Koordinator Praktikum
Desy Siska Anastasia, , M.Si.,Apt
NIP. 198912102019032014
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK / KELAS : 1 / A2
ANGGOTA : Ab. Very Kurniawan (I1021211029)
Aprias Rupiani (I1021211014)
Astrid Akila Nasyiwa (I1021211053)
Bayu Rizky Ramadhan (I1021211026)
Cheirly Aulia Putri Ningtias (I1021211044)
Larutan ialah sediaan cair dimana mengandung salah satu atau lebih zat kimia larut.
Biasanya larutan dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan dan
penggunaannya tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya. Salah satu bentuk sediaan
larutan adalah elixir. Elixir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang berfungsi
sebagai kosolven. Elixir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang
digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya.(1)
Banyak larutan oral yang mengandung etanol dinyatakan sebagai elixir. Banyak juga yang
menyatakan bahwa larutan oral juga mengandung etanol dalam jumlah yang berarti. Karena
apabila kadar etanol dalam jumlah yang tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan
secara oral. Opsi lain yaitu penambahan kosolven seperti gliserin dan propilen glikol untuk
mengurangi jumlah etanol yang diperlukan.(2) Ibuprofen sebagai obat yang memiliki kelarutan
praktis tidak larut dalam air, merupakan golongan obat anti inflamasi nonsteroid derivat asam
propionat yang mempunyai efek analgetik dan antipiretik.(3)
Adapun pemilihan bentuk sediaan elixir ibuprofen yaitu karena umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau
dicampur, oleh sebab molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara molekuler dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur atau secara merata (Sholihah, NA. dkk,
2019).(2)
I. Preformulasi Zat Aktif
Ibuprofen
Struktur Kimia (FI 6, 2020: 728)
2. Etanol
• Propilenglikol
= 10% × 65 mL
= 6,5 mL
• Gliserin
= 10% × 65 mL
= 6,5 mL
• Etanol
= 10% × 65 mL
= 6,5 mL
• Sirupus simpleks
= 20% × 65 mL
= 13 mL
• Sirup sorbitol
= 20% × 65 mL
= 13 mL
• Na-benzoat
= 0,5% × 65 mL
= 0,325 gram
• Essens Strawberry
= 2% × 65 mL
= 1,3 mL
• Red color
= 2% × 65 mL
= 1,3 mL
Perhitungan KD
• KD Campuran = (%v/va × KDa) + (%v/vb × KDb)
KD Campuran = (%v/vpropilenglikol × KD) + (%v/vetanol × KD) + (%v/vgliserin
× KD) + (%v/vaquadest × KD)
KD Campuran = (10% × 33) + (10% × 25,7) + (10% × 43) + (70% ×
80,4)
KD Campuran = 3,3 + 2,57 + 4,3 + 56,28
KD Campuran = 66,45
IV.2 Penimbangan
Jumlah mL sediaan : 65 mL
3. Etanol 10 6,5 mL
4. Gliserin 10 6,5 mL
5. Sirupus Simpleks 20 13 mL
6. Sorbitol 20 13 mL
= 15,275 mL
V. Prosedur Pembuatan
V.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Batang pengaduk
2. Beaker glass
3. Botol coklat 100 ml
4. Cawan porselen
5. Gelas ukur
6. Kaca arloji
7. Kertas perkamen
8. Mortar
9. Pipet tetes
10. Stamper
11. Timbangan digital
b. Bahan
1. Aquadest
2. Essence strawberry
3. Etanol
4. Ibuprofen
5. Na-benzoat
6. Propilen glikol
7. Red color
8. Sirupus simplex
9. Sorbitol
Disiapkan timbangan digital, ditimbang Ibuprofen 1300 mg, diukur propilenglikol 6,5
mL, gliserin 6,5 mL dan etanol 6,5 mL.
Ibuprofen dan propilenglikol sedikit demi sedikit di masukkan ke dalam beaker glass
aduk ad homogen setelah homogen ditambahkan etanol aduk ad larut.
