Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

PRAKTIKUM I
FORMULASI DAN UJI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN
SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR)

Disusun Oleh :

Nama : PIPIT FITRIYANI


NIM : E0017088
Kelas : 4B FARMASI

Dosen Pengampu : Oktariani Pramiastuti, M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

SEMESTER VII
2020
PRAKTIKUM I

FORMULASI DAN UJI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN


SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR)

A. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70% daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) menjadi sediaan tablet
yang memenuhu uji parameter fisik

B. DASAR TEORI
1. Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr)
a. Sistematika Tanaman
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Compositae
Genus : Gynura
Species : Gynura procumbens (Lour.) Merr (Backer and
Van den Brink Jr, 1965 ).
Nama sinonim : Gynura sarmentosa (BL) DC, Cacalia procumbens
Lour, Cacalia sarmentosa BL (Sudarsono, dkk,
2002).

b. Kegunaan Tanaman
Daun sambung nyawa berguna sebagai pencegah atau pengobatan
beberapa jenis penyakit. Berdasarkan penelitian tanaman sambung
nyawa memang memiliki fungsi pengobatan (efek farmakologi) antara
lain berkhasiat sebagai diuretik, antipiretik, hipotensif, hipoglikomik
(menurunkan kadar gula darah), mencegah dan meluruhkan batu
ginjal dan batu kandung kemih, antihiperlipidemia (menurunkan
kolesterol dan trigiserida), antibakteri, sitostatik (menghambat
pertumbuhan sel kanker) dan mencegah serta memperbaiki kerusakan
sel jaringan ginjal (Winarto dan Tim Karya Sari, 2003)

2. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk
(Anonim, 1979).

3. Tablet
a. Pengertian tablet
Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan sediaan obat dalam bentuk lain karena mudah
dan praktis dalam penggunaannya.1 Dosis lebih akurat, dapat
mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, sediaan lebih stabil, serta
mudah proses produksinya. (Jaimini, dkk. 2013)

b. Masalah-masalah dalam Pembuatan Tablet:


1) Binding
Binding adalah adalah suatu keadaan yang terjadi karena
permukaan dinding mesin yang kurang licin, granul kurang
kering, die yang kotor, atau bisa juga karena celah antara punch
bawah dan ruang die terlalu besar (Banker dan Anderson, 1994).
2) Picking dan Sticking
Picking dan Sticking terjadi karena penempelan massa pada
permukaan punch (Banker dan Anderson, 1986).
3) Capping dan Laminating
Capping adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan
sebagian atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau bawah
mahkota tablet (crown) dari bagian utamanya. Laminating adalah
pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan berbeda.
Terjadi karena banyaknya udara dalam ruang die sebelum, selama
dan sesudah kompaksasi tablet, tekanan kompaksasi terlalu besar
(Banker dan Anderson, 1994).
4) Pengelupasan dan Penempelan
Adalah istilah untuk menerangkan permukaan bahan dari suatu
tablet yang menempel pada punch dan dipisahkan dari permukaan
tablet. Penempelan berhubungan pula dengan melekatnya bahan
tablet pada dinding die, terjadi pada saat mengeluarkan bahan dari
permukaan punch (Banker dan Anderson, 1994).
5) Mottling
Mottling adalah keadaan dimana distribusi warna tablet tidak
merata, dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada
permukaan yang seragam. Terjadi karena berbedanya warna obat
dengan bahan tambahan atau bila hasil urai obatnya berwarna dan
migrasi zat warna ke permukaan granul selama proses
pengeringan (Banker dan Anderson, 1994).

c. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet


1) Bahan Pengisi (Diluent)
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup membuat
baik, jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa. Pada obat yang
berdosis tinggi bahan pengisi tidak diperlukan (Lachman dkk,
1994)
2) Bahan Pengikat (Binder)
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat bahan obat dengan
bahan penolong lain sehingga diperoleh granul yang baik, yang
akan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah
(Parrott, 1971).

3) Bahan Pelicin (Lubricant)


Bahan pelicin ini bertujuan untuk memicu aliran serbuk atau
granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-
partikel. Beberapa bahan pelicin yang sering digunakan dalam
pembuatan tablet antar lain : talk, magnesium stearat, asam
stearat, garam-garam asam stearat dan kalsium (Banker dan
Anderson, 1986).
4) Bahan Penghancur (Disintegrant)
Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan hancurnya
tablet setelah kontak dengan cairan pencernaan, juga dapat
berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen
fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan
selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang
diharapkan (Banker dan Anderson, 1986)

d. Metode pembuatan tablet


Metode pembuatan tablet berdasarkan cara pembuatannya secara
umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu metode granulasi basah,
metode granulasi kering, dan metode kempa langsung. Metode
pembuatan tablet yang sering digunakan adalah metode kempa
langsung, karena paling efektif dan efisien bagi industri3. Prosesnya
yang sederhana, mudah, peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
lebih sedikit, serta waktu pengerjaannya yang cepat sehingga dapat
meminimalkan biaya produksi. (Chowdary, K.P. 2013). Hal kritis
yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan tablet dengan
metode kempa langsung adalah pemilihan eksipien, diperlukan
eksipien dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik untuk
pembuatan tablet dengan metode kempa langsung. Karena prosesnya
akan sangat dipengaruhi oleh eksipien penyusun tablet yang
digunakan. (Bolhuis,G.2006)

