Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI PADAT

UJI DISOLUSI TABLET

VIONA LISCHA NURFAHIRA

1701042

DOSEN :

apt. Anita Lukman, M.Farm

ASISTEN DOSEN:

Indah kusuma dewi

Nada nabila islami

Reni wulanda

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

YAYASAN UNIV. RIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2020
UJI DISOLUSI TABLET

I. Tujuan praktikum

 Untuk menentukan kecepatan disolusi suatu tablet

II. Tinjauan Pustaka

Tablet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (Anonim, 1995).

Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal
misalnya:
1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai
antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya
digunakan sebagai antiinfeksi. (Anief, M., 2005).

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan


yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang
cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak
toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu
tertentu.

Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian


evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar diantara
kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa
parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat
fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif biasanaya ditetapkan
oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya. Pelepasan zat aktif dari
bentuk sediaan biasanya ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media
sekelilingnya.

Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yang menghasilkan
transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari
permukaan padat.
Teori disolusi yang umum adalah:
1.      Teori film (model difusi lapisan)
2.      Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3.      Teori Solvasi terbatas/Inerfisial

            Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk


sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri.
Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan
sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar
permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang dibakukan. Kecepatan
pelarutan memberikan informasi tentang profil proses pelarutan persatuan waktu.
Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes dan Whitney sejak tahun
1897 dan diformulasikan secara matematik.

Pada peristiwa melarut sebuah zat padat disekelilingnya terbentuk lapisan tipis
larutan jenuhnya, darinya berlangsung suatu difusi suatu ke dalam bagian sisa dari
larutan di sekelilingnya. Untuk peristiwa melarut di bawah pengamatan kelambatan
difusi ini dapat menjadi persamaan dengan menggunakan hukum difusi. Dengan
mensubtitusikan hukum difusi pertama Ficks ke dalam persamaan Hernsi Brunner
dan Bogoski, dapat memberikan kemungkinan perbaikan  kecepatan pelarutan secara
konkret.
          Kecepatan pelarutan berbanding lurus dengan luas permukaan bahan
padat, koefisien difusi, serta berbanding lurus dengan turunnya konsentrasi pada
waktu t. Kecepatan pelarutan ini juga berbanding terbalik dengan tebal lapisan difusi.
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia
zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan
pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan, dimana pelepasan zat aktif ditentukan oleh
kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya.
         
            Uji hancur pada suatu tablet didasarkan pada kenyataan bahwa, tablet itu
pecah menjadi partikel-partikel kecil, sehingga daerah permukaan media pelarut
menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam cairan
tubuh. Namun, sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan
tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberikan
jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan
kecepatan yang seharusnya. Oleh sebab itu, uji disolusi dan ketentuan uji
dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet. Laju absorpsi dari obat-obat
bersifat asam yang diabsorpsi dengan mudah dalam saluran pencernaan sering
ditetapkan dengan laju larut obat dalam tablet.

Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan obat dan
tablet melarut menjadi sangat menentukan. Karena itu, laju larut dapat berhubungan
langsung dengan efikasi (kemanjuran) dan perbedaan bioavaibilitas dari berbagai
formula. Karena itu, dilakukannya evaluasi mengenai apakah suatu tablet melepas
kandungan zat aktifnya atau tidak bila berada di saluran cerna, menjadi minat utama
dari para ahli farmasi.
Diperkirakan bahwa pelepasan paling langsung obat dari formula tablet diperoleh
dengan mengukur bioavaibilitas in vivo. Ada berbagai alasan mengapa
penggunaan in vivo menjadi sangat terbatas, yaitu lamanya waktu yang diperlukan
untuk merencanakan, melakukan, dan mengitepretasi; tingginya keterampilan yang
diperlukan bagi pengkajian pada manusia.; ketepatan yang rendah serta besarnya
penyimpangan pengukuran; besarnya biaya yang diperlukan; pemakaian  manusia
sebagai obyek bagi penelitian yang “nonesensial”; dan keharusan menganggap
adanya hubungan yang sempurna antara manusia yang sehat dan tidak sehat yang
digunakan dalam uji. Dengan demikian, uji disolusi secara in vitro dipakai dan
dikembangkan secara luas, dan secara tidak langsung dipakai untuk mengukur
bioavabilitas obat, terutama pada penentuan pendahuluan dari faktor-faktor formulasi
dan berbagai metoda pembuatan yang tampaknya akan mempengaruhi bioavaibilitas.
Seperti pada setiap uji in vitro, sangat penting untuk menghubungkan uji disolusi
dengan tes bioavaibilitas in vitro. Ada dua sasaran dalam mengembangkan uji
disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan :
1.      Penglepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100%
2.      Laju penglepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju
penglepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan efektif secara klinis.

