PRAKTIKUM I
FORMULASI DAN UJI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN
SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR)
Disusun Oleh :
SEMESTER VII
2020
PRAKTIKUM I
A. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70% daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) menjadi sediaan tablet
yang memenuhu uji parameter fisik
B. DASAR TEORI
1. Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr)
a. Sistematika Tanaman
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Compositae
Genus : Gynura
Species : Gynura procumbens (Lour.) Merr (Backer and
Van den Brink Jr, 1965 ).
Nama sinonim : Gynura sarmentosa (BL) DC, Cacalia procumbens
Lour, Cacalia sarmentosa BL (Sudarsono, dkk,
2002).
b. Kegunaan Tanaman
Daun sambung nyawa berguna sebagai pencegah atau pengobatan
beberapa jenis penyakit. Berdasarkan penelitian tanaman sambung
nyawa memang memiliki fungsi pengobatan (efek farmakologi) antara
lain berkhasiat sebagai diuretik, antipiretik, hipotensif, hipoglikomik
(menurunkan kadar gula darah), mencegah dan meluruhkan batu
ginjal dan batu kandung kemih, antihiperlipidemia (menurunkan
kolesterol dan trigiserida), antibakteri, sitostatik (menghambat
pertumbuhan sel kanker) dan mencegah serta memperbaiki kerusakan
sel jaringan ginjal (Winarto dan Tim Karya Sari, 2003)
2. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk
(Anonim, 1979).
3. Tablet
a. Pengertian tablet
Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan sediaan obat dalam bentuk lain karena mudah
dan praktis dalam penggunaannya.1 Dosis lebih akurat, dapat
mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, sediaan lebih stabil, serta
mudah proses produksinya. (Jaimini, dkk. 2013)
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Daun sambung nyawa
segar (Gynura procumbens (Lour.) Merr.), etanol 70%, PVP, starch
1500, magnesium stearat, talk, mikrokristalin selulosa PH 102.
D. FORMULASI DAN PENIMBANGAN
1. Formulasi
Ekstrak daun sambung nyawa 344,8 mg (Zat aktif)
PVP 2% (Pengikat)
Starch 1500 7,5% (Penghancur)
Talkum 1% (Glidan)
Mg. Stearat 0,25% (Lubrikan)
Mikrokristalin selulosa PH 102 ad 500 (Pengisi)
2. Penimbangan
- Bobot per tablet 500 mg
- Dibuat 20 tablet
- Bobot seluruhnya : 500 mg x 20 tab = 10 gram
2
PVP : 100 𝑥 10 gram = 0,2 gram
7,5
Starch 1500 : 100 𝑥 10 gram = 0,75 gram
1
Talcum : 100 𝑥 10 gram = 0,1 gram
0,25
Mg. Stearat : 𝑥 10 gram = 0,025 gram
100
Hasil
Hasil
d. Uji komprebilitas
Granul
- Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul tersebut ke dalam gelas ukur
100 mL dan dicatat volumenya (0)
- Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul dimasukkan ke dalam gelas
ukur 100 mL kemudian dilakukan pengetukan hingga
volumenya konstan. Dicatat volume mampat dari
granul dan dihitung bobot jenis mampatnya (t)
- Persen kompresibilitas dihitung untuk mengetahui
kemampuan granul untuk dicetak
Hasil
Hasil
Hasil
c. Uji keseragaman ukuran tablet
10 Tablet
- Diukur tiap tablet diameter dan tebal tablet
menggunakan jangka sorong
Hasil
Hasil
Hasil
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu formulasi sediaan tablet ekstrak daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) menggunakan metode
granulasi basah yang bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70%
daun sambung nyawa menjadi sediaan tablet yang memenuhu uji parameter
fisik
Obat tradisional merupakan salah satu pengobatan alternatif dalam
penyembuhan suatu penyakit. Tanaman obat yang terdapat di Indonesia
sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan yaitu tanaman daun sambung nyawa (Gynura procumbens
(Lour.) Merr) yang berguna sebagai pengobatan beberapa jenis penyakit.
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman Indonesia yang digunakan secara
luas oleh masyarakat untuk mengobati kanker. Beberapa penelitian
eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa daun sambung nyawa
juga telah banyak diteliti aktivitas biologinya sebagai tanaman yang memiliki
efek kemopreventif. Menurut Meiyanto dan Jenie (2007), flavonoid yang
terkandung dalam daun sambung nyawa dapat menurunkan dosis agen
kemoterapi sehingga mengurangi toksisitas terhadap sel normal.