e. Kelebihan dan kekurangan metode granulasi basah menurut (Kulyadi,


dkk. 2017)
Kelebihan Kekurangan
Dapat digunakan untuk bahan zat Tidak dapat digunakan untuk
aktif dan eksipien yang tahan bahan zat aktif yang sensitif
panas dan lembap terhadap panas dan lembap
Meningkatkan kohesifitas dan Memerlukan waktu lebih lama
kompresibilitas serbuk massa karena tahapan prosesnya yang
cetak tablet cukup panjang
Cocok digunakan untuk zat aktif Meningkatkan biaya produksi
dan eksipien dengan sifat aliran
dan kompresibilitas yang buruk
Cocok digunakan untuk sediaan Kemungkinan terjadi kontaminasi
dengan kandungan zat aktif yang atau kontaminasi silang lebih
besar (>100mg) besar di bandingkan dengan
metode kempa langsung

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas beker, gelas ukur,
batang pengaduk, sendok tanduk, kertas perkamen, timbangan, mortar dan
stemper, evaporator, waterbath, hardness tester, dan disintegration tester.

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Daun sambung nyawa
segar (Gynura procumbens (Lour.) Merr.), etanol 70%, PVP, starch
1500, magnesium stearat, talk, mikrokristalin selulosa PH 102.
D. FORMULASI DAN PENIMBANGAN
1. Formulasi
Ekstrak daun sambung nyawa 344,8 mg (Zat aktif)
PVP 2% (Pengikat)
Starch 1500 7,5% (Penghancur)
Talkum 1% (Glidan)
Mg. Stearat 0,25% (Lubrikan)
Mikrokristalin selulosa PH 102 ad 500 (Pengisi)

2. Penimbangan
- Bobot per tablet 500 mg
- Dibuat 20 tablet
- Bobot seluruhnya : 500 mg x 20 tab = 10 gram

Ekstrak kering daun sambung nyawa 344,8 mg x 20 tab = 6,896 gram

2
PVP : 100 𝑥 10 gram = 0,2 gram

7,5
Starch 1500 : 100 𝑥 10 gram = 0,75 gram

1
Talcum : 100 𝑥 10 gram = 0,1 gram

0,25
Mg. Stearat : 𝑥 10 gram = 0,025 gram
100

Mikrokristalin selulosa PH 102 : 10 gram – (6,896+0,2+0,75+0,1+0,025)

: 10 gram – 7,971 = 2,029 gram


E. CARA KERJA
1. Pengelolaan sampel
Sampel
- Daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr) yang sudah dipanen dipisahkan dari kotoran-
kotoran atau bahan-bahan asing
- Kemudian daun dicuci bersih menggunakan air
mengalir
- Daun dipotong kecil-kecil dan dikeringkan

Hasil

2. Cara pembuatan ekstrak


Simplisia
- Simplisia daun sambung nyawa dimasukan kedalam
wadah untuk di maserasi menggunakan pelarut etanol
70%
- kemudian di maserasi selama 5 hari sambil di aduk
sesekali
- Hasil maserasi disaring dengan kain flannel dan filtrate
ditampung
- Filtrate yang dihasilkan kemudian dipekatkan
menggunakan evaporator dan dikentalkan dengan
waterbath hingga diperoleh ekstrak kental
- Kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot ekstrak
kental yang di peroleh
Hasil
3. Cara pembuatan tablet
Bahan
- Semua bahan ditimbang terlebih dahulu
- Diambil Ekstrak daun sambung nyawa kemudian
ditambahkan bahan pengisi (avicel ph 102) dan
tambahkan starch 1500
- Kemudian dilakukan pembasahan untuk mendapatkan
massa granul yang besar dengan penambahan larutan
PVP. Larutan PVP yang digunakan yaitu sebanyak 2 %
- Proses pengayakan massa lembab dilakukan dengan
pengayak nomor mesh 12 kemudian dikeringkan
hingga kadar air granul mencapai 2-5 %.
- Setelah itu diayak menggunakan ayakan nomor 14
mesh lalu dicampurkan dengan talcum dan magnesium
stearate.
- Setelah itu granul dikempa menjadi tablet.
oHasil

4. Uji karakteristik fisik granul


a. Uji kelembapan granul
Granul
- Ditimbang 5 gram granul yang telah dikeringkan dan
kemudian dikeringkan kembali di dalam oven pada
suhu 105oC selama 15 menit.
- Kemudian diukur berat granul yang telah dikeringkan
tersebut dan dihitung kandungan lembabnya
Hasil
b. Laju alir granul
Granul
- Ditimbang 100 gram granul. Kemudian dituangkan
secara perlahan-lahan granul tersebut kedalam corong
yang tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong
- Dibuka tutup corong secara perlahan-lahan dan biarkan
granul mengalir keluar.
- Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan stop
watch sampai semua granul melewati corong (Parrott,
1971)
Hasil

c. Uji sudut diam granul


Granul
- Ditimbang 100 gram granul. Dituang granul tersebut
secara perlahan ke dalam corong melalui dinding
corong
- Dibuka penutup corong dan dibiarkan granul mengalir
hingga membentuk kerucut.
- Diukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut yang
terbentuk

