Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

PRAKTIKUM II
FORMULASI DAN UJI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK DAUN BAYAM
MERAH (AMARANTHUS TRICOLOR L)

Disusun Oleh :

Nama : PIPIT FITRIYANI


NIM : E0017088
Kelas : 4B FARMASI
Dosen Pengampu : apt. Oktariani Pramiastuti, M.Sc

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
SEMESTER VII

2020
PRAKTIKUM II

FORMULASI DAN UJI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK DAUN BAYAM


MERAH (AMARANTHUS TRICOLOR L)

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu membuat sediaan kapsul dari ekstrak daun
bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) untuk memberikan pilihan terapi
kepada pasien anemia karena penggunaan suplemen zat besi lebih beresiko
terkena efek samping dan menjadi sediaan kapsul yang memenuhu uji
parameter fisik

B. DASAR TEORI
1. Klasifikasi bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013)
2. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) mengadung vitamin
A, vitamin B6, vitamin C, klorofil, β-karoten, dan riboflavin
(Rajalaksmi et al., 2011). Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
juga mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, antrakuinon,
saponin, minyak volatil, kumarin, sterol, dan triterpen (Al-Dosari,
2010). Studi lain menyebutkan bahwa kandungan dalam daun bayam
merah (Amaranthus tricolor L.) terdapat karbohidrat, flavonoid seperti
betasianin A dan B, amaranthin, isoamaranthin, quercetin dan beberapa
senyawa sterol seperti spinasterol, kolesterol, kampestrol, 24-metilen
kolesterol, stigmasterol, sitosterol, fukosterol dan isofukosterol
(Rahmatullah et al., 2013).
Kandungan antioksidan dalam daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) terdiri dari golongan fenolik (flavonoid) dan betalain
(Amornrit & Santiyanont, 2015). Daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) mengandung 485 mg/100g senyawa fenolik (Rajalaksmi et
al., 2011). Flavonoid merupakan senyawa antioksidan penting golongan
fenolik. Flavonoid bekerja sebagai antioksidan dengan cara
mendonorkan hidrogennya dan chellating ion logam (Kumar & Pandey,
2013).

3. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1995).
Beberapa keuntungan sediaan kapsul gelatin keras diantaranya adalah
(Augsburger, 2000), (Lachman, 1994):
a. dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat
b. mudah untuk ditelan
c. mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan
tekanan yang dibutuhkan
d. dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis obat pada
kebutuhan yang mendadak
e. bahan obat terlindung dari pengaruh luar (cahaya, kelembaban)

Kerugian sediaan kapsul adalah (Ansel, 1989), (Augsburger, 2000):

a. garam kelarutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada


kapsul gelatin keras
b. kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang
c. peralatan pengisi kapsul mempunyai kecepatan yang lebih lambat
dibanding mesin pencetak tablet

Umumnya kapsul gelatin keras dipakai untuk menampung isi antara 65


mg-1 g bahan serbuk, termasuk bahan obat dan bahan pengencer
lainnya. Variasi kapasitas ukuran kapsul dapat dilihat pada Tabel
(Augsbuger, 2000)

4. Variasi kapasitas ukuran kapsul

Ukuran kapsul Volume (ml) Bobot isi pada densitas


0,8 g/cm3(g)
000 1,37 1,096
00 0,95 0,760
0 0,68 0,544
1 0,50 0,400
2 0,37 0,296
3 0,30 0,240
4 0,21 0,168
5 0,13 0,104

Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul.


Pada formulasi massa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan
dimasukkan tidak memenuhi untuk mengisi volume kapsul, maka
diperlukan penambahan bahan pengisi yang cocok dalam jumlah yang
tepat. Bila jumlah obat yang akan diberikan dalam satu kapsul cukup
besar untuk mengisi penuh kapsul, bahan pengisi tidak dibutuhkan
(Ansel, 1989).

5. Beberapa bahan tambahan pada formulasi massa kapsul diantaranya


yaitu:
a. Bahan pengisi (Lieberman et. al, 1989)
Bahan pengisi diperlukan untuk mencukupkan massa
kapsul sampai pada bobot yang diinginkan. Bahan pengisi harus
inert, tidak boleh mempengaruhi biofarmasetik, sifat kimia zat
aktif, dan fisik sediaan. Contoh pengisi adalah amilum, amilum
jagung, kalsium difosfat, dan lain-lain.
b. Bahan lubrikan dan glidan (Lieberman et. al, 1989)
Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
serbuk dengan alat. Glidan berfungsi untuk meningkatkan aliran
serbuk atau granul sehingga memperbaiki sifat alir serbuk dengan
cara memperkecil gesekan antara sesama partikel. Contoh lubrikan
dan glidan adalah talk, aerosil, Mg stearat.
c. Adsorben
Digunakan untuk melindungi bahan berkhasiat dari
pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas
campuran, dan menghindari lembab akibat reaksi antar bahan.
Contoh adsorben adalah Mg oksida, Mg karbonat, aerosil.

