Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil

Gambar sediaan

Sediaan Ampul

6.2 Pembahasan
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parental merupakan jenis sediaan yang
unik di antara bentuk sediaan terbagi - bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui
kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membrane
kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari
bahan - bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi.
Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi kimia
atau mikrobiologis (Priyambodo,2007).
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal,
oleh karena total  jumlah  jumlah cairannya cairannya ditentukan ditentukan
pemakaian pemakaian dalam satu kali  pemakaiannya  pemakaiannya untuk satu kali
injeksi. injeksi. Menurut Menurut peraturan peraturan ampul dibuat dari gelas tidak
berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas
berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai
ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt, 1995).
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan ampul dan dilakukan uji organoleptis,
hasil yang didapatkan dari sediaan ampul yang di buat yaitu warnanya sedikit
kekuningan dan baunya sedikit pekat. Hal ini tidak sesuai dengan syarat dari uji
organoleptis menurut FI Edisi IV (1995), dimana syaratnya yaitu sediaan harus jernih
dan tidak berbau.
Selanjutnya pada uji penetapan pH, didapatkan hasil sediaan ampul ini
memiliki pH yaitu 7, hal ini sesuai dengan syarat dari uji pH menurut syamsuni
2006), pada sediaan ampul.
Pada uji partikulat ini didapatkan hasil bahwa sediaan masih memiliki sedikit
partikel. Hal ini dikarenakan oleh bahan yang tidak larut dengan baik. Artinya
sediaan ini tidak memenuhi syarat mmenurut FI edisi IV(1995), karena syarat dari uji
partikulat yaitu sediaan harus bebas dari bahan partikulat asing.
Pada uji volume terpindah sediaan tidak memenuhi syarat karena volume
sediaan berkurang. Pada uji kebocoran wadah dari sediaan bocor hal ini di sebabkan
karena wadah tidak tertutup dengan baik. Pada uji kebocoran sediaan yang dibuat
tidak sesuai syarat dari uji kebocoran ini karena syaratnya adalah wadah sediaan tidak
mengalami kebocoran. Menurut (Goeswin Agoes, 2009) Sediaan memenuhi syarat
jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas
tidak basah (prosedur b).
Kemungkinan kesalahan terjadi saat mencampurkan bahan, bahan tidak larut
dan homogen dengan baik. Kemungkinan kesalahan juga terjadi saat pengisian
larutan ampul ke dalam wadah ampul. Wadah ampul tidak tertutup dengan baik
hingga mengakibatkan kebocoran.
Daftar Pustaka

Agoes, G. (2009). Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2) ed. Revisi.
Bandung : Penerbit ITB.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700,
Jakarta, UI Press.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., 390-393, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jenkins, G. L. 1969. Scoville’s: The Art of Compounding, Burhess Publishing USA.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua, 1091- 1098, UI Press, Jakarta.
Priyambodo, B., (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka
Utama.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendari
Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 566- 567.

Anda mungkin juga menyukai