Hasil
d. Uji komprebilitas
Granul
- Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul tersebut ke dalam gelas ukur
100 mL dan dicatat volumenya (0)
- Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul dimasukkan ke dalam gelas
ukur 100 mL kemudian dilakukan pengetukan hingga
volumenya konstan. Dicatat volume mampat dari
granul dan dihitung bobot jenis mampatnya (t)
- Persen kompresibilitas dihitung untuk mengetahui
kemampuan granul untuk dicetak
Hasil

5. Uji fisik tablet


a. Uji organoleptik
Tablet
- Diamati tablet meliputi bentuk, warna, bau dan rasa

Hasil

b. Uji keseragaman bobot tablet


20 Tablet
- Ditimbang satu persatu tablet
- Dihitung bobot rata-rata tablet dan hitung persen
penyimpangan bobot tablet

Hasil
c. Uji keseragaman ukuran tablet
10 Tablet
- Diukur tiap tablet diameter dan tebal tablet
menggunakan jangka sorong

Hasil

d. Uji kekerasan tablet


Tablet
- Tablet diletakkan dengan posisi tegak lurus pada alat
hardness tester
- Selanjutnya alat penekan diputar sampai tablet pecah.
Dibaca skala alat yang menunjukan kekerasan tablet
dalam satuan kg

Hasil

e. Uji Waktu hancur tablet


Tablet
- Tablet diletakkan pada alat waktu hancur
(disintegration tester)
- Keranjang diturun naikkan dalam cairan pencelup
dengan frekuensi 30 kali turun-naik permenit

