e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
ABSTRAK
Produk obat yang beredar di Indonesia terdiri dari produk obat paten atau
produk dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo dimana bentuk
sediaan obat tersebut salah satunya ialah krim yang termasuk sediaan semipadat
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi atau terlarut dalam
basis yang sesuai ditujukan untuk penggunaan topical. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kadar hidrokortison asetat yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti inflamasi atau anti radang akibat penyakit kulit yang
responsif terhadap kortikosteroid. Penetapan kadar hidrokortison asetat dalam
sediaan krim yang dibeli pada salah satu Apotek yang terdapat di Kota
Pontianak dilakukan melalui Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui
apakah kadar yang terdapat dalam sediaan krim tertentu memiliki jumlah yang
sesuai dengan ketentuan. Dari hasil yang telah didapatkan, disimpulkan bahwa
kadar hidrokortison asetat yang didapatkan pada sampel sediaan krim yang
dijual dalam kota Pontianak yaitu berturut-turut 91,864% dan 120,9544%.
ABSTRACT
Medicinal products circulating in Indonesia consist of patent medicinal products or
products with trade names (branded) and generic logos where the dosage form of the drug
is one of which is a cream that includes semisolid preparations containing one or more
dispersed or dissolved medicinal materials in an appropriate base intended for topical use.
The purpose of this study was to determine the level of hydrocortisone acetate which has
pharmacological effects as an anti-inflammatory or anti-inflammatory due to skin diseases
that are responsive to corticosteroids. The determination of hydrocortisone acetate levels in
cream preparations purchased at one of the pharmacies in Pontianak City is carried out
through UV-Vis Spectrophotometry to find out whether the levels contained in certain
cream preparations have an amount in accordance with the provisions.
Keywords: Cream, Hydrocortisone, UV-Vis spectrophotometry
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
PENDAHULUAN
Produk obat yang beredar di Indonesia terdiri dari produk obat paten atau
produk dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo Obat generik
merupakan obat yang telah habis masa patennya sehingga dapat diproduksi oleh
semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Obat generik memiliki
efektivitas yang sama dengan obat paten, namun memiliki harga yang jauh lebih
murah. Karena harganya yang murah, obat generik merupakan obat yang paling
terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah, Kandungan zat aktif di dalam
obat generik dan obat paten sama, sehingga masyarakat tidak perlu meragukan
obat generikjadi kesimpulannya Obat generik adalah obat yang telah habis masa
patennya dan kemudian dapat diproduksi oleh industri ang berbeda dari
perusahan inovator (Puspita, 2018).
Krim adalah sediaan semipadat mengandung satu atau lebih bahan obat yang
terdispersi atau terlarut dalam basis yang sesuai, dalam bentuk emulsi kental
yang mengandung setidaknya 60% air untuk pemakaian topikal. Diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak (water in oil, w/o) dan minyak dalam air (oil in
water, o/w) (Kemenkes, 2014; Murtini, 2016). Krim yang terdiri dari emulsi
minyak dalam air atau dispersi mikrokristalin dari asam lemak, dan alkohol
yang memiliki rantai panjang dalam air, dapat dicuci dengan air dan ditujukan
terutama untuk penggunaan kosmetika dan juga estetika. Krim ini bisa juga
digunakan untuk suppositoria melalui vagina dan rektal (Wahyuni, 2022).
Penetapan kadar hidrokortison asetat dalam sediaan krim dilakukan melalui
proses pemisahan terlebih dahulu dari basis krim dan bahan tambahan termasuk
pengawet yang dapat menginterferensi pengukuran hidrokortison asetat. Ada
beberapa metode untuk mendeteksi konsentrasi hidrokortison dalam krim. Salah
satu metode yang dapat digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Namun,
Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk mengidentifikasi zat tunggal. Metode
spektrofotometri UV-Vis ini merupakan teknik analisis yang menggunakan sinar
UV pada panjang gelombang sebesar 100-400 nm dan sinar tampak pada panjang
gelombang 400-750 nm. Prinsip spektrofotometri UV-Vis adalah sinar yang
datang akan diteruskan diserap. Sinar yang diserap intensitasnya berbanding
lurus dengan besarnya konsentrasi zat yang menyerap sinar (Wahyuni, 2022).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Dengan latar belakang tersebut, peneliti mengukur kadar hidrokortison asetat
dalam sediaan krim menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui
apakah kadar yang terdapat dalam sediaan krim tertentu memiliki jumlah yang
sesuai dengan ketentuan.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian berupa kegiatan praktikum di Laboratorium
Kimia Analisis Farmasi program studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, dengan melakukan penetapan kadar hidrokortison dalam krim
yang dibeli dari salah satu apotek yang ada di kota Pontianak. Uji ini dilakukan
dengan alat instrumen Spektrofotometri UV-Vis. Adapun waktu penelitian pada
hari Rabu, 19 Oktober 2022.
