Anda di halaman 1dari 32

FORMULASI & TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL
PERTEMUAN KE-13

SUSPENSI KERING (REKONSTITUSI)


HABEL ROY SULO, M.Si., Apt.

Prodi S1 Farmasi
STIKES Dirgahayu Samarinda
PENGERTIAN SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fasa cair.
Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus direkonstitukan
terlebih dahulu dengan pembawa yang
sesuai segera sebelum digunakan. FI V ,
1995 (hal. 56)
PENGERTIAN SUSPENSI
REKONSTITUSI
Suspensi rekonstitusi adalah campuran
serbuk/granul kering yang membutuhkan
penambahan air/pelarut yang sesuai sebelum
digunakan.
Campuran serbuk atau granul tersebut
harus homogen dan mudah didispersi ketika
ditambahkan pembawanya. USP 36-NF 31
PENGERTIAN SUSPENSI ORAL
Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi
oral : Serbuk oral adalah sediaan yang
mengandung zat padat longgar (loose), partikel
kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya.
Dapat mengandung satu atau lebih zat aktif,
dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu,
zat warna yang diizinkan serta zat pemberi rasa.
Disuspensikan dalam air atau pembawa lain
sebelum diberikan oral. Setelah di suspensikan,
spesifikasi sediaan tersebut mengikuti spesifikasi
suspensi oral. BP 2009 Vol III (Oral Powders,
General Monographs, hal 6536)
Alasan Pembuatan
Sediaan Suspensi Kering
Sediaan suspensi kering sering digunakan ketika
stabilitas fisika/kimia dari zat aktif tidak begitu baik
dalam pembawa air. Dalam hal ini, disolusi atau
bahkan suspensi obat berdampak pada pendeknya
masa simpan (stabilita).
Sebagai contoh, Penisilin yang berada dalam
campuran serbuk memiliki waktu simpan selama 2
tahun, setelah direkonstitusi waktu simpan menjadi 14
hari.
Selain itu, untuk menghindari masalah stabilitas fisik
seperti meningkatnya kelarutan zat akibat terjadinya
perubahan pH.
Perubahan pH tersebut dapat diakibatkan dari
Keuntungan Sedian Suspensi Rekonstitusi
Menjaga stabilitas kimiawi zat aktif sampai sebelum di
rekonstitusi dengan medium pendispersinya.
Kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak
zat padat dengan medium pendispersi dapat
dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam
medium pendispersi hanya pada saat akan digunakan.
Bobot suspensi rekonstitusi lebih ringan daripada
suspensi biasa karena tidak ada pelarutnya, ongkos
transportasi juga jadi lebih murah.
Selama pengangkutan (pendistribusian jarak jauh)
serbuk kering lebih stabil terhadap perubahan musim
yang ektrim dibandingkan suspensi basah.
Syarat Karakteristik Sediaan Suspensi
Rekonstitusi
1. Pencampuran serbuk untuk rekonstitusi harus
menghasilkan konsentrasi yang homogen untuk
masing-masing bahan baku.
2. Saat serbuk di rekonstitusi harus terdispersi seluruhnya
dengan cepat pada fasa pembawanya (air).
3. Suspensi rekonstitusi haru mudah diredispersi dan
dituang agar dapat dicapai dosis yang tepat dan
seragam.
4. Produk akhir harus memiliki penampilan, bau dan rasa
yang dapat diterim oleh pasien.
Tiga Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi
1. Campuran serbuk
2. Granulasi
3. Campuran antara granul dan serbuk
1. Campuran serbuk