Hasil
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu formulasi sediaan tablet ekstrak daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) menggunakan metode
granulasi basah yang bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70%
daun sambung nyawa menjadi sediaan tablet yang memenuhu uji parameter
fisik
Obat tradisional merupakan salah satu pengobatan alternatif dalam
penyembuhan suatu penyakit. Tanaman obat yang terdapat di Indonesia
sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan yaitu tanaman daun sambung nyawa (Gynura procumbens
(Lour.) Merr) yang berguna sebagai pengobatan beberapa jenis penyakit.
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman Indonesia yang digunakan secara
luas oleh masyarakat untuk mengobati kanker. Beberapa penelitian
eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa daun sambung nyawa
juga telah banyak diteliti aktivitas biologinya sebagai tanaman yang memiliki
efek kemopreventif. Menurut Meiyanto dan Jenie (2007), flavonoid yang
terkandung dalam daun sambung nyawa dapat menurunkan dosis agen
kemoterapi sehingga mengurangi toksisitas terhadap sel normal.
Penggunaan tanaman daun sambung nyawa yang beredar di
masyarakat saat ini masih berbentuk sediaan tradisional, sehingga
pemakaiannya kurang praktis karena penggunaanya terbatas dalam bentuk-
bentuk sederhana, seperti hasil rebusan, jamu dan seduhan simplisia. Untuk
meningkatkan kepraktisan dan stabilitasnya perlu dikembangkan bentuk
sediaan lain yang lebih baik, salah satunya adalah dengan membuat dalam
bentuk sediaan tablet. Tablet takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis
penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan
(Voigt, 1984).
Pada proses pembuatan tablet digunakan bahan-bahan tambahan atau
eksipien. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet antara
lain bahan pengikat dan bahan penghancur. Bahan pengikat bermanfaat pada
keseragaman, ukuran partikel granul, kekuatan, kompaktibilitas dan kualitas
umum tablet.
Bahan pengikat dalam praktikum ini menggunakan Polivinil Pirolidon
(PVP). PVP sebagai bahan pengikat dengan keuntungan perekat yang baik
dalam larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat
kering (Banker dan Anderson, 1986). Hasil penelitian Agrawal dan Prakasan
(1988) menunjukkan bahwa granul dengan PVP memiliki sifat alir yang baik,
sudut diam minimum dan menghasilkan daya kompaktibilitasnya lebih baik.
Konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat 0,5-5% (Rowe dkk, 2006).
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecah atau
hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan
(Alderborn, 2002). Bahan penghancur yang digunakan dalam pembuatan
tablet ini yaitu starch 1500. Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan
penghancur adalah dengan cara pengembangan (swelling) yaitu apabila
terkena air, tablet akan mengembang sehingga menjadikan tablet mudah
pecah dan hancur. Konsentrasi starch 1500 sebagai bahan penghancur 2%-
10% (Anonim, 2008). Penggunaan starch 1500 yang terlalu banyak
menjadikan tablet semakin rapuh dan waktu hancurnya semakin cepat, hal ini
berkaitan dengan sifat starch 1500 sebagai superdisintegrant.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah metode
granulasi basah. Metode ini paling banyak digunakan dalam produksi tablet,
walaupun melalui proses panjang. Granul dibentuk dengan jalan mengikat
serbuk dengan suatu pengikat yang tergantung kelarutan dan komponen
campuran. Untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada
telapak tangan, bila remuk dengan tekanan sedang maka diteruskan
pengayakan basah untuk mengubah massa lembab menjadi kasar. Dalam hal
ini digunakan pengayak yang berlubang besar agar granul lebih
berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel, dan
meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan pengeringan. Proses
pengeringan dimaksudkan untuk menghilangkan pelarut dan mengurangi
kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Yang memegang peranan
penting adalah ikatan antara partikel. Setelah pengeringan granul diayak
kembali.
Hasil evaluasi kadar lembab granul diperoleh kadar sebesar 2,34%.
Dimana kelembaban granul yang baik adalah 1%-5% (Voight, 1994)
Syarat sudut diam yang baik adalah 300. Hasil evaluasi sudut diam
yaitu sebesar 18,5663o. Evaluasi sudut diam berkaitan dengan sifat kohesif
antar granul. Semakin datar tumpukan granul maka semakin kecil
kemiringannya sehingga granul dapat mengalir dengan kecepatan dan jumlah
yang konstan. Sudut diam yang baik akan menghasilkan sifat alir yang baik
dan sifat alir yang baik akan menghasilkan keseragaman bobot yang baik
Dari hasil evaluasi kecepatan alir sebesar 2,7583 g/s. Berdasarkan data
tersebut granul yang dihasilkan bersifat kohesif, hal ini dapat disebabkan
kelembaban masing-masing pengisi pada saat proses granulasi. Semakin
besar nilai kecepatan alir maka semakin banyak granul yang dapat mengalir
per detiknya. Laju alir granul yang baik adalah antara 4-10 gram/detik
(Carstensen and Chan, 1977).
Kompresibilitas pada formulasi ini yaitu berada pada rentang 5-15%.
Hasil evaluasi kompresibilitas granul menunjukkan bahwa formulasi ini
memiliki kompresibilitas yang sangat baik. Semakin rendah kompresibilitas
granul maka semakin baik. Kompresibilitas menunjukkan kemampuan granul
untuk tetap kompak dengan adanya kompresi.
Evaluasi tablet Organoleptik menunjukkan bahwa tablet yang
diperoleh berwarna hijau, berbau khas dan mempunyai rasa yang pahit.
Pada Keseragaman Bobot.Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet
pada formula ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III.
Keseragaman bobot tablet ini berkaitan dengan sifat alir dan distribusi ukuran
partikel dari ketiga formula. Dari hasil distribusi ukuran partikel formula
menunjukkan nahwa ukuran partikel 637,5 m merupakan ukuran partikel
dengan jumlah granul tertinggi, sedangkan hasil evaluasi rata-rata kecepatan
alir yaitu <4 g/s. Distribusi ukuran partikel yang tersebar merata dan
kecepatan alir mempengaruhi bobot tablet yang dihasilkan.
Pada Keseragaman Ukuran. Hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet
pada formula memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu
diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan kurang dari satu sepertiga (1 1/3)
tebal tablet. Keseragaman ukuran tablet akan berpengaruh terhadap
penampilan dari tablet yang dihasilkan. Keseragaman ukuran tablet
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, dimana dengan jumlah serbuk
halus yang tidak terlalu banyak akan memberikan ukuran tablet yang
seragam.
Kekerasan tablet dapat memberikan pengaruh terhadap waktu hancur
tablet, dimana tablet dengan kekerasan tinggi akan memiliki ikatan yang lebih
kuat dan kepadatan yang lebih tinggi. Kekerasan tablet pada formulasi
sebesar 5,44 kg/cm2. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2
Waktu Hancur tablet pada formulasi sebesar 7 menit 39 detik.
Konsentrasi PVP sebagai pengikat akan mempengaruhi gaya kohesifitas
granul. Apabila konsentrasi yang digunakan terlalu rendah maka akan
menyebabkan tablet mudah patah. Persyaratan waktu hancur untuk tablet
tidak bersalut adalah tidak boleh lebih dari 15 menit. (anonym, 2014)
G. KESIMPULAN
1. Tanaman sambung nyawa memiliki fungsi sebagai pengobatan (efek
farmakologi) antara lain berkhasiat sebagai diuretik, antipiretik,
hipotensif, hipoglikomik (menurunkan kadar gula darah)
2. Sediaan tablet ekstrak daun sambung nyawa memenuhi uji parameter fisik
3. Granul dengan PVP memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum
dan menghasilkan daya kompaktibilitasnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, Y. K., Prakasam, K., 1988, Effect Of Binders On Sulfamethoxazole


Tablets, Journal Pharmaceutical Sciences, 885-888.

Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, In: Pharmaceutics : The Science of
Dosage Form Design, Second Ed., 413, 423-424, 431, 437,
United Kingdom,Churchill Livingstone.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, 591, Departemen


KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.

Anonim. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka

Backer, A and Van Den Brink, B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes
Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.

Banker G.S. and N.R. Anderson, 1986, Tablet, in: The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig,
J.L.(eds)., 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia, 259, 299, 316
– 329.

Banker, G.S. dan N. R. Anderson, 1994, Tablet, dalam: Teori dan Praktek Farmasi
Industri. L. Lachman, H. A. Lieberman, J. L. Kanig (eds.), jilid
2, edisi 3, terjemahan Suyatmi S., Universitas Indonesia,
Jakarta, 643-731.

Bolhuis, G. K., and Armstrong, N. A. Excipients for direct compaction - an


update. Pharmaceutical development and technology; 2006,
11(1): pp.111-124.

Chowdary, K.P.R., and Ramya K. Recent research on co-processed excipient for


direct compression – a riview. International Journal of
Comprehensive Pharmacy; 2013, 4(2): pp. 1-5.
Jaimini, Manish and Saurabh Rawat. A Review on Immediate Release Drug
Delivery System. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences; 2013, 4(2): pp.1-10.

Jennie, R. I., & Meiyanto, E., 2007, Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan
Doxorubicin pada sel kanker payudara, Majalah Farmasi
Indonesia, 18(2), 82-87

Kulyadi, Girish pai., Divya Dhatri., Vamshi Krishna Tippavajhala. A review on


Manufacturing of Tablets by Using Various Granulation
Techniques. Journal of Global PharmaTechnology; 2017, 10(9):
pp. 05-10.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd


ed., Burgess Publishing Company, Minneapolis, 17-19, 73-80.

Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed,


ThePharmaceutical Press, London.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., & Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan), 66-68, Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani


Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338

Winarto, W.P. dan Tim Karyasari. (2004). Tempuyung Tanaman Penghancur


Batu Ginjal. Jakarta: Agromedia. Hal. 7, 10.
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2016, hlm. 240-245 Vol. 14, No. 2
ISSN 1693-1831

Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Sambung Nyawa (Gynurae


procumbens (Lour).Merr) sebagai Kandidat Antidiabetes

(Tablet Formulations from Extract of Sambung Nyawa Leaf


(Gynura procumbens (Lour.) Merr.) as Antidiabetes Candidate)
WIWI WINARTI*, KARTININGSIH, RATNA DJAMIL, SARAH ZAIDAN, INDHIT
NUGRAHAINI

Faculty of Pharmacy Pancasila University, Jakarta 12640, Indonesia.

Diterima 12 Juli 2016, Disetujui 26 Juli 2016

Abstrak: Ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) telah terbukti secara in
vitro berkhasiat sebagai antidiabetes karena mampu menghambat enzim . Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70% daun sambung nyawa menjadi sediaan tablet yang
in vivo. Ekstrak kental daun sambung nyawa diformulasikan
menjadi 3 formula dengan variasi pengisi: kalsium fosfat dibasa (formula I), laktosa (formula II)
dan mikrokristalin selulosa (formula III) dengan metode granulasi basah. Selanjutnya, dilakukan uji
penghambatan , formula yg mempunyai aktivitas teraktif dilakukan uji aktivitas secara in
vitro dan in vivo
rasa pahit dan berbau khas; keseragaman bobot: 510,26; 506,61 dan 508,08 mg; kekerasan tablet: 6,2;
5,6 dan 5,2%; friabilitas: 0,14; 0,13 dan 0,15%; waktu hancur: 6 menit 50 detik, 7 menit 49 detik dan
7 menit 39 detik dan hasil uji aktivitas penghambatan enzim 76,35; 67,13 dan 78,14%.
Pada pengujian ini digunakan akarbose sebagai kontrol positif dengan penghambatan sebesar 88,49%.

enzim . Formula III merupakan sediaan teraktif. Hasil uji in vivo pada hari ke-14 dengan
dosis penggunaan 3x2 tablet per hari dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Kata kunci: ekstrak daun sambung nyawa, formulasi tablet, uji in vitro dan in vivo.

Abstract: Sambung nyawa leaf extract (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) which have in vitro ef-

70% ethanol extract of sambung nyawa leaves into a tablet dosage form that meets the quality pa-
rameters of physical and in vivo tests. Condensed extract of sambung nyawa leaves is formulated

II) and microcrystalline cellulose (Formula III) by wet granulation method. Furthermore, the for-
-
sults of physical evaluation of all formulas: organoleptic is green, bitter taste and distinctive smell;
average weight uniformity: 510.26; 506.61 and 508.08 mg; tablet hardness: 6.2, 5.6 and 5.2%; fri-
ability: 0.14, 0.13 and 0.15%; desintegration time: 6 minutes 50 seconds, 7 minutes and 49 seconds

In this test, acarbose is used as a positive control with % inhibition is 88.49%. It can be conclud-
ed that physical quality tablet of all formulas are within the acceptable standard and is able to in-
th

day after the administration at a dose tablet use 3x2 tablet per day can lower blood glucose levels.

Keywords: sambung nyawa leaves extract, tablet formulation, in vitro and in vivo tests.

* Penulis korespondensi, Hp. 087887633374


e-mail: winartiwiwi25@gmail.com
241 WINARTI ET AL.

PENDAHULUAN Pada proses pembuatan tablet digunakan bahan


tambahan antara lain bahan pengikat, bahan pengisi,
DIABETES melitus adalah penyakit metabolik glidan dan lubrikan. Pada penelitian ini akan dibuat
yang ditandai oleh hiperglikemia akibat gangguan tiga formula dengan perbedaan bahan pengisi yaitu
kalsium fosfat dibasa, laktosa dan mikrokristalin
insulin. Penderita diabetes melitus akan mengalami selulosa PH 102 (Avicel pH). Bahan tambahan lain
peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi batas yang ditambahkan adalah PVP sebagai pengikat,
normal yaitu 200 mg/dL dan memiliki kadar glukosa starch 1500 sebagai penghancur, talkum sebagai
darah puasa >125 mg/dL. Peningkatan kadar glukosa glidan dan magnesium stearat sebagai lubrikan.
darah secara terus-menerus dapat merusak pembuluh Metode pembuatan yang dilakukan menggunakan
darah, saraf dan struktur internal sehingga akan metode granulasi basah(6).
terbentuk zat pengkompleks di dalam pembuluh darah Dalam penelitian ini digunakan ekstrak kental
sehingga pembuluh darah menebal dan mengalami etanol 70% daun sambung nyawa yang diperoleh dari
kebocoran(1). penelitian sebelumnya telah memenuhi syarat dan uji
Salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi aktivitas penghambatan enzim terhadap
sebagai penghambatan enzim adalah ekstrak. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian
tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) diformulasikan menjadi sediaan tablet yang memenuhi
Merr.). Daun sambung nyawa mengandung senyawa parameter mutu fisik, selanjutnya formula yang
mempunyai aktivitas teraktif dilakukan uji aktivitas
atsiri(2,3). antidiabetes secara in vivo.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan
Zurina Hassan efek ekstrak air daun sambung nyawa BAHAN DAN METODE
terhadap gula darah pada mencit model diabetes yang
diinduksi dengan Streptozotocin, menunjukkan bahwa BAHAN. Daun sambung nyawa segar (Gynura
pemberian ekstrak air daun sambung nyawa dosis 500 procumbens (Lour.) Merr.), etanol 70%, kalium
dan 1000 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa monobase, dapar fosfat pH 6,8; 7,0; 7,2, p-nitrofenil-
darah berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol , bovine
setelah pemberian ekstrak selama 14 hari(4). serum albumin, dimetil sulfoksida (DMSO), natrium
Khalid Agariri dkk melakukan penelitian mengenai karbonat 0,2 M, acarbose, PVP, CaHPO4, kalsium
efek antihiperglikemik dari ekstrak etanol 95; 75, 50, fosfat dibasa, laktosa, starch 1500, magnesium stearat,
dan 25% daun sambung nyawa terhadap tikus yang talk, mikrokristalin selulosa PH 102, mencit strain
diinduksi dengan Streptozotocin. Hasil penelitian DDY, NaCl 0,9%, glibenklamid.
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 25% daun Alat. ELX 800, seperangkat
sambung nyawa dapat menurunkan kadar glukosa alat gelas, spektrofotometer UV-Vis, pengayak granul
darah pada tikus model diabetes sebanyak 47% dalam nomor 12 dan 16, mesin cetak tablet, stopwatch,
2 jam pada pemberian dosis akut yaitu 1 g/kg(5). termometer, jangka sorong, , alat uji sifat
Salah satu bentuk pengembangan obat antidiabetes alir, alat uji kompresibilitas, alat uji distribusi ukuran
herbal adalah dengan memformulasikan ekstrak partikel, alat uji kekerasan tablet, alat uji waktu hancur,
dari serbuk simplisia tanaman menjadi bentuk alat uji waktu hancur, alat uji kerenyahan, glukometer
sediaan obat, salah satu nya menjadi bentuk sediaan METODE. Pemeriksaan Mutu Bahan
tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan obat yang Tambahan meliputi: Pemeriksaan bahan tambahan
penggunaannya paling luas karena bentuknya yang yang terdiri dari Avicel pH 102, polivinil pirolidon,
kalsium fosfat dibasa, laktosa, starch 1500, magnesium
aktif terapi secara oral. stearat dan talkum yang meliputi pemeriksaan
Untuk dapat menghasilkan tablet yang berkhasiat
dan bermutu, pemilihan zat tambahan (eksipien) dengan persyaratan yang terdapat dalam masing-
seperti pengikat, penghancur, pengisi, glidan dan masing bahan.
lubrikan haruslah tepat, serta tablet yang diformulasi Penetapan Dosis Ekstrak Kental Daun Sambung
harus memenuhi persyaratan mutu tablet, diantaranya Nyawa. Penetapan dosis ekstrak berdasarkan %
adalah keseragaman ukuran, keseragaman bobot, inhibisi hasil uji aktivitas penghambatan enzim
kekerasan, waktu hancur dan kerenyahan tablet, pada ekstrak etanol 70%.
aktivitas antidiabetes sediaan tablet, sehingga Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun
dihasilkan obat antidiabetes herbal yang berkhasiat Sambung Nyawa. Formula tablet antidiabetes di
dan bermutu. sajikan pada Tabel 1.
Vol 14, 2016 242

Tabel 1. Formula tablet antidiabetes ekstrak daun sambung Tabel 2. Hasil evaluasi organoleptik granul.
nyawa.

