PRAKTIKUM II
FORMULASI DAN UJI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK DAUN BAYAM
MERAH (AMARANTHUS TRICOLOR L)
Disusun Oleh :
2020
PRAKTIKUM II
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu membuat sediaan kapsul dari ekstrak daun
bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) untuk memberikan pilihan terapi
kepada pasien anemia karena penggunaan suplemen zat besi lebih beresiko
terkena efek samping dan menjadi sediaan kapsul yang memenuhu uji
parameter fisik
B. DASAR TEORI
1. Klasifikasi bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013)
2. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) mengadung vitamin
A, vitamin B6, vitamin C, klorofil, β-karoten, dan riboflavin
(Rajalaksmi et al., 2011). Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
juga mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, antrakuinon,
saponin, minyak volatil, kumarin, sterol, dan triterpen (Al-Dosari,
2010). Studi lain menyebutkan bahwa kandungan dalam daun bayam
merah (Amaranthus tricolor L.) terdapat karbohidrat, flavonoid seperti
betasianin A dan B, amaranthin, isoamaranthin, quercetin dan beberapa
senyawa sterol seperti spinasterol, kolesterol, kampestrol, 24-metilen
kolesterol, stigmasterol, sitosterol, fukosterol dan isofukosterol
(Rahmatullah et al., 2013).
Kandungan antioksidan dalam daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) terdiri dari golongan fenolik (flavonoid) dan betalain
(Amornrit & Santiyanont, 2015). Daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) mengandung 485 mg/100g senyawa fenolik (Rajalaksmi et
al., 2011). Flavonoid merupakan senyawa antioksidan penting golongan
fenolik. Flavonoid bekerja sebagai antioksidan dengan cara
mendonorkan hidrogennya dan chellating ion logam (Kumar & Pandey,
2013).
3. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1995).
Beberapa keuntungan sediaan kapsul gelatin keras diantaranya adalah
(Augsburger, 2000), (Lachman, 1994):
a. dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat
b. mudah untuk ditelan
c. mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan
tekanan yang dibutuhkan
d. dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis obat pada
kebutuhan yang mendadak
e. bahan obat terlindung dari pengaruh luar (cahaya, kelembaban)
2. PENIMBANGAN
Bobot per kapsul 300 mg
Dibuat 20 tablet
Bobot seluruhnya : 300 mg x 20 kapsul = 6.000 mg
Hasil
3. Cara pembuatan granul
Bahan
- Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk
ekstrak daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung
132 mg, aerosil 9 mg, talk 6 mg dan magnesium stearat
3 mg.
- Timbang masing - masing bahan. Buat larutan pengikat
dengan cara melarutkan amilum jagung dalam 23 ml
aquadest yang telah dipanaskan
- Campurkan serbuk ekstrak daun bayam aduk sampai
homogen. Tambahkan aerosil, aduk sampai homogen.
Setelah homogen tambahkan sedikit demi sedikit
larutan pengikat hingga kalis.
- Ayak adonan menggunakan ayakan nomor mesh 18.
Keringkan dalam lemari pengering dengan suhu 50ºC
selama 1 jam.
- Setelah kering keluarkan granul dari lemari pengering.
Campurkan granul dengan talk dan magnesium stearat
hingga homogen.
- Lalu ayak kembali menggunakan ayakan dengan
nomor mesh 20.
Hasil
4. Pengisian cangkang kapsul
Granul
- Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dilakukan tanpa
bantuan alat lain atau dengan tangan
- Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
- Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi
lagi menjadi beberapa bagian kecil. Setelah itu granul
dikempa menjadi tablet.
- Masukkan serbuk dalam cangkang kapsul lalu tutup.
Bersihkan kapsul dengan tisu.
Hasil
Hasil
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu pembuatan formulasi sediaan kapsul ekstrak
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) menggunakan metode
granulasi basah yang bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70%
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) menjadi sediaan kapsul yang
memenuhu uji parameter fisik
Obat tradisional merupakan salah satu pengobatan alternatif dalam
penyembuhan suatu penyakit. Tanaman obat yang terdapat di Indonesia
sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan yaitu tanaman Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
yang berguna sebagai pengobatan beberapa jenis penyakit.