Sediaan dalam bentuk ini dibuat dengan


mencampurkan bahan baku dalam bentuk
serbuknya.
Campuran serbuk merupakan cara pembuatan
yang paling mudah dan sederhana.
Proses pencampuran dilakukan secara bertahap
bila ada komponen dengan jumlah kecil dalam
campuran.
Penting untuk diperhatikan, alat pencampur yang
digunakan harus mampu mendapatkan campuran
yang homogen dengan cepat, mudah dibersihkan
dan lebih baik dalam sistem tertutup.
Keuntungan formulasi bentuk campuran
serbuk :
Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi,
dan tidak banyak
Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia
karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan
saat proses pencampuran.
Kadar kelembaban yang rendah mudah dicapai
Kerugian formulasi bentuk campuran
serbuk :
Sulit untuk menjamin distribusi obat yang
homogen ke dalam campuran.
Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran
partikel antara zat aktif dengan eksipien (seperti
suspending agent dan pemanis yan ukurannya
lebih besar).
Aliran serbuk kurang baik. Aliran yang tidak baik
dapat menimbulkan pemisahan campuran serbuk.
Terjadi kehilangan zat aktif selama proses
pencampuran. Selama pencampuan, terjadi
penurunan bobot campuran bulk sehingga
ditambahkan eksipien untuk mencapai bobot yang
2. Granulasi
Pembuatan biasanya dilakukan dengan granulasi
basah, terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat
aliran serbuk dan mengurangi volume sediaan
yang voluminous dalam wadah.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau
larutan pengikat dalam air.
Dapat juga digunakan pelarut non-air untuk bahan
yang terhidrolisis.
Pembuatan dapat dilakukan dengan
mencampurkan secara kering bersama bahan baku
lain atau dilarutkan/disuspensikan dalam larutan
penggranulasi.
Lanjutan....
Proses granulasi basah dilakukan dengan cara
mencampurkan bahan padat dengan cairan
penggranulasi dalam mixer.
Massa basah yang terbentuk kemudian di ayak
dengan pengayak vibrator, granulator, atau di
giling sebelum dikeringkan.
Tetapi umumnya di lakukan dengan pengayakan.
Granul yang terbentuk dapat dikeringkan dalam
oven atau fluid bed drier.
Granul yang telah dikeringkan kemudian diayak
untuk memisahkan agregat yang terbentuk.
Keuntungan cara granulasi :
Memiliki penampilan yang lebih baik daripada
campuran serbuk.
Memiliki sifat aliran yang lebih baik.
Masalah pemisahan (segregasi) jarang terjadi
Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama
pengisian.
Kerugian cara granulasi :
Melibatkan proses yang lebih panjang, peralatan yang
lebih banyak dan energi lebih besar.
Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat
menyebabkan terjadinya risiko instabilitas ZA
Sulit untuk menghilangkan sesepora cairan
penggranulasi dari bagian dalam granul dimana
dengan adanya sisa tersebut kemungkinan dapat
menurunkan stabilitas produk.
Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap
proses granulasi.
Keseragaman granulasi adalah penting karena jika
fines atau partikel ukuran kecil terlalu banyak akan
3. Campuran antara granul & serbuk
Metode ini digunakan untuk mengatasi kerugian
cara granulasi.
Pada tahap awal dibuat granul dari beberapa
komponen, kemudian setelah dikeringkan
dicampur dengan komponen sisa yang berupa
serbuk.
Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel dari
setiap komponen harus dikendalikan.
Keuntungan cara ini :
Dibutuhkan energi dan peralatan yang lebih sedikit
untuk granulasi .
Komponen yang peka terhadap panas seperti zat
aktif atau flavor, dapat ditambahkan sesudah
pengeringan granul untuk mencegah pengaruh
panas.
Kerugian dari cara ini :
Meningkatnya risiko ketidakseragaman/homogen.
Campuran granul dengan non-granul harus
dipastikan tidak terpisah menjadi beberapa lapisan
yang berbeda ukuran partikel
Hal Penting dalam Pembuatan Suspensi
Rekonstitusi
Gunakan pengaduk yang efisien, evaluasi kinerja proses dari bets
pada alat skala bukan menggunakan peralatan laboratorium.
Tentukan waktu pengadukan yang sesuai.
Hindari pengumpulan panas dan kelembaban selama pengadukan.
Batasi variasi suhu dan kelembaban, umumnya adalah 70 °C dengan
RH = 40%.
Bets yang sudah selesai diolah harus terlindung dari kelembaban.
Simpan dalam wadah tertutup rapat yang dilengkapi dengan kantong
pengering silika gel.
Untuk menguji keseragaman bets sampel diambil pada bagian atas,
tengah, dan bawah dari campuran kering.
Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi
1. Bahan pensuspensi mudah dikembangkan,