Tabel 3. Hasil evaluasi kadar lembab granul.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sudut Diam. Syarat sudut diam yang baik adalah
Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Enzim 30o. Hasil evaluasi sudut diam ketiga formula yaitu
. Hasil uji aktivitas penghambatan pada formula I sebesar 15,2902o, formula II sebesar 20,1156o
ekstrak etanol 70% daun sambung nyawa diperoleh dan formula III sebesar 18,5663o. Tabel 4 menunjukkan
% inhibisi 82,1372% pada konsentrasi tertinggi yaitu sudut diam yang dihasilkan ketiga formula adalah
320 bpj. sangat baik. Evaluasi sudut diam berkaitan dengan
Hasil Pemeriksaan Mutu Bahan Tambahan. sifat kohesif antar granul. Semakin datar tumpukan
Bahan tambahan kalsium fosfat dibasa, laktosa, granul maka semakin kecil kemiringannya sehingga
starch 1500, talk dan magnesium stearat memenuhi granul dapat mengalir dengan kecepatan dan jumlah
persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia yang konstan.
edisi V. Hasil pemeriksaan Avicel PH 102, PVP, Sudut diam yang baik akan menghasilkan sifat alir
aerosil memenuhi persyaratan sesuai yang tertera pada yang baik dan sifat alir yang baik akan menghasilkan
keseragaman bobot yang baik. Dari hasil evaluasi
Penetapan Dosis Ekstrak Kental Daun sudut diam menunjukkan bahwa tidak terdapat
Sambung Nyawa. Berdasarkan hasil uji aktivitas perbedaan antara variasi pengisi pada ketiga formula.
penghambatan enzim pada ekstrak Hasil evaluasi diam, kecepatan alir disajikan pada
etanol 70% daun sambung nyawa diperoleh % inhibisi Tabel 4. Kecepatan alir. Syarat kecepatan alir yang
82,14 % pada konsentrasi 320 bpj. Dosis ekstrak baik adalah 4-10 g/detik. Dari hasil evaluasi rata-rata
kental sehari untuk manusia adalah 344,8 mg untuk 1 kecepatan alir ketiga formula menunjukkan hasil
hari dengan 3 kali pemakaian tiap pemakaian 2 tablet. formula I sebesar 3,2333 g/s, formula II sebesar 3,3823
Evaluasi Granul. Hasil evaluasi organoleptik g/s dan formula III sebesar 2,7583 g/s. Berdasarkan
granul pada ketiga formula menunjukkan bahwa data tersebut granul yang dihasilkan bersifat kohesif,
granul yang diperoleh berwarna hijau, berbau khas hal ini dapat disebabkan kelembaban masing-masing
dan mempunyai rasa yang pahit. Berdasarkan hasil pengisi pada saat proses granulasi. Semakin besar
evaluasi organoleptik granul menunjukkan bahwa nilai kecepatan alir maka semakin banyak granul yang
perbedaan variasi pengisi ketiga formula tidak dapat mengalir per detiknya.
mempengaruhi organoleptik. Hasil evaluasi granul Kecepatan alir tiap formula hampir tidak terdapat
secara organoleptik disajikan pada Tabel 2. perbedaan. Hal ini dikarenakan diameter ukuran
Kadar Lembab. Hasil evaluasi kadar lembab
granul diperoleh kadar yang memenuhi rentang Hasil kecepatan alir disajikan pada Tabel 5.
persyaratan yaitu 2-6%. Kadar lembab formula I
sebesar 2,21%, formula II sebesar 2,76% dan formula Tabel 4. Hasil evaluasi sudut diam.
III sebesar 2,34%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
jenis pengisi ketiga formula tidak mempengaruhi
kadar lembab. Hasil evaluasi disajikan pada Tabel 3.
Sifat Alir. Hasil evaluasi sifat alir granul untuk
sediaan tablet meliputi sudut diam dan kecepatan alir.
243 WINARTI ET AL.

Tabel 5. Hasil evaluasi kecepatan alir. Evaluasi tablet. Organoleptik. Hasil evaluasi
organoleptik tablet pada ketiga formula menunjukkan
bahwa tablet yang diperoleh berwarna hijau, berbau
khas dan mempunyai rasa yang pahit. Berdasarkan
hasil evaluasi organoleptik tablet menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara ketiga variasi pengisi
(Tabel 8).
Kompresibilitas. Kompresibilitas ketiga formula Keseragaman Bobot. Hasil evaluasi keseragaman
yaitu berada pada rentang 5-15%. Hasil evaluasi bobot tablet pada ketiga formula memenuhi persyaratan
kompresibilitas granul menunjukkan bahwa ketiga Farmakope Indonesia edisi III. Keseragaman bobot
formula memiliki kompresibilitas yang sangat baik. tablet ini berkaitan dengan sifat alir dan distribusi
Semakin rendah kompresibilitas granul maka semakin ukuran partikel dari ketiga formula. Dari hasil
baik. Kompresibilitas menunjukkan kemampuan distribusi ukuran partikel ketiga formula menunjukkan
granul untuk tetap kompak dengan adanya kompresi.
Semakin rendah kompresibilitas granul, semakin partikel dengan jumlah granul tertinggi, sedangkan
tinggi kerapatan granul setelah mengalami kompresi hasil evaluasi rata-rata kecepatan alir yaitu <4 g/s
sehingga semakin kompak massa granul tersebut. Dari (Tabel 9). Distribusi ukuran partikel yang tersebar
hasil evaluasi kompresibilitas menunjukkan bahwa merata dan kecepatan alir mempengaruhi bobot
perbedaan variasi pengisi tidak mempengaruhi ketiga tablet yang dihasilkan. Berdasarkan hasil evaluasi
formula (Tabel 6). keseragaman bobot, variasi jenis pengisi ketiga
Distribusi Ukuran Partikel. Hasil evaluasi formula tidak menunjukkan perbedaan keseragaman
distribusi ukuran partikel ketiga formula menunjukkan bobot.
Keseragaman U kuran. Hasil eval uasi
partikel dengan jumlah garnul tertinggi. Hal ini keseragaman ukuran tablet pada ketiga formula
menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi
distribusi ukuran partikel yang baik. Semakin III yaitu diameter tablet tidak lebih dari tiga kali
tinggi jumlah granul dengan ukuran partikel besar dan kurang dari satu sepertiga (1 1/3) tebal tablet.
maka semakin baik distribusi ukuran partikelnya Keseragaman ukuran tablet akan berpengaruh
sehingga sifat alir yang dihasilkan semakin baik. terhadap penampilan dari tablet yang dihasilkan.
Kombinasi antara pengisi masing-masing formula Keseragaman ukuran tablet dipengaruhi oleh distribusi
dengan PVP akan membentuk granul yang kompak. ukuran partikel, dimana dengan jumlah serbuk halus
Dari hasil evaluasi distribusi ukuran partikel yang tidak terlalu banyak akan memberikan ukuran
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tablet yang seragam. Dari hasil evaluasi keseragaman
variasi jenis pengisi pada ketiga formula (Tabel 7). ukuran menunjukkan bahwa variasi jenis pengisi
ketiga formula tidak mempengaruhi keseragaman
Tabel 6. Hasil evaluasi kompresibilitas granul. ukuran (Tabel 10).