6. Untuk pencampuran massa kapsul (serbuk) dapat dilakukan dengan


beberapa cara, diantaranya adalah (Ansel, 1989):
a. Spatulasi, yaitu suatu metode dimana sejumlah serbuk dapat
digerus selembar kertas atau tatakan pembuat pil dengan gerakan
spatula obat. Metode ini umumnya tidak cocok untuk untuk serbuk
dalam jumlah besar.
b. Triturasi, yaitu proses menggerus obat dalam lumpang untuk
mengecilkan ukuran.
c. Tumbling (penggulingan), yaitu mengguling-gulingkan serbuk
dalam suatu wadah besar yang biasanya diputar dengan mesin.
d. Penggiling serbuk khusus yang dirancang untuk mencampur serbuk
dengan gerakan jungkir balik. Pencampuran dengan cara ini merata
tetapi memerlukan waktu. Alat penggiling semacam ini digunakan
secara luas dalam industri, demikian juga terdapat alat-alat
pencampur atau pengaduk serbuk dengan volume besar dan pisau-
pisaunya digerakkan oleh mesin untuk mengaduk serbuk dalam
bejana pencampur yang besar.

Penyimpanan sediaan kapsul yaitu disimpan dalam wadah tertutup


rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu kamar terkendali
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
Timbangan Analitik, Desintegrator tester, Beker gelas, Stopwatch,
Lemari Pengering, Waterbath, Kompor Listrik, Pipet Tetes, Ayakan,
Loyang, Batang Pengaduk, Spatel, Mortir dan stamper.
2. BAHAN
Vivapur 101, Amillum Jagung, Aerosil, Talk, Magnesium Stearat,
Simplisia Daun Bayam, Etanol 70%, Aquadest, kertas perkamen, Kertas
Saring.
D. FORMULASI DAN PENIMBANGAN
1. FORMULASI
Ekstrak Daun Bayam
Amilum Jagung
Aerosil
Talk
Magnesium Stearat
Bobot kapsul 300 mg

2. PENIMBANGAN
Bobot per kapsul 300 mg
Dibuat 20 tablet
Bobot seluruhnya : 300 mg x 20 kapsul = 6.000 mg

Ekstrak Daun Bayam 150 mg x 20 kapus = 3.000 mg


Amilum Jagung 132 mg x 20 kapsul = 2.640 mg
Aerosil 9 mg x 20 kapsul = 180 mg
Talk 6 mg x 20 kapsul = 120 mg
Magnesium Stearat 3 mg x 20 = 60 mg
=6.000 mg (6 gram)
E. CARA KERJA
1. Pengelolaan sampel
Sampel
- Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang
sudah dipanen dipisahkan dari kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing
- Kemudian daun dicuci bersih menggunakan air
mengalir
- Daun dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara
dioven dalam suhu 50ºC selama 1 jam hingga
mendapatkan simplisia kering. Setelah itu di blender
hingga menjadi serbuk
Hasil

2. Cara pembuatan ekstrak


Simplisia
- Proses ektraksi dengan menggunakan etanol 70%
dengan perendaman sebanyak 1000 gr serbuk dengan
10 Liter etanol 70% selama 3 x 24 jam dengan
beberapa kali pengadukan
- simpan dalam suhu kamar kemudian di maserasi
selama 5 hari sambil di aduk sesekali
- Hasil maserasi disaring dengan kain flannel dan filtrate
ditampung
- Filtrate yang dihasilkan kemudian dipekatkan
waterbath hingga diperoleh ekstrak kental
- Kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot ekstrak
kental yang di peroleh

Hasil
3. Cara pembuatan granul
Bahan
- Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk
ekstrak daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung
132 mg, aerosil 9 mg, talk 6 mg dan magnesium stearat
3 mg.
- Timbang masing - masing bahan. Buat larutan pengikat
dengan cara melarutkan amilum jagung dalam 23 ml
aquadest yang telah dipanaskan
- Campurkan serbuk ekstrak daun bayam aduk sampai
homogen. Tambahkan aerosil, aduk sampai homogen.
Setelah homogen tambahkan sedikit demi sedikit
larutan pengikat hingga kalis.
- Ayak adonan menggunakan ayakan nomor mesh 18.
Keringkan dalam lemari pengering dengan suhu 50ºC
selama 1 jam.
- Setelah kering keluarkan granul dari lemari pengering.
Campurkan granul dengan talk dan magnesium stearat
hingga homogen.
- Lalu ayak kembali menggunakan ayakan dengan
nomor mesh 20.

Hasil
4. Pengisian cangkang kapsul
Granul
- Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dilakukan tanpa
bantuan alat lain atau dengan tangan
- Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
- Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi
lagi menjadi beberapa bagian kecil. Setelah itu granul
dikempa menjadi tablet.
- Masukkan serbuk dalam cangkang kapsul lalu tutup.
Bersihkan kapsul dengan tisu.