contoh CMC Na
2. Proses pencampuran serbuk
3. Proses penambahan bahan pewarna, odoris
4. Kadar air granul atau serbuk
5. Pemilihan metode pencampuran kering
Eksipien yang umum digunakan untuk
Suspensi Rekonstitusi
Formulasi Umum
Suspensi Rekonstitusi
Suspensi rekonstitusi umumnya mengandung: zat
aktif, pewarna (FD&C dyes), perasa, pemanis
(sukrosa atau Na sakarin), stablizing agents (citric
acid, sodium sitrat), supending agent (guar gum,
xanthan gum, CMC,
Mikrokristalin selulosa, polivinilpirolidon,
bentonit), pengawet (metil paraben, Na benzoate).
(Ansell, Pharmaceutical Dosage Forms 2011, hal.
376)
1. Zat aktif
Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam
fasa pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran
partikel dan sifat permukaan padat-cair
(hidrofob/hidrofil).
Biasanya ZA berupa antibiotik untuk penggunaan pada
anak-anak.
Terkadang, zat aktif yang larut air sengaja dibuat
suspensi untuk menutupi rasa yang kurang nyaman,
misalnya dikloksasilin.
2. Bahan Pensuspensi
Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas
dan menstabilkan zat yang tidak larut dalam medium
pendispersi.
Bahan pensuspensi berupa polimer dapat
menghasilkan viskositas yang sangat baik pada pH
optimum kelarutannya.
Bahan ini juga harus stabil terhadap pH sistem selama
waktu simpan produk.
Kombinasi mikrokristalin selulosa dan natrium
karboksimetilselulosa umum digunakan sebagai bahan
pensuspensi, namun keduanya merupakan anionik
sehingga tidak cocok digunakan secara tunggal dengan
bahan baku yang bersifat kationik.
Bahan pensuspensi yang sering digunakan
dalam suspensi rekonstitusi
3. Pemanis
Obat umumnya pahit dan rasanya tidak enak.
Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan sebagai
pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan
diluent pada campuran kering.
Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas
permukaan dan dapat pula digunakan sebagai pembawa
untuk komponen fasa cair misalnya minyak atsiri.
Pemanis lain yang dapat digunakan: manitol, aspartam,
dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil tetapi
tidak tahan panas.
Sakarin memiliki potensi karsinogenik.
4. Wetting agent
Untuk mempermudah pembasahan ZA yang bersifat hidrofob,
digunakan wetting agent pada konsentrasi efektif terkecil.
Surfaktan umum digunakan sebagai wetting agent untuk zat yang
bersifat hidrofob.
Wetting agent yang berlebihan akan mengakibatkan
pembentukan busa dan rasa yang tidakmenyenangkan.
Yang lazim digunakan adalah Polysorbate 80, merupakan
surfaktan non ionik dansecara kimia kompatibel dengan
eksipien/ZA kationik dan anionik.
Konsentrasi yang biasa digunakan adalah = 0,1%.
Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril sulfat, merupakan
surfaktan anionik danmungkin inkompatibel dengan ZA kationik.
Contoh Formula Suspensi Rekonstitusi
Prosedur Pembuatan Suspensi
Rekonstitusi
1. Cara tanpa granulasi :
Botol dicuci, dikeringkan, dan ditara sesuai dengan volume
sediaan yang akan dibuat
Zat aktif dan eksipien yang diperlukan ditimbang dan diayak
dengan mesh 30
Dilakukan pencampuran bahan hingga homogen dengan mixing
selama kurang kebih 10 menit
Dilakukan pengisian botol/kemasan primer sesuai hasil
perhitungan
Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok, dan kemasan
sekunder
Evaluasi sediaan
Lanjutan.....
2. Cara Granulasi :
Botol ditara sesuai dengan volume yang akan dibuat
dan dikeringkan.
Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang
dibutuhkan.
Masing-masing zat dihaluskan (jika perlu).
Campurkan massa yang akan digranulasi dalam alat
pencampur (mixer) sampai homogen (5-10menit).
(ZA dapat dicampur dengan bahan lainnya sebelum
dibasahi dengan cairan pengikatatau ZA dilarutkan/
disuspensikan dalam cairan pengikat)
Lanjutan....
3. Cara gabungan
 Tahapan awal sama seperti diatas, dilanjutkan penambahan
fines ke dalam massa granul yang telah dikeringkan, yaitu
zat aktif (jika tidak tahan panas), dan atau suspending
agent, dan atau adsorban (bila campuran granul
higroskopis), lalu dihomogenkan dengan alat pencampur
sekitar 5-10 menit
 Bila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofob, maka
ditambahkan bahan pembasah dengan cara disemprotkan
ke dalam masa granul.
 Campuran masa granul dan fines ditimbang dan
dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
 Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan
kemasan sekunder
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai