Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR & SEMI PADAT


“EMULSI”

Dosen : Siti Aisiyah, M.Sc., Apt

Disusun oleh :
MIRA RIZKY LESTARI (23175192A)
DEVI OKTAVIANA PUTRI (23175195A)
YOSEFA MARIA WEAN (23175197A)
DINDA CATUR CAHYANI (23175198A)
LISCA DEYANA DINDA S. (23175199A)

LABORATORIUM FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR & SEMI PADAT


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2020
Tujuan

Mengetahui pengaruh emulgator terhadap stabilitas emulsi.

Dasar Teori

Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. Merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
bisanya air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi manjadi butit-butir kecil
dalam cairan yang lain.

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang
ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).

Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom akasia, tragakan,
sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa kolesterol, surfaktan, atau emulgator
lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,
misalnya tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa

Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, untuk tipe o/w
menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yakni natrium lauril sulfat,
trietanolamin stearat.

Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai


berikut:

 Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas.


 Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4
bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan.
 Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.
Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu :

1. Flokulasi dan creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh


adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok
globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah
terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu
emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas
atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi

2. Koalesen dan Demulsifikasi

Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas


permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar
permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih
besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari koalesen
dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua
fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan

Emulsi terdiri dari 2 macam golongan yaitu :

1. Komponen Dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas:

 Fase Dispers/ Fase Internal/ Fase Diskontinue/ Fase Dalam : yaitu zat cair
yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
 Fase Kontinue/ Fase External/ Fase Luar : yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

Emulgator : adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen Tambahan.

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh


hasil yang lebih baik, misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative
(pengawet), antioksidan, zat pengental.
Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal dan eksternal, maka
emulsi dapat digolongkan menjdai 2 macam yaitu :

 Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air) adalah emulsi
yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase external.
 Emulsi tipe W/O (water in oil) Atau A/M (air dalam minyak) adalah emulsi
yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase external.

Alat dan Bahan

Alat:
- Blender
- Tabung reaksi
- Mikroskop
- Viscometer

Bahan:

- Paraffin liquidium
- Tween 80
- Span 80
- Sirup simplex
- Nipagin
- Nipasol
- Aquades
Cara kerja

a. Formulasi Emulsi

Buatlah 3 formula dengan mempergunakan emulgator tween dan span dengan


perbandingan yang sudah tertera di buku praktikum.

Campurkan parafin liquidium, sirup simplex, nipagin, nipasol, tween dan span, aduk
dengan blender.

Tambahkan aquades sedikit demi sedikit sambil diaduk.

b. Determinasi Tipe Emulsi

Metode pemberian warna ditambah larutan metilen blue terjadi warna biru yang
dominan maka tipe emulsi adalah minyak dalam air. ditambah sudan III jika warna
merah dominan maka tipe emulsi adalah air dalam minyak.

Metode pengeceran emulsi diberi sedikit air dan aduk jika diperoleh emulsi yang
homogen lagi maka tipe emulsi minyak dalam air.

Metode pengukuran daya hantar listrik, sebuah voltameter dicelupkan ke dalam emulsi
jika terjadi gerakan maka tipe emulsi minyak dalam air jika tidak terjadi gerakan maka
tipe air dalam minyak.

c. Uji Penyimpanan Pada Suhu Kamar dan Suhu 40-500C

Masukkan emulsi ke dalam tabung reaksi berskala, simpan pada suhu


kamar dan suhu 40-500C

Amati persen pemisahan tiap minggu selama 1 bulan. Persen


pemisahan dicari dengan rumus:
Persen pemisahan=
d. Uji Pemisahan Karena Sentrifugasi

Emulsi dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala

Disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 jam pertama,


kedua dan ketiga, kemudian diamati persen pemisahannya.

e. Viskositas

Tentukan viskositas emulsi dengan menggunakan viscometer

pengamatan dilakukan tiap minggu selama 1 bulan

f. Uji Volume Creaming

Sebanyak 70 ml dalam gelas ukur 100 ml disimpan , dilihat perubahan


tinggi globul atau pengendapan .

