Anda di halaman 1dari 9

MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10

e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

PENETAPAN KADAR HIDROKORTISON PADA KRIM DENGAN


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Aprias Rupiani1, Bayu Rizky Ramadhan2, Tila Azzahra Mumtaz3, Hurin
Layyinatus Shifa4, Dea Oktaviana5, Shafa Nusryabani6
1),2,)3),4),5),6)Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
e-mail:
1) I1021211014@student.untan.ac.id
2) I1021211026@student.untan.ac.id
3) I1021211059@student.untan.ac.id
4) I1021211083@student.untan.ac.id
5) I1021211089@student.untan.ac.id
6) I1021211104@student.untan.ac.id

ABSTRAK
Produk obat yang beredar di Indonesia terdiri dari produk obat paten atau
produk dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo dimana bentuk
sediaan obat tersebut salah satunya ialah krim yang termasuk sediaan semipadat
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi atau terlarut dalam
basis yang sesuai ditujukan untuk penggunaan topical. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kadar hidrokortison asetat yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti inflamasi atau anti radang akibat penyakit kulit yang
responsif terhadap kortikosteroid. Penetapan kadar hidrokortison asetat dalam
sediaan krim yang dibeli pada salah satu Apotek yang terdapat di Kota
Pontianak dilakukan melalui Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui
apakah kadar yang terdapat dalam sediaan krim tertentu memiliki jumlah yang
sesuai dengan ketentuan. Dari hasil yang telah didapatkan, disimpulkan bahwa
kadar hidrokortison asetat yang didapatkan pada sampel sediaan krim yang
dijual dalam kota Pontianak yaitu berturut-turut 91,864% dan 120,9544%.

Kata kunci: Krim, Hidrokortison, Spektrofotometri uv-vis

ABSTRACT
Medicinal products circulating in Indonesia consist of patent medicinal products or
products with trade names (branded) and generic logos where the dosage form of the drug
is one of which is a cream that includes semisolid preparations containing one or more
dispersed or dissolved medicinal materials in an appropriate base intended for topical use.
The purpose of this study was to determine the level of hydrocortisone acetate which has
pharmacological effects as an anti-inflammatory or anti-inflammatory due to skin diseases
that are responsive to corticosteroids. The determination of hydrocortisone acetate levels in
cream preparations purchased at one of the pharmacies in Pontianak City is carried out
through UV-Vis Spectrophotometry to find out whether the levels contained in certain
cream preparations have an amount in accordance with the provisions.
Keywords: Cream, Hydrocortisone, UV-Vis spectrophotometry
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
PENDAHULUAN
Produk obat yang beredar di Indonesia terdiri dari produk obat paten atau
produk dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo Obat generik
merupakan obat yang telah habis masa patennya sehingga dapat diproduksi oleh
semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Obat generik memiliki
efektivitas yang sama dengan obat paten, namun memiliki harga yang jauh lebih
murah. Karena harganya yang murah, obat generik merupakan obat yang paling
terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah, Kandungan zat aktif di dalam
obat generik dan obat paten sama, sehingga masyarakat tidak perlu meragukan
obat generikjadi kesimpulannya Obat generik adalah obat yang telah habis masa
patennya dan kemudian dapat diproduksi oleh industri ang berbeda dari
perusahan inovator (Puspita, 2018).
Krim adalah sediaan semipadat mengandung satu atau lebih bahan obat yang
terdispersi atau terlarut dalam basis yang sesuai, dalam bentuk emulsi kental
yang mengandung setidaknya 60% air untuk pemakaian topikal. Diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak (water in oil, w/o) dan minyak dalam air (oil in
water, o/w) (Kemenkes, 2014; Murtini, 2016). Krim yang terdiri dari emulsi
minyak dalam air atau dispersi mikrokristalin dari asam lemak, dan alkohol
yang memiliki rantai panjang dalam air, dapat dicuci dengan air dan ditujukan
terutama untuk penggunaan kosmetika dan juga estetika. Krim ini bisa juga
digunakan untuk suppositoria melalui vagina dan rektal (Wahyuni, 2022).
Penetapan kadar hidrokortison asetat dalam sediaan krim dilakukan melalui
proses pemisahan terlebih dahulu dari basis krim dan bahan tambahan termasuk
pengawet yang dapat menginterferensi pengukuran hidrokortison asetat. Ada
beberapa metode untuk mendeteksi konsentrasi hidrokortison dalam krim. Salah
satu metode yang dapat digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Namun,
Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk mengidentifikasi zat tunggal. Metode
spektrofotometri UV-Vis ini merupakan teknik analisis yang menggunakan sinar
UV pada panjang gelombang sebesar 100-400 nm dan sinar tampak pada panjang
gelombang 400-750 nm. Prinsip spektrofotometri UV-Vis adalah sinar yang
datang akan diteruskan diserap. Sinar yang diserap intensitasnya berbanding
lurus dengan besarnya konsentrasi zat yang menyerap sinar (Wahyuni, 2022).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Dengan latar belakang tersebut, peneliti mengukur kadar hidrokortison asetat
dalam sediaan krim menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui
apakah kadar yang terdapat dalam sediaan krim tertentu memiliki jumlah yang
sesuai dengan ketentuan.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian berupa kegiatan praktikum di Laboratorium
Kimia Analisis Farmasi program studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, dengan melakukan penetapan kadar hidrokortison dalam krim
yang dibeli dari salah satu apotek yang ada di kota Pontianak. Uji ini dilakukan
dengan alat instrumen Spektrofotometri UV-Vis. Adapun waktu penelitian pada
hari Rabu, 19 Oktober 2022.

