambar 2. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa responden paling


banyak yaitu perempuan dengan presentasi 58%. Hal ini sesuai dengan
penelitian Rukmini (2018), yang menyatakan bahwa upayah
pengobatan sendiri didominasi lansia perempuan (18,3%).Hal ini
disebabkan jenis kelamin perempuan cenderung lebih peduli terhadap
kondisi lingkungan dan kesehatannya. Perempuan mempunyai
kecenderungan berperilaku baik dibandingkan dengan laki-laki.
Fenomena tersebut menghasilkan perempuan yang lebih peduli
terhadap kondisi lingkungan dan kesehatannya (Sari, dkk, 2020).

2. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Berdasarkan WHO (2013), pengkategorian usia dibagi menjadi


beberapa kategori diantaranya adalah lansia akhir (56-65) tahun dan
manula (65-keatas). Data karakteristik informan berdasarkan kategori
usia dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia


20

Berdasarkan gambar 3, dapat dilihat bahwa kategori informan


dengan usia lansia akhir adalah 50% dan kategori usia manula sebasar
50%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukmini &
Kristiani (2021), menyatakan bahwa kategori lansia banyak melakukan
upaya sendiri dengan obat tradisional untuk mengatasi keluhan
kesehatannya.

3. Karakteristik Informan Berdasarkan Bidang Yang Dikuasai

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh bidang yang dikuasai


oleh 12 informan yakni TU (tukang urut) + Ramuan, BK (Batra
Kebhatinan) + Ramuan dan BG (Batra Gurumi) + Ramuan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2017), keahlian sebagai
tukang urut atau pengobat tradisional didapatkan berdasarkan
pengetahuan turun temurun pada Hattra didapatkan dari seringnya
melihat orang tua memberikan pelayanan, mengumpulkan ramuan, dan
diberikan pengarahan serta pengetahuan tentang pemijatan, mengenali
tumbuhan tumbuhan yang berfungsi ssebagai tanaman obat untuk
diracik sebagai ramuan, selain itu keturunan yang diberikan ilmu juga
dianggap berbakat

4. Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 4. Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan


21

Berdasarkan gambar 4, pekerjaan terbanyak yaitu petani dengan jumlah


persentase 50%. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rukmini (2018) menyatakan bahwa jenis pekerjaan di
Indonesia yaitu nelayan cenderung lebih tinggi dalam pemanfaatan
Yankestrad sebesar (40,5%).Hal ini dikarenakan sebagian besarpenduduk
di Kecamatan Marisa bekerja pada sektor pertanian (Badan Pusat
Statistik, 2018).
5. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

Gambar 5. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan gambar 5, kategori jenjang pendidikan informan dari 12


informan yang memiliki pendidikan terbanyak yakni SD dengan
presenrase 92% dan untuk SMP hanya sebesar 8%. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2018), membuktikan bahwa
melakukan upaya sendiri cenderung lebih tinggi pada pendidikan rendah
(tidak tamat SD/MI atau tidak sekolah).

C. Tumbuhan Obat Yang Digunakan


Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, didapatkan 15 jenis
tumbuhan obat tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan suku.
Data yang diperoleh terkait tumbuhan tersebut sebagai berikut :
22

Gambar 6. Tumbuhan Obat Yang Digunakan


Berdasarkan gambar 6, bahwa jenis tumbuhan yang paling banyak
digunakan adalah dari suku Zingiberceae dengan persentase penggunaan
yaitu 27% yang terdiri atas Curcuma Zanthorrhiza, Zingiber Officinale,
Kaempferia galanga, dan Alpinia galanga. Hal ini dikarenakan
tumbuhan suku tersebut mudah tumbuh, sehingga banyak ditanam oleh
masyarakat di pekarangan rumah dan banyak digunakan dalam aktivitas
keseharian serta mengandung senyawa kimia yang berkhasiat obat
(Irawati,dkk, 2018). Suku Zingiberceae merupakan tanaman yang
mengandung senyawa seperti flavonoid, fenol, steroid/triterpenoid,
dan kurkuminoid memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan adalah
kelompok bahan kimia yang melindungi system biologis terhadap
potensi efek berbahaya dari proses atau reaksi oksidasi. Selain
menangkap senyawa radikal bebas, antioksidan juga bias meningkatkan
efektivitas sel darah putih dalam menjaga system imun sehingga daya
tahan tubuh akan meningkat (Artini, dkk, 2021).
C. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Peningkat Daya
Tahan Tubuh
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 orang informan, bagian
tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh informan sebagai
peningkat daya tahan tubuh selama pandemi Covid-19 di Kecamatan
Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada
23

gambar berikut :

Gambar 7. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan

Berdasarkan gambar 8, diketahui bahwa bagian tumbuhan yang


paling banyak dimanfaatkan sebagai peningkat daya tahan tubuh adalah
daun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nisa,dkk (2019), bahwa daun
merupakan organ tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat
tradisional karena daun umumnya bertekstur lunak mempunyai
kandungan air yang tinggi (70-80%).

D. Cara Pengolahan

Hasil yang didapatkan dari 12 responden Penyehat Tradisional


tentang penggunaan tanaman obat sebagai peningkat daya tahan tubuh
selama masa pandemi Covid-19, paling banyak dilakukan adalah dengan
cara direbus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nisa,dkk (2019), menyatakan bahwa dalam menggunakan tumbuhan obat
untuk mengobati penyakit cara pengolahan paling banyak digunakan
yaitu dengan cara direbus. Merebus merupakan cara pengolahan paling
banyak dimanfaatakan, karena dengan cara direbus kandungan senyawa
aktif yang terdapat didalam tumbuhan lebih mudah larut kedalam air
rebusan, sehingga saat penggunaannya tumbuhan obat akan lebih cepat
diserap tubuh (Nisa,dkk.2019).

E. Nilai Informan Consensus Factor (ICF)


Analisis informant concensus factor (ICF) digunakan untuk
24

menganalisis penggunaan umum dari tumbuhan di Kecamatan Marisa


untuk kategori penelitian. Rentang nila ICF berkisar antara 0-1 dimana
semakin tinggi nilai tanaman tertentu untuk kategori tertentu sangat
besar. Hasil Persentase ICF yang didapatkan dari wawancara terhadap
penyehat tradisional di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dapat
dilihat pada table 3.

Tabel 3. Nilai Informan Consensus Factor (ICF) dari


Tumbuhan Peningkat Daya Tahan Tubuh
Nama
NO Nama Spesies Nur Nt Nilai ICF
Indonesia
Bawang
1 Allium cepa 15 10  0,35
merah
Curcuma
2 Temulawak 15   4  0,78
zanthorrhiza
Zingiber
3 Jahe 15   8  0,5
officinale
Orthosiphon
4 kumis kucing  15  2  0,92
aristatus
Plectranthus
5 Miana  15  4  0,78
scutellarioides
Syzygium
6 Cengkeh  15  3 0,85 
aromaticum
Myristica
7 Pala  15  3  0,85
fragrans
8 Piper betle Sirih  15  2  0,92
Kaempferia
9 Kencur  15  3  0,85
galangal
Alpinia
10 Lengkuas  15  1  1
galangal
Tinospora
11 Brotowali  15  1  1
cordifolia
Citrus
12 jeruk nipis  15  1  1
auranifolia
Psidium
13 jambu biji  15  1  1
guajava
Sida
14 Sidaguri  15  1  1
rhombifolia
Plectranthus
15 daun tebal  15  1  1
amboinicus

Nur : Jumlah informasi penggunaan tumbuhan hewan dan mineral


sebagai obat informan dalam kategori penyakit
Nt : Jumlah spesies (tumbuhan, hewan dan mineral) dalam setiap
kategori penyakit
25

Berdasarkan table 3, Hasil dalam penelitian ini didapatkan tanaman


lengkuas, brotowali, jeruk nipis, jambu biji, sidaguri dan daun tebal
memliki nilai ICF tertinggi atau 1. Hal ini membuktikan bahwa tanam 6
tanaman tersebut dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh
selama masa pandemi Covid-19.
Lengkuas merupakan tanaman obat yang dimanfaatkan dalam
pembuatan jamu tradisional. Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.)
termasuk dalam kelompok atau famila Zingiberaceae yang mudah
ditemukan di Indonesia dan banyak digunakan untuk pengobatan
penyakit jamur kulit sebagai obat gosok (Suaib, et al., 2016). Minyak
atsiri yang terdapat dalam lengkuas dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis jamur pathogen, sehingga lengkuas memiliki manfaat
sebagai anti-jamur dan anti-bakteri.Selain dua manfaat tersebut, lengkuas
juga memiliki manfaat yang tak kalah banyak dari manfaat kunyit dan
jahe, antara lain untuk mengobati diare, mencegah infeksi, mengurangi
risiko tumor dan kanker, meredakan peradangan dan nyeri, meringankan
gejala asma, meredakan batuk, sakit tenggorokan, dan suara serak, serta
membantu mengobati luka bakar (Joseph, 2021).
Daun jambu biji juga mengandung senyawa-senyawa fenolik,
isoflavonoid, kuersetin, seskuiterpenoid, dan kuersetin glikosida
Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa daun jambu biji
memiliki berbagai aktivitas farmakologi, antara lain sebagai analgesik,
antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektif, antikanker,
antihiperglikemik, dan antioksidan. Daun jambu biji dapat melindungi
tubuh dari virus influenza (virus H5N1) (Dewi, dkk, 2020).
F. Nilai Use Value (UV)