Alat
Penelitian ini menggunakan alat yaitu batang pengaduk, botol vial ukuran 100
mL dan 10 mL, corong kaca, kaca arloji, kuvet, labu ukur 10 mL dan 100 mL,
mikropipet, neraca analitik, pipet tetes, sonikator dan seperangkat instrumen
Spektrofotometri UV-Vis
Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan diantaranya adalah aquadest, baku
standar hidrokortison asetat, etanol 96% dan 1 tube krim hidrokortison yang
dibeli dari salah satu apotek yang terdapat di Kota Pontianak
241,2 nm 1,124
8 0,3841
10 0,4799
12 0,5821
14 0,6901
16 0,7898
Dari hasil absorbansi didapat bahwa sampel A memiliki persen konsentrasi zat
aktif sebesar 91,864% dan sampel B sebesar 120,9544%. Pada sampel B persen
konsentrasi zat aktif tidak memenuhi syarat konsentrasi zat aktif hidrokortison
dalam sediaan. Rentang konsentrasi zat aktif hidrokortison asetat yang
diperbolehkan pada panduan Farmakope Edisi ke-IV yaitu mengandung
hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar yang tidak memenuhi
syarat tersebut. Antara lain yaitu kesalahan pada preparasi sampel, terutama
dalam pengenceran. Pengenceran yang kurang dapat mempengaruhi serapan
larutan sampel. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan melalui pengenceran atau
pemekatan, yang dimana pada kasus ini yaitu dilakukan pengenceran kembali
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
(Wahyuni, A.M., et.al, 2022). Dari hasil tersebut perlu dipertimbangkan beberapa
poin yang harus dilakukan lebih teliti yaitu: 1) Pada saat pengenceran alat alat
pengenceran harus betul-betul bersih tanpa adanya zat pengotor; 2) Dalam
penggunaan alat-alat harus betul-betul steril; 3) Jumlah zat yang dipakai harus
sesuai dengan yang telah ditentukan; 4) Dalam penggunaan spektrofotometri uv,
sampel harus jernih dan tidak keruh.
SIMPULAN
Dari hasil yang telah didapatkan, disimpulkan bahwa kadar hidrokortison asetat
yang didapatkan pada sampel sediaan krim yang dijual dalam kota Pontianak
yaitu berturut-turut 91,864% dan 120,9544%. Pada sampel B tidak memenuhi
syarat yang ditentukan pada panduan Farmakope Edisi ke-IV sehingga perlu di
evaluasi lebih lanjut peredaran jenis krim hidrokortiosn asetat ini. Perlu juga
adanya evaluasi lebih lanjut tentang praktikum, seperti permasalahan teknis dan
SDM yang berkaitan pada praktikum agar dapat memaksimalkan hasil yang
diinterpretasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, F. A., Ayuliansari, Y., Putri, T., Azis, Y. M., Camelina, D. W., & Putra, R.
M. 2018. Analisis kandungan kafein dalam kopi tradisional gayo dan kopi
lombok menggunakan HPLC dan spektrofotometri UV-Vis. Biotika 16 (2):
38-39.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Harisudin, M. 2013. Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tempe
di Kabupaten Bojonegoro, JawaTimur. Jurnal Teknologi Industri Pertanian
IPB 23 (2): 120-128
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Neldawati, N. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam penentuan kadar flavonoid
untuk berbagai jenis daun tanaman obat. Pillar of Physics 2 (1).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol 1, No 1, 2022, Hal, 1-10
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Puspita, S. 2018. EVALUASI MUTU FISIK SEDIAAN KRIM HIDROKORTISON
GENERIK DAN GENERIK BERLOGO. Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 7
(2): 275-278.
Putri, L. E. 2017. Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang
IPA dan Pendidikan IPA 3(1): 391-398.
Tahir, M., Muflihunna, A., & Syafrianti, S. 2017. Penentuan kadar fenolik total
ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia 4 (1): 215-218.
Wahyuni, A. M., Afthoni, M. H., & Rollando, R. 2022. Pengembangan dan
Validasi Metode Analisis Spektrofotometri UV Vis Derivatif untuk
Deteksi Kombinasi Hidrokortison Asetat dan Nipagin pada Sediaan
Krim. Sainsbertek Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi 3 (1): 239-247.
Rohman, A. 2018. Validasi Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. UGM
PRESS.