III. Alat dan bahan

Alat :

 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Beaker glass
 Spoit
 Termometer
 Spektrofotometer
 Bejana

Bahan :

 Aqua destilata
 NaOH
 Tablet Piroksikam
IV. Cara kerja

a Pembuatan Baku Induk 1000 ppm

1) Ditimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg

2) Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

3) Ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 mL diaduk sampai larut

4) Ditambah dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok sampai homogen

b Pembuatan Baku Seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm

1) Dipipet 0,1 mL; 0,15 mL; 0,2 mL; 0,25 mL; 0,3 mL dari baku seri 1000 ppm

2) Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL

3) Ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok hingga homogen

c Pembuatan Kurva Kalibrasi Baku

1) Dipipet larutan baku seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm ke dalam kuvet
2) Diukur absorbansi baku seri pada panjang gelombang maksimum
d Uji disolusi tablet

1) Bak mantel (tempat labu disolusi) dimasukkan, diisi dengan air, atur pada suhu 37 o +

0,5oC

2) Isi labu disolusi dengan media disolusi. Volume larutan disolusi yaitu 900 mL

3) Dimasukkan tablet ke dalam keranjang bila suhu telah mencapai 37oC

4) Dinyalakan pengaduk dengan kecepatan 100 rpm

5) Diamnil media disolusi secukupnya dengan pipet volume pada menit ke 5; 10; dan 15.

Media disolusi dicukupkan kembali hingga volumenya 900 mL pada tiap pengambilan.
Ditentukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang (λ) 243 nm. Dibandingkan dengan kurva kalibrasi dan dilakukan dengan
perhitungan kadar.
V. Hasil Percobaan

1. Data Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Piroksikam pada Panjang Gelombang Maksimum
334 nm

Konsentrasi
Absorban
(µg/ml)
3 0,282
4 0,422
6 0,550
8 0,699
10 0,840

Tentukanlah persamaan regresi dan koefisien korelasi dari data kurva kalibrasi di atas.

0.9
0.8 f(x) = 0.08 x + 0.08
R² = 0.99
0.7
0.6
0.5
absorban

0.4 absorban
0.3 Linear (absorban )
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KONSENTRASI (ug/ml)
2. Data uji disolusi tablet piroksikam

Tentukanlah jumlah dan persentase zat aktif yang terdisolusi per satuan waktu, dan tentukan
apakah data tersebut memenuhi persyaratan FI?

Waktu (menit) Absorban

5 0,2234

10 0,2333

15 0,2450

20 0,2695

30 0,2757

45 0,2892

y = 0,0765x + 0,0843 R= 0,9889

t = 5 menit (0,2234)
y = 0,0765x + 0,0843
0,2234 = 0,0765x + 0,0843
x = 1,8183µg/mL
µg 10
1,8183 × 900 mL×( )
mL 2
kadar = =8,1823 mg
1000