Alat
Penelitian ini menggunakan alat yaitu batang pengaduk, botol vial ukuran 100
mL dan 10 mL, corong kaca, kaca arloji, kuvet, labu ukur 10 mL dan 100 mL,
mikropipet, neraca analitik, pipet tetes, sonikator dan seperangkat instrumen
Spektrofotometri UV-Vis

Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan diantaranya adalah aquadest, baku
standar hidrokortison asetat, etanol 96% dan 1 tube krim hidrokortison yang
dibeli dari salah satu apotek yang terdapat di Kota Pontianak

Pembuatan Larutan Baku Standar Hidrokortison


Pembuatan larutan dilakukan dengan melarutkan 10 mg serbuk hidrokortison
asetat ke dalam labu ukur 25 mL. Serbuk hidrokortison dilarutkan dengan
menggunakan campuran pelarut aquadest dan etanol p.a dengan perbandingan
1 : 1. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan menggunakan sonikator

Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Baku


Dibuat lima serial konsentrasi larutan baku hidrokortison 20 , 22, 24, 26 dan 28
ppm untuk menentukan kurva kalibrasi. Serial tersebut menggunakan pelarut
campuran aquadest dan etanol p.a dengan perbandingan 1: 1. Larutan induk
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
dimasukkan ke dalam masing-masing labu ukur 5 mL kemudian ditambahkan
pelarut campuran yang telah dibuat dan digojog hingga homogen. Volume
pelarut yang ditambahkan disesuaikan dengan perhitungan. Selanjutnya
dilakukan analisis menggunakan instrumen Spekttrofotometri UV-Vis

Preparasi Sampel Hidrokortison


Tahapan preparasi sampel dilakukan sebelum analisis sampel. Pada preparasi,
sebanyak 100 mg krim hidrokortison diambil dari 2 tube sampel krim yang dibeli
di salah satu apotek yang terdapat di Kota Pontianak. Dilarutkan 100 mg krim
hidrokortison sedikit demi sedikit menggunakan etanol p.a sebanyak 5 mL.
Kemudian di add kembali etanol p.a hingga tanda batas ke dalam labu ukur 10
mL dan dihomogenkan menggunakan sonikator.

Penentuan Panjang Gelombang


Penentuan panjang gelombang yaitu dilakukan pengenceran 10x pada sampel
hidrokortison dengan konsentrasi 10.000 ppm. Ditambahkan etanol p.a sebanyak
10 mL ke dalam labu ukur yang berisi sampel hidrokortison 1 mL dengan
konsentrasi 10.000 ppm lalu dihomogenkan dengan sonikator. Diukur sampel
dengan menggunakan Spektrofotometri untuk menentukan panjang gelombang.

Analisis Sampel Hidrokortison


Analisis sampel dengan menggunakan spektrofotometri dilakukan dengan cara
mengencerkan 2x sampel hidrokortison dengan konsentrasi 1000 ppm.
Selanjutnya diambil 5 mL sampel hidrokortison dengan konsentrasi 1000 ppm
lalu diencerkan dengan ditambahkan etanol p.a hingga tanda batas 10 mL dan
dilakukan pengukuran absorbansi sampel dengan instrumen Spektrofotometri
UV-Vis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebanyak dua sampel hidrokortison diambil dari apotek yang terdapat di
Pontianak, yang kesemua sampel dikodekan dengan A dan B. Dilakukan
penentuan kadar hidrokortison asetat menggunakan metode spektrofotometri ini
karena cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital maupun
grafik yang sudab diregresikan (Putri, L.E., 2017).

Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum

Panjang Gelombang Absorbansi

241,2 nm 1,124

Pada penentuan Panjang gelombang maksimum, pada umumnya yaitu


menggunakan larutan baku dimana akan diperoleh gelombang maksimum suatu
zat yang memberikan penyerapan paling tinggi. optimasi yang dilakukan yaitu
pada Panjang gelombang 200 hingga 250 nm. Panjang gelombang maksimum
menunjukkan hasil yang linier pada Panjang geelombang 241,2 nm, tidak terlalu
jauh dengan kajian penelitian sebelumnya yaitu sebesar 234 nm (Wahyuni, A.M.,
et.al, 2022). Adapun pelarut yang dipakai pada praktikum kali ini yaitu methanol
p.a : aquadest dengan perbandingan 1:1. Pemakaian pelarut ini didasarkan pada
kelarutan zat aktif yang akan di analisis, yaitu bersifat polar. Pemakaian
kombinasi pelarut ini didasarkan penelitian sebelumnya, dimana larutan
menunjukkan hasil yang lebih jernih pada kombinasi aquadest dan etanol
dibandingkan dengan menggunakan etanol atau aquadest tanpa kombinasi
(Wahyuni, A.M., et.al, 2022).
Pada preparasi baku dan sampel, dilakukan penimbangan seksama. Hal tersebut
untuk menghindari kesalahan yang dapat memicu kesalahan pada hasil serapan
pula. Pada hasil survei yang dilakukan oleh Settle pada tahun 1997 dikutip dari
buku “Validasi Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia” yang ditulis oleh
Abdul Rohman, terungkap bahwa tahapan penyiapan sampel maupun baku
berkontribusi besar menjadi sumber kesalahan pada proses analisis yaitu sebesar
30% diikuti oleh operator sebesar 18,60%, dan kontaminasi sebesar 10,80%
(Rohman, R., 2014). Pembuatan larutan induk hidrokortison sebesar 400 ppm
kemudian sejumlah larutan tersebut dibuat menjadi beberapa seri konsentrasi
yaitu 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 14 ppm, dan 16 ppm. Adapun hasil tesebut di uji
serapannya hingga didapatkan kurva hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi seperti dibawah.
Tabel 2. Absorbansi Baku Standar
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

8 0,3841

10 0,4799

12 0,5821

14 0,6901

16 0,7898

Gambar 1. Kurva Baku Standar

Berdasarkan gambar kurva baku tersebut, kurva standar absorbansi terhadap


konsentrasi, yang membentuk garis lurus (linear) merupakan kemampuan
metode analisis yang memberikan respon secara langsung atau dengan
transformasi matematika, sehingga didapati persamaan regresi yang didapat
dari kurva standar yaitu y= 0,0511x-0,0278 dengan nilai koefisien korelasi (r )
sebesar 0,995. Dimana, harga koefisien korelasi yang mendekati 1 menyatakan
hubungan yang linear antara konsentrasi dengan serapan yang dihasilkan, yang
berarti peningkatan nilai serapan analit berbanding lurus dengan peningkatan
konsentrasinya sesuai dengan koefisien korelasi yang baik (Wahyuni, A.M., et.al,
2022). Adapun keofisien yang baik yaitu diatas 0,99 atau mendekati 1 (Depkes RI,
2020).
Pada preparasi sampel, dilakukan dengan dua tiga pengenceran. Maksud dari
pengenceran tersebut yaitu agar analit yang dihasilkan tidak terlalu pekat dan
serapan yang dihasilkan akan memasuki rentang yang diperbolehkan. Karena,
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
konsentrasi yang besar dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran dalam
spektrofotometer (Putri, L.E., 2017). Pada pengenceran pertama, larutan A dan B
diencerkan sebesar 10.000 ppm dihasilkan larutan yang masih terbilang keruh
dan pengenceran kedua 1000 ppm yang menghasilkan larutan yang jernih dan
yang terakhir sebesar 500 ppm yang menghasilkan larutan jernih. Larutan
tersebut juga disonifikasi agar tidak terdapat zat pengotor (Putri, L.E., 2017).
Adapun serapan yang dihasilkan sebagai berikut.