Penggunaan tanaman daun sambung nyawa yang beredar di
masyarakat saat ini masih berbentuk sediaan tradisional, sehingga
pemakaiannya kurang praktis karena penggunaanya terbatas dalam bentuk-
bentuk sederhana, seperti hasil rebusan, jamu dan seduhan simplisia. Untuk
meningkatkan kepraktisan dan stabilitasnya perlu dikembangkan bentuk
sediaan lain yang lebih baik, salah satunya adalah dengan membuat dalam
bentuk sediaan tablet. Tablet takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis
penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan
(Voigt, 1984).
Pada proses pembuatan tablet digunakan bahan-bahan tambahan atau
eksipien. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet antara
lain bahan pengikat dan bahan penghancur. Bahan pengikat bermanfaat pada
keseragaman, ukuran partikel granul, kekuatan, kompaktibilitas dan kualitas
umum tablet.
Bahan pengikat dalam praktikum ini menggunakan Polivinil Pirolidon
(PVP). PVP sebagai bahan pengikat dengan keuntungan perekat yang baik
dalam larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat
kering (Banker dan Anderson, 1986). Hasil penelitian Agrawal dan Prakasan
(1988) menunjukkan bahwa granul dengan PVP memiliki sifat alir yang baik,
sudut diam minimum dan menghasilkan daya kompaktibilitasnya lebih baik.
Konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat 0,5-5% (Rowe dkk, 2006).
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecah atau
hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan
(Alderborn, 2002). Bahan penghancur yang digunakan dalam pembuatan
tablet ini yaitu starch 1500. Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan
penghancur adalah dengan cara pengembangan (swelling) yaitu apabila
terkena air, tablet akan mengembang sehingga menjadikan tablet mudah
pecah dan hancur. Konsentrasi starch 1500 sebagai bahan penghancur 2%-
10% (Anonim, 2008). Penggunaan starch 1500 yang terlalu banyak
menjadikan tablet semakin rapuh dan waktu hancurnya semakin cepat, hal ini
berkaitan dengan sifat starch 1500 sebagai superdisintegrant.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah metode
granulasi basah. Metode ini paling banyak digunakan dalam produksi tablet,
walaupun melalui proses panjang. Granul dibentuk dengan jalan mengikat
serbuk dengan suatu pengikat yang tergantung kelarutan dan komponen
campuran. Untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada
telapak tangan, bila remuk dengan tekanan sedang maka diteruskan
pengayakan basah untuk mengubah massa lembab menjadi kasar. Dalam hal
ini digunakan pengayak yang berlubang besar agar granul lebih
berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel, dan
meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan pengeringan. Proses
pengeringan dimaksudkan untuk menghilangkan pelarut dan mengurangi
kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Yang memegang peranan
penting adalah ikatan antara partikel. Setelah pengeringan granul diayak
kembali.
Hasil evaluasi kadar lembab granul diperoleh kadar sebesar 2,34%.
Dimana kelembaban granul yang baik adalah 1%-5% (Voight, 1994)
Syarat sudut diam yang baik adalah 300. Hasil evaluasi sudut diam
yaitu sebesar 18,5663o. Evaluasi sudut diam berkaitan dengan sifat kohesif
antar granul. Semakin datar tumpukan granul maka semakin kecil
kemiringannya sehingga granul dapat mengalir dengan kecepatan dan jumlah
yang konstan. Sudut diam yang baik akan menghasilkan sifat alir yang baik
dan sifat alir yang baik akan menghasilkan keseragaman bobot yang baik
Dari hasil evaluasi kecepatan alir sebesar 2,7583 g/s. Berdasarkan data
tersebut granul yang dihasilkan bersifat kohesif, hal ini dapat disebabkan
kelembaban masing-masing pengisi pada saat proses granulasi. Semakin
besar nilai kecepatan alir maka semakin banyak granul yang dapat mengalir
per detiknya. Laju alir granul yang baik adalah antara 4-10 gram/detik
(Carstensen and Chan, 1977).
Kompresibilitas pada formulasi ini yaitu berada pada rentang 5-15%.
Hasil evaluasi kompresibilitas granul menunjukkan bahwa formulasi ini
memiliki kompresibilitas yang sangat baik. Semakin rendah kompresibilitas
granul maka semakin baik. Kompresibilitas menunjukkan kemampuan granul
untuk tetap kompak dengan adanya kompresi.
Evaluasi tablet Organoleptik menunjukkan bahwa tablet yang
diperoleh berwarna hijau, berbau khas dan mempunyai rasa yang pahit.
Pada Keseragaman Bobot.Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet
pada formula ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III.