Nilai UV menunjukkan kepentingan relatif tanaman yang dikenal


secara lokal dan ditentukan jumlah laporan penggunaan yang dijelaskan
oleh masing- masing informan untuk setiap tanaman (Riadi et al, 2019).
Persentase UV pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.
26

Tabel 4. Nilai Use Value dari 15 tanaman.

Nilai
Nama
NO Nama Spesies ∑ 𝑼𝒊 N Use
Indonesia
Value
Bawang
1 Allium cepa 10 12 0.83
merah
2 Curcuma zanthorrhiza Temulawak 4 12 0.33

3 Zingiber officinale Jahe 2 12 0.16

4 Orthosiphon aristatus kumis kucing 4 12 0.33

Plectranthus
5 Miana 3 12 0.25
scutellarioides

6 Syzygiumaromaticum Cengkeh 3 12 0.25

7 Myristica fragrans Pala 6 12 0.5


8 Piper betle Sirih 3 12 0,25

9 Kaempferia galanga Kencur 3 12 0,25

10 Alpinia galanga Lengkuas 1 12 0.083


11 Tinospora cordifolia Brotowali 1 12 0.083

12 Citrus auranifolia Jeruk nipis 1 12 0.083

13 Psidium guajava Jambu biji 1 12 0.083

14 Sidarhombifolia Sidaguri 1 12 0.083

15 Plectranthus amboinicus Daun tebal 1 12 0.083

Berdasarkan hasil dari tabel 4, dapat dilihat bahwa nilai UV tertinggi


yang digunakan selama masa pandemi untuk membantu meningkatkan
daya tahan tubuh terdapat pada tanaman bawang merah. Tanaman
bawang merah digunakan pada masa pandemi untuk menurunkan
demam, hal ini telah dibuktikan bahwa bawang merah bisa menurunkan
suhu tubuh pada saat demam dalam waktu 15 menit setelah bawang
merah ditempelkan pada salah satu daerah tubuh, yakni telapak kaki,
dada atau punggung sebanyak 3 siung untuk satu orang (Faridah,dkk.
2018). Peran antioksidan pada tanaman bawang merah memiliki
kandungan yang cukup baik karena terdapat senyawa fenol. Dimana
senyawa ini merupakan jenis yang sangat efektif dalam kandungan
27

antioksidan. Selain senyawa fenol, bawang merah juga mengandung


antioksidan yang berupa protein, amin, dan asam-asam organik yang
memiliki manfaat baik untuk mencegah radikal bebas dalam peningkatan
imun dan kesehatan masyarakat (Supriani, 2019).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
a). Terdapat 15 jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato sebagai penigkat daya
tahan tubuh selama pandemi covid-19, dengan persentase terbesar
(27%) adalah Zingiberceae.b).
b). Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo sebagai
peningkat daya tahan tubuh yaitu daun dengan persentase (5,33%).
c). Cara pengolahan tanaman yang paling banyak oleh masyarakat
Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
digunakan yakni direbus dengan jumlah penggunaan 11 orang
informan.
d). Nilai ICF peningkat daya tahan tubuh yang digunakan oleh masya
rakat dalam penilitian ini yakni lengkuas, brotowali, jeruk nipis,
jambu biji, sidaguri dan daun tebal yang memiliki nilai ICF 1.
e). Nilai UV tanaman peningkat daya tahan tubuh adalah bawang
merah, dengan nilai UV terbanyak yaitu 0,83
B. SARAN
Penelitian ini lebih baik dilanjutkan untuk mengetahui keefektifan
pemanfaatan tanaman obat sebagai peningkat daya tahan tubuh selama
pandemi covid-19.