Tabel 8. Hasil evaluasi organoleptik tablet.

Tabel 7. Hasil evaluasi distribusi ukuran partikel.

Tabel 9. Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet.


Vol 14, 2016 244

Tabel 10. Hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet. Tabel 13. Hasil uji aktivitas penghambatan enzim
.

Kekerasan. Kekerasan tablet dapat memberikan


pengaruh terhadap waktu hancur tablet, dimana 30 menit. Dari hasil evaluasi waktu hancur formula
tablet dengan kekerasan tinggi akan memiliki I sebesar 6 menit 50 detik, formula II sebesar 7
ikatan yang lebih kuat dan kepadatan yang lebih menit 49 detik dan formula III sebesar 7 menit
tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi kekerasan tablet 39 detik. Konsentrasi PVP sebagai pengikat akan
menunjukkan bahwa ketiga formula memenuhi mempengaruhi gaya kohesifitas granul. Apabila
persyaratan dengan rentang 4-8 kg/cm2. Kekerasan konsentrasi yang digunakan terlalu rendah maka akan
tablet pada ketiga formula berturut-turut adalah menyebabkan tablet mudah patah. Berdasarkan hasil
formula I sebesar 5,18 kg/cm2 , formula II sebesar evaluasi waktu hancur yang diperoleh tidak terdapat
5,24 kg/cm2 dan formula III sebesar 5,44 kg/cm2. perbedaan antara ketiga formula sehingga variasi
Perbedaan variasi pengisi dari ketiga formula tidak pengisi tidak mempengaruhi waktu hancur (Tabel 13).
mempengaruhi kekerasan tablet (Tabel 11).
Kerenyahan. Hasil evaluasi kerenyahan tablet SIMPULAN
pada ketiga formula memenuhi persyaratan yaitu
kurang dari 1%. Nilai kerenyahan masing-masing Hasil uji penghambatan enzim yang
formula yaitu formula I sebesar 0,14%, formula II mempunyai aktivitas tertinggi adalah formula III
sebesar 0,13% dan formula III sebesar 0,15%. Hal (79,58 bpj). Uji antidiabetes secara in-vivo pada
ini menunjukkan kekompakan tablet yang dihasilkan hari ke-14 setelah pemberian tablet sambung nyawa
tahan terhadap guncangan dan gesekan sehingga dengan dosis penggunaan 3x2 tablet per hari dapat
tablet yang dihasilkan tidak rapuh dan tidak banyak menurunkan kadar glukosa dalam darah sebaik kontrol
yang terkikis selama proses pencetakan tablet sampai positif (metformin).
terdistribusi kepada konsumen. Berdasarkan hasil
evaluasi kerenyahan tablet menunjukkan bahwa UCAPAN TERIMAKASIH
perbedaan variasi pengisi tidak mempengaruhi
kerenyahan tablet (Tabel 12). Penelitian ini didanai oleh Ditlitabmas Ristek Dikti
Waktu Hancur. Hasil evaluasi waktu hancur Tahun Pendanaan 2016.
tablet pada ketiga formula memenuhi persyaratan
waktu hancur tablet tidak bersalut yaitu kurang dari DAFTAR PUSTAKA

Tabel 11. Hasil evaluasi kekerasan tablet. 1. in vivo ekstrak etanol


daun sambung nyawa (Gynura procumbens) terhadap
penurunan kadar gula darah mencit ( )
jantan strain swiss webster diabetes melitus. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. 2011.11(3).
2. Dian IP. Optimasi formula tablet ekstrak daun
sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
dengan kombinasi bahan pengikat polivinil pirolidon
dan bahan penghancur starch 1500 dengan metode
Tabel 12. Hasil evaluasi waktu hancur tablet. [skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.
3. Setiawan D. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 4.
Jakarta: Penerbit Puspa Swara; 2006.
4. Hassan, Zurina, Yam FeiMun, Ahmad Mariam
Antidiabetic properties and mechanism of action of
gynuraprocumbens water extract in Streptozotocin
induced diabetic rats. Malaysia: School of
245 WINARTI ET AL.

Pharmaceutical Science, Universiti Sains Malaysia;


2010.
5. Algariri K, Meng YK, Atangwho JI, Asmawi ZM.
Hypoglicemic and anti-hyperglicemic study of
gynura procumbens leaf extracts. Malaysia: School
of Pharmaceutical Science, Universiti Sains Malaysia;
2013.
6. Voight R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5.
Diterjemahkan oleh Neorono S. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press; 1994. 51, 171-9, 212-6.

Anda mungkin juga menyukai