Keseragaman bobot tablet ini berkaitan dengan sifat alir dan distribusi ukuran
partikel dari ketiga formula. Dari hasil distribusi ukuran partikel formula
menunjukkan nahwa ukuran partikel 637,5 m merupakan ukuran partikel
dengan jumlah granul tertinggi, sedangkan hasil evaluasi rata-rata kecepatan
alir yaitu <4 g/s. Distribusi ukuran partikel yang tersebar merata dan
kecepatan alir mempengaruhi bobot tablet yang dihasilkan.
Pada Keseragaman Ukuran. Hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet
pada formula memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu
diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan kurang dari satu sepertiga (1 1/3)
tebal tablet. Keseragaman ukuran tablet akan berpengaruh terhadap
penampilan dari tablet yang dihasilkan. Keseragaman ukuran tablet
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, dimana dengan jumlah serbuk
halus yang tidak terlalu banyak akan memberikan ukuran tablet yang
seragam.
Kekerasan tablet dapat memberikan pengaruh terhadap waktu hancur
tablet, dimana tablet dengan kekerasan tinggi akan memiliki ikatan yang lebih
kuat dan kepadatan yang lebih tinggi. Kekerasan tablet pada formulasi
sebesar 5,44 kg/cm2. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2
Waktu Hancur tablet pada formulasi sebesar 7 menit 39 detik.
Konsentrasi PVP sebagai pengikat akan mempengaruhi gaya kohesifitas
granul. Apabila konsentrasi yang digunakan terlalu rendah maka akan
menyebabkan tablet mudah patah. Persyaratan waktu hancur untuk tablet
tidak bersalut adalah tidak boleh lebih dari 15 menit. (anonym, 2014)
G. KESIMPULAN
1. Tanaman sambung nyawa memiliki fungsi sebagai pengobatan (efek
farmakologi) antara lain berkhasiat sebagai diuretik, antipiretik,
hipotensif, hipoglikomik (menurunkan kadar gula darah)
2. Sediaan tablet ekstrak daun sambung nyawa memenuhi uji parameter fisik
3. Granul dengan PVP memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum
dan menghasilkan daya kompaktibilitasnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, In: Pharmaceutics : The Science of
Dosage Form Design, Second Ed., 413, 423-424, 431, 437,
United Kingdom,Churchill Livingstone.
Anonim. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka
Backer, A and Van Den Brink, B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes
Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.
Banker G.S. and N.R. Anderson, 1986, Tablet, in: The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig,
J.L.(eds)., 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia, 259, 299, 316
– 329.
Banker, G.S. dan N. R. Anderson, 1994, Tablet, dalam: Teori dan Praktek Farmasi
Industri. L. Lachman, H. A. Lieberman, J. L. Kanig (eds.), jilid
2, edisi 3, terjemahan Suyatmi S., Universitas Indonesia,
Jakarta, 643-731.
Jennie, R. I., & Meiyanto, E., 2007, Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan
Doxorubicin pada sel kanker payudara, Majalah Farmasi
Indonesia, 18(2), 82-87
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., & Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan), 66-68, Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Abstrak: Ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) telah terbukti secara in
vitro berkhasiat sebagai antidiabetes karena mampu menghambat enzim . Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70% daun sambung nyawa menjadi sediaan tablet yang
in vivo. Ekstrak kental daun sambung nyawa diformulasikan
menjadi 3 formula dengan variasi pengisi: kalsium fosfat dibasa (formula I), laktosa (formula II)
dan mikrokristalin selulosa (formula III) dengan metode granulasi basah. Selanjutnya, dilakukan uji
penghambatan , formula yg mempunyai aktivitas teraktif dilakukan uji aktivitas secara in
vitro dan in vivo
rasa pahit dan berbau khas; keseragaman bobot: 510,26; 506,61 dan 508,08 mg; kekerasan tablet: 6,2;
5,6 dan 5,2%; friabilitas: 0,14; 0,13 dan 0,15%; waktu hancur: 6 menit 50 detik, 7 menit 49 detik dan
7 menit 39 detik dan hasil uji aktivitas penghambatan enzim 76,35; 67,13 dan 78,14%.
Pada pengujian ini digunakan akarbose sebagai kontrol positif dengan penghambatan sebesar 88,49%.
enzim . Formula III merupakan sediaan teraktif. Hasil uji in vivo pada hari ke-14 dengan
dosis penggunaan 3x2 tablet per hari dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Kata kunci: ekstrak daun sambung nyawa, formulasi tablet, uji in vitro dan in vivo.