Hasil

5. Evaluasi sediaan Kapsul


a. Uji keseragaman bobot kapsul
20 Kapsul
- Timbang saksama 20 kapsul, satu per satu beri
identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap kapsul dengan
cara yang sesuai.
- Timbang saksama tiap cangkang kapsul kosong dan
hitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara
mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-
masing bobot kapsul.
Hasil
b. Uji Waktu hancur kapsul
6 Kapsul
- Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing – masing
tabung pada keranjang, yang dibawahnya terdapat kasa
baja berukuran 10 mesh.
- Digunakan media air bersuhu 37 ± 2ºC. Dilakukan
pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus
hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.
- Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian
diulangi dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang dari
16 dari 18 kapsul yang diuji hancur sempurna.
- Dicatat waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur
sempurna (Ditjen POM, 1995).

Hasil
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu pembuatan formulasi sediaan kapsul ekstrak
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) menggunakan metode
granulasi basah yang bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol 70%
Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) menjadi sediaan kapsul yang
memenuhu uji parameter fisik
Obat tradisional merupakan salah satu pengobatan alternatif dalam
penyembuhan suatu penyakit. Tanaman obat yang terdapat di Indonesia
sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan yaitu tanaman Daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
yang berguna sebagai pengobatan beberapa jenis penyakit.
Pada pembuatan simplisia yaitu dilakukan pengeringan. Pengeringan
bertujuan untuk memperkecil kadar air, karena apabila kadar air tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga dapat menyebabkan
pembusukan yang dapat menurunkan mutu kedua simplisia. Kandungan
senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh proses
pengringan. Tanaman memiliki kandungan senyawa yang peka terhadap
pemanasan suhu tinggi dan paparan sinar matahari langsung. Seperti pada
simplisia daun bayam merah yang memiliki kandungan senyawa flavonoid
yang peka terhadap pengaruh suhu tinggi, maka dengan proses pengeringan
yang tepat dapat menghasilkan simplisia kerung yang bermutu dan terjaga
kandungan senyawa aktifnya.
Dalam pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang sederhana.
Kelebihan dari metode ini adalah alat yang digunakan sederhana dan dapat
digunakan untuk zat yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga dapat
menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia. Maserasi dilakukan
selama 3 x 24 jam, dengan cara serbuk simplisia sebanyak 1000 gram,
direndam dengan 5 liter etanol 70% dalam bejana maserasi selama 1 hari.
Kemudian diaduk dengan menggunakan batang pengaduk searah jarum jam
dengan kecepatan 1 putaran per detik selama 1 menit. Tujuan dilakukan
pengadukan untuk memaksimalkan kontak antara sampel dengan pelarut.
bejana tersebut ditutup dengan menggunakan alumunium foil agar tidak ada
kotoran yang masuk selama proses ekstraksi berlangsung dan disimpan di
tempat yang terlindung dari cahaya matahari.
Formulasi Sediaan Kapsul Berdasarkan hasil pengeringan serbuk
ekstrak diperoleh hasil sebanyak 58,8 gram. Setelah didapat serbuk ekstrak
daun bayam kemudian dibuat granul dengan cara granulasi basah. Formula
akan ditambahkan aerosil sebagai adsorben, talkum dan magnesium stearat
sebagai glidan. Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak
daun bayam sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talcum
6 mg dan magnesium stearat 3 mg. Kemudian dibuat sediaan kapsul
sebanyak 70 kapsul, menggunakan kapsul no 2 (dipilih karena dapat
menampung isi kapsul sebanyak 0,296 mg).
Selanjutnya pada Evaluasi Sediaan Kapsul Uji Keseragaman Bobot.
Uji keseragaman bobot, dilakukan pada 20 kapsul, Uji keragaman bobot
dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat didalam kapsul
pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang sama
dengan anggapan serbuk formula terdistribusi homogen. Untuk kriterianya
kecuali dinyatakan lain dalam masing – masing monografi, persyaratan
keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10 satuan sediaan
seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85%
hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak
diluar rentang 75%hingga 125% yang tertera pada etiket dan simpangan
baku relative dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6%.
Berdasarkan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa kapsul
dengan bobot rata – rata 120 mg tidak boleh memiliki perbedaan dalam
persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata – rata isi kapsul lebih dari
85% – 115%.
Berdasarkan penimbangan kapsul pada formula untuk uji
keseragaman bobot menunjukkan tidak ada yang menyimpang lebih dari
persyaratan. Untuk makna dari adalah untuk mengetahui nilai rata – rata dari
hasil evaluasi uji keseragaman bobot kapsul yang dibuat. Sedangkan makna
dari SD adalah untuk menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai
rata – rata.
Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan
evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai
rentang waktu 15 menit. hancur sediaan tablet atau kapsul. Untuk
memberikan efek terapi, tablet harus hancur terlebih dahulu hancur menjadi
partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk kapsul agar isi kapsul dapat
terabsorpsi pada saluran cerna menggambarkan tingkat penyebaran data dari
nilai rata – rata.
Selanjutnya pada Uji waktu hancur penting dilakukan untuk
mengetahui waktu Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan,
yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang
kapsul yang tidak larut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.
Berdasarkan sediaan kapsul yang dibuat telah memenuhi persyaratan
evaluasi waktu hancur. Karena keseluruhan kapsul yang di uji mempunyai
rentang waktu 15 menit.
G. KESIMPULAN
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut
2. Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam
sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 mg, aerosil 9 mg, talcum 6 mg
dan magnesium stearat 3 mg
3. Kandungan antioksidan dalam daun bayam merah (Amaranthus tricolor
L.) terdiri dari golongan fenolik (flavonoid) dan betalain
DAFTAR PUSTAKA

Al-Dosari, M., 2010. The effectiveness of ethanolic extract of Amaranthus tricolor


L. : a natural hepatoprotective agent. American Journal of
Chinese Medicine, 38(6): 1051-1064.

Amornrit, W., dan R. Santiyanont. 2015. Effect of amaranthus on advanced


glycation end-products induced cytotoxicity and proinflamatory
cytokine gene expression in SH-SY5Y cells. Molecules 20:
17288-17308.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Ed.4). (Farida Ibrahim,
Penerjemah). Jakarta: UI Press.

Augsburger, L.L. (2000). Modern Pharmaceutics: Hard and Soft Gelatin Capsules.
(Ed. 2). New York: Mercel Dekker.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia


edisiIV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kumar, S., R. Kumar, A. Dwivedi, dan A. K. Pandey. 2014. In vitro antioxidant,


antibacterial, and cytotoxic activity and in vivo effect of
syngoniumphodophyllum and eichornia crassipes leaf extract on
isoniazid induce oxidative stress and hepatic marker. Hindawi.

Lachman L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Ed. 3, jilid 2). (Siti
Suyatmi, penerjemah), Depok: UI Press, hal. 797-798, 831-834

Lieberman, H.A., Lachman, L. & Schwartz, J.B. (1989). Pharmaceutical Dosage


Forms (volume 1). New York: Marcel Dekker, Inc.

Rajalaksmi, K., T. Haribabu, dan P. Sudha. 2011. Toxicokinetic studies of


antioxidant of Amaranthus tricolor and Marigold (Calendula
Oficenalis L.) plants exposed to heavy metal lead. International
Journal of Plant, Animal and Enviromental Science. 1(2): 105-
109.

Rahmatullah, M., M. Hosain, S. Rahman, M. Akter, F. Rahman, F. Rehana, M.


Munmun, M. A. Kalpana. 2013. Antihyperglycaemic and
ntinociceptive ctivity evaluation of methanolic exctract of whole
plant of amaranthus tricolor L (Amaranthaceae). Rahmatullah et
al., Afr J Tradit ComplementAltern Med. 10(5): 408-411.

Saparinto, C. 2013. Grow Your Own Vegetables-Panduan Prakts Menanam 14


Sayuran Populer di Pekarangan. Yogyakarta: Penebar Swadaya
Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KAPSUL


EKSTRAK DAUN BAYAM (AMARANTHUS HYBRIDUS L.)
BERDASARKAN
KESERAGAMAN BOBOT DAN WAKTU HANCUR

VIA FITRIA, Davit Nugraha, Ririn Risnanita


Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis
Email: silmiazzahra@gmail.com

ABSTRAK

Metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
70%. Setelah didapat ekstrak kemudian dilakukan pembuatan serbuk ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.). Untuk membuat formulasi dan optimasi bahan tambahan menggunakan
Vivapur 101 dalam formulasi sediaan kapsul ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.). Setelah
didapat serbuk ekstrak kering dibuat granul dengan cara granulasi basah. Setelah granul kering
kemudian formula dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Sediaan kapsul ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.) di evaluasi meliputi ; uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur. Tujuan
dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sediaan kapsul yang sesuai dengan persyaratan yang ada
di farmakope Indonesia edisi III. Dari hasil evaluasi uji keseragaman bobot diperoleh rata – rata berat
tiap isi kapsul 267,07 mg. Pada hasil uji waktu hancur untuk kontrol replikasi I rata – rata 9 menit,
replikasi II rata – rata 10 menit 33 detik, replikasi III rata – rata 10 menit 51 detik. Sedangakan
untuk kapsul replikasi I rata – rata 4 menit 56 detik, kapsul replikasi II rata – rata 9 menit 27 detik,
kapsul replikasi III rata – rata 4 menit 14 detik. Dari hasil evaluasi formulasi kapsul dengan uji
keseragaman bobot dan waktu hancur telah memenuhi persyaratan.

Kata Kunci : ekstrak daun bayam (Amaranthus hybridus L.), formulasi kapsul

FORMULATION AND EVALUATION OF SUPPLIES OF LEAF EXTRACT


CALCULATIONS (Amaranthus Hybridus L.) BASED ON WEIGHT AND
DURABILITY DESCRIPTION
Via Fitria, Davit Nugraha, Ririn Risnanita
Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis

ABSTRACT

Extraction method used is the extraction of maceration by using 70% ethanol solvent. After extract
obtained then made the powder of spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.). To prepare the formulation and
optimization of additives using Vivapur 101 in a formulation of spinach leaf extract capsules (Amaranthus
hybridus L.). After obtained powder extract of dried granules made by granulation wet. After the granules are dry
then the formula is put into the capsule shell. Spinach leaf extract capsules (Amaranthus hybridus L.) in the
evaluation include; weight uniformity test and time test destroyed. The purpose of the evaluation is to find out the
capsule preparations in accordance with the requirements in pharmacopoeia Indonesia edition III. From the
evaluation result of weight uniformity test, the average weight of each capsule content is 267,07 mg. In the crushed
timing test for replication control I average 9 minutes, replication II averaged 10 minutes 33 seconds, replication
III averaged 10 minutes 51 seconds. While for replication capsule I average 4 minutes 56 second, capsule
replication II average 9 minute 27 second, replication cap III average 4 minute 14 second. From the evaluation
of capsule formulation with weight uniformity test and crushed time have fulfilled the requirement.

Keywords: spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.), capsule formulation

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 64


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

PENDAHULUAN misalnya jagung, bunga matahari,


A. Latar Belakang kedelai, dan kacang tanah. Sedangkan
Rossidy (2008) menyatakan tanaman yang digunakan secara
bahwa ayat 99 surat Al - An’am empiris untuk menangani anemia
menggambarkan tentang bentuk luar adalah bayam duri, tapak liman,
dari tumbuhan yang merupakan obyek lempuyang wangi, daun kacang
kajian morfologi tumbuhan. Kami panjang, dan kacang hijau.
keluarkan dari tumbuhan – tumbuhan Di Indonesia prevalensi anemia
itu tanaman yang menghijau pada ibu hamil menurut SKRT tahun
menggambarkan tentang tanaman yang (2001) masih cukup tinggi yaitu
memiliki daun berwarna hijau. 40,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Mayang kurma yang mengurai dan Riskesdas (2010) menunjukkan 80,7%
tangkai yang menjulai adalah ciri – ciri perempuan usia 10 – 59 tahun telah
morfologi tumbuhan kurma. Setiap mendapatkan tablet tambah darah yang
tumbuhan memiliki ciri – ciri mengandung besi – asam folat tetapi
morfologi tersendiri yang berbeda anemia ibu hamil mencapai 40 – 50%,
antara tumbuhan satu dengan yang artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia
lainnya. Bayam merupakan tanaman mengalami anemia. Resiko anemia
yang memiliki morfologi yang berbeda akan meningkat seiring dengan
– beda antar jenisnya. Menurut pertambahan usia kehamilan
Rukmana (2006) bayam merupakan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
tanaman perdu dan tinggi kurang lebih Penelitian yang telah dilakukan
1,5 meter. Sistem perakarannya oleh Siti Fatimah (2009) membuktikan
menyebar pada kedalaman antara 20 – bahwa pemberian ekstrak daun bayam
40 cm dan berakar tunggang karena jenis Amaranthus hybridus L. pada
termasuk tanaman berbiji keping dua tikus putih anemia mampu
Bayam (Amaranthus hybridus meningkatkan jumlah eritrosit sebesar
L.) telah terbukti secara empiris dapat 6,46 juta. Berdasarkan kadar klorofil
digunakan untuk penderita anemia. dan zat besi menunjukan bahwa bayam
Banyak makan bayam akan Amaranthus hybridus L. lebih dapat
meningkatkan kadar hemoglobin memberikan pengaruh yang nyata, hal
dalam darah. Peningkatan ini ini disebabkan kadar klorofil
dipengaruhi oleh zat besi yang sangat Amaranthus hybridus L. lebih tinggi
besar jumlahnya pada bayam. Bayam dan zat besi yang seimbang dengan
adalah sayuran yang memiliki gizi kadar klorofilnya. Dalam memenuhi
lengkap bagi penderita anemia. Bayam kebutuhan zat besi, seseorang biasanya
mengandung vitamin C yang cukup mengkonsumsi suplemen, akan tetapi
tinggi. Vitamin C memiliki peran suplemen memiliki beberapa efek
penting dalam penyerapan zat besi, samping, misalnya kegagalan hati.
sehingga zat besi yang ada dapat Permasalahan ekstrak atau
dimanfaatkan secara optimal. Ada bahan alam adalah cenderung memiliki
beberapa jenis tanaman obat yang juga rasa yang tidak enak dan bau yang
bisa dimanfaatkan untuk mengatasi khas. Oleh karena itu, untuk menutupi
anemia. Tanaman tersebut terutama kekurangan bahan alam tersebut
yang mengandung vitamin B12, sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 65


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

kapsul dapat berupa serbuk atau 2007). Untuk mendapatkan massa


granul. Formulasi serbuk sering kapsul dengan laju alir yang baik maka
membutuhkan penambahan zat dapat ditambahkan pengisi yang sesuai
pengisi, lubrikan, dan glidan pada dan dapat meningkatkan laju alirnya,
bahan aktif untuk mempermudah seperti Vivapur 102. Vivapur luas
proses pengisian kapsul (Ditjen POM, digunakan dalam farmasetik terutama
1979). sebagai pengisi pada formulasi kapsul
Formulasi kapsul yang dan tablet. Vivapur juga memiliki sifat
mengandung ekstrak kental dengan lubrikan dan disintegran (Wade, 1994).
kadar air cukup tinggi memerlukan Vivapur 102 memiliki ukuran partikel
perlakuan khusus untuk menghasilkan yang lebih besar sehingga berguna
kapsul yang baik. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan sifat aliran
adanya eksipien yang mampu (Agoes, 2008).
mengadsorpsi serta eksipien yang Maka dari itu, peneliti ingin
dapat meningkatkan sifat alirnya. membuat sediaan kapsul dari ekstrak
Vivapur 101 adalah eksipien yang daun bayam (Amaranthus hybridus L.)
dapat digunakan sebagai adsorbent. untuk memberikan pilihan terapi
Penambahan aerosil pada formulasi kepada pasien anemia. Karena
diharapkan dapat menjaga penggunaan suplemen zat besi lebih
higroskopisitas sediaan kapsul (Agoes, beresiko terkena efek samping.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat : dipilih daun bayam yang masih segar
dan berwarna hijau muda. Setelah
Timbangan Analitik, disortir cuci bersih 50 kg daun bayam
Desintegrator tester, Beker gelas, yang masih segar dikeringkan dengan
Stopwatch, Lemari Pengering, cara dioven dalam suhu 50ºC selama 1
Waterbath, Kompor Listrik, Pipet jam hingga mendapatkan simplisia
Tetes, Ayakan, Loyang, Batang kering sebanyak 1 kg. Setelah itu di
Pengaduk, Spatel, Mortir dan stamper. blender hingga menjadi serbuk.
Bahan : 2. Ekstraksi
Vivapur 101, Amillum Jagung, Proses ektraksi dengan menggunakan
Aerosil, Talk, Magnesium Stearat, etanol 70% dengan perendaman
Simplisia Daun Bayam, Etanol 70%, sebanyak 1000 gr serbuk dengan 10
Aquadest, kertas perkamen, Kertas Liter etanol 70% selama 3 x 24 jam
Saring. dengan beberapa kali pengadukan,
Prosedur Penelitian simpan dalam suhu kamar. Selama
melakukan perendaman pelarut diganti
1. Pembuatan Serbuk Simplisia untuk mendapatkan zat yang masih
Daun Bayam (Amaranthus hybridus tertinggal diperendaman sebelumnya.
L.) diambil dari UD Juragan Jamu Setelah 3 x 24 jam saring filtrat dengan
Yogyakarta. Prosedur pembuatan kertas saring, kemudian filtrat
simplisia telah terstandarisasi dan dipekatkan dengan waterbath. Ekstrak
memiliki sertifikat. Pada proses sortir hasil maserasi dikentalkan
menggunakan waterbath kemudia

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 66


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

ekstrak dikentalkan kembali didalam kapsul lalu tutup. Bersihkan kapsul


oven dengan suhu 80ºC sampai dengan tisu.
diperoleh ekstrak yang kental. 2. Evaluasi sediaan Kapsul
meliputi :
3. Pembuatan granul a. Uji keseragaman bobot
Formulasi kapsul ekstrak daun bayam Timbang saksama 20 kapsul, satu per
dengan bahan pengisi vivapur 101 satu beri identitas tiap kapsul,
serta bahan tambahan lainnya. Untuk keluarkan isi tiap kapsul dengan
formulasi dibuat 70 sediaan kapsul. cara yang sesuai. Timbang saksama
tiap
Formulasi Sediaan Kapsul : cangkang kapsul kosong dan hitung
Serbuk Ekstrak Daun Bayam 150 mg, bobot
Amilum Jagung 132 mg, Aerosil 9 mg, netto dari isi tiap
Talk 6 mg, Magnesium Stearat 3 mg, kapsul dengan cara mengurangkan
Bobot Kapsul 300mg, bobot
Komposisi dalam satu kapsul cangkang kapsul dari masing-masing
terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam bobot
sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 kapsul. Dari
mg, aerosil 9 mg, talk 6 mg dan hasil penetapan kadar, seperti tertera
magnesium stearat 3 mg. Timbang pada
masing - masing bahan. Buat larutan masing – masing monografi, hitung
pengikat dengan cara melarutkan jumlah
amilum jagung dalam 23 ml aquadest zat aktif dalam
yang telah dipanaskan. Campurkan tiap kapsul, dengan anggapan bahwa
serbuk ekstrak daun bayam aduk zat aktif
sampai homogen. Tambahkan aerosil, terdistribusi secara homogen.
aduk sampai homogen. Setelah
homogen tambahkan sedikit demi Untuk kriterianya kecuali dinyatakan
sedikit larutan pengikat hingga kalis. lain dalam masing-masing monografi,
Ayak adonan menggunakan ayakan persyaratan keseragaman bobot
nomor mesh 18. Keringkan dalam dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari
lemari pengering dengan suhu 50ºC 10 satuan sediaan seperti ditetapkan
selama 1 jam. Setelah kering keluarkan dari cara keseragaman bobot terletak
granul dari lemari pengering. dalam rentang 85% hingga 115% dari
Campurkan granul dengan talk dan yang tertera pada etiket dan tidak ada
magnesium stearat hingga homogen. satuan terletak di luar rentang 75%
Lalu ayak kembali menggunakan hingga 125% yang tertera pada etiket
ayakan dengan nomor mesh 20. dan simpangan baku relatif dari 10
1. Pengisian Cangkang Kapsul satuan sediaan kurang dari atau sama
Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dengan 6% (Ditjen POM, 1995).
dilakukan tanpa bantuan alat lain atau b. Uji waktu hancur
dengan tangan. Siapkan cangkang Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada
kapsul sesuai dengan jumlah yang masing – masing tabung pada
dibutuhkan. Serbuk dibagi menjadi dua keranjang, yang dibawahnya terdapat
bagian besar kemudian bagi lagi kasa baja berukuran 10 mesh.
menjadi beberapa bagian kecil. Digunakan media air bersuhu 37 ± 2ºC.
Masukkan serbuk dalam cangkang Dilakukan pengamatan terhadap