Tabel 3. Data Absorbansi Sampel Hidrokortison

Sampel Konsentrasi Absorbansi

A 500 ppm 0,5590

B 500 ppm 0,7448

Tabel 4. Data Rata-Rata Kadar Kedua Sampel

Sampel Absorbansi Konsentrasi Kadar Rata-Rata Kadar Kadar


(ppm) (mg) Kadar (mg) (%) (mg)

A 0,5590 11,4833 2,2966 91,864 114,83


2,66023
B 0,7448 15,1193 3,02386 120,9544 151,193

Dari hasil absorbansi didapat bahwa sampel A memiliki persen konsentrasi zat
aktif sebesar 91,864% dan sampel B sebesar 120,9544%. Pada sampel B persen
konsentrasi zat aktif tidak memenuhi syarat konsentrasi zat aktif hidrokortison
dalam sediaan. Rentang konsentrasi zat aktif hidrokortison asetat yang
diperbolehkan pada panduan Farmakope Edisi ke-IV yaitu mengandung
hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar yang tidak memenuhi
syarat tersebut. Antara lain yaitu kesalahan pada preparasi sampel, terutama
dalam pengenceran. Pengenceran yang kurang dapat mempengaruhi serapan
larutan sampel. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan melalui pengenceran atau
pemekatan, yang dimana pada kasus ini yaitu dilakukan pengenceran kembali
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
(Wahyuni, A.M., et.al, 2022). Dari hasil tersebut perlu dipertimbangkan beberapa
poin yang harus dilakukan lebih teliti yaitu: 1) Pada saat pengenceran alat alat
pengenceran harus betul-betul bersih tanpa adanya zat pengotor; 2) Dalam
penggunaan alat-alat harus betul-betul steril; 3) Jumlah zat yang dipakai harus
sesuai dengan yang telah ditentukan; 4) Dalam penggunaan spektrofotometri uv,
sampel harus jernih dan tidak keruh.

SIMPULAN
Dari hasil yang telah didapatkan, disimpulkan bahwa kadar hidrokortison asetat
yang didapatkan pada sampel sediaan krim yang dijual dalam kota Pontianak
yaitu berturut-turut 91,864% dan 120,9544%. Pada sampel B tidak memenuhi
syarat yang ditentukan pada panduan Farmakope Edisi ke-IV sehingga perlu di
evaluasi lebih lanjut peredaran jenis krim hidrokortiosn asetat ini. Perlu juga
adanya evaluasi lebih lanjut tentang praktikum, seperti permasalahan teknis dan
SDM yang berkaitan pada praktikum agar dapat memaksimalkan hasil yang
diinterpretasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, F. A., Ayuliansari, Y., Putri, T., Azis, Y. M., Camelina, D. W., & Putra, R.
M. 2018. Analisis kandungan kafein dalam kopi tradisional gayo dan kopi
lombok menggunakan HPLC dan spektrofotometri UV-Vis. Biotika 16 (2):
38-39.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Harisudin, M. 2013. Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tempe
di Kabupaten Bojonegoro, JawaTimur. Jurnal Teknologi Industri Pertanian
IPB 23 (2): 120-128
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Neldawati, N. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam penentuan kadar flavonoid
untuk berbagai jenis daun tanaman obat. Pillar of Physics 2 (1).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Puspita, S. 2018. EVALUASI MUTU FISIK SEDIAAN KRIM HIDROKORTISON
GENERIK DAN GENERIK BERLOGO. Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 7
(2): 275-278.
Putri, L. E. 2017. Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang
IPA dan Pendidikan IPA 3(1): 391-398.
Tahir, M., Muflihunna, A., & Syafrianti, S. 2017. Penentuan kadar fenolik total
ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia 4 (1): 215-218.
Wahyuni, A. M., Afthoni, M. H., & Rollando, R. 2022. Pengembangan dan
Validasi Metode Analisis Spektrofotometri UV Vis Derivatif untuk
Deteksi Kombinasi Hidrokortison Asetat dan Nipagin pada Sediaan
Krim. Sainsbertek Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi 3 (1): 239-247.
Rohman, A. 2018. Validasi Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. UGM
PRESS.

Anda mungkin juga menyukai