Pada pembuatan simplisia yaitu dilakukan pengeringan. Pengeringan
bertujuan untuk memperkecil kadar air, karena apabila kadar air tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga dapat menyebabkan
pembusukan yang dapat menurunkan mutu kedua simplisia. Kandungan
senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh proses
pengringan. Tanaman memiliki kandungan senyawa yang peka terhadap
pemanasan suhu tinggi dan paparan sinar matahari langsung. Seperti pada
simplisia daun bayam merah yang memiliki kandungan senyawa flavonoid
yang peka terhadap pengaruh suhu tinggi, maka dengan proses pengeringan
yang tepat dapat menghasilkan simplisia kerung yang bermutu dan terjaga
kandungan senyawa aktifnya.
Dalam pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang sederhana.
Kelebihan dari metode ini adalah alat yang digunakan sederhana dan dapat
digunakan untuk zat yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga dapat
menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia. Maserasi dilakukan
selama 3 x 24 jam, dengan cara serbuk simplisia sebanyak 1000 gram,
direndam dengan 5 liter etanol 70% dalam bejana maserasi selama 1 hari.
Kemudian diaduk dengan menggunakan batang pengaduk searah jarum jam
dengan kecepatan 1 putaran per detik selama 1 menit. Tujuan dilakukan
pengadukan untuk memaksimalkan kontak antara sampel dengan pelarut.
bejana tersebut ditutup dengan menggunakan alumunium foil agar tidak ada
kotoran yang masuk selama proses ekstraksi berlangsung dan disimpan di
tempat yang terlindung dari cahaya matahari.
Formulasi Sediaan Kapsul Berdasarkan hasil pengeringan serbuk
ekstrak diperoleh hasil sebanyak 58,8 gram. Setelah didapat serbuk ekstrak
daun bayam kemudian dibuat granul dengan cara granulasi basah. Formula
akan ditambahkan aerosil sebagai adsorben, talkum dan magnesium stearat
sebagai glidan. Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak
daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talcum
6 mg dan magnesium stearat 3 mg. Kemudian dibuat sediaan kapsul
sebanyak 70 kapsul, menggunakan kapsul no 2 (dipilih karena dapat
menampung isi kapsul sebanyak 0,296 mg).
Selanjutnya pada Evaluasi Sediaan Kapsul Uji Keseragaman Bobot.
Uji keseragaman bobot, dilakukan pada 20 kapsul, Uji keragaman bobot
dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat didalam kapsul
pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang sama
dengan anggapan serbuk formula terdistribusi homogen. Untuk kriterianya
kecuali dinyatakan lain dalam masing – masing monografi, persyaratan
keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10 satuan sediaan
seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85%
hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak
diluar rentang 75%hingga 125% yang tertera pada etiket dan simpangan
baku relative dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6%.
Berdasarkan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa kapsul
dengan bobot rata – rata 120 mg tidak boleh memiliki perbedaan dalam
persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata – rata isi kapsul lebih dari
85% – 115%.
Berdasarkan penimbangan kapsul pada formula untuk uji
keseragaman bobot menunjukkan tidak ada yang menyimpang lebih dari
persyaratan. Untuk makna dari adalah untuk mengetahui nilai rata – rata dari
hasil evaluasi uji keseragaman bobot kapsul yang dibuat. Sedangkan makna
dari SD adalah untuk menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai
rata – rata.
Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan
evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai
rentang waktu 15 menit. hancur sediaan tablet atau kapsul. Untuk
memberikan efek terapi, tablet harus hancur terlebih dahulu hancur menjadi
partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk kapsul agar isi kapsul dapat
terabsorpsi pada saluran cerna menggambarkan tingkat penyebaran data dari
nilai rata – rata.
Selanjutnya pada Uji waktu hancur penting dilakukan untuk
mengetahui waktu Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan,
yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang
kapsul yang tidak larut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.
Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan
evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai
rentang waktu 15 menit.
G. KESIMPULAN
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut
2. Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam
sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talcum 6 mg
dan magnesium stearat 3 mg
3. Kandungan antioksidan dalam daun bayam merah (Amaranthus tricolor
L.) terdiri dari golongan fenolik (flavonoid) dan betalain
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Ed.4). (Farida Ibrahim,
Penerjemah). Jakarta: UI Press.
Augsburger, L.L. (2000). Modern Pharmaceutics: Hard and Soft Gelatin Capsules.
(Ed. 2). New York: Mercel Dekker.
Lachman L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Ed. 3, jilid 2). (Siti
Suyatmi, penerjemah), Depok: UI Press, hal. 797-798, 831-834
ABSTRAK
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
70%. Setelah didapat ekstrak kemudian dilakukan pembuatan serbuk ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.). Untuk membuat formulasi dan optimasi bahan tambahan menggunakan
Vivapur 101 dalam formulasi sediaan kapsul ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.). Setelah
didapat serbuk ekstrak kering dibuat granul dengan cara granulasi basah. Setelah granul kering
kemudian formula dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Sediaan kapsul ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.) di evaluasi meliputi ; uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur. Tujuan
dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sediaan kapsul yang sesuai dengan persyaratan yang ada
di farmakope Indonesia edisi III. Dari hasil evaluasi uji keseragaman bobot diperoleh rata – rata berat
tiap isi kapsul 267,07 mg. Pada hasil uji waktu hancur untuk kontrol replikasi I rata – rata 9 menit,
replikasi II rata – rata 10 menit 33 detik, replikasi III rata – rata 10 menit 51 detik. Sedangakan
untuk kapsul replikasi I rata – rata 4 menit 56 detik, kapsul replikasi II rata – rata 9 menit 27 detik,
kapsul replikasi III rata – rata 4 menit 14 detik. Dari hasil evaluasi formulasi kapsul dengan uji
keseragaman bobot dan waktu hancur telah memenuhi persyaratan.
Kata Kunci : ekstrak daun bayam (Amaranthus hybridus L.), formulasi kapsul
ABSTRACT
Extraction method used is the extraction of maceration by using 70% ethanol solvent. After extract
obtained then made the powder of spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.). To prepare the formulation and
optimization of additives using Vivapur 101 in a formulation of spinach leaf extract capsules (Amaranthus
hybridus L.). After obtained powder extract of dried granules made by granulation wet. After the granules are dry
then the formula is put into the capsule shell. Spinach leaf extract capsules (Amaranthus hybridus L.) in the
evaluation include; weight uniformity test and time test destroyed. The purpose of the evaluation is to find out the
capsule preparations in accordance with the requirements in pharmacopoeia Indonesia edition III. From the
evaluation result of weight uniformity test, the average weight of each capsule content is 267,07 mg. In the crushed
timing test for replication control I average 9 minutes, replication II averaged 10 minutes 33 seconds, replication
III averaged 10 minutes 51 seconds. While for replication capsule I average 4 minutes 56 second, capsule
replication II average 9 minute 27 second, replication cap III average 4 minute 14 second. From the evaluation
of capsule formulation with weight uniformity test and crushed time have fulfilled the requirement.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat : dipilih daun bayam yang masih segar
dan berwarna hijau muda. Setelah
Timbangan Analitik, disortir cuci bersih 50 kg daun bayam
Desintegrator tester, Beker gelas, yang masih segar dikeringkan dengan
Stopwatch, Lemari Pengering, cara dioven dalam suhu 50ºC selama 1
Waterbath, Kompor Listrik, Pipet jam hingga mendapatkan simplisia
Tetes, Ayakan, Loyang, Batang kering sebanyak 1 kg. Setelah itu di
Pengaduk, Spatel, Mortir dan stamper. blender hingga menjadi serbuk.