Pengamatan dilakukan selama penyimpanan emulsi hari ke 0 sampai 21

Lakukan pengukuran
Lakukan hal yang sama pada pH 7 dan pH 10 , kemudiaan dikalibrasi dan
diujikan pada sediaan

g. pH
Memvalidasi pH meter menggunakan buffer kemudian menyiapkan larutan
buffer yang sesuai

Celupan anode ke dalam larutan sampai terlihat hasilnya

Hasil Praktikum

a. Formula

formula Tween 80 Span 80


A 75 25
B 50 50
C 25 75

HLB butuh paraffin liquidum adalah 12


HLB tween 80 adalah 15
HLB span 80 adalah 4,3
1. Formulas A
75
Tween 80 = x 15=11,25
100
25
Span 80 = x 4,3=1,075
100
HLB campuran formula A adalah 12,325

2. Formula B
50
Tween 80 = x 15=7,5
100
50
Span 80 = x 4,3=2,15
100
HLB campuran formula A adalah 9,65
3. Formula C
25
Tween 80 = x 15=3,75
100
75
Span 80 = x 4,3=3.225
100
HLB campuran formula A adalah 6,975
b. Evaluasi dan pengamatan
1. Organoleptik

Bentuk cair
2. Determinasi
Warna tipe Putih
emulsisusu
Bau khas a.
Rasa -

a. Metode pewarnaan
formula Sudan III Methylen Blue Tipe emulsi
A Fase dispersi : - Fase dispersi : biru W/O
Medium dispersi : merah Medium dispersi : -
B Fase dispersi : - Fase dispersi : - W/O
Medium dispersi : merah Medium dispersi : merah
C Fase dispersi : - Fase dispersi : - W/O
Medium dispersi : merah Medium dispersi : merah
b. Metode pengenceran
formula Air Minyak Tipe emulsi
A terpisah homogen W/O
B terpisah homogen W/O
C terpisah homogen W/O

c. Metode konduktivitas listrik


formula Hasil pengujian Tipe emulsi
A Jarum tidak bergerak W/O
B Jarum tidak bergerak W/O
C Jarum tidak bergerak W/O

3. Viskositas
formula viskositas
A 200
B 200
C 200

4. pH
formula pH
A 5
B 5
C 5

5. uji stabilitas
a. sentrifugasi
setelah diuji dengan sentrifugator sediaan emulsi tidak memisah dan tetap
berwarna putih seluruhnya

b. uji volume creaming


volume awal (Vo) = 95 ml
Waktu Volume
30 menit 95 ml
1 jam 95 ml
2 jam 95 ml
24 jam 95 ml

Vu 95
Perhitungan F = x 100= x 100=100
Vo 95
Pembahasan
Pada praktikum ini adalah tentang sediaan emulsi dimana emulsi menurut
farmakope Indonesia edisi lll halaman 9 Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Dalam pembuatan suatu emulsi digunakan
suatu emulgator atau surfaktan yang bertujuan untuk menurunkan tegangan antar
muka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan untuk membuat sediaan
emulsi adalah Parafin liquidium sebagai bahan aktif karena digunakan untuk oral
,tween 80 , span 80, sedangkan bahan obat adalah metilparaben, propilparaben, sirup
simplex dan aquadest. Digunakan kombinasi emulgator tipe air (Tween 80) dan
emulgator tipe minyak (span 80), meskipun kadang-kadang ditemukan bahwa suatu
pengemulsi tunggal dapat menghasilkan jenis emulsi yang dikehendaki pada
viskositas yang diinginkan, namun karena jarang ditemukan emulgator tunggal yang
memiliki nilai HLB sesuai dengan yang dibutuhkan maka digunakan emulgator
kombinasi. Di samping itu digunakan emulgator kombinasi karena sulit untuk
mencari emulgator tunggal sesuai dengan HLB butuh, selain itu pengemulsi hidrofilik
pada fase air dan zat hidrofobik pada fase minyak akan membentuk lapisan kompleks
pada batas minyak/ air, lapisan ini akan membungkus globul-globul lebih rapat
dibandingkan emulgator tunggal. Telah diketahui pula bahwa rantai hidrokarbon dari
molekul tween berada dalam bola minyak antara rantai-rantai span dan penyusun ini
menghasilkan atraksi Van der Walls yang efektif. Dengan cara ini lapisan antarmuka
diperkuat dan kestabilan emulsi O/W ditingkatkan melawan pengelompokan partikel.
Pada uji organoleptis meliputi bau, warna dan rasa. Evaluasi sediaan emulsi
yang diperoleh berwarna orange, berbau jeruk dan rasa manis yang menunjukkan
bahwa sesuai dengan bahan yang digunakan atau diinginkan dan memenuhi
persyaratan emulsi yaitu bau, rasa dan warna menarik.
Evaluasi dilanjutkan dengan mengukur viskositas sediaan dengan
menggunakan viscometer-brookfield diperoleh nilai 200cps 200cps, 200cps, dimana
sediaan emulsinya sama hal ini menunjukkan bahwa sediaan emulsi stabil dan
kekentalan sesuai.
Pada uji sentrifugasi,sediaan disentrifugasi dengan kecepatan3000 rpm selama
30menit dan menunjukkan sediaan emulsinya stabil dan tidak terjadi pemisahan..Pada
Uji sentrifugasi ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan emulsi dengan cara
mengamati pemisahan fase setelah disentrifugasi. Fase yang diukuradalah fase air
yang terdapat di bagian bawah
Creaming adalah gerakan ke atas dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase
kontinu,sedagkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan ke bawah dari
partikel. Pada pengamatan volume creaming menunjukkan tidak terjadinya creaming.
Hal ini menunjukkan adanya kestabilan emulgator yang memberikan kerapatan
maksimal dari kedua fase, sehingga penyatuan fase minyak yang menjadikan
terjadinya koalesensi pada emulsi tidak terjadi. Karena semakin besar kerapatan dari
kedua fase, maka tetes terdispersi fase creaming bukanlah tanda pecahnya emulsi
tetapi secara estetika tidak menarik (Scovilles, 1995).
Kemudian uji pH. Nilai pH rata- rata yang diperoleh 5 hal ini menunjukkan
bahwa pH sediaan emulsi baik sesuai rentang yang diharapkan (5-8) dan
kemungkinan jika terjadi penurunan atau kenaikan pH karena adanya ketidakstabilan
dalam penyimpanan..
Selanjutnya uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip bahwa air dapat
menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Dari hasil yang diperoleh pada
uji hantaran listrik sediaan tidak dapat menghantarkan arus listrik, (jarum tidak
bergerak) hal ini menujukkan bahwa emulsi tipe minyak dalam air (W/O).

Uji pengenceran merupakan metode yang tergantung kenyataan bahwa suatu


emulsi tipe O/W dapat diencerkan dengan air atau tipe W/O dengan minyak. Untuk
memastikan tipe emulsi ini dilakukan uji pengenceran dengan diencerkan dengan air
tetapi hasil didapatkan bahwa sediaan terpisah saat diencerkan dengan air. Lalu di
lakukan uji pengenceran dengan menggunakan fase minyak dan didapatkan bahwa
hasil sediaan homogen makadapat dikatakan pada pengujian ini, penentuan tipe
emulsi menunjukkan sediaan termasuk ke dalam tipe W/O (water in oil).
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi stabil
berdasarkan organoleptis, uji viskositas, uji pH, yang merupakan emulsi tipe minyak
dalam air (O/W). Sedangkan pada uji daya hantar listrik dan uji pengenceran
merupakan emulsi tipe air dalam minyak (W/O).
Daftar pustaka
Arief, Moh. 2000. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Anonom, a. 1979.

Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Anonim, b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Handbook of Pharmaceutical Exipient.

Voigth, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi farmasi. Edisi V., Gajah Mada University Press:
Yogyakarta, hal 407

Anda mungkin juga menyukai