8,1823 mg
% kadar= ×100 %=40,91%
20 mg

t= 10 menit (0,2333)
y = 0,0765x + 0,0843
0,2333 = 0,0765x + 0,0843
x = 1,9477µg/mL
10
1,9477 µg /mL× 900 mL ×( )
2
kadar = =8,7646 mg
1000
15 mL
FK= ×8,1823 mg=0,1363 mg
900 mL
Kadar total = 12,654 mg + 0,1363 mg = 8,9000 mg
8,9000 mg
% terdisolusi= ×100 %=44,5 %
20 mg

t =15 menit (0,2450)


y = 0,0765x + 0,0843
0,2450 = 0,0765x + 0,0843
x = 2,1006µg/ mL
10
2,1006 µg /mL ×900 mL ×( )
2
kadar = =9,4527 mg
1000
15 mL
FK= ×8,9000 mg=0,1483 mg
900 mL
kadar total = 9,4527 mg + 0,1483 mg + 0,1363 mg = 9,7373 mg
9,7373 mg
% terdisolusi= ×100 %=48,68 %
20 mg

t = 20 menit (0,2695)
y = 0,0765x + 0,0843
0,2695 = 0,0765x + 0,0843
x = 2,4209µg/mL
10
2,4209 µg/ mL × 900 mL×( )
2
kadar = =10,8940 mg
1000
15 mL
FK= ×9,7373 mg=0,1622 mg
900 mL
Kadar total = 10,8940 mg + 0,1622 mg + 0,1368mg + 0,1483 mg = 11,3413 mg
11,3413 mg
% terdisolusi= ×100 %=56,70 %
20 mg

t= 30 menit (0,2757)

y = 0,0765x + 0,0843
0,2757 = 0,0765x + 0,0843
x = 2,5019µg/mL
10
2,5019 µg/mL× 900 mL ×( )
2
kadar = =11,2585 mg
1000
15 mL
FK= ×11,3413 mg=0,1890 mg
900 mL
Kadar total = 11,2585mg+ 0,1622mg + 0,1368mg + 0,1483mg+ 0,1890 mg = 11,8948 mg
11,8948 mg
% terdisolusi= ×100 %=59,47 %
20 mg

t= 45 menit (0,2892)

y = 0,0765x + 0,0843
0,2892 = 0,0765x + 0,0843
x = 2,6784µg/mL
10
2,6784 µg /mL ×900 mL×( )
2
kadar = =12,0528 mg
1000
15 mL
FK= ×11,8948 mg=0,1982 mg
900 mL
Kadar total = 12,0528mg+ 0,1622mg + 0,1368mg + 0,1483mg+ 0,1890 mg+0,1 982 mg
= 12,8873 mg
12,8873mg
% terdisolusi= × 100 %=64,43 %
20 mg

t= 60 menit (0,2998)

y = 0,0765x + 0,0843
0,2998 = 0,0765x + 0,0843
x = 2,8169µg/mL
10
2,8169 µg/ mL × 900 mL×( )
2
kadar = =12,6760 mg
1000
15 mL
FK= ×12,8873 mg=0,2147 mg
900 mL
Kadar total = 12,6760mg+ 0,1622mg + 0,1368mg + 0,1483mg+ 0,1890 mg+0,1 982 mg
+0,2147mg = 13,7252 mg
13,7252mg
% terdisolusi= × 100 %=68,62%
20 mg

Waktu Hasil Disolusi tablet


Formulasi Absorban
(menit) Kadar (mg) % Terdisolusi
5 0,2234 8,1823 40,91
10 0,2333 8,9000 44,5
15 0,2450 9,7373 48,68

F1 20 0,2695 11,3413 56,70


30 0,2757 11,8948 59,47
45 0,2892 12,8873 64,43
60 0,2998 13,7252 68,62

VI. Pembahasan

Disolusi didefinisikan sebagai suatu proses melarutnya zat kimia atau


senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Laju disolusi suatu
obat adalah kecepatan perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut dalam medianya
setiap waktu tertentu (Mulyono, 2008).
Kecepatan disolusi atau kelarutan sangat diperlukan untuk membantunya
memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat. Pelarutan
suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung
dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke
dalam tubuh (Martin, 2008).

Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah membuat kurva

baku dari zat piroksikam. Seperti sudah diketahui bahwa panjang gelombang

maksimum untuk ranitidin adalah 334 nm sehingga dilakukan pengukuran absorbansi

zat dengan berbagai variasi konsentrasi pada λmaksimum tersebut. Setelah dilakukan

pengukuran absorbansi dengan berbagai variasi konsentrasi senyawa baku, maka dari

data yang ada dibuat persamaan regresi linearnya. Persamaan regresi linear yang

didapat dari hasil pengukuran adalah 0,0765x + 0,0843. Persamaan regresi linear

yang didapat ini nantinya digunakan untuk mencari konsentrasi tablet piroksikam yang

telah diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV.

