KELOMPOK : 8
Reguler : A2
I. Latar Belakang
Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia
dan hewan. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam askorbat dan garamnya,
dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan
asam askorbat keduanya secara alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam ini
bertemu dalam sel karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH.(2)
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah
rusak selama pemrosesan dan karena kerja logam, terutama tembaga, besi, dan juga oleh
kerja enzim. Eksposur oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan
eksposur terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Enzim yang
mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien
untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam
asam hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa
pereduksi yang kuat.(2)
Vitamin C dari alam biasa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contoh
buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C adalah buah lemon lokal, jeruk nipis,
jambu biji, apel malang dan nenas. Di beberapa negara, dosis yang biasa dianjurkan berkisar
dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap orang membutuhkan 1000 miligram
atau lebih setiap harinya. Orang yang tidak suka makan buah- buahan, mengakibatkan
kekurangan vitamin C. Akibat dari kekurangan vitamin C, antara lain akan mengalami
sariawan yaitu bibir pecah-pecah bahkan badan menjadi lemas. Banyak orang mengambil
tablet vitamin C yang dijual di pasaran karena dapat menggantikan vitamin yang ada di
bahan alam. Kelebihan vitamin C bisa memberikan dampak negatif yaitu bisa menimbulkan
efek yang buruk terhadap tubuh. Misalnya badan menjadi pucat dan kurus.(2)
II. Preformulasi
a. Zat Aktif :
1. Vitamin C (1)
Struktur kimia
Rumus molekul C6H8O6
Nama kimia BP: Ascorbic Acid
JP: Ascorbic Acid
PhEur: Ascorbic Acid
USP: Ascorbic Acid
Sinonim Acidum ascorbicum; C-97; asam cevitamic; 2,3-didehydro-L-
threohexono-1,4-lactone; E300; 3-oxo-L-gulofuranolactone,
bentuk enol; vitamin C.
Berat molekul 176.13
Pemerian Asam askorbat muncul sebagai bubuk kristal berwarna putih
sampai kuning muda, nonhygroscopic, tidak berbau, atau kristal
tidak berwarna dengan rasa asam yang tajam. Secara bertahap
warna menjadi gelap setelah terpapar cahaya.
Kelarutan
pH larutan pH = 2.1–2.6
PKa pKa1 = 4.17; pKa2 = 11.57.
Titik leleh 190℃
Bobot jenis 1.688g/cm3
KD 80,4
Stabilitas Stabil terhadap panas
Panas Asam askorbat relatif stabil di udara. Dengan tidak
Hidrolisis adanya oksigen dan zat pengoksidasi lainnya.
/oksidasi Harus disimpan dalam wadah non-logam yang tertutup
Cahaya rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Kegunaan Asam askorbat digunakan sebagai antioksidan dalam formulasi
farmasi berair pada konsentrasi 0,01-0,1% b / v. Asam askorbat
digunakan untuk menyesuaikan pH larutan untuk injeksi, dan
sebagai tambahan untuk cairan oral. Asam askorbat juga banyak
digunakan dalam makanan sebagai antioksidan. Asam askorbat
juga terbukti bermanfaat sebagai zat penstabil dalam campuran
yang mengandung tetrazepam.
Inkompatibilitas Tidak sesuai dengan alkali, ion logam berat, terutama tembaga dan
besi, bahan pengoksidasi, methenamine, phenylephrine
hydrochloride, pyrilamine maleate, salicylamide, natrium nitrit,
sodium salicylate, theobrominesalicylate, dan picotamide. (4,5)
Selain itu, asam askorbat telah ditemukan mengganggu dengan tes
kolorimetri tertentu dengan mengurangi intensitas warna yang
dihasilkan.
Wadah dan Bahan curah harus disimpan dalam wadah non-logam yang
penyimpanan tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan
kering.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan
(krim/salep) :
Kemasan : botol wadah bening
1. Gliserin (1)
Struktur kimia
pH larutan
PKa
Titik didih, leleh, Titik didih : 290 ℃
beku Titik leleh : 17.8 ℃
Titik beku : -1,6 ℃
Konstanta Dielektrik 43,0
Bobot jenis 1.2656g/cm3 at 158C;
1.2636g/cm3 at 208C;
1.2620g/cm3 at 258C.
Stabilitas Terurai pada pemanasan dengan evolusi akrolein
Panas toksik.
Hidrolisis Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak
/oksidasi rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer dalam kondisi
Cahaya penyimpanan biasa.
Cenderung tidak akan terurai jika terkena cahaya.
