Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

Di susun oleh :

Andi Purniawan

191040067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PURWOKERTO

2020
A. DEFINISI
Kista ovarium berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil, yang terletak di indung telur (ovarium), kista ovarium dapat
terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama
masa kehamilan (Bilotta K, 2012).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul
ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
(Nugroho, 2010).

B. ETIOLOGI
Menurut Winjosastro (2015:159) kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium, dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon ekstrogen dan
progesteron diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epithelium yang
berkurang didalam korteks.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada molahidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistadenoma ovarii musinosum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama
yang pertumbuhannya elemen mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium).
d. Kista endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.
e. Kista dermoid.
Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis. Pada
kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan
16 minggu) karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam
rahim.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) tanda gejala kista
ovariumyaitu, kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksan
fisik, tanpa ada gejala (asimtomatik). Mayoritas penderita kista ovarium
tidak menunjukkan adanya gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini
disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara tersembunyi
sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan
stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan
menstruasi, nyeri pada perut bawah, timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tidak mempunyai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena
ovarium pun dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga
satu,warna kista putih ke abu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang
coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil
tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

Menurut Nugroho, T (2012: 94) tanda dan gejala kista ovarium yaitu:
1. Sering tanpa gejala
2. Nyeri saat menstruasi
3. Nyeri diperut bagian bawah
4. Nyeri pada saat berhubungan badan
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan atau buang air besar
7. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.

D. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa fungsi
ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan
salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium
tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan
gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut
menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal
yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat
distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH dan HCG.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) pemeriksaan penunjang
kista ovarium yaitu:
1. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan
adanya kanker/kista.
2. Ultrasound/scan CT
Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
3. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor perdarahan perubahan endometrial.
4.  Hitung darah lengkap
5. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Menurut Nugroho, T (2012: 95) penegakan diagnosis kista ovarium
ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi atau USG (abdomen atau
transvaginal), kolposkopi screening, dan pemeriksaaan darah (tumor
marker atau penanda tumor).
Menurut Nugroho, T (2012: 95) pemeriksaan laboratorium kista
ovarium melakukan pemeriksaan sekret yang meliputi trichomonas,
candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit,
epitel, PH dan hematologi misalnya HB (hemoglobin).

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Nugroho, T (2012: 95) penatalaksanaan kista ovarium yaitu.
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika
tidak curiga ganas (kanker).
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yang
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau
laparatomi. Biasanya untuk laparoskopi dan diperbolehkan pulang
pada hari ke 3 atau hari ke 4, sedangkan untuk laparatomi anda
diperbolehkan pulang pada hari ke 8 atau ke 9.
Berdasarkan Hamylton (2005); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2004);
Winkjosastro (2005) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik
yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan
reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau
teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,
asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik
dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan
pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa
sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan,
tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan.
Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah
setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu
minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk
3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena
aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis,
aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol
untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.

G. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya adalah :
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tungkai
Torsio terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum
rotundum pada uterus, jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi ini
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA,
massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium
normal.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada patogen.
d. Robek di dinding kista
e. Perubahan keganasan

Anda mungkin juga menyukai