Tablet piroksikam kemudian diuji disolusi dengan alat disolusi dengan


menggunakan tipe dayung. Sebanyak 1 tablet piroksikam dimasukkan ke dalam alat
yang diisi aquades sebanyak 900 ml. Alat dayung kemudian dijalankan dan rpm di set
pada angka 50rpm, kemudian pada menit ke 0, 1, 3, 5, 10, 20, 30, dan 45 diambil
cuplikan sampel dengan alat penghisap sebanyak 10 ml. Cuplikan sampel dimasukkan
ke dalam botol vial untuk kemudian diukur  absorbansinya. Pengenceran dilakukan
dengan cara mengambil sebanyak 1 ml cuplikan sampel, dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 ml lalu ditambahkan aquades hingga batas labu ukur.

            Kuvet yang digunakan dalam percobaan ini memiliki 2 macam sisi, yaitu yang
halus dan yang kasar. Bagian yang halus nantinya akan disinari oleh sinar UV
sehingga pada bagian tersebut tidak boleh tersentuh tangan. Alasan tidak boleh
tersentuh oleh tangan karena dikhawatirkan akan ada kotoran yang berasal dari tangan
(berupa keringat ataupun lemak lainnya) yang menempel pada kuvet  yang nantinya
dapat mempengaruhi/mengganggu hasil dari pengukuran absorbansi karena
kontaminan yang ada akan ikut memberikan serapan.

Setelah semua cuplikan sampel diukur absorbansinya, maka hasil absorbansi yang
didapat diplotkan ke dalam persamaan regresi linier untuk dicari konsentrasi pada
masing-masing cuplikan. Hasil yang didapat adalah persen terdisolusi dari tiap tiap
waktu menit ke 5 yaitu 40,91% dg kadar 8,1823 mg, menit ke 10 yaitu 44,5% dengan
kadar 8,9000 mg, menit ke 15 yaitu 48,68% dengan kadar 9,7373 mg, menit ke 20
sebanyak 56,70% dengan kadar 11,3413 mg, menit ke 30 yaitu 59,47% dengan kadar
11,8948 mg, menit ke 45 yaitu 64,43% dengan kadar 12, 8873 mg dan menit ke 60
yaitu 68,62% dengan kadar 13,7252 mg.

Konsentrasi yang didapat menunjukkan peningkatan dari menit ke menit karena


semakin lama tablet akan hancur dan bercampur dengan aquades dan meningkat
konsentrasinya.

Ketidaktepatan dalam percobaan dapat diakibatkan oleh beberapa  faktor yaitu :

 Ketidaktepatan pembuatan larutan simetidin standar


 Pengenceran larutan sampel yang tidak akurat
 Ketidaktepatan penimbangan
 Kesalahan pembacaan pada penggunaan spektrofotometer
 Faktor lingkungan
VII. Kesimpulan

 Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya
didefinisikan sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di
bawah kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang
dibakukan. 
 Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan obat
dan tablet melarut menjadi sangat menentukan
 Ada dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro 
1.      Penglepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100%
2.      Laju penglepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama
dengan laju penglepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan
efektif secara klinis.
 Pembuatan Kurva Kalibrasi Piroksikam pada Panjang Gelombang Maksimum
334 nm
 Persamaan regresi linear yang didapat dari hasil pengukuran adalah 0,0765x +
0,0843
VIII. Daftar pustaka

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Gaya


Baru

Ansel, C Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.


Penerjemah Farida Ibrahim. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Anonymous. 2002. United State Pharmacopeia 25. Volume 2. Washington DC :


USP Convention, Inc.

Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988.  Biofarmasi dan


Farmakokinetika           Terapan.          Edisi II. Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan
Dra.
Siti    Sjamsiah, Apt. Surabaya : Airlangga University Press.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,


Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas    Gadjah
Mada   Press.

Anda mungkin juga menyukai