Bahan : 2. Ekstraksi
Vivapur 101, Amillum Jagung, Proses ektraksi dengan menggunakan
Aerosil, Talk, Magnesium Stearat, etanol 70% dengan perendaman
Simplisia Daun Bayam, Etanol 70%, sebanyak 1000 gr serbuk dengan 10
Aquadest, kertas perkamen, Kertas Liter etanol 70% selama 3 x 24 jam
Saring. dengan beberapa kali pengadukan,
Prosedur Penelitian simpan dalam suhu kamar. Selama
melakukan perendaman pelarut diganti
1. Pembuatan Serbuk Simplisia untuk mendapatkan zat yang masih
Daun Bayam (Amaranthus hybridus tertinggal diperendaman sebelumnya.
L.) diambil dari UD Juragan Jamu Setelah 3 x 24 jam saring filtrat dengan
Yogyakarta. Prosedur pembuatan kertas saring, kemudian filtrat
simplisia telah terstandarisasi dan dipekatkan dengan waterbath. Ekstrak
memiliki sertifikat. Pada proses sortir hasil maserasi dikentalkan
menggunakan waterbath kemudia
hingga 125% yang tertera pada etiket menyimpang lebih dari persyaratan.
dan simpangan baku relative dari 10 Untuk makna dari adalah untuk
satuan sediaan kurang dari atau sama mengetahui nilai rata – rata dari hasil
dengan 6%. evaluasi uji keseragaman bobot
Berdasarkan persyaratan kapsul yang dibuat. Sedangkan
Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa makna dari SD adalah untuk
kapsul dengan bobot rata – rata 120 menggambarkan tingkat penyebaran
mg tidak boleh memiliki perbedaan data dari nilai rata – rata.
dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata – rata isi kapsul Berdasarkan sediaan kapsul yang
lebih dari 85% – 115%. Berdasarkan dibuat telah memenuhi persyaratan
penimbangan kapsul pada formula evaluasi waktu hancur. Karena
untuk uji keseragaman bobot keseluruhan kapsul yang di uji
menunjukkan tidak ada yang mempunyai rentang waktu 15 menit.
hancur sediaan tablet atau kapsul. 2. Berdasarkan hasil uji
Untuk memberikan efek terapi, tablet keseragaman bobot dan uji
harus hancur terlebih dahulu hancur waktu hancur telah memenuhi
menjadi partikel yang lebih kecil, persyaratan Farmakope
begitu pula untuk kapsul agar isi Indonesia Edisi IV. Perbedaan
kapsul dapat terabsorpsi pada saluran dalam persen bobot isi tiap
cerna menggambarkan tingkat kapsul terhadap bobot rata-rata
penyebaran data dari nilai rata – rata. tiap isi kapsul tidak lebih dari
85% hingga 115%. Waktu
2.uji waktu hancur hancur kapsul tidak lebih dari
Uji waktu hancur penting 15 menit.
dilakukan untuk mengetahui waktu
Sediaan dinyatakan hancur sempurna Saran
bila sisa sediaan, yang tertinggal pada Hasil penelitian yang telah
kasa alat uji merupakan masa lunak dilakukan, perlu dilakukan
yang tidak mempunyai inti yang jelas, pengembangan metode evaluasi
kecuali bagian dari penyalut atau sediaan kapsul meliputi evaluasi
cangkang kapsul yang tidak larut. terhadap massa kapsul dan evaluasi
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang terhadap sediaan jadi serta uji
diperlukan untuk menghancurkan higroskopitas
kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15
menit. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan sediaan kapsul yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Arief, A., (1990), Hortikultura.
evaluasi waktu hancur. Karena Yogyakarta : Penerbit Andi
keseluruhan kapsul yang di uji Offset.
mempunyai rentang waktu 15 menit.
Agoes, G., (2007), Teknologi Bahan
KESIMPULAN DAN SARAN Alam. Bandung : Penerbit ITB.
Kesimpulan
1. Formulasi yang dibuat telah Agoes, G., (2008), Pengembangan
memenuhi persyaratan sediaan Sediaan Farmasi. Bandung :
kapsul. Penerbit ITB.