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 67


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

kapsul, semua kapsul harus hancur, Warna sampel setelah ditambahkan


kecuali bagian dari cangkang kapsul. etanol 70% adalah hijau pekat. Filtrat
Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur yang didapat sebanyak 3 liter 250 ml
sempurna, pengujian diulangi dengan dan berwarna hijau pekat. Remaserasi
12 kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 sebanyak 3 liter dengan perlakuan
dari 18 kapsul yang diuji hancur yang sama. Filrat yang didapat
sempurna. Dicatat waktu yang sebanyak 2 liter 658 ml dan berwarna
diperlukan kapsul untuk hancur hijau pekat. Remaserasi sebanyak 2
sempurna (Ditjen POM, 1995). liter dengan perlakuan yang sama.
Filtrat yang didapat sebanyak 1 liter
640 ml dan berwarna hijau pekat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak cair yang didapat sebanyak
Ekstrak Etanol Daun Bayam 7548 ml.
Metode maserasi dipilih karena Hasil ekstraksi lalu dipekatkan
merupakan metode ekstraksi yang di atas waterbath pada suhu 80ºC
sederhana. Kelebihan dari metode ini sampai didapat ekstrak sebanyak
adalah alat yang digunakan sederhana 168,204 gram. Dengan rendemen
dan dapat digunakan untuk zat yang sebesar 16,8%
tidak tahan terhadap pemanasan A. Formulasi Sediaan Kapsul
sehingga dapat menghindari kerusakan Berdasarkan hasil pengeringan
kandungan kimia dari simplisia. serbuk ekstrak diperoleh hasil
Maserasi dilakukan selama 3 x sebanyak 58,8 gram. Setelah didapat
24 jam, dengan cara serbuk simplisia serbuk ekstrak daun bayam kemudian
sebanyak 1000 gram, direndam dengan dibuat granul dengan cara granulasi
5 liter etanol 70% dalam bejana basah. Formula akan ditambahkan
maserasi selama 1 hari. Kemudian aerosil sebagai adsorben, talkum dan
diaduk dengan menggunakan batang magnesium stearat sebagai glidan.
pengaduk searah jarum jam dengan Komposisi dalam satu kapsul
kecepatan 1 putaran per detik selama 1 terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam
menit. Tujuan dilakukan pengadukan sebanyak 150 mg, amilum jagung 132
untuk memaksimalkan kontak antara mg, aerosil 9 mg, talcum 6 mg dan
sampel dengan pelarut. bejana tersebut magnesium stearat 3 mg. Kemudian
ditutup dengan menggunakan dibuat sediaan kapsul sebanyak 70
alumunium foil agar tidak ada kotoran kapsul, menggunakan kapsul no 2
yang masuk selama proses ekstraksi (dipilih karena dapat menampung isi
berlangsung dan disimpan di tempat kapsul sebanyak 0,296 mg).
yang terlindung dari cahaya matahari.
B. Evaluasi Sediaan Kapsul homogen. Untuk kriterianya kecuali
1. Uji Keragaman Bobot dinyatakan lain dalam masing –
Uji keseragaman bobot, masing monografi, persyaratan
dilakukan pada 20 kapsul, Uji keseragaman bobot dipenuhi jika
keragaman bobot dilakukan untuk tidak kurang dari 9 dari 10 satuan
memastikan bahwa bobot yang sediaan seperti ditetapkan dari cara
terdapat didalam kapsul pada suatu keseragaman bobot terletak dalam
formula memiliki jumlah yang sama rentang 85% hingga 115% dari yang
dan zat aktif yang sama dengan tertera pada etiket dan tidak ada
anggapan serbuk formula terdistribusi satuan terletak diluar rentang 75%