Abstract: Sambung nyawa leaf extract (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) which have in vitro ef-
70% ethanol extract of sambung nyawa leaves into a tablet dosage form that meets the quality pa-
rameters of physical and in vivo tests. Condensed extract of sambung nyawa leaves is formulated
II) and microcrystalline cellulose (Formula III) by wet granulation method. Furthermore, the for-
-
sults of physical evaluation of all formulas: organoleptic is green, bitter taste and distinctive smell;
average weight uniformity: 510.26; 506.61 and 508.08 mg; tablet hardness: 6.2, 5.6 and 5.2%; fri-
ability: 0.14, 0.13 and 0.15%; desintegration time: 6 minutes 50 seconds, 7 minutes and 49 seconds
In this test, acarbose is used as a positive control with % inhibition is 88.49%. It can be conclud-
ed that physical quality tablet of all formulas are within the acceptable standard and is able to in-
th
day after the administration at a dose tablet use 3x2 tablet per day can lower blood glucose levels.
Keywords: sambung nyawa leaves extract, tablet formulation, in vitro and in vivo tests.
Tabel 1. Formula tablet antidiabetes ekstrak daun sambung Tabel 2. Hasil evaluasi organoleptik granul.
nyawa.
Tabel 5. Hasil evaluasi kecepatan alir. Evaluasi tablet. Organoleptik. Hasil evaluasi
organoleptik tablet pada ketiga formula menunjukkan
bahwa tablet yang diperoleh berwarna hijau, berbau
khas dan mempunyai rasa yang pahit. Berdasarkan
hasil evaluasi organoleptik tablet menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara ketiga variasi pengisi
(Tabel 8).
Kompresibilitas. Kompresibilitas ketiga formula Keseragaman Bobot. Hasil evaluasi keseragaman
yaitu berada pada rentang 5-15%. Hasil evaluasi bobot tablet pada ketiga formula memenuhi persyaratan
kompresibilitas granul menunjukkan bahwa ketiga Farmakope Indonesia edisi III. Keseragaman bobot
formula memiliki kompresibilitas yang sangat baik. tablet ini berkaitan dengan sifat alir dan distribusi
Semakin rendah kompresibilitas granul maka semakin ukuran partikel dari ketiga formula. Dari hasil
baik. Kompresibilitas menunjukkan kemampuan distribusi ukuran partikel ketiga formula menunjukkan
granul untuk tetap kompak dengan adanya kompresi.
Semakin rendah kompresibilitas granul, semakin partikel dengan jumlah granul tertinggi, sedangkan
tinggi kerapatan granul setelah mengalami kompresi hasil evaluasi rata-rata kecepatan alir yaitu <4 g/s
sehingga semakin kompak massa granul tersebut. Dari (Tabel 9). Distribusi ukuran partikel yang tersebar
hasil evaluasi kompresibilitas menunjukkan bahwa merata dan kecepatan alir mempengaruhi bobot
perbedaan variasi pengisi tidak mempengaruhi ketiga tablet yang dihasilkan. Berdasarkan hasil evaluasi
formula (Tabel 6). keseragaman bobot, variasi jenis pengisi ketiga
Distribusi Ukuran Partikel. Hasil evaluasi formula tidak menunjukkan perbedaan keseragaman
distribusi ukuran partikel ketiga formula menunjukkan bobot.
Keseragaman U kuran. Hasil eval uasi
partikel dengan jumlah garnul tertinggi. Hal ini keseragaman ukuran tablet pada ketiga formula
menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi
distribusi ukuran partikel yang baik. Semakin III yaitu diameter tablet tidak lebih dari tiga kali
tinggi jumlah granul dengan ukuran partikel besar dan kurang dari satu sepertiga (1 1/3) tebal tablet.
maka semakin baik distribusi ukuran partikelnya Keseragaman ukuran tablet akan berpengaruh
sehingga sifat alir yang dihasilkan semakin baik. terhadap penampilan dari tablet yang dihasilkan.
Kombinasi antara pengisi masing-masing formula Keseragaman ukuran tablet dipengaruhi oleh distribusi
dengan PVP akan membentuk granul yang kompak. ukuran partikel, dimana dengan jumlah serbuk halus
Dari hasil evaluasi distribusi ukuran partikel yang tidak terlalu banyak akan memberikan ukuran
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tablet yang seragam. Dari hasil evaluasi keseragaman
variasi jenis pengisi pada ketiga formula (Tabel 7). ukuran menunjukkan bahwa variasi jenis pengisi
ketiga formula tidak mempengaruhi keseragaman
Tabel 6. Hasil evaluasi kompresibilitas granul. ukuran (Tabel 10).
Tabel 10. Hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet. Tabel 13. Hasil uji aktivitas penghambatan enzim
.