26
DAFTAR PUSTAKA

BPOM, (2020).Pedoman Penggunaan Herbal dan Suplemen Kesehatan dalam


Menghadapi COVID-19 di Indonesia. In Jakarta: BPOM RI (Pertama).
Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany: Principles and Applications.John Wiley &
Sons. Chichester, UK.
Dewi, Y. K., & Riyandari, B. A. (2020).Potensi Tanaman Lokal sebagai Tanaman
Obat dalam Menghambat Penyebaran COVID-19. Jurnal Pharmascience,
7(2): 112–128.
Dianto, I, Anam, S, and Khumaidi, A. 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan
Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili Ledo di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah. Galenika Journal of Pharmacy, 1(2): 85-91.
Hermin, Ibrahim, N, and Nugrahani, A.W. 2016. Kajian Etnofarmasi Etnik
Bungku di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah. Galenika Journal of Pharmacy, 2(2): 76-82.
Hidayat, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta.
Harian, Jurnalasia, 2017. Komoditi Tanaman Obat-Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM).
Jamir, N.S. and P. Lal. (2005). Etnozoological Practices Among Naga
Tribes.Indian Journal of Traditional Knowlegd,4(1): 100-104.
Kesehatan, D. (2020) Gorontalo | Covid-19. Available at:
https://dinkes.gorontaloprov.go.id/covid-19/ (Accessed: 8 December 2020).
Moektiwardoyo, M. (2014). Etnofarmasi. Deepublish, Yogyakarta.
Nurdiani, N. (2014). Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan.
Architecture Department, Faculty of Engineering. Jurnal ComTech, 5(2):
1110-1118.
Khairiyah, N, Anam, S, and Khumaidi, A.2016. Studi Etnofarmasi Tumbuhan
Berkhasiat Obat Pada Suku Banggai di Kabupaten Banggai Laut, Provinisi
Sulawesi Tengah.Galenika Journal of Pharmacy, 2(1): 1-7.
Ratnaningsih, E., Maydianasari, L., Widaryanti, R., & Muflih. (2020). Buku
Petunjuk Teknis Kampung Komplementer. Respati Press.
Riadi, R, Oramahi, H.A and Yusro, F.2019. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh
Suku Dayak Kanayatn Di Desa Mamek Kecamatan Menyuke Kabupaten
Landak. Jurnal Hutan Lestari, 7(2): 905-915.

27
28

Saroya, A.S. (2014). Herbalism, Phytochemistry and Ethnopharmacology.


Science Publisher, Punjab.
Suparni, Ibunda Dan Wulandari, Ari. (2012).Herbal Nusantara 1001 Ramuan
Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Susilo, A. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini
Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures’, jurnal penyakit
dalam indonesia, 7(1), pp. 45–67.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV
Statistik Daerah Kecamatan Marisa, 2014. Data Kecamatan Marisa, Kabupaten
Pohuwato, Gorontalo.
LAMPIRAN 1
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 2

SURAT PERSETUJUAN KOMISI ETIK


LAMPIRAN 3
SURAT TUGAS MELAKSANAKAN PENELITIAN
LAMPIRAN 4
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
LAMPIRAN 5
INFORMED CONSENT
LAMPIRAN 6

Lembar Wawancara
LAMPIRAN 7
Karakteristik Informan

No Informan Umur (Tahun) Bidang Dikuasai JenisKelamin Pekerjaan Pendidikan

1 TU 77 TU + Ramuan L Petani SD

2 HM 73 BK + Ramuan L Petani SMP

3 UA 73 BG + Ramuan L Petani SD

4 DM 59 TU + Ramuan P Petani SD

5 HI 57 TU + Ramuan P IRT SD

6 RW 64 TU + Ramuan L Nelayan SD

7 MK 58 TU + Ramuan P IRT SD

8 AKH 69 BK + Ramuan L Petani SD

9 SS 73 TU + Ramuan P IRT SD

10 HU 67 TU + Ramuan P IRT SD

11 DA 65 TU + Ramuan P IRT SD

12 AB 62 TU + Ramuan L Petani SD
LAMPIRAN 8
Jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo selama
pandemi Covid-19

Bagian
Nama Nama Jenis
NO Nama Spesies Family Yang Cara Pengelolahan Foto
Gorontalo Indonesia Penyakit
Digunakan