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 68


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

hingga 125% yang tertera pada etiket menyimpang lebih dari persyaratan.
dan simpangan baku relative dari 10 Untuk makna dari adalah untuk
satuan sediaan kurang dari atau sama mengetahui nilai rata – rata dari hasil
dengan 6%. evaluasi uji keseragaman bobot
Berdasarkan persyaratan kapsul yang dibuat. Sedangkan
Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa makna dari SD adalah untuk
kapsul dengan bobot rata – rata 120 menggambarkan tingkat penyebaran
mg tidak boleh memiliki perbedaan data dari nilai rata – rata.
dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata – rata isi kapsul Berdasarkan sediaan kapsul yang
lebih dari 85% – 115%. Berdasarkan dibuat telah memenuhi persyaratan
penimbangan kapsul pada formula evaluasi waktu hancur. Karena
untuk uji keseragaman bobot keseluruhan kapsul yang di uji
menunjukkan tidak ada yang mempunyai rentang waktu 15 menit.
hancur sediaan tablet atau kapsul. 2. Berdasarkan hasil uji
Untuk memberikan efek terapi, tablet keseragaman bobot dan uji
harus hancur terlebih dahulu hancur waktu hancur telah memenuhi
menjadi partikel yang lebih kecil, persyaratan Farmakope
begitu pula untuk kapsul agar isi Indonesia Edisi IV. Perbedaan
kapsul dapat terabsorpsi pada saluran dalam persen bobot isi tiap
cerna menggambarkan tingkat kapsul terhadap bobot rata-rata
penyebaran data dari nilai rata – rata. tiap isi kapsul tidak lebih dari
85% hingga 115%. Waktu
2.uji waktu hancur hancur kapsul tidak lebih dari
Uji waktu hancur penting 15 menit.
dilakukan untuk mengetahui waktu
Sediaan dinyatakan hancur sempurna Saran
bila sisa sediaan, yang tertinggal pada Hasil penelitian yang telah
kasa alat uji merupakan masa lunak dilakukan, perlu dilakukan
yang tidak mempunyai inti yang jelas, pengembangan metode evaluasi
kecuali bagian dari penyalut atau sediaan kapsul meliputi evaluasi
cangkang kapsul yang tidak larut. terhadap massa kapsul dan evaluasi
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang terhadap sediaan jadi serta uji
diperlukan untuk menghancurkan higroskopitas
kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15
menit. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan sediaan kapsul yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Arief, A., (1990), Hortikultura.
evaluasi waktu hancur. Karena Yogyakarta : Penerbit Andi
keseluruhan kapsul yang di uji Offset.
mempunyai rentang waktu 15 menit.
Agoes, G., (2007), Teknologi Bahan
KESIMPULAN DAN SARAN Alam. Bandung : Penerbit ITB.
Kesimpulan
1. Formulasi yang dibuat telah Agoes, G., (2008), Pengembangan
memenuhi persyaratan sediaan Sediaan Farmasi. Bandung :
kapsul. Penerbit ITB.

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 69


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

Pada Beberapa Jenis Bayam


Anonim, (1995),. Farmakope Terhadap Jumlah Eritrosit
Indonesia Edisi IV. Jakarta : Tikus Putih (Rattus rvegicus)
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Lachman, L. (1994) Teori dan Praktek
Farmasi Industri Ed. 3, jilid 2.
Ansel, H. C. (1989) Pengantar Bentuk Depok : UI Press.
Sediaan Farmasi Ed.4 Jakarta
: UI Press. Lailis, S. (2010) Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Tanin
Augsburger, L. L. (2000) Modern dari Daun Belimbing Wuluh
Pharmaceutics : Hard and Soft (Averrhoa Billimbi L. ).
Gelatin Capsules. Ed. 2. New Malang : UIN.
York : Mercel Dekker.
Lieberman, H. A., Lachman, L. &
Ditjen POM. (1979) Farmakope Schwartz, J. B. (1989).
Indonesia edisi III. Jakarta : Pharmaceutical Dosage Forms
Departemen Kesehatan (volume 1). New York : Marcel
Republik Indonesia. Dekker, Inc.

Ditjen POM. (1995) Farmakope Roselyndiar. (2012) Formulasi Kapsul


Indonesia edisi IV. Jakarta : Kombinasi Ekstrak Herba Seledri
Departemen Kesehatan (Apium Graveolens L.) Dan Daun
Republik Indonesia. Tempuyung (Sonchus Arvensisl.)

Ditjen POM. (2000) Parameter


Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Fatimah, Siti. (2009) Studi Kadar


Klorofil Dan Zat Besi (Fe)
Anemia. Malang : Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim.

Kementerian Kesehatan RI, (2010)


Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014. Jakarta.

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 70

Anda mungkin juga menyukai