Ditambahkan 1,3 mL essens strawberry dan 1,3 mL red color aduk ad homogen.
1. Uji Keasaman(3)
Sediaan larutan yang sudah jadi dalam beaker glass, masukkan elektroda ph meter yang
telah dikalibrasi dengan dapar standar kemudian diamati Ph nya catat dan bandingkan
dengan ph seharusnya.
2. Uji Berat Jenis(3)
Berat jenis diuji dengan menggunakan piknometer. Piknometer diisi dengan air sampai
penuh lalu renam dengan air es suhu kurang lebih 200 C dibawah suhu percobaan lalu
piknometer ditutup pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai suhu percobaan
lalu piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, air
yang menepel diusap lalu timbang dengan sesama kemudian lihat dalam tabel kerapan
air dan suhu percobaan untuk menghitung volume air.
3. Uji Kandungan Mikroba(3)
Uji ini dilakukan dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) dan aquadest
sampel yang di campurkan pada medium agar di biarkan selama 24 jam kemudian
diamati di Plate Count Agar alat menghitung mikroba.
4. Uji Efek Mikrobiologi dan Toksisitas(3)
Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan enzim maupun mikroorganisme lainnya
dengan mereaksikan sampel terhadap mediator yang dipilih, kemudian diamati pada
mikroskop.
5. Uji Viskositas(3)
Digunakan viskometer yang sudah bersih, pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan
menggunakan pipet. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati
2 batas. Disiapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai
penghitungan. Dicatat hasil, dan lakukan penghitungan dengan rumus. Diusahakan saat
melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak berisi cairan
6. Uji Volume Terpindahkan(3)
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa cairan oral yang dikemas dengan
volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk
sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan
penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume terpindahkan sediaan seperti
tertera pada etiket.Uji ini tidak ditujukan untuk sediaan wadah dosis tunggal, jika
dalam monografi tertera Keseragaman sediaan.
VII. Hasil Dan Pembahasan
VII.1 Hasil
Adapun hasil yang di dapatkan yaitu :
a. Uji organoleptis
Warna : Putih keruh
Rasa : Pahit dan manis.
Aroma : Stawberry
Bentuk : Cair
b. Uji pH
Hasil yang didapatkan adalah sirup tersebut memiliki nilai pH 3,49 (rentang pH
eliksir Ibuprofen 3,6-4,6)
VII.2 Pembahasan
Eliksir merupakan sediaan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk
efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Eliksir adalah bentuk sediaan cair
dengan menggunakan lebih dari satu pelarut, biasanya aqua sebagai pelarut utama dan
etanol sebagai pelarut campur dibantu propilenglikol. Ibuprofen memiliki kelarutan
yang rendah pada air namun bersifat sangat mudah larut pada etanol. Pada praktikum
kali ini digunakan zat aktif berupa ibuprofen. Ibuprofen adalah obat golongan NSAID
yang memiliki daya antipiretik dan analgesic. Ibuprofen sangat mudah larut dalam
etanol, metanol, aseton, dan kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, apabila ibuprofen disediakan dalam bentuk larutan, perlu
penambahan pelarut atau kosolven, di mana Ibuprofen sangat mudah larut dalam etanol,
sehingga dibuat bentuk sediaan eliksir untuk menjaga bioavailabilitas obat sehingga
dosis yang nanti nya akan di berikan secara tepat terdistribusi.
Praktikum dilakukan dengan penimbangan zat aktif terlebih dahulu sebesar 1,3
gram dan kemudian menimbang pengawet berupa Na-benzoat sebesar 0,325 gram. Pada
praktikum, diketahui bahwa pengawet beralih menjadi asam benzoate sebesar 0,15%
(sesuai persentase pemakaian HOPE), sehingga pengawet di timbang sebanyak 0,0975
gram asam benzoate. Adapun kelarutan dari asam bezoat yaitu mudah larut dalam etanol
dan sukar larut dalam air, sehingga pada prosedur, pengawet dilarutkan terlebih dahulu
dengan etanol agar dapat larut. Kemudian preparasi sampel cair lain. Ibuprofen, terlebih
dahulu dimasukkan dalam mortar dan gerus sedikit agar etanol mudah untuk
melarutkan. Kemudian ditambahkan etanol sebanyak 6,5 mL dan gerus hingga larut.
Pada proses pelarutan ini, Ibuprofen sulit untuk larut. Kondisi ini dapat terjadi, diduga
karena zat aktif yang digunakan merupakan zat aktif yang sudah kadaluarsa, atau dapat
terjadi karena etanol yang digunakan bukan merupakan etanol murni sebesar 90%
sehingga Ibuprofen sukar untuk larut.
Kemudian, dilarutkan pengawet dan tetap di gerus. Selanjutnya memasukkan 6,5
mL propilenglikol dan 6,5 gliserin gerus hingga homogen. Penambahan gliserin, selain
berfungsi sebagai pelarut, yaitu sebagai anticaplocking. Sirupus simpleks yang akan
ditambahkan, dapat membeku pada tutup botol yang mengakibatkan susah nya wadah
sediaan di buka. Sehingga, diperlukan anticaplocking untuk menghindari hal tersebut.
Hasil gerusan menghasilkan larutan yang tidak jernih atau keruh, disebabkan Ibuprofen
yang tidak bisa larut sempurna pada pelarut campur tersebut. Di duga tidak larut nya
Ibuprofen adalah factor masa kadaluarsa dari zat aktif Ibuprofen itu sendiri. Setelah itu,
dimasukkan dalam gelas beker, dan selanjutnya memasukkan sirupus simpleks.
Pemakaian sweetening agent terdapat perubahan karena bahan tambahan sorbitol yang
tidak tersedia, sehingga sirupus simpleks bertambah sebesar total 40% atau 26 mL, aduk
hingga homogen. Kemudian memasukkan essens dan pewarna secukupnya, dan
memasukkan aquadest ad 100%, aduk ad homogen.
Pada uji organoleptis, didapat rasa dari sediaan eliksir tersebut manis, sedikit pahit
dengan warna keruh sebelum penambahan pewarna dan essens, dan merah setelah
penambahan pewarna berupa red color. Bau dari sediaan eliksir Ibuprofen tersebut
memiliki aroma strawberry karena menggunakan strawberry essens. Kemudian,
dilanjutkan uji pH, dimana pada uji pH, sediaan eliksir tersebut memiliki pH di bawah
rentang pH sediaan tersebut. Ada beberapa factor antara lain yaitu karena diduga waktu
kadaluarsa dari sediaan yang sudah melewati batas, serta penambahan essens yang
berlebihan hingga menjadi factor pH yang tidak memenuhi.
Uji terakhir dilakukan uji terpindahkan, dengan memindahkan sediaan dalam
wadah ke dalam ukur, dan kemudian di hitung berapa mL sediaan yang terdapat dalam
gelas ukur. Setelah itu, dibandingkan terhadap berat bersih sediaan sebelumnya dan
konversi dalam persentase. Pada uji terpindahkan kali ini, sediaan dalam gelas ukur
memiliki volume sebesar 63 mL sehingga uji terpindahkan didapat sebesar 96,92% yang
artinya uji terpindahkan pada sediaan Ibuprofen ini terpenuhi karena tidak kurang dan
lebih dari rentang sesuai rujukan Farmakope Indonesia yaitu sebesar 95-110%.
VIII. Daftar Pustaka
1. Fatmawati, U. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen Dengan
Suspending Agent Gom Arab Dan Cmc-Na. Journal of Pharmaceutical Care
Anwar Medika (J-PhAM). 2018; 1(1): 12-15.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Ambari, Y. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol Dengan Kombinasi
Co-Solvent Propilen Glikol Dan Etanol. Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM). 2020; 1(1): 1-6.
4. Rowe, RC., Sheskey, PJ., Quinn, ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition. Washington D.C : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association.
IX. Lampiran Kemasan