Dicuci kunyit, kemudiam


Curcuma Zingiberac direbus dengan air 3 gelas
1 Alawahu kunyit Rimpang diabetes
Domestica eae sampai airnya tersisa 1 gelas
kemudian dicampur garam

Dicuci Daun Jintan,


kemudian direbus dengan 2 Meningkatkan
Plectranthus
2 Daun Tobal daun tebal Lamiaceae Daun gelas air sampai mendidih daya tahan
amboinicus
hingga tinggal 1 gelas tubuh
kemudian disaring
Cuci akar alang-alang
Imperata alang- sampai bersih, lalu potong-
3 Padengo Poaceae Akar muntah darah
cylindrica alang potong, rebus dengan 3 gelas
air sampai tersisa 1 gelas

Dicuci bawang merah 3


Meningkatkan
bawang siung kemudian dirajang
4 Allium Cepa Piala tula Alliaceae Umbi daya tahan
merah kecil lalu ditambahakan
tubuh
minyak kelapa

Dicuci bersih 3 siung


bawang putih kemudian,
direbus dengan 3 gelas air sakit kepala
Allium bawang
5 Pia Alliaceae Umbi lalu tambahkan 2 sendok the yang karena
sativum putih
madu dan 1 sendok makan flu
lemon sampai airnya tersisa
1 gelas
Dicuci bersih temulawak
kemudian dirajang kecil-
Meningkatkan
Curcuma Zingiberac kecil, masukan 3 gelas air
6 Temulawak temulawak Rimpang daya tahan
Zanthorrhiza eae kemudian tunggunhingga
tubuh
mendidih lalu tambhakan
jeruk nipis dan madu

Dicuci daun sambiloto


Andrographis Acanthace kemudian direbus dengan 3
7 Sambilote sambiloto Daun tifus
Paniculata ae gelas air sampai tersisa 1 1/4
gelas

Dicuci jah kemudian direbus


dengan 3 gelas air selama 15
Meningkatkan
Zingiber Zingiberac menit lalu angkata dan
8 Meelito jahe Rimpang daya tahan
Officinale eae saring kemudian, tambahkan
tubuh
1 sendok madu, tunggu
hingga tersisa 1 gelas
Dicuci sereh kemudian
dirajang kecil-kecil dan
Cymbopogon
9 Timbuwale sereh Poaceae Rimpang ditambahkan air 3 gelas hipertensi
Citratus
kemudian direbus hingga
tersisa 1 gelas

dicuci bahan tersebut


kemudian direbus dengan 3
Meningkatkan
Orthosiphon Busungi lo kumis gelas air hingga tersisa 1 1/4
10 Lamiaceae Daun daya tahan
Aristatus tete kucing gelas, lalu campurkan
tubuh
dengan madu dan
tambahkan telur

Dicuci daun miana


kemudian direbus dengan
Meningkatkan
Plectranthus airr 3 gelas sampai airnya
11 Mayana miana Lamiaceae Daun daya tahan
Scutellarioides tersisa tinggal 1 gelas, lalu
tubuh
dicampurkan madu dan
kuning telur
Dicuci beberapa biji Meningkatkan
Syzygium Myristicea
12 Cengkih cengkeh Buah cengkeh kemudian diseduh daya tahan
aromaticum e
dengan air hangat 1 gelas tubuh

Dicuci biji pala kemudian Meningkatkan


Myristica Myristicea
13 Pala Pala Buah dihancurkan dan diseduh daya tahan
fragrans e
dengan air hangat 1 gelas tubuh

Dicuci daun bawang cina


Allium mengobati
bawang kemudian, dihancurkan
14 tuberosum Bawang cina Alliaceae Daun perut
cina kemudian dimasukan
Rottl kembung
kedalam kain bersih
Dicuci daun pegagan
kaki
Centella Mackinlay kemudian, direbus dengan 3
15 Tilangahula kuda/pega Daun nyeri sendi
Asiatica aceae gelas air hingga menjadi 3/4
gan
gelas

Dicuci daun petikan kebo


Euphorbia petikan Euphorbia kemudian, direbus dengan radang usus
16 Tobulotutu Daun
Hirta kebo ceae air 3 gelas hingga menjadi 1 buntu
1/2 gelas

Dicuci daun binahong


Anredera Basellacea
17 Pinahong binahong Daun kemudian direbus dengan air darah rendah
Cordifolia e
2 gelas menjadi 1 gelas
Dicuci daun afrika
Vernonia kemudian, direbus dengan
18 Afrika afrika Asteraceae Daun diabetes
amygdalina air 3 gelas menjadi 1 1/2
gelas

Dicuci daun sirih kemudian, Meningkatka


19 Piper Betle Tembe sirih Piperaceae Daun direbus dengan 3 gelas air n daya tahan
hingga tersisa 1 gelas tubuh

Dicuci daun sirsak kemudian menurunkan


Annona Langelo Annonacea
20 sirsak Daun direbus dengan 3 gelas air kadar asam
muricata Walanda e
hingga tersisa 1/2 gelas urat
Dicuci beberapa potong
kencur lalu tambahkan 2 Meningkatkan
Kaempferia Zingiberac
21 Humopoto kencur Rimpang gelas air dan rebus shingga daya tahan
galanga eae
tersisa 1 gelas dan tubuh
tambahkan madu

Dicuci rimpang lengkuas


kemudian, dirajang kecil- Meningkatkan
Alpinia Zingiberac
22 Lingkoboto lengkuas Rimpang kecil kemudian ditambahkan daya tahan
galanga eae
air 3 gelas air hingga airnya tubuh
tersisa 1 gelas

Dicuci daun salam


Syzygium Myristicea kemudian, direbus dengan
23 Salam salam Daun hiprtensi
polyanthum e 3,5 gelas air hingga tersisa 1
gelas
Dicuci batang brotowali
Meningkatkan
tinospora Menisperm kemudian, direbus dengan 3
24 Taimantulu brotowali Batang daya tahan
cordifolia eceae gelas air sampai airnya
tubuh
tersisa 1 gelas

Dicuci daun kemangi


ocimum kemudian, direbus dengan 3
25 Balakama kemangi Lamiaceae Daun Diare
basilicum gelas air, tunggu hingga air
menyusut menjadi 1 gelas

Dicuci jeruk nipis 1 buah


kemudian ditambahkan jahe
Meningkatkan
Citrus beberpa potong kemudian
26 Limu Cui jeruk nipis Rutaceae Buah daya tahan
auranifolia direbus jahe dengan 3 gelas
tubuh
air dan ditambahkan air
jeruk nipis
Dicuci daun jambu biji
Meningkatkan
Psidium Myristicea kemudian direbus dengan 2
27 Dambu jambu biji Daun daya tahan
Guajava e gelas air hingga tersisa 1
tubuh
gelas

Dicuci daun kejibeling lalu


strobilanthes Acanthace ditambahkan 3 gelas air
28 Keji Beling Keji beling Daun batu ginjal
crispa ae tunggu hingga airnya tersisa
2 1/4 gelas

Dicuci daun meniran


Phyllanthus Phyllantha kemudian ditambahkan 3
29 Duku ana Meniran Daun batu ginjal
Urinaria ceae gelas air tunggu hingga
airnya tersisa 2 1/4 gelas
Dicuci akar sidaguri
kemudian, direbus dengan Meningkatkan
Sida Wa'ato
30 sidaguri malvaceae Akar air 3 gelas sampai airnya daya tahan
rhombifolia potoheto
tersisa 1 1/2 gelas lalu tubuh
tambahkan gula batu
LAMPIRAN 9
LOGBOOK PENELITIAN

No. Tanggal Kegiatan Keterangan


1. 07 April 2022 Melakukan Wawancara
dengan Informan 1 Bapak
TU, di Desa

“Marisa Utara”

2. 07 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 2 Bapak
HM, di Desa

“Marisa Utara”

3. 09 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 3 Bapak
UA, di Desa

“Marisa Utara”

4. 12 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 4 Ibu DM,
di Desa
“Pohuwato Timur”

5. 12 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 5 Ibu HI, di
Desa

“Pohuwato Timur”

6. 12 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 6 Bapak
RW, di Desa

“Pohuwato Timur”
7. 13 April 2022 Melakukan Wawancara
dengan Informan 7 Ibu MK,
di Desa

“Bulangita”

8. 13 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 8 Bapak
AKH, di Desa

“Bulangita”

9. 13 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 9 Ibu SS, di
Desa

“Teratai”
10. 13 April 2022 Melakukan Wawancara
dengan Informan 10 Ibu HU,
di Desa

“Teratai”

11. 13 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 11 Ibu DA,
di Desa

“Palopo”

12. 14 April 2022 Melakukan Wawancara


dengan Informan 12 Bapak
AB, di Desa
“Pohuwato”

Anda mungkin juga menyukai