2. Propilenglikol (1)
Struktur kimia
3. MetilParaben (1)
Struktur kimia
Ph pH 4–8
PKa pKa = 8.4 at 22℃
Titik didih, leleh, Titik lebur: 125℃–128℃
beku
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1.352 g/cm3
Stabilitas Panas : tidak akan terurai pada suhu 120℃
Panas Oksidasi : akan teroksidasi pada ph 8
Hidrolisis
/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Methylparaben dan paraben lainnya banyak digunakan sebagai
antimikroba
pengawet dalam kosmetik dan farmasi oral dan topikal
formulasi.
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan paraben lainnya
adalah sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
sebagai polisorbat 80, sebagai hasil miselisasi. Namun, propilen
glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari
parabens dengan adanya nonionik surfaktan dan mencegah interaksi
antara metilparaben dan polisorbat 80. Ketidakcocokan dengan zat
lain, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talk, tragacanth,
natrium alginat, Minyak atsiri, sorbitol, dan atropin, telah
dilaporkan. Senyawa tersebut juga bereaksi dengan berbagai gula
dan alkohol gula terkait.
Penyerapan metilparaben oleh plastik juga telah dilaporkan ; jumlah
yang diserap tergantung pada jenis plastik dan kendaraan. Telah
diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi botol
polietilen tidak menyerap methylparaben.
Methylparaben berubah warna di hadapan besi dan dikenakan
hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat
Wadah dan Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
penyimpanan hingga sekitar 4 tahun pada suhu ruangan, sementara larutan berair
pada pH 8 atau di atas mengalami hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu ruangan)
V. Pendekatan Formula
VI. Perhitungan
Vitamin C
100mg/5ml = x/60ml
X = 100 . 60 / 5 = 1200 mg = 1,2 gram
Gliserin
20/100 x 60ml = 12ml
Propilenglikol
20/100 x 60ml = 12 ml
Metil Paraben
0,02/100 x 60 ml = 0,012 gram = 12 mg
Aquades
100/100 x 60 = 60 ml
VII. Penimbangan
NO Bahan Jumlah dalam Jumlah
. formula penimbangan
1 Vitamin C 0,02 gram 1.2 gram
2 gliserin 20% 12 ml
3 propileglikogen 20% 12 ml
4 Metil paraben 0,02% 12mg
5 Orange color qs
6 Orange essens qs
7 Aqua 100%
X. Evaluasi Sediaan
Jumlah Hasil
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
sampel pengamatan
1 Organoleptis Pengamatan visual 1 Warna : orange Warna orange,
untuk warna. Aroma : vanilla aroma vanilla
Pengamatan terhadap Rasa : asam dan rasa yang
aroma dengan indra asam
penciuman.
Pengamatan terhadap
rasa dengan indra
perasa.
2 pH larutan Pengamatan terhadap 1 pH : 4 pH berkisar
perubahan warna 2,1 – 2,6 tetapi
pada kertas indikator yang
didapatkan
adalah 4
3 Bobot jenis Pengamatan dengan 1 1.688g/cm3 -
larutan membandingkan
jumlah larutan
dengan piknometer
dalam jumlah
tertentu.
4 Viskositas Pengamatan dengan 1 Cair Kekentalan di
membandingkan dapat
kekentalan larutan tergantung
dengan larutan yang larutan
lainnya. pembanding
5 Uji volume Pengamatan dengan 1 - Perbandingan
terpindahkan membandingkan volume bisa
volume larutan berbeda, bisa
menggunakan gelas tidak.
ukur.
6 Uji stabilitas Pengamatan dengan 1 - -
meletakkan sampel
pada suhu tertentu
dan kemudian di
amati kestabilannya.
7 Penetapan Pengamatan dengan 1 - -
kadar menitrasi sampel
XII. Pembahasan
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin - vitamin tidak dapat dibuat
oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi. Vitamin juga memiliki peranan spesifik didalam tubuh dan dapat
pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat
mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi
jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan senyawa lain.(3)
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah
rusak selama pemrosesan dan karena kerja logam, terutama tembaga, besi, dan juga oleh
kerja enzim. Eksposur oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan
eksposur terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Enzim yang
mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien
untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam
asam hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa
pereduksi yang kuat.(2)
Dalam percobaan pembuatan larutan vitamin C, formula yang kami buat ialah
vitamin C berperan sebagai zat aktif dicampurkan dengan zat – zat eksipien (tambahan).
Sediaan yang akan dibuah ialah sebanyak 60 mL. Bobot vitamin C yang digunakan ialah
sebanyak 1,2 mg. Serbuk vitamin C tersebut gampang terlarut dalam air sehingga serbuk
vitamin C dicampurkan dengan aquades sebanyak 10 mL di Erlenmeyer dan larutan
tersebut encer.
Kemudian metil paraben sebanyak 12 mg dicampurkan dengan propilen glikol
sebanyak 12 mL di Erlenmeyer. Metil paraben berfungsi sebagai pengawet untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada larutan zat aktif yang dibuat, sedangkan
propilen glikol berfungsi sebagai pengental untuk membuat larutan vitamin C yang
sebelumnya encer menjadi kental. Metil paraben dan propilen glikol dicampurkan agar
menghasilkan efek yang sinergis sebagai antimicrobial. Selain itu, propilen glikol juga
berfungsi sebagai humektan dimana untuk menyerap air dari udara untuk menjaga
kelembaban sediaan.
Gliserin ditambahkan ke dalam larutan vitamin C yang telah dicampurkan dengan
larutan metil paraben + propilen glikol. Larutan vitamin C mempunyai rasa asam sehingga
penambahan gliserin digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa asam. Orange color
untuk mewarnakan larutan vitamin C yang sebelumnya berwarna bening keruh. Vanilla
essence sebagai pengaroma dan tambahan aquades untuk mengencerkan larutan vitamin C
yang sebelumnya bersifat kental karena propilen glikol.
Sediaan larutan vitamin C ini terdapat keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang
dimiliki oleh sediaan larutan vitamin C ialah larutan vitamin C dapat di konsumsi dengan
mudah sehingga dapat digunakan pada bayi, anak – anak ataupun orang lanjut usia karena
pada kategori tersebut, sistem organ tubuh akan mudah mengabsorbsi ke dalam darah
manusia dan juga mengurangi resiko iritasi pada lambung karena sediaan tersebut sudah
diencerkan menggunakan aquades. Selain itu, vitamin C berfungsi sebagai katalis dalam
reaksi - reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini tidak
tersedia seperti pada keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi normal tubuh akan
terganggu(3). Sedangkan kerugiannya ialah sediaan larutan vitamin C mengandung
banyaknya air sehingga sediaan tersebut rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
yang bersifat toksik bagi pengguna dan karena sediaan tersebut encer sehingga mudah
tumpah dari wadahnya maka diperlukannya campuran dari metil paraben dan propilen
glikol untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme dari metil paraben dan propilen glikol
sebagai pengental agar tidak tumpah.
Sediaan larutan vitamin C telah dilakukannya evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan
yang pertama dilakukan ialah uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan
pengamatan visual untuk warna, terhadap aroma dengan indera penciuman dan terhadap
rasa dengan indera perasa. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa warna sediaan
berwarna orange karena ditambahkannya orange color. Aroma yang dihasilkan ialah aroma
vanilla karena ditambahkannya vanilla essence. Rasa yang dimilik oleh sediaan larutan
vitamin C ialah asam.
Uji yang kedua ialah pH larutan yang dilakukan pengamatan perubahan warna
menggunakan kertas indikator pH. pH yang didapati ialah 4. pH sebenarnya yang harus
didapati ialah kisaran 2,1 – 2,6 yaitu berupa asam kuat dan juga mempunyai fungsi sebagai
antioksidan yang kuat untuk melawan berbagai jenis radikal bebas yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit. Ada juga beberapa faktor yang terjadi yaitu, jangka
waktu penyimpanan, paparan sinar matahari, dan faktor pemanasan.(4)
Uji yang ketiga ialah uji viskositas. Prinsip uji viskositas dilakukan dengan
membandingkan kekentalan larutan dengan larutan lainnya. Hasil evaluasi yang terjadi
ialah sediaan larutan vitamin C ialah cair. Larutan tersebut cair dikarenakan larutan
tersebut ada diencerkan dengan air. Adapun pengujian lainnya, yaitu uji bobot jenis yang
menggunakan piknometer dalam jumlah tertentu, uji volume terpindahkan dengan
membandingkan volume larutan menggunakan gelas ukur dan dari hasil yang diharapkan
bisa terjadinya perubahan volume seperti kekurangan volume atau kelebihan volume dan
juga bisa jadi tidak ada perubahan.
Fungsi dari larutan vitamin C ialah sebagai katalis dalam reaksi - reaksi kimia yang
terjadi didalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini tidak tersedia seperti pada
keadaan defisiensi vitamin maka fungsi normal tubuh akan terganggu (3), sebagai
antioksidan yang kuat untuk melawan berbagai jenis radikal bebas yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit(4).
XIII. Kesimpulan
1. Usulan bahan formulasi larutan vitamin C untuk sediaan 60 mL
R/
Vitamin C 100 mg / 5 ml
Gliserin 20%
Propilenglikol 20%
Metil Paraben 0,02%
Orange Color qs
Orange essens